Kata Pengantar
Kata Pengantar
Pertama sekali kami mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha
Esa, karena berkat rahmat dan karunia-Nya jugalah akhirnya penulis dapat
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Dan selanjutnya ucapan terima
kasih kepada dosen pembimbing, teman-teman, dan seluruh pihak yang telah ikut
Ketenagakerjaan ini.
terdapat kekurangan, maka dari itu penulis dengan sangat terbuka menerima
masukan dan saran demi menuju kesempurnaan makalah ini dan makalah
Agung Satria
1101024012
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
2. RUMUSAN MASALAH
3. TUJUAN
BAB II PEMBAHASAN
KESIMPULAN
SARAN
DAFTAR PUSTAKA
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
barang dan jasa antar negara yang harus dipenuhi oleh seluruh negara anggotanya,
setinggi-tingginya.
tempatkerja.
yang telah mengamanatkan antara lain bahwa setiap tempat kerja harus
3
melaksanakan upaya kesehatan kerja, agar tidak terjadi gangguan kesehatan pada
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
2. Dapat membedakan antara kapasitas kerja, lingkungan kerja, dan beban kerja.
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kesehatan Kerja
faktor potensial yang mempengaruhi kesehatan pekerja (dalam hal ini Dosen,
masalah kesehatan lingkungan lain, bersifat akut atau khronis (sementara atau
berkelanjutan) dan efeknya mungkin segera terjadi atau perlu waktu lama. Efek
dapat timbul akibat pekerjaanya. Sasaran kesehatan kerja khususnya adalah para
masyarakat luas.
pekerjaan dan lingkungan kerjanya, baik secara fisik maupun psikis yang
meliputi, antara lain: metode bekerja, kondisi kerja dan lingkungan kerja yang
5
mungkin dapat menyebabkan kecelakaan, penyakit ataupun perubahan dari
3. Beban tambahan yang berasal dari lingkungan kerja antara lain:bising, panas,
Bila ketiga komponen tersebut serasi maka bisa dicapai suatu kesehatan
masalah kesehatan kerja berupa penyakit ataupun kecelakaan akibat kerja yang
kerja difilosofikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan
dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani tenaga kerja pada khususnya dan
manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju masyarakat makmur
dan sejahtera.
penyakit akibat kerja. Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) tidak dapat
6
meningkatkan intensitas kerja yang mengakibatkan pula meningkatnya resiko
dalam mencegah terjadinya kecelakaan yang beraneka ragam bentuk maupun jenis
atau buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan dan
kesehatan kerja, moral dan kesusilaan dan perlakuan yang sesuai dengan harkat
No.406 tahun 1910 yang dinilai sudah tidak memadai menghadapi kemajuan dan
keselamatan kerja yang ruang lingkupnya meliputi segala lingkungan kerja, baik
di darat, didalam tanah, permukaan air, di dalam air maupun udara, yang berada
7
Undang-undang tersebut juga mengatur syarat-syarat keselamatan kerja
barang produk tekhnis dan aparat produksi yang mengandung dan dapat
personil pengawasan, sumber daya manusia K3 serta sarana yang ada. Oleh
baik.
kesejahteraan fisik, mental, dan sosial pekerja pada jabatan apapun dengan sebaik-
baiknya (Harrington & Gill, 2005). Upaya kesehatan kerja ini ditujukan untuk
melindungi pekerja agar hidup sehat dan terbebas dari gangguan kesehatan serta
8
mental yang nantinya hasil pemeriksaan kesehatan ini digunakan sebagai bahan
kerja wajib melakukan segala bentuk upaya kesehatan melalui upaya pencegahan,
kesehatan pekerja. Tidak pengelola atau pengusaha saja yang berperan dalam
menciptakan dan menjagaa kesehatan tempat kerja yang sehat dan menaati
peningkatan dan pemeliharaan derajat kesehatan fisik, mental dan sosial yang
9
gangguankesehatan pekerja yang disebabkan oleh kondisi pekerjaan; perlindungan
kesehatan
yang positif dan operasi yang lancar serta meningkatkan produktivitas perusahaan.
pemilihan alat pelindung diri yang diperlukan dan gizi serta penyelenggaraan
makanan ditempat kerja
10
6. Memberikan laporan berkala tentang pelayanan kesehatan kerja kepada
pengurus
7. Memberikan saran dan masukan kepada manajemen dan fungsi terkait terhadap
membahayakan kesehatan.
komponen utama dalam system kesehatan kerja. Dimana hubungan interaktif dan
serasi antara ketiga komponen tersebut akan menghasilkan kesehatan kerja yang
baik dan optimal. Kapasitas kerja yang baik seperti status kesehatan kerja dan gizi
11
kerja yang baik serta kemampuan fisik yang prima diperlukan agar pekerja dapat
Beban kerja meliputi beban kerja fisik maupun mental. Akibat beban kerja
terlalu berat atau kemampuan fisik yang terlalu lemah dapat mengakibatkan
lingkungan kerja yaitu keadaan lingkungan tempat kerja pada saat bekerja,
Perhatian yang baik pada kesehatan kerja dan perlindungan risiko bahaya
di tempat kerja menjadikan pekerja dapat lebih nyaman dalam bekerja. Dalam
kerja
12
Pelayanan kesehatan kerja diperkuat dengan sistem informasi, surveilans
informal.
1. Memberikan bantuan kepada tenaga kerja dalam penyesuaian diri baik fisik
13
3. Meningkatkan kesehatan badan, kondisi mental (rohani) dan kemampuan
dokter atau pelayanan kesehatan lain, dan atau pengurus dari beberapa perusahaan
pemeriksaan khusus
kerja
kerja
14
perencanaan dan pembuatan tempat kerja, pemilihan alat pelindung diri
pengurus
oleh seorang dokter yang disetujui oleh Direktur. Dokter yang menjalankan
pelayanan kesehatan ini diberikan kebebasan profesional oleh pengurus. Selain itu
F. Pemeriksaan Kesehatan
kesehatan yang dilakukan oleh dokter sebelum seorang tenaga kerja diterima
untuk melakukan pekerjaan. Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja ini terdiri dari
mungkin) dan laboratorium rutin, serta pemeriksaan lain yang dianggap perlu.
15
Setelah pekerja terpilih, mereka berhak memperoleh pemeriksaan
pencegahan.
kerja. Untuk menunjang agar pemeriksaan kesehatan berkala ini mencapai sasaran
perusahaan.
pemeriksaan kesehatan yang dilakukan oleh dokter secara khusus terhadap tenaga
golongan tenaga kerja tertentu. Akan tetapi, pemeriksaan kesehatan khusus ini
16
Tenaga kerja yang telah mengalami kecelakaan atau penyakit yang
Tenaga kerja yang berusia diatas 40 (empat puluh) tahun atau tenaga kerja
wanita dan tenaga kerja cacat, serta tenaga kerja muda yang melakukan
pekerjaan tertentu.
dengan kebutuhan.
keluhan diantara tenaga kerja, atau atas pengamat pegawai pengawas keselamatan
dan kesehatan kerja, atau atas penilaian Pusat Bina Hyperkes dan keselamatan dan
pengusaha dan telah memenuhi syarat sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga
Kerja Transmigrasi dan Koperasi Nomor Per 10/Men/1976 dan syarat-syarat lain
setiap penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja. Penyakit
17
pemeriksaan klinis dan pemeriksaan kondisi pekerja serta lingkungannya untuk
Setelah ditegakkan diagnosis penyakit akibat kerja oleh dokter pemeriksa maka
dokter wajib membuat laporan medik yang bersifat rahasia (Kep 333/Men/1989).
Agar penyakit akibat kerja tidak terulang kembali diderita oleh tenaga
kerja yang berada dibawah pimpinannya, maka pengurus wajib dengan segara
01/Men/1981)
1. Pembinaan Program
2. Pembinaan Institusi
3. Peningkatan Profesionalisme.
1) Pembinaan Program
formal & informal melalui sistem yankes yang sudah berjalan &
18
Pengembangan program Upaya Kesehatan Kerja melalui
Kabupaten/Kota Sehat
2) Pembinaan Institusi
penerapan program K3
Kabupaten/Kota.
melalui Diklat.
profesi terkait.
19
kemauan, dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap tenaga kerja yang
Kepmenkes No. 920 tahun 1986 tentang upaya pelayanan swasta di bidang
medik.
Promotif
Preventif
20
Kuratif
Rehabilitatif dan
Pelayanan Rujukan
· Perbaikan gizi, menu seimbang & pemilihan makanan yang sehat & aman,
Higiene Kantin.
· Advokasi
· Imunisasi
21
· Surveilans Penyakit Akibat Kerja (PAK), Penyakit Akibat Hubungan Kerja
· Melakukan rujukan
kesehatan.
· Terapi Penyakit Akibat Kerja (PAK) dengan terapi kasual/utama & terapi
simtomatis
· Rehabilitasi medik
kemampuannya.
22
5. Pelayanan Kesehatan Kerja Rujukan yaitu Rujukan pasien /penderita ke
· RUJUKAN MEDIK –> pengobatan & rehabilitasi –> Pos UKK –>
· RUJUKAN KESEHATAN :
23
UNDANG – UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR. 23 TAHUN 1992
TENTANG
KESEHATAN
Menimbang
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
1. Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang
ekonomis.
masyarakat.
24
melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu
organ dan atau jaringan tubuh manusia yang berasal dari tubuh orang
organ dan atau jaringan tubuh yang tidak berfungsi dengan baik.
6. Implan adalah bahan berupa obat dan atau alat kesehatan yang
kosmetika.
25
10. Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan
11. Alat kesehatan adalah instrumen, aparatus, mesin, implan yang tidak
ketergantungan psikis.
obat tradisional.
26
BAB II
Pasal 2
yang berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, manfaat, usaha bersama dan
Pasal 3
kesadaran,kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud
BAB III
Pasal 4
Pasal 5
27
BAB IV
Pasal 6
keschatan.
Pasal 7
Pasal 8
terjamin.
Pasal 9
masyarakat.
BAB V
UPAYA KESEHATAN
Bagian Pertama
Umum
28
Pasal 10
Pasal 11
a. kesehatan keluarga;
b. perbaikan gizi;
d. kesehatan lingkungan;
e. kesehatan kerja;
f. kesehatan jiwa;
g. pemberantasan penyakit;
1. kesehatan sekolah;
m. kesceatan olahraga;
29
n. pengobatan tradisional
o. keschatan matra.
Bagian Kedua
Kesehatan Keluarga
Pasal 12
(2) Kesehatan keluarga sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi kesehatan
Pasal 13
Pasal 14
Pasal 15
30
(1) Dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk menyclamatkan jiwa ibu hamil
(2) Tindakan medis tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hanya
dapat dilakukan :
tersebut;
itu dan dilakukan sesuai dengan tanggung jawab profesi serta berdasarkan
keluarganya;
dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 16
(2) Upaya kehamilan diluar cara alami sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) hanya dapat dilakukan oleh pasangan suami istri yang sah dengan
ketentuan :
a. hasil pembuahan sperma dan ovum dari suami istri yang bersangkutan,
31
b. dilakukan oleh tenaga keschatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan
untuk itu;
cara alami sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan dengan
Peraturan Pemerintah.
Pasal 17
perkembangan anak.
(2) Kesehatan anak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan melalui
peningkatan kesehatan anak dalam kandungan, masa bayi, masa balita, usia
Pasal 18
keluarganya.
melalui penyediaan sarana dan prasarana atau dengan kegiatan yang menunjang
Pasal 19
32
(1) Kesehatan manusia usia lanjut diarahkan untuk memelihara dan meningkatkan
Gizi
Pasal 20
gizi.
(2) Perbaikan gizi meliputi upaya peningkatan status dan mutu gizi, pencegahan,
Pasal 21
(2) Setiap makanan dan minuman yang dikemas wajib diberi tanda atau
d. ketentuan lainnya.
33
(3) Makanan dan minuman yang tidak memenuhi ketentuan standar dan atau
dalam ayat (1) dilarang untuk diedarkan, ditarik dari peredaran, dan disita untuk
berlaku.
dimaksud dalam ayat (1), ayal (2), dan ayat (3) ditetapkan dengan Peraturan
Pemerintah.
Bagian Kelima
Kesehatan Lingkungan
Pasal 22
(3) Kesehatan lingkungan meliputi penyehatan air dan udara, pengamanan limbah
padat, limbah cair, limbah gas, radiasi dan kebisingan, pengendalian vektor
(4) Setiap tempat atau sarana pelayanan umum wajib memelihara dan
dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat
34
(4) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
Bagian Keenam
Kesehatan Kerja
Pasal 23
optimal.
(4) Ketentuan mengenai kesehatan kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)
Bagian Ketujuh
Kesehatan Jiwa
Pasal 24
(1) Kesehatan jiwa diselenggarakan untuk mewujudkan jiwa yang schat secara
35
(3) Kesehatan jiwa dilakukan oleh perorangan, lingkungan keluarga, lingkungan
Pasal 25
bekas penderita gangguan jiwa yang telah selesai menjalani pengobatan dan atau
Pasal 26
keamanan dan ketertiban umum wajib diobati dan dirawat di sarana pelayanan
(2) Pengobatan dan perawatan penderita gangguan jiwa dapat dilakukan atas
permintaan suami atau istri atau wali atau anggota keluarga penderita atau atas
wilayah setcmpat atau hakim pengadilan bilamana dalam suatu perkara timbul
36
Pasal 27
Pasal 28
tidak menular.
angka kesakitan dan atau angka kematian yang tinggi dilaksanakan sedini
mungkin.
Pasal 29
Pasal 30
Pasal 31
37
Pemberantasan penyakit menular yang dapat menimbulkan wabah dan
berlaku.
Bagian Kesembilan
Pasal 32
(3) Pengobatan dan atau perawatan dapat dilakukan berdasarkan ilmu kedokteran
(4) Pelaksanaan pengobatan dan atau perawatan berdasarkan ilmu kedokteran atau
ilmu keperawatan hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai
dipertanggungjawabkan.
Pasal 33
transplantasi organ dan atau jaringan tubuh, transfuse darah, implan obat dan atau
38
(2) Transplantasi organ dan atau jaringan tubuh serta transfusi darah sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) dilakukan hanya untuk tujuan kemanusiaan dan dilarang
Pasal 34
(1) Transplantasi organ dan atau jaringan tubuh hanya dapat dilakukan oleh tenaga
kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu dan dilakukan di
(2) Pengambilan organ dan atau jaringan tubuh dari seorang donor harus
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan
Pemerintah.
Pasal 35
(1) Transfusi darah hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
(2) Ketentuan mengenai syarat dan tata cara transfusi darah sebagaimana
Pasal 36
(1) Implan obat dan atau alat kesehatan ke dalam tubuh manusia hanya dapat
39
(2) Ketentuan mengenai syarat dan tata cara penyelenggaraan implan sebagaimana
Pasal 37
(1) Bedah plastik dan rekonstruksi hanya dapat dilakukan oleh tenaga keschatan
yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu dan dilakukan di sarana
keschatan tertentu.
(2) Bedah plastik dan rekonstruksi tidak boleh bertentangan dengan norma yang
(3) Ketentuan mengenai syarat dan tata cara bedah plastik dan rekonstruksi
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan
Pemerintah.
Bagian Kesepuluh
Pasal 38
Pasal 39
40
Pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan diselenggarakan untuk
farmasi dan alat kesehatan yang tidak memenuhi persyaratan mutu dan atau
Pasal 40
(1) Sediaan farmasi yang berupa obat dan bahan obat harus memenuhi syarat
(2) Sediaan farmasi yang berupa obat tradisional dan kosmetika serta alat
Pasal 41
(1) Sediaan farmasi dan alat kesehatan hanya dapat diedarkan sctelah mendapat
izin edar.
(2) Penandaan dan informasi sediaan farmasi dan alat kesehatan harus memenuhi
(3) Pemerintah berwenang mencabut izin edar dan memerintahkan penarikan dari
peredaran sediaan farmasi dan alat kesehatan yang telah memperoleh izin edar,
yang kemudian terbukti tidak memenuhi persyaratan mutu dan atau kcamanan dan
Pasal 42
41
Pekerjaan kefarmasian harus dilakukan dalam rangka menjaga mutu
Pasal 43
Pasal 44
(1) Pengamanan penggunaan bahan yang mengandung zat adiktif diarahkan agar
(2) Produksi, peredaran, dan penggunaan bahan yang mengandung zat adiktif
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan
Pemerintah.
Kesehatan Sekolah
Pasal 45
42
(1) Kesehatan sekolah diselenggarakan untuk meningkatkan kemampuan hidup
sehat peserta didik dalam lingkungan hidup sehat sehingga peserta didik dapat
belajar, tumbuh, dan berkembang secara harmonis dan optimal menjadi sumber
(3) Ketentuan mengenai kesehatan sekolah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dan ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. Bagian Keempat Belas
Kesehatan Olahraga
Pasal 46
Pengobatan Tradisional
Pasal 47
(1) Pengobatan traditional merupakan salah satu upaya pengobatan dan atau
43
(2) Pengobatan traditional sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) perlu dibina dan
diawasi untuk diarahkan agar dapat menjadi pengobatan dan atau perawatan cara
Kesehatan Matra
Pasal 48
untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal dalam lingkungan matra yang
serba berubah.
(2) Kesehatan matra meliputi kesehatan lapangan, kesehatan kelautan dan bawah
(3) Ketentuan mengenai kesehatan Matra sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
BAB VI
Bagian Pertama
44
Umum
Pasal 49
Sumber daya kesehatan merupakan semua perangkat keras dan perangkat lunak
a. tenaga kesehatan;
b. sarana kesehatan;
c. perbekalan kesehatan;
d. pembiayaan kesehatan;
e. pengelolaan kesehatan;
Bagian Kedua
Tenaga Kesehatan
Pasal 50
kesehatan sesuai dengan bidang keahlian dan atau kewenangan tenaga kesehatan
yang bcrsangkutan.
Pasal 51
45
(1) Pengadaan tenaga kesehatan untuk memenuhi kebutuhan diselenggarakan
antara lain melalui pendidikan dan pelatihan yang dilaksanakan olch pemerintah
berlaku.
Pasal 52
pelayanan kesehatan.
Pasal 53
yang bersangkutan.
46
Pasal 54
(1) Terhadap tenaga keschatan yang melakukan kesalahan atau kelalaian data
(3) Ketentuan mengenai pembentukan, tugas, fungsi, dan tata kerja Majelis
Pasal 55
(1) Setiap orang berhak atas ganti rugi akibat kesalahan atau kelalaian yang
(2) Ganti rugi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan
Bagian Ketiga
Sarana Kesehatan
Pasal 56
rumah sakit umum, rumah sakit khusus, praktik dokter, praktik dokter gigi,
praktik dokter spcsialis, praktik dokter gigi spesialis, praktik bidan, toko obat,
apotek, pedagang besar farmasi, pabrik obat dan bahan obat, laboratorium,
sekolah dan akademi kesehatan, balai pelatihan kesehatan, dan sarana kesehatan
lainnya.
47
(2) Sarana kesehatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat diselenggarakan
Pasal 57
(1) Sarana kesehatan berfungsi untuk melakukan upaya kesehatan dasar atau
(3) Sarana kesehatan dapat juga dipergunakan untuk kepentingan pendidikan dan
bidang kesehatan.
Pasal 58
badan hukum.
(2) Sarana kesehatan tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan
oleh pemerintah.
Pasal 59
48
(3) Ketentuan mengenai syarat dan tata cara memperolch izin penyelenggaraan
Bagian Keempat
Perbekalan Kesehatan
Pasal 60
Pasal 61
kebutuhan sediaan farmasi dan alat kesehatan serta perbekalan lainnya yang
(2) Pengelolaan perbekalan kesehatan yang berupa sediaan farmasi dan alat
perbekalan kesehatan.
Pasal 62
(1) Pengadaan dan penggunaan sediaan farmasi dan alat kesehatan dibina dan
49
memperhatikan kelestarian lingkungan hidup termasuk sumber daya alam dan
sosial budaya.
(2) Produksi sediaan farmasi dan alat keschatan harus dilakukan dengan cara
produksi yang baik yang berlaku dan memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan
dalam farmakope Indonesia atau buku standar lainnya dan atau syarat lain yang
ditetapkan.
Pasal 63
sediaan farmasi harus dilakukan olch tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian
Pasal 64
Pemerintah.
50
Bagian Kelima
Pembiayaan Kesehatan
Pasal 65
masyarakat.
Pasal 66
badan hukum dan memiliki izin operasional serta kepesertaannya bersifat aktif.
Bagian Keenam
51
Pengelolaan Kesehatan
Pasal 67
Pasal 68
Bagian Ketujuh
Pasal 69
menetapkan ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna yang diperlukan dalam
52
(3) Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan
Pasal 70
mayat untuk penyelidikan sebab penyakit dan atau sebab kematian serta
(2) Bedah mayat hanya dapat dilakukan koleh tenaga kesehatan yang mempunyai
keahlian dan kewenangan untuk itu dan dengan memperhatikan norma yang
(3) Ketentuan mengenai bedah mayat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan
BAB VII
Pasal 71
53
(2) Pemerintah membina, mendorong, dan menggerakkan swadaya masyarakat
berhasilguna.
(3) Ketentuan mengenai syarat dan tata cara peran serla masyarakat di bidang
Pasal 72
(2) Ketentuan mengenai pembentukan, tugas pokok, fungsi, dan tata kerja Badan
BAB VIII
Bagian Pertama
Pembinaan
Pasal 73
Pasal 74
54
Pembinaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 73 diarahkan untuk
kesehatan;
Pasal 75
Bagian Kedua
Pengawasan
Pasal 76
Pasal 77
55
Pemerintah berwenang mengambil tindakan administratif terhadap tenaga
Pasal 78
56
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
beban kerja terlalu berat atau kemampuan fisik yang terlalu lemah
i. Pembinaan program
pelayanan:
57
a. Promotif
b. Preventif
c. Kuratif
d. Rehabilitatif dan
e. Pelayanan Rujukan
B. SARAN
Agar tercipta tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran
mengurangi atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada
58
DAFTAR PUSTAKA
Masagung
REPOSITORI.
59