Anda di halaman 1dari 15

PANDUAN ………………………….

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AMBARAWA

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AMBARAWA

KABUPATEN SEMARANG

201X

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan YME, atas segala rahmat yang


telah dikaruniakan kepada penyusun sehingga dapat
menyelesaikan Buku Panduan Pengelolaan Obat ARV (Anti Retro
Viral) Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa.

Buku Panduan Pengelolaan Obat ARV (Anti Retro Viral) Ini


merupakan pedoman bagi tenaga kesehatan dalam memberikan
pelayanan pada pasien

Diharapkan dengan adanya buku ini dapat meningkatkan


mutu pelayanan di rumah sakit dan digunakan sebagai acuan
dalam melaksanakan tugas.

Tidak lupa penyusun menyampaikan terima kasih yang


sedalam-dalamnya atas bantuan semua pihak dalam
menyelesaikan Buku Panduan Pengelolaan Obat ARV (Anti Retro
Viral)

Kami sangat menyadari banyak terdapat kekurangan-


kekurangan dalam buku ini. Kekurangan ini secara
berkesinambungan akan terus diperbaiki sesuai dengan
tuntunan dalam pengembangan rumah sakit ini.

Ambarawa, 31 Desember 2015

Penyusun

ii
PEMERINTAH KABUPATEN SEMARANG
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AMBARAWA
Jl. Kartini No 101 Telp (0298) 591022 Fax (0298) 591866
Email : ambarawa_rsud@yahoo.co.id
AMBARAWA - 50611

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH


AMBARAWA

NOMOR : 800/2933/2015

TENTANG

PANDUAN PENGELOLAAN OBAT ARV

Disusun Oleh :

dr. Kusworo Yulianto


NIP. 196807072007011017

Disetujui Oleh :

Dra. Sri Suwanti


NIP. 196508181991012001

Ditetapkan Oleh :

dr. Rini Susilowati, M.Kes, MM


NIP. 19610506 198910 2 001

iii
PEMERINTAH KABUPATEN SEMARANG
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AMBARAWA
Jl. Kartini No 101 Telp (0298) 591022 Fax (0298) 591866
Email : ambarawa_rsud@yahoo.co.id
AMBARAWA - 50611

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH


AMBARAWA

NOMOR : 800/2933/2015

TENTANG

PANDUAN PENGELOLAAN OBAT ARV

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AMBARAWA


KABUPATEN SEMARANG,
Menimbang : a. bahwa dalam rangka menekan perkembangan
virus HIV secara maksimal;
b. bahwa untuk mendukung dan memfasilitasi
pengelolaan dan pelayanan obat Anti Retro Viral
yang dilakukan petugas untuk pasien HIV di
RSUD Ambarawa dapat lebih optimal;
c. bahwa untuk maksud sebagaimana pada huruf
a dan b, perlu menetapkan Peraturan Direktur
tentang Panduan Pengelolaan Obat ARV (Anti
Retro Viral) di RSUD Ambarawa Kabupaten
Semarang.

Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29


Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
(Lembaran Negara RI Tahun 2004 Nomor 116,
Tambahan Lembaran Negara RI No 4431);
2. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor
36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 1441 Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5063);
3. Undang – Undang Nomor 44 Tahun 2009
tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153
Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5072);
4. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
832/Menkes/SK/X/2006 tentang Penetapan
Rumah sakit Rujukan bagi orang dengan HIV-
AIDS (ODHA) dan standar pelayanan Rumah
Sakit Rujukan ODHA dan Satelitnya.
5. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 21
Tahun 2013 tentang Penanggulangan HIV dan
AIDS
6. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 87
Tahun 2014 tentang Pedoman Pengobatan
Antiretroviral.

MEMUTUSKAN :
Menetapkan :
KESATU : Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah
Ambarawa Tentang Panduan Pengelolaan Obat
ARV

KEDUA : Panduan Pengelolaan Obat ARV Sebagaimana


dimaksud dalam Diktum Kesatu sebagaimana
terlampir dalam lampiran keputusan ini

KETIGA : Panduan Pengelolaan Obat ARV sebagaimana


dimaksud dalam Diktum Kedua digunakan
sebagai acuan.

KEEMPAT : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal


ditetapkan

Ditetapkan di : Ambarawa
pada tanggal : 31 Desember 2015

DIREKTUR RSUD AMBARAWA


KABUPATEN SEMARANG,

RINI SUSILOWATI

v
Daftar Isi

DEFINISI..............................................................................................1
RUANG LINGKUP.................................................................................3
TATA LAKSANA....................................................................................4
DOKUMENTASI....................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................9

vi
BAB I
DEFINISI

A. Obat Anti retro viral (ARV) adalah regimen obat yang


digunakan untuk menekan perkembangan virus (HIV) secara
maksimal.

B. Ada beberapa ARV mempunyai nama dan rupa yang mirip


(NORUM / LASA) sehingga termasuk dalam obat-obatan yang
memiliki risiko lebih tinggi untuk menyebabkan /
menimbulkan adanya komplikasi yang membahayakan pasien
secara signifikan jika terdapat kesalahan penggunaan (dosis,
interval dan penyiapannya), jadi termasuk golongan obat yang
perlu diwaspadai (High alert medications) sehingga
penanganannya mengikuti panduan high alert medications.
Berikut obat ARV di RSUD AMBARAWA KABUPATEN
SEMARANG
Tabel 1 : Obat ARV RSUD AMBARAWA Kabupaten
Semarang 2014
Kategori / Kelas Obat-obatan Jenis obat
Golongan Nucleoside RTI Abacavir (ABC)
(analogue reverse Lamivudin (3TC)
transcriptase inhibitor) Stavudin (d4T)
Zidovudin (ZDV atau AZT)

Golongan Nucelotide RTI Tenofovir (TDF)

Golongan Non Nucleoside Efavirenz (EFV)


RTIs. Nevirapin (NVP)

Sediaan obat FDC lamivudin 150 + zidovudin


(Fix Dose Combination) 300
zidovudin 60 + lamivudin
30+ nevirapin 50
stavudin 6+ lamivudin 30 +
nevirapin 50
Tenofovir 300 + lamivudin

1
300 + efavirenz 600

C. Terapi anti retro viral secara nasional dimulai pada tahun


2004 dan dengan Kepmenkes No. 1190 tahun 2004
ditetapkan Pemberian Gratis Obat Anti Retro viral (ARV) dan
sampai saat ini ARV tersebut masih merupakan sumbangan
dari WHO.
D. Masyarakat Indonesia masih memandang negatif pada orang
yang terinfeksi virus HIV (ODHA) sehingga dalam pelayanan
pasien HIV perlu dipertimbangkan menjaga kerahasiaan
pasien dan keamanan bagi petugas.

2
BAB II
RUANG LINGKUP

Panduan pengelolaan ARV ini dimaksudkan untuk


mendukung dan mefasilitasi Pengelolaan dan pelayanan obat anti
retro viral yang dilakukan petugas farmasi untuk pasien HIV di
RSUD Ambarawa dapat lebih optimal.

3
BAB III
TATA LAKSANA

Pengelolaan perbekalan farmasi adalah suatu proses yang


merupakan siklus kegiatan dimulai dari pemilihan, perencanaan,
pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian,
pengendalian, penghapusan, administrasi dan pelaporan serta
evaluasi.

A. Pemilihan, Perencanaan dan Pengadaan


1. Pemilihan, perencanaan, pengadaan kebutuhan jenis dan
jumlah ARV dimintakan ke Kementrian Kesehatan RI
melalui e-mail menggunakan program soft ware Inventory
and Order Management System (IOMS).
2. Farmasi melaporkan jumlah pemasukan dan pengeluaran
ARV setiap bulan, kepada tim HIV RSUD Ambarawa
3. Tim HIV RSUD Ambarawa meneruskannya ke Kementrian
Kesehatan RI di Jakarta melalui IOMS.
4. Tim HIV pusat menganalisis kebutuhan ARV melalui IOMS
dan kemudian mengirimkan, jenis dan jumlah ARV yang
dibutuhkan untuk pelayanan pasien HIV di RSUD
Ambarawa

B. Penerimaan
1. ARV untuk pasien HIV sumbangan Kementrian Kesehatan
RI diterima oleh gudang farmasi di area karantina / transit
in.
2. Lakukan cek kesesuaian spesifikasi, antara barang yang
datang dengan surat pengantar.
3. Lakukan koordinasi dengan tim HIV RSUD Ambarawa dan
tim HIV pusat-Jakarta, jika spesifikasi barang tidak sesuai.
4. Pindahkan ke area penyimpanan jika spesifikasi barang
sudah benar.
5. Lakukan in put data ke dalam SIM-RS.
6. Kirim balik ke tim HIV pusat Jakarta, surat dan berkas-
berkas pengantar barang.

4
7. Arsipkan sebagian berkas pengantar tersebut.
8. Infokan ke Depo farmasi jika ada ARV datang.

C. Penyimpanan
1. ARV disimpan dipisahkan pada area tersendiri, yaitu pada
kelompok obat program / obat sumbangan.
2. Setiap wadah / tempat berisi ARV yang LASA harus diberi
label, agar petugas menjadi waspada dan berhati-hati
dengan ARV.
3. Wadah penyimpanan obat ARV yang rupa obatnya mirip,
diletakkan tidak berdekatan.

D. Pendistribusian
1. Gudang farmasi menginformasikan ke depo farmasi rawat
jalan jika ada kedatangan ARV untuk pasien HIV dari
Kementrian Kesehatan RI.
2. Depo farmasi membuat format permintaan obat (FPO)
melalui SIM-RS ke gudang farmasi.
3. Gudang farmasi menjawab FPO dari depo farmasi.
4. Gudang farmasi menyiapkan dan mengirimkan ARV ke depo
farmasi disertai lembar jawaban FPO.

E. Pengendalian
1. Koordinasi dengan tim HIV rumah sakit, jika stok ARV di
Kementrian Kesehatan RI kosong atau ada ARV yang tidak
bergulir (death stock).
2. Usahakan meminta bantuan atau meminjam ke rumah
sakit jaringan pelayanan HIV.
3. Koordinasikan, tawarkan kepada rumah sakit jaringan
HIV, jika ada ARV yang tidak bergulir (death stock) dan
mendekati kadaluarsa.

F. Penghapusan
1. Rekap obat ARV yang sudah mencapai kadaluarsa atau
yang rusak.
2. Masukkan ke gudang khusus barang tidak untuk
pelayanan.

5
3. Usulkan untuk penghapusan pada akhir tahun bersama-
sama perbekalan farmasi kadaluarsa lainnya.

G. Pelayanan dengan Prinsip meminimalisir kesalahan


Lakukan prosedur dengan aman dan hati-hati selama
memberikan instruksi, mempersiapkan, menyimpan dan
memberikan ARV.
1. Lakukan pengecekan ganda.
2. Minimalisasi kesalahan.
a. Menyediakan akses informasi mengenai ARV.
b. Membatasi akses terhadap ARV.
c. Menstandarisasi prosedur instruksi / peresepan,
penyimpanan, penyiapan dan penyerahan / pemberian
ARV
1) Pisahkan obat-obat dengan nama atau rupa yang
mirip menggunakan sticker LASA
Misalnya : kesalahan terjadi di mana obat Hiviral ®
(lamivudin) tablet diberikan Neviral® (nevirapin).
Solusinya : beberapa obat ARV diberi sticker LASA.
2) Minimalisasi instruksi verbal dan hindarkan
penggunaan singkatan.
3) Melakukan prosedur pengecekan ganda.

3. Peresepan
a. Instruksi ARV harus mencakup minimal :
1) Nama pasien dan nomor rekam medis.
2) Tanggal dan waktu instruksi dibuat.
3) Nama obat (generik), dosis, jalur pemberian dan
tanggal pemberian setiap obat
b. Jika memungkinkan, peresepan ARV lebih baik
terstandarisasi dengan menggunakan instruksi tercetak
(e-prescribing).
4. Pemberian obat
a. Jangan menyiapkan, melayani, memberikan ARV sebagai
rutinitas.

6
b. Petugas harus selalu melakukan pengecekan ganda
(double-check) terhadap semua ARV sebelum diberikan
kepada pasien.
c. Pengecekan Ganda Terhadap ARV
1) Tujuan: identifikasi obat-obatan yang memerlukan
verifikasi atau pengecekan ganda oleh petugas
kesehatan lainnya (sebagai orang kedua) sebelum
memberikan obat dengan tujuan meningkatkan
keselamatan dan akurasi.
2) Kebijakan :
a) Pengecekan ganda diperlukan sebelum
memberikan ARV.
b) Pengecekan ganda ini akan dicatat pada catatan
pemberian medikasi pasien.
c) Pengecekan pertama harus dilakukan oleh petugas
yang berwenang untuk menginstruksikan,
meresepkan, atau memberikan obat-obatan, antara
lain : perawat, farmasis, atau dokter.
d) Pengecekan kedua akan dilakukan oleh petugas
yang berwenang, atau perawat lainnya. (petugas
tidak boleh sama dengan pengecek pertama).
d. Sesaat sebelum memberikan obat, petugas mengecek
nama pasien, memberitahukan kepada pasien mengenai
nama obat yang diberikan, dosis dan tujuannya (jika
memungkinkan, pasien dapat juga berperan sebagai
pengecek).
e. Pada pasien rawat inap, obat yang tidak digunakan
dikembalikan (return) kepada farmasi dan dilakukan
peninjauan ulang oleh farmasis apakah terjadi kesalahan
obat yang belum diberikan.
f. Guna menghormati privasi kerahasiaan pasien, pada
pelayanan obat ARV pasien rawat jalan, penyerahan
obatnya sesuai kesepakatan dengan pasien, yaitu
diberikan beserta pembungkus aslinya atau tidak
disertakan, tetapi botol obat ditutup / diberi etiket/ label
dari rumah sakit.

7
BAB IV
DOKUMENTASI

A. Tertib administrasi dalam pengelolaan obat ARV untuk pasien


HIV wajib dilakukan, karena merupakan obat program
sumbangan WHO melalui Subdit PMS dan AIDS Kementrian
Kesehatan RI.
B. Catat penambahan dan pengurangan jumlah obat ARV pasien
HIV pada :
1. Secara manual pada kartu stok.
2. Secara komputerisasi in put dalam :
a. Soft ware RSUD Ambarawa (SIM-RS).
b. Software Tim HIV Kementrian Kesehatan RI di Jakarta
(IOMS).
C. Catat pengeluaran obat ARV pasien HIV pada form registrasi,
meliputi :
1. Data obat yang diberikan : regimen obat yang diberikan
(nama generik atau nama dagang, kekuatan obat, bentuk
sediaan, ferkuensi pemberian dan jumlah obat / durasi
pemberian obat).
2. Data pasien yang menerima obat : nama, nomor rekam
medik..
3. Data dokter penulis resep : nama, spesialisasi.
Laporkan setiap bulan ke tim HIV RSUD Ambarawa

8
DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI),


Pedoman Terapi Antiretroviral, Dit. Jen Pemberantasan
Penyakit Menular dan penyehatan Lingkungan, Depkes RI,
2004
2. Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI),
Standar Pelayanan Farmasi Di Rumah Sakit, Dit. Jen Binfar
dan Alkes Depkes RI, 2007
3. Institute for Safe Medication Practices (ISMP). ISMP’s list of
high-alert medications. ISMP; 2012.
4. Lacy Charles F. et.al, Drug Information Handbook, 20 edition,
American Pharmacists Association (APhA), 2011

Anda mungkin juga menyukai