Anda di halaman 1dari 4

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN YANG MENGALAMI TYPOID FEVER

DENGAN HIPERTERMI DI RS MISI LEBAK

OLEH :
1. M. AGUNG GUMELAR 10. TIARA ADIANTI
2. BAYU DWI LESMANA 11. TARI WIDIASTUTI
3. OKI YAMANSYAH 12. LUDIA MAI TRIANI
4. M. NANDA Z 13. HAIFA MANDARETA
5. NURDIN JAELANI 14. KAMELIA HINGI
6. SAMUEL M. IKHSAN 15. ALDI DARMAWAN
7. WAHYU BUDI S 16. AYU NURDIANTI
8. HENI AURORA 17. ILMA FORTUNA
9. ROMINAR D S 18. NURFALAH

AKADEMI KEPERAWATAN YATNA YUANA LEBAK


BAB 4
PEMBAHASAN
4.1. Pengkajian
Pada saat di lakukan pengkajian pada pasien Tn.F dengan Thypoid paper didapatkan data
subjektif : pasien mengatakan badan panas, panas timbul pada malam hari terkadang disiang
hari, pasien mengatakan sakit kepala dengan skala nyeri 6 (0-10). Adapun data objektif yang
didapatkan yaitu : wajah pasien tampak kemerahan, pasien tampak memegangi kepala, suhu
tubuh meningkat 38,6 C, akral pasien teraba hangat, test widal : salmonella paratypi O
antigen A 1/160, salmonella paratypi H antigen B 1/160, salmonella paratypi antigen C 1/160
Menurut FATIKHAH, ALDA (2021). Manisfestasi klinis dari gejala typoid fever Masa
tunas 10 – 20 hari yang tersingkat 4 hari jika infeksi terjadi melalui makanan, sedangkan jika
melalui minuman yang terlama 30 hari. Selama masa inkubasi mungkin ditemukan gejala
abnormal yaitu perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing dan tidak bersemangat,
nafsu makan kurang, demam. Hipertermia adalah kondisi ketika suhu tubuh terlalu tinggi atau
lebih dari 370C. Kondisi ini biasanya disebabkan oleh kegagalan pada sistem yang mengatur
pendinginan suhu tubuh. Akibatnya, muncul keluhan mulai dari kram otot, gangguan otak, hingga
gangguan sistem saraf. Suhu tubuh yang normal berada pada rentang 36–370C. Beberapa
tanda dan gejala yang dapat muncul pada penderita hipertermia adalah suhu tubuh lebih dari
370C, rasa gerah, haus, dan lelah, pusing, lemah, mual dan sakit kepala.
Faktanya Tidak ada kesenjangan antara data pengkajiam yang didapatkan dengan teori di
atas.

4.2 Diagnosa
Pada saat pengkajian didapatkan hasil diagnose Hipertermi beruhungan dengan proses
infeksi bakteri salmonella thyposa yang ditandai dengan pasien mengatakan badan panas,
panas timbul pada malam hari terkadang disiang hari, pasien mengatakan sakit kepala
dengan skala nyeri 6. wajah pasien tampak kemerahan, pasien tampak memegangi kepala,
suhu tubuh meningkat 38,6 C, akral pasien teraba hangat, test widal : salmonella paratypi O
antigen A 1/160, salmonella paratypi H antigen B 1/160, salmonella paratypi antigen C
1/160.
Kuman salmonella thypi masuk ke tubuh manusia melalui mulut bersamaan dengan
makanan dan minuman yang terkontaminasi oleh kuman, sebagian kuman di musnahkan
oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke dalam usus halus dan mencapai jaringan
limfoid plak peyer di ileum terminalis yang mengalami hipertrofi. Bila terjadi komplikasi
pendarahan dan perforasi intestinal, kuman menembus lamina propia, kemudian masuk ke
aliran limped dan mencapai kelenjar limpe mesentrial dan masuk aliran darah melalui duktus
torasikus. Salmonella thypi lain dapat mencpai hati melalui sirkulasi portal dari usus.
Salmonella thypi bersarang di plak peyeri, limfa, hati dan bagian-bagian lain system
retikuloendotelial. Endotoksin salmonella thypi berperan dalam proses inflamasi local pada
jaringan tempat kuman tersebut berkembangbiak. Salmonella thypi dan endotoksinnya
merangsang sintesis dan pelepasan zat pirogen dan leukosit pada jaringan yang meradang,
sehingga terjadi demam / hipertermi yang di tandai dengan suhu tubuh diatas nilai normal,
kulit kemerahan, Kulit terasa hangat Kulit dapat terasa hangat terjadi karena adanya
vasodilatasi pembuluh darah sehingga kulit terasa hangat dan sakit kepala(Arif Mansjoer,
2003)
Berdasartakan fakta dan teori tidak ditemukan adanya kesenjangan antara fakta dan teori
4.3 Intervensi
Berdasarkan fakta yang didapatkan, intervensi yang di rencanakan adalah kaji keluhan
panas pasien, observasi tanda – tanda vital ( suhu dan andi ), berikan kompres air hangat di
ketiak ( kanan Kiri ), Jelaskan manfaat dari banyak minum air putih, anjurkan untuk banyak
minum putih ( 8 gelas/hari ), mengajurkan memakai baju tipis dan menyerap keringat,
berikan terapi antipiretik misalnya Sistenol 3 x 1 ( 500 mg via oral ) Stileran 2 x 1 ( 500 mg,
via oral ) Terfacef 1x 2 ( 2 gr via intravena ).
Menurut NANDA NIC NOC ( 2017) intervensi yang tepat pada diagnosa hipertermi itu
adalah monitor suhu tubuh, monitor IWL, monitor warna dan suhu kulit monitor tekanan
darah, nadi dan RR, monitor penurunan tingkat kesadaran, monitor WBC, Hb, dan Hct,
monitor intake dan outpute cairan dan berikan antipiretik.
Menurut Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), intervensi utama pada hipertermi adalah
monitor suhu tubuh, sediakan lingkungan yang dingin, longgarkan atau lepaskan pakaian.
basahi dan kipasi permukaan tubuh, berikan cairan oral, anjurkan tirah baring, kolaborasi
pemberian cairan dan elektrolit intravena, monitor tekanan darah, frekuensi pernafasan dan
nadi, monitor suhu tubuh anak tiap dua jam, jika perlu, monitor warna dan suhu kulit,
tingkatkan asupan cairan dan nutrisi yang adekuat, kolaborasi pemberan antipiretik, jika
perlu.
Berdasarkan fakta dan teori tidak ditemukan kesenjangan
4.4 Implementasi
Berdasarkan fakta pada pasien yang mengalami hipertermi implementasi sudah di
laksanakan sesuai intervensi, yaitu dengan mengkaji keluhan panas pasien, mengobservasi
tanda – tanda vital, mengompres air hangat di ketiak, menganjurkan klien untuk banyak
minum air putih , memberikan terapi antipiretik sistenol 500 mg tablet via oral, stileran 500
mg tablet via oral, dan mengevaluasi keadaan pasien.
Berdasarkan teori menurut Tim Pokja SIKI DPP PPNI (2016), impementasi yang harus
dilakukan kepada pasien dengan hipertermi adalah memonitor suhu tubuh, menyediakan
lingkungan yang dingin, melonggarkan atau melepaskan pakaian. membasahi dan
mengkipasi permukaan tubuh, memberikan cairan oral, menganjurkan tirah baring,
berkolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, memonitor tekanan darah, frekuensi
pernafasan dan nadi, memonitor suhu tubuh anak tiap dua jam, jika perlu, memonitor warna
dan suhu kulit, meningkatkan asupan cairan dan nutrisi yang adekuat, berkolaborasi
pemberan antipiretik, jika perlu.
Berdasarkan fakta dan teori implementasi tidak di temukan adanya kesenjangan.
4.5 Evaluasi
Setelah dilakukan evaluasi hipertermi berhubungan dengan proses infeksi bakteri
salmonella teratasi, sakit kepala hilang, skala nyeri 1, pasien tampak rileks, warna kulit
normal sawo matang, suhu 36,5 derajat celcius, dan nadi 74 kali/menit.
Menurut SLKI (2018) diagnosa hipertermi memiliki kriteria hasil sebagai berikut :
menggigil menurun, kulit merah menurun, pucat menurun, suhu tubuh membaik, suhu kulit
membaik, tekanan darah membaik. Dari implementasi yang dilakukan akan di dapatkan hasil
yang diinginkan yaitu masalah yang di alami teratasi.
Berdasarkan fakta dan teori evalusia pada pasien hipertermi tidak ditemukan
kesenjangan.

Anda mungkin juga menyukai