Anda di halaman 1dari 2

Nama: Tasya Birahy

Nim: 1232020120087
Mata Kuliah: Administrasi BUMN

1. Sejarah BUMN

Organisasi Pemerintah yang memiliki Tugas Pokok dan Fungsi (Tupoksi) melaksanakan pembinaan
terhadap Perusahaan Negara/Badan Usaha Milik Negara di Republik Indonesia telah ada sejak tahun
1973. Awalnya, organisasi ini merupakan bagian dari unit kerja di lingkungan Departemen Keuangan
Republik Indonesia. Selanjutnya, organisasi tersebut mengalami beberapa kali perubahan dan
perkembangan.

Tahun 1973, Unit Eselon II

Dalam periode 1973 sampai dengan 1993, unit yang menangani pembinaan BUMN berada pada unit
setingkat Eselon II. Unit organisasi itu disebut Direktorat Persero dan PKPN (Pengelolaan Keuangan
Perusahaan Negara). Selanjutnya, terjadi perubahan nama menjadi Direktorat Persero dan BUN (Badan
Usaha Negara). Kemudian organisasi ini berubah menjadi Direktorat Pembinaan BUMN (Badan Usaha
Milik Negara) sampai dengan tahun 1993

Tahun 1993, Unit Eselon I

Dalam periode 1993 sampai dengan 1998, organisasi yang awalnya hanya setingkat Direktorat/Eselon II,
ditingkatkan menjadi setaraf Direktorat Jenderal/Eselon I, dengan nama Direktorat Jenderal Pembinaan
Badan Usaha Negara (DJ-PBUN). Dalam kurun waktu 1993-1998 tercatat 2 (dua) orang Direktur Jenderal
Pembinaan BUMN, yakni Bapak Martiono Hadianto dan Bapak Bacelius Ruru.

1998, Kementerian BUMN

Tahun 1998, pemerintah Republik Indonesia mengubah bentuk organisasi pembina dan pengelola
BUMN menjadi setingkat Kementerian, dengan nama Kementerian Negara Pendayagunaan
BUMN/Kepala Badan Pembinaan BUMN. Pada tahun 2000 sampai dengan tahun 2001, struktur
organisasi Kementerian ini sempat dihapuskan dan dikembalikan lagi menjadi setingkat eselon I di
lingkungan Departemen Keuangan. Namun, di tahun 2001, ketika terjadi suksesi pucuk kepemimpinan
Republik Indonesia, organisasi pembina BUMN tersebut dikembalikan lagi fungsinya menjadi setingkat
Kementerian sampai dengan sekarang.
2. Masalah-masalah terkait BUMN di Indonesia

1. PT Merpati Nusantara Airlines (Persero)

Seperti Iglas, Merpati pun juga merugi. Merpati juga disebutkan telah berhenti beroperasi sejak Februari
2014. Lalu, seluruh fasilitas produksi pesawat terbang berusia di atas 30 tahun dan dalam kondisi rusak.
Akhirnya dilakukanlah upaya restrukturisasi. Laporan 2019 menyebut upaya ini telah memangkas
kerugian maskapai ini dari Rp 626 miliar pada 2018 menjadi Rp 69,6 miliar pada triwulan III 2019. Tapi
setahun kemudian, Merpati tetap terlibat dalam proyek bersama BUMN lain. Oktober 2020,
Kementerian BUMN melaporkan Merpati bersama 4 BUMN lain akan membangun mega proyek
perkeretaapian di negara Kongo. Tapi hingga tahun ini, masalah masih merundung perusahaan ini.
Sejumlah mantan pilot Merpati Airlines melayangkan surat terbuka kepada Presiden Jokowi.

Mereka menuntut hak pesangon yang belum dituntaskan oleh perusahaan pelat merah itu. Surat
tersebut dikirim sejak 17 Juni 2021 dan telah memperoleh tanda terima.

"Selain ke Presiden (Jokowi), kami mengirimkan surat itu ke Wakil Presiden, Menteri BUMN, Menteri
Keuangan, Menteri Ketenagakerjaan, Menteri Perhubungan, Komnas HAM, Komisi VI DPR, dan
Ombudsman," ujar perwakilan pilot, Anthony Ajawaila pada Rabu, 23 Juni 2021.

2. PT Istaka Karya (Persero)

Istaka yang merupakan BUMN karya juga diketahui masih beroperasi. Sebelumnya, Erick bahwa resmi
mengangkat Ketua Umum Pusat Pemuda Muhammadiyah Sunanto alias Cak Nanto menjadi Komisaris
Utama sekaligus Komisaris Independen PT Istaka Karya (Persero). Nama Istaka tidak masuk dalam
program restrukturisasi 2019. Meski demikian, perusahaan ini tetap jadi salah satu yang terlibat dalam
restrukturisasi oleh PPA. Di saat yang bersamaan, sejumlah masalah juga terjadi seperti manajemen
yang berbulan-bulan belum terima gaji.

Anda mungkin juga menyukai