Anda di halaman 1dari 5

MANAJEMEN RESES DPRD

I. Pendahuluan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) merupakan lembaga perwakilan rakyat yang
bertugas untuk mengawasi jalannya pemerintahan daerah dan menyerap aspirasi masyarakat.
Salah satu tugas yang dilakukan oleh anggota DPRD adalah melaksanakan reses. Reses
merupakan masa kerja anggota DPRD di luar masa sidang untuk menyerap aspirasi
masyarakat. Dalam makalah ini, akan dijelaskan tentang pelaksanaan reses oleh pimpinan
dan sekretariat DPRD, masa tugas reses, dan rapat laporan reses.

A. Dasar dan Kerangka Hukum Pelaksanaan Reses:


Reses merupakan kegiatan yang dilakukan oleh anggota parlemen untuk kembali ke
daerah pemilihannya selama jangka waktu tertentu guna melakukan kunjungan kerja,
sosialisasi, dan konsultasi dengan masyarakat. Pelaksanaan reses didasarkan pada
beberapa peraturan hukum yang mengatur tugas dan fungsi anggota parlemen serta hak-
hak konstitusional rakyat dalam memperoleh pelayanan publik.
1. Undang-Undang Dasar 1945: Pasal 20 ayat (2) UUD 1945 menegaskan bahwa
anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah berhak mengajukan pandangan kepada Pemerintah atas
hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan umum.
2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD (UU
MD3): Pasal 87 UU MD3 mengatur bahwa setiap anggota DPR berhak melakukan
kegiatan reses selama 1 (satu) minggu dalam setiap bulan masa sidang.
3. Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Nomor 1 Tahun 2018 tentang Tata Tertib
Dewan: Pasal 99 ayat (1) Pimpinan DPR menyelenggarakan reses dalam satu tahun
anggaran sebanyak 4 (empat) kali, dengan setiap kali reses dilaksanakan selama 2
(dua) minggu.

B. Filosofi Pelaksanaan Reses:


Pelaksanaan reses memiliki beberapa filosofi dasar, antara lain:
1. Memperkuat Hubungan dengan Konstituen: Reses adalah kesempatan bagi anggota
parlemen untuk memperkuat hubungan dengan konstituennya. Dalam reses, anggota
parlemen dapat bertemu langsung dengan masyarakat, mendengarkan aspirasi dan
keluhan mereka, serta memberikan informasi terkait program-program pemerintah
dan kebijakan yang diambil oleh DPR.
2. Meningkatkan Akuntabilitas Publik: Reses juga merupakan bagian dari upaya
meningkatkan akuntabilitas publik. Dalam reses, anggota parlemen dapat
memberikan laporan kinerjanya selama menjadi wakil rakyat, serta
mempertanggungjawabkan dana yang telah digunakan untuk kegiatan reses.
3. Memperkuat Fungsi Pengawasan: Melalui reses, anggota parlemen juga dapat
memperkuat fungsi pengawasan terhadap kinerja pemerintah. Dalam kunjungannya
ke daerah pemilihannya, anggota parlemen dapat mengevaluasi program-program
pemerintah yang telah dilaksanakan dan memberikan rekomendasi untuk perbaikan.
4. Meningkatkan Partisipasi Publik: Dengan bertemu langsung dengan masyarakat
dalam kegiatan reses, anggota parlemen dapat meningkatkan partisipasi publik dalam
proses pembuatan kebijakan. Masyarakat dapat memberikan masukan dan saran
kepada anggota parlemen terkait kebijakan yang diinginkan, sehingga kebijakan yang
diambil dapat lebih berpihak pada kepentingan rakyat.
5. Menjalin Kemitraan dengan Pemerintah Daerah: Reses juga dapat memperkuat
kemitraan antara anggota parlemen dan pemerintah daerah. Dalam kunjungannya ke
daerah pemilihannya, anggota parlemen dapat berkoordinasi dengan pemerintah
daerah untuk mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi dan merumuskan solusi
yang tepat.

Penjelasan Pelaksanaan Reses oleh Pimpinan dan Sekretariat DPRD Pelaksanaan reses oleh
pimpinan dan sekretariat DPRD terdiri dari beberapa tahapan, yaitu:
1. Penetapan jadwal reses oleh pimpinan DPRD.
2. Persiapan teknis oleh sekretariat DPRD, seperti penyediaan kendaraan dan akomodasi
bagi anggota DPRD yang akan melaksanakan reses.
3. Koordinasi dengan pemerintah daerah dan masyarakat setempat untuk mengetahui
masalah-masalah yang sedang dihadapi di daerah tersebut.
4. Pendampingan oleh staf sekretariat DPRD dalam melakukan kunjungan kerja dan
menyerap aspirasi masyarakat.

II. Masa Tugas Reses


Masa tugas reses adalah masa kerja anggota DPRD di luar masa sidang untuk menyerap
aspirasi masyarakat. Masa tugas reses dilaksanakan paling lama 6 (enam) hari kerja, sesuai
dengan Pasal 74 ayat 1 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah. Selama masa tugas reses, anggota DPRD dapat melakukan kunjungan kerja ke
daerah pemilihannya untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi masyarakat.

Rapat Laporan Reses Setelah selesai melaksanakan tugas reses, anggota DPRD wajib
melaporkan hasil kunjungan kerja dan aspirasi masyarakat yang telah diserap kepada
pimpinan DPR

Penyusunan hasil reses menjadi pokir (Program Kegiatan dan Anggaran Prioritas) melibatkan
beberapa tahapan, yaitu:
1. Analisis Hasil Reses
 Analisis hasil reses dilakukan untuk mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi
oleh masyarakat di wilayah tersebut.
 Hasil analisis ini akan menjadi dasar bagi penyusunan rekomendasi kebijakan yang
akan diusulkan dalam pokir.

Teknik analisis hasil reses dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain:
A. Analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats)
 Teknik ini digunakan untuk menganalisis kekuatan, kelemahan, peluang, dan
ancaman yang dihadapi oleh wilayah tersebut.
 Analisis SWOT dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai kondisi
wilayah yang direses.
B. Analisis GAP
 Teknik ini digunakan untuk menganalisis perbedaan antara kondisi yang ada saat
ini dengan kondisi yang diinginkan oleh masyarakat.
 Analisis GAP dapat membantu menemukan kesenjangan antara apa yang
diinginkan oleh masyarakat dan apa yang sudah ada saat ini.
C. Analisis Peta Permasalahan
 Teknik ini digunakan untuk membuat peta permasalahan yang dihadapi oleh
masyarakat di wilayah tersebut.
 Peta permasalahan dapat membantu memvisualisasikan masalah yang dihadapi
dan memudahkan dalam menentukan prioritas masalah.
D. Analisis Statistik
 Teknik ini digunakan untuk menganalisis data numerik yang dihasilkan dari reses,
seperti data jumlah penduduk, tingkat pengangguran, tingkat pendidikan, dan
sebagainya.
 Analisis statistik dapat membantu memperoleh gambaran yang jelas mengenai
kondisi wilayah yang direses.
E. Analisis FGD (Focus Group Discussion)
 Teknik ini dilakukan dengan mengumpulkan beberapa warga masyarakat untuk
berdiskusi mengenai permasalahan yang dihadapi di wilayah tersebut.
 Analisis FGD dapat memberikan informasi yang lebih detail mengenai
permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat dan membantu dalam menentukan
prioritas masalah.
Dalam melakukan analisis hasil reses, sebaiknya menggunakan beberapa teknik analisis yang
saling melengkapi sehingga dapat memberikan gambaran yang lebih lengkap mengenai
permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat di wilayah tersebut.

2. Penentuan Prioritas Masalah


 Setelah melakukan analisis hasil reses, tahap selanjutnya adalah menentukan prioritas
masalah yang akan diusulkan sebagai pokir.
 Prioritas masalah ini ditentukan berdasarkan urgensi, dampak, dan kebutuhan
masyarakat.

Penentuan prioritas masalah adalah tahapan penting dalam menyusun pokir berdasarkan
hasil reses. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat dilakukan dalam penentuan
prioritas masalah:
1. Identifikasi semua masalah yang diungkapkan dalam hasil reses
 Mulailah dengan mengumpulkan semua masalah yang diungkapkan oleh
masyarakat dalam hasil reses. Buatlah daftar dari semua masalah yang ditemukan.
2. Evaluasi setiap masalah berdasarkan kriteria tertentu
 Kriteria yang dapat digunakan dalam evaluasi antara lain:
 Urgensi: Seberapa cepat masalah harus ditangani
 Dampak: Seberapa besar dampak masalah tersebut pada masyarakat
 Keterkaitan: Seberapa banyak masyarakat yang terpengaruh oleh masalah tersebut
 Keterjangkauan: Seberapa mudah masalah tersebut untuk diatasi
 Sumber daya: Seberapa banyak sumber daya yang dibutuhkan untuk menangani
masalah tersebut
3. Berikan bobot pada setiap kriteria
 Setelah menentukan kriteria yang akan digunakan, berikan bobot pada setiap
kriteria. Misalnya, urgensi diberi bobot 40%, dampak diberi bobot 30%,
keterkaitan diberi bobot 20%, keterjangkauan diberi bobot 5%, dan sumber daya
diberi bobot 5%.
4. Beri skor pada setiap masalah berdasarkan kriteria dan bobot
 Beri skor pada setiap masalah berdasarkan kriteria dan bobot yang telah
ditentukan. Misalnya, masalah A mendapat skor 8 dari 10 pada kriteria urgensi,
skor 9 dari 10 pada kriteria dampak, dan seterusnya.
5. Hitung skor total untuk setiap masalah
 Setelah memberikan skor pada setiap masalah, hitunglah skor total untuk setiap
masalah dengan menjumlahkan skor dari setiap kriteria.
6. Prioritaskan masalah berdasarkan skor total
 Prioritaskan masalah berdasarkan skor total yang diperoleh. Masalah dengan skor
total tertinggi harus menjadi prioritas utama dalam penyusunan pokir.

3. Penyusunan Usulan Kebijakan


 Setelah masalah-masalah yang menjadi prioritas telah ditentukan, tahap berikutnya
adalah penyusunan usulan kebijakan yang dapat menjadi solusi atas masalah-masalah
tersebut.
 Usulan kebijakan yang disusun harus spesifik, terukur, dapat diimplementasikan, dan
dapat memberikan dampak yang signifikan terhadap permasalahan yang ada.
Penyusunan usulan kebijakan yang efektif dan efisien untuk menangani permasalahan
yang diidentifikasi dalam reses dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain:
1. Menentukan tujuan dan sasaran kebijakan
 Pertama, harus ditentukan tujuan dan sasaran kebijakan yang ingin dicapai,
berdasarkan pada permasalahan yang diidentifikasi dalam reses.
 Tujuan dan sasaran yang jelas akan membantu dalam menentukan langkah-
langkah yang tepat dalam penyusunan kebijakan.
2. Melakukan analisis situasi
 Langkah selanjutnya adalah melakukan analisis situasi, yaitu menganalisis kondisi
dan situasi yang ada terkait dengan permasalahan yang diidentifikasi.
 Analisis situasi dapat membantu dalam memahami faktor-faktor yang
mempengaruhi permasalahan tersebut, serta menemukan peluang dan kendala
dalam pelaksanaan kebijakan.
3. Membuat alternatif kebijakan
 Setelah analisis situasi dilakukan, langkah selanjutnya adalah membuat alternatif
kebijakan yang dapat diambil untuk menangani permasalahan tersebut.
 Alternatif kebijakan harus disesuaikan dengan tujuan dan sasaran yang telah
ditentukan.
4. Menilai alternatif kebijakan
 Alternatif kebijakan yang telah dibuat perlu dinilai, baik dari segi keefektifan,
efisiensi, dan kelayakan secara ekonomi, sosial, dan politik.
 Penilaian ini dapat dilakukan dengan menggunakan matriks atau analisis cost-
benefit.
5. Menetapkan kebijakan yang dipilih
 Setelah alternatif kebijakan dinilai, pilihlah alternatif kebijakan yang paling tepat
dan sesuai dengan tujuan dan sasaran yang telah ditentukan.
 Langkah selanjutnya adalah menetapkan kebijakan yang dipilih dan menentukan
langkah-langkah yang diperlukan dalam implementasi kebijakan tersebut.
6. Menyusun rencana aksi
 Terakhir, buatlah rencana aksi untuk implementasi kebijakan yang dipilih,
termasuk mengidentifikasi sumber daya yang diperlukan, tahapan pelaksanaan,
serta mengukur dan mengevaluasi hasil pelaksanaan kebijakan.
Dalam penyusunan usulan kebijakan, perlu diperhatikan juga partisipasi masyarakat
dalam seluruh prosesnya. Dengan melibatkan masyarakat dalam penyusunan usulan
kebijakan, diharapkan dapat memperoleh solusi yang lebih tepat dan relevan dengan
kondisi dan kebutuhan masyarakat di wilayah tersebut.

4. Pemilihan Program dan Anggaran Prioritas


 Setelah usulan kebijakan telah disusun, langkah berikutnya adalah pemilihan program
dan anggaran prioritas yang akan menjadi fokus pelaksanaan.
 Program dan anggaran prioritas harus dipilih berdasarkan prioritas masalah dan
usulan kebijakan yang telah disusun.

Pemilihan program dan anggaran prioritas sangat penting dalam rangka pelaksanaan
kebijakan yang efektif dan efisien untuk menangani permasalahan yang diidentifikasi
dalam reses. Berikut adalah beberapa cara dalam memilih program dan anggaran
prioritas:
1. Prioritas Berdasarkan Tingkat Urgensi dan Dampak
 Program dan anggaran dapat diprioritaskan berdasarkan tingkat urgensi dan
dampaknya terhadap masyarakat.
 Program dan anggaran yang memiliki urgensi dan dampak yang tinggi akan
memiliki prioritas yang lebih tinggi.
2. Berdasarkan Analisis Situasi
 Pemilihan program dan anggaran prioritas dapat dilakukan berdasarkan analisis
situasi, yaitu menganalisis kondisi dan situasi yang ada terkait dengan
permasalahan yang diidentifikasi.
 Analisis situasi dapat membantu dalam menentukan program dan anggaran yang
tepat untuk menangani permasalahan yang ada.
3. Prioritas Berdasarkan Ketersediaan Sumber Daya
 Pemilihan program dan anggaran prioritas juga dapat dilakukan berdasarkan
ketersediaan sumber daya yang dimiliki.
 Program dan anggaran yang membutuhkan sumber daya yang lebih sedikit
dapat diprioritaskan jika sumber daya yang tersedia terbatas.
4. Berdasarkan Partisipasi Masyarakat
 Pemilihan program dan anggaran prioritas juga dapat dilakukan dengan
melibatkan partisipasi masyarakat dalam seluruh prosesnya, termasuk dalam
menentukan prioritas program dan anggaran.
 Dengan melibatkan masyarakat, diharapkan program dan anggaran yang dipilih
lebih sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat.
5. Berdasarkan Evaluasi dan Monitoring
 Pemilihan program dan anggaran prioritas juga dapat dilakukan berdasarkan hasil
evaluasi dan monitoring pelaksanaan program dan anggaran sebelumnya.
 Dari hasil evaluasi dan monitoring, dapat diketahui program dan anggaran mana
yang telah berhasil dan perlu ditingkatkan, serta program dan anggaran mana yang
tidak berhasil dan perlu diubah atau dihentikan.
Setelah program dan anggaran prioritas ditetapkan, langkah selanjutnya adalah menyusun
rencana aksi yang jelas dan terukur untuk implementasi program dan anggaran tersebut.
Rencana aksi ini harus mencakup tahapan pelaksanaan, sumber daya yang diperlukan,
serta indikator keberhasilan yang jelas dan terukur. Dalam implementasi program dan
anggaran, perlu dilakukan monitoring dan evaluasi secara berkala untuk memastikan
bahwa program dan anggaran tersebut berjalan dengan baik dan efektif dalam menangani
permasalahan yang diidentifikasi dalam reses.

5. Pemantauan dan Evaluasi


 Tahap terakhir adalah pemantauan dan evaluasi pelaksanaan program dan anggaran
prioritas yang telah dipilih.
 Pemantauan dan evaluasi dilakukan untuk mengetahui apakah program dan anggaran
yang telah dipilih dapat mencapai target yang diinginkan dan memberikan dampak
yang signifikan terhadap permasalahan yang ada.
Dengan melalui tahapan-tahapan tersebut, hasil reses dapat dijadikan sebagai dasar untuk
penyusunan pokir yang dapat memberikan solusi yang efektif dan efisien atas
permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat di wilayah tersebut.

Anda mungkin juga menyukai