Anda di halaman 1dari 17

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

MODUL PERUMUSAN SIDIK JARI


10 6 JP (270 Menit)

Pengantar
Dalam Modul ini di bahas materi tentang bloking out, perumusan
primary, perumusan secondary, perumusan sub secondary,
perumusan mayor, perumusan final, perumusan key.
Tujuan modul ini agar peserta didik memahami cara merumuskan sidik
jari.

Kompetensi Dasar

Memahami dan menerapkan perumusan sidik jari.


Indikator Hasil Belajar:
1. Menjelaskan Perumusan Sidik Jari.
2. Menjelaskan perumusan primary.
3. Menjelaskan perumusan secondary.
4. Menjelaskan perumusan sub secondary.
5. Menjelaskan perumusan final.
6. Menjelaskan perumusan key.
7. Menjelaskan perumusan mayor.
8. Mempraktikkan perumusan sidik jari Primary, secondary, sub
secondary, mayor, final dan key.

Materi Pelajaran
Pokok Bahasan:
Perumusan Sidik Jari.
Subpokok Bahasan:
1. Bloking Out.
2. Perumusan primary.

MANAJEMEN BANTUAN TEKNIS KEPOLISIAN 193


SEKOLAH INSPEKTUR POLISI
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

3. Perumusan Secondary.
4. Perumusan sub secondary.
5. Perumusan mayor.
6. Perumusan final.
7. Perumusan key.

Metode Pembelajaran

1. Metode Ceramah.
Metode ini digunakan pendidik untuk menjelaskan materi tentang
Perumusan Sidik Jari.
2. Metode Tanya Jawab.
Metode ini digunakan pendidik untuk bertanya dan menjawab
kepada peserta didik dalam rangka mengetahui sejauh mana
pemahaman peserta didik tentang materi yang disampaikan.
3. Metode Brainstorming.
Metode ini digunakan pendidik untuk mengeksplor pendapat pesrta
didik dalam penguasaan materi yang akan diberikan.
4. Metode Penugasan.
Metode ini digunakan untuk memberikan penugasan kepada
peserta didik tentang materi yang disampaikan.
5. Metode Praktik/Drill
Metode praktik digunakan agar peserta didik dapat menerapkan
perumusan Sidik jari.

Alat/media, Bahan dan sumber belajar


1. Alat/media:
a. Laptop.
b. LCD Proyektor.
c. Whiteboard .
d. Kamera DSLR.
e. Flipchart
f. Tool kit olah TKP.
g. MAMBIS, Hand Held, IPS (Inafis Portable System).

MANAJEMEN BANTUAN TEKNIS KEPOLISIAN 194


SEKOLAH INSPEKTUR POLISI
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

2. Bahan:
a. Alat Tulis.
b. Kertas Flipchart.
3. Sumber Belajar:
a. Sidik jari Sistem Henry, karangan M. Karjadi 1976, Penerbit
percetakan Pt Karya Nusantara Cab Bandung.
b. Petunjuk Pelaksanaan Kapolri Nomor: Juklak/08/VI/1981
tentang Fungsi Identifikasi Polri.
c. Penuntun Daktiloskopi, karangan Mabes Polri, Penerbit Pusat
Identifikasi Polri 1993.
d. Petunjuk Teknis Kepilisian RI nomor: Juknis/01.III/2000
tentang Pencarian Sidik jari Laten di TKP.
e. Buku Panduan Identifikasi Kepolisian Pusinafis Bareskrim
Polri Tahun 2017.

Kegiatan Pembelajaran
1. Tahap awal : 10 menit
Pendidik melaksanakan apersepsi dengan kegiatan :
a. Peserta didik melaksanakan refleksi yang ditugaskan oleh
pendidik.
b. Pendidik mengaitkan materi yang sudah disampaikan dengan
materi yang akan disampaikan.
c. Menyampaikan tujuan pembelajaran pada modul ini.
2. Tahap inti : 250 menit
a. Pendidik menjelaskan materi tentang perumusan sidik jari.
b. Peserta didik memperhatikan, mencatat hal-hal yang penting,
bertanya jika ada materi yang belum dimengerti/dipahami.
c. Peserta didik melaksanakan curah pendapat tentang materi
yang disampaikan oleh pendidik.
d. Pendidik dan peserta didik melaksanakan tanya jawab materi
yang telah diberikan.
e. Pendidik menugaskan peserta didik untuk mempraktikan
materi yang disampaikan.
f. Peserta didik mempraktikkan materi tentang:
1. Perumusan sidik jari primary
2. Perumusan sidik jari secondary
3. Perumusan sidik jari sub secondary
4. Perumusan sidik jari mayor
MANAJEMEN BANTUAN TEKNIS KEPOLISIAN 195
SEKOLAH INSPEKTUR POLISI
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

5. Perumusan sidik jari final


6. Perumusan sidik jari key
g. Pendidik bertindak sebagai fasilitator dalam jalannya praktik.
h. Pendidik mengambil kesimpulan pada jalannya praktik.
i. Pendidik mengambil kesimpulan dari materi yang
disampaikan.
7. Tahap akhir : 10 menit
a. Cek Penguatan materi
Pendidik memberikan ulasan dan penguatan materi secara
umum.
b. Cek penguasaan materi
Pendidik mengecek penguasaan materi dengan bertanya
secara lisan dan acak kepada peserta didik.
c. Keterkaitan mata pelajaran dengan pelaksanaan tugas.
Pendidik menggali manfaat yang bisa di ambil dari materi
disampaikan.
d. Pendidik menugaskan peserta didik untuk membuat resume
materi yang telah diberikan.

Tagihan / Tugas
Peserta didik mengumpulkan hasil praktek dan resume dari materi yang
telah diberikan.

Lembar kegiatan
1. Pendidik menugaskan peserta didik mempraktikkan materi
tentang:
a. Perumusan primery.
b. Perumusan Secondary.
c. Perumusan sub secondary.
d. Perumusan mayor.
e. Perumusan final.
f. Perumusan key.
2. Pendidik menugaskan peserta didik meresume dari materi yang
telah diberikan.

MANAJEMEN BANTUAN TEKNIS KEPOLISIAN 196


SEKOLAH INSPEKTUR POLISI
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Bahan Bacaan

PERUMUSAN SIDIK JARI

1. Perumusan Sidik Jari.

Blocking Out merupakan langkah pertama dalam menentukan


rumus sidik jari yaitu pembubuhan tanda pada tiap-tiap kolom
kartu sidik jari yang menunjukan interprestasi mengenai bentuk
pokok, jumlah bilangan garis, bentuk loop dan jalannya garis yang
mengikuti pada bentuk whorl.

Blocking Out untuk bentuk pokok dibubuhkan dibawah masing-


masing sidik jari. Dengan ketentuan :

a. Whorl pada semua jari dinyatakan dengan huruf besar W.

b. Pada TELUNJUK kanan dan kiri:

ARCH – ditandai dengan huruf besar A.

TENDED ARCH dengan huruf besar T.

RADIAL LOOP dengan huruf besar R.

ULNAR LOOP dengan huruf besar U.

WHORL dengan huruf besar W.

c. Pada jari-jari yang lain:

ARCH ditandai dengan huruf kecil a.

TENDED ARCH dengan huruf kecil t.

RADIAL LOOP dengan huruf kecil r.

ULNAR LOOP dengan diagonal atau (sesuai dengan


arah melerengnya loop itu).

d. Blocking Out untuk bilangan garis bentuk loop, dinyatakan


dengan angka dibubuhkan disudut kiri atas kolom dan
dengan salah satu huruf besar I.O.S.M.L. mengikuti label
yang dibubuhi disudut atas kolom.

e. Blocking out mengenai jalannya garis yang diikuti pada

MANAJEMEN BANTUAN TEKNIS KEPOLISIAN 197


SEKOLAH INSPEKTUR POLISI
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

bentuk whorl dinyatakan dengan salah satu huruf besar


I.M.O yang sesuai dengan ketentuannya, dibubuhkan disudut
kanan atas kolom.

Contoh blocking out.

1. Jempol 2. Telunjuk 3. Tengah 4. Manis 5. Kelingking


13 13 O9 I 5
M T \ \ r
W
6. Jempol 7. Telunjuk 8. Tengah 9. Manis 10. Kelingking
9 9I 9 I 17I O
W U / W a

Pembubuhan blocking out, akan mudah dilakukan setelah


memahami semua jenis perumusan. Rumus sidik jari terdiri dari:
PRIMARY, SECONDARY, SUBSECONDARY, FINAL, KEY dan
MAJOR. Letaknya pada garis rumus adalah sebagai berikut:

KEY MAJOR PRIMARY SECONDARY SUB SECONDARY FINAL.

2. Perumusan Primary.

Setiap kolom sidik jari mempunyai nilai angka tertentu, tetapi nilai
angka tertentu itu hanya berlaku bagi golongan whorl saja. Apabila
whorl terdapat pada salah satu kolom, maka whorl itu memperoleh
nilai angka yang sesuai dengan kolomnya.Nilai angka untuk whorl
menurut kolomnya:

Dalam menentukan rumus Primary nomor urut yang genap


(2,4,6,8,10) menjadi pembilang (numerator) ditulis diatas garis
rumus, sedangkan nomor urut yang ganjil (1,3,5,7,9) menjadi
penyebut (denominator), ditulis dibawah garis rumus.

Nomer urut genap (pembilang = numerator)

Nomer urut ganjil (Penyebut = denominator)

MANAJEMEN BANTUAN TEKNIS KEPOLISIAN 198


SEKOLAH INSPEKTUR POLISI
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Baik pembilang maupun penyebut harus selalu ditambah 1,


sekalipun dalam seperangkat sidik itu terdapat bentuk whorl atau
tidak. Primary yang terkecil adalah 1 / 1 dan terbesar 32 / 32.

Gambar di bawah ini menunjukan seperangkat sidik jari yang


sudah di blocking out bentuk pokoknya, untuk ditentukan nilai
Primarynya.

Hendaknya diingat benar-benar bahwa hanya bentuk whorl saja


yang memperoleh nilai menurut kolomnya & mulailah
menjumlahkan nomor urut genap yg pertama yaitu : 2 dst sampai
10.

Kolom no. 2 whorl jadi nilainya .……………………………………16.

Kolom no. 4 whorl jadi nilainya ……..……………………………...8

Kolom no. 6 loop jadi nilainya ………………………..…………….. -

Kolom no. 8 loop jadi nilainya …………………………………….... –

Kolom no. 10 whorl jadi nilainya ……..…………………………….. 1

SELALU HARUS DITAMBAH ……………………………..………. 1

Jumlah ……..…………………................................................…26.

Karena jumlah tersebut diperoleh dari kolom yang bernomor urut


genap angka jumlah itu menjadi pembilang, ditulis diatas garis
rumus:

Pembilang ( nomor urut genap ) 26


Penyebut ( nomor urut ganjil ) 12

Sekarang marilah kita berpindah ke penyebut

Kolom no. 1 tidak ada whorl jadi nilainya ……………………………-


MANAJEMEN BANTUAN TEKNIS KEPOLISIAN 199
SEKOLAH INSPEKTUR POLISI
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Kolom no. 3 whorl jadi nilainya ………………………………………8

Kolom no. 5 loop jadi nilainya ………………………………………...-

Kolom no. 7 whorl jadi nilainya ………………………………………2

Kolom no. 9 whorl jadi nilainya ………………………………………1

SELALU HARUS DITAMBAH ……………………………………... 1

Jumlah : …………...………………………………………………….12

Angka 12 menjadi penyebut dan ditulis dibawah garis rumus


sebagi diatas.

Sebuah cara lain untuk menentukan rumus Primary, perhatikan


arah garis panah dibawah ini.

3. Perumusan Secondary

Secondary adalah rumus yang diperuntukan bagi telunjuk kanan


dan kiri, dinyatakan dengan huruf besar menurut bentuk pokok
sidik jarinya dan ditulis disebelah kanan primary. Telunjuk kanan
menjadi pembilang ( diatas garis rumus ) dan telunjuk kiri menjadi
penyebut (dibawah garis rumus).

Dalam contoh mengenai primary, diperoleh rumus 26


12
dan bentuk pokok sidik jari pada telunjuk kanan dan kiri adalah
whorl dengan demikian rumus primary berikut secondary menjadi :
26 W
12 W

MANAJEMEN BANTUAN TEKNIS KEPOLISIAN 200


SEKOLAH INSPEKTUR POLISI
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Perhatikan contoh-contoh berikut ini :

U R W U U
| | 1
R
| | 9
U
U U U U U

W W W W W = 32 W
W W W W W 32 W

U T W W U = 14 T
W R U W W 10 R

U U U U U = 1U
U U U U U 1U

4. Perumusan Sub-Secondary.

Sub Secondary dinyatakan dengan huruf, setelah diketahui


bilangan garis dari loop (the ridge count of loops) dan mengikuti
jalannya garis ( ridge tracing) dari bentuk whorl yang terdapat
pada jari telunjuk, tengah, manis kiri dan kanan serta ditulis di
sebelah kanan dari secondary dalam deretan rumus.

PRIMARY SECONDARY SUB SECONDARY

Ada dua istilah yang harus dipahami terlebih dahulu yaitu :

a. Ridge Counting: berarti bilangan garis yang menyentuh atau


melintasi garis bayangan yang ditarik antara delta dan core
dalam bentuk loop. Delta dan core tidak ikut dihitung.

Gambar ridge counting

MANAJEMEN BANTUAN TEKNIS KEPOLISIAN 201


SEKOLAH INSPEKTUR POLISI
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

b. Ridge Tracing: mengikuti jalannya garis pada bentuk whorl.


Kita ketahui bahwa bentuk whorl mempunyai paling sedikit
dua delta atau lebih mulai dari delta kiri dan diikuti garisnya
sampai mencapai satu titik (tempat) yang sejajar dengan
delta kanan.

1) Apabila garis yang diikuti (tracing line) itu berjalan di


sebelah dalam (atas) delta kanan dan terdapat tiga
garis atau lebih antara garis yang diikuti dengan delta
kanan maka whorl tracing itu adalah INNER, atau
tracing berhenti didalam (atas) delta kanan, tiga garis
atau lebih terdapat diantara tracing line dan delta
kanan.
2) Apabila garis yang diikuti itu berjalan disebelah kanan
(bawah) delta kanan dan terdapat tiga garis atau lebih
antara garis yang diikuti delta kanan, maka whorl
tracing itu adalah OUTER, atau tracing berhenti didalam
delta kanan tiga garis atau lebih terdapat diantara
tracing line dan delta kanan.
3) Apabila garis yang diikuti berjalan baik di dalam
maupun diluar delta kanan tetapi jumlah garis yang
terdapat antara garis yang diikuti dengan delta kanan
hanya dua atau kurang maka whorl tracing itu adalah
MEETING, atau tracing berhenti didalam atau diluar
delta kanan dua garis atau kurang terdapat diantara
tracing line dan delta kanan.

Tracing selalu dimulai dari delta kiri dan bukan dari type
lines. Oleh karena delta biasanya terdiri dari garis pendek,
maka tracing line pindah ke garis yang segera berada
diluarnya. Apabila garis itu terputus juga tracing dilanjutkan
lagi ke garis yang segera berada diluarnya sampai mencapai
suatu titik (tempat) yang sejajar dengan delta kanan. Apabila
tracing line membelah (bifurcate), maka cabang yang
sebelah bawah yang diikuti.

Gambar Radge Tracing

MANAJEMEN BANTUAN TEKNIS KEPOLISIAN 202


SEKOLAH INSPEKTUR POLISI
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Perhatikan berpindahnya tracing line karena garisnya secara


pasti terputus-putus atau bercabang. Tracing berhenti pada
suatu tempat yang sejajar dengan delta kanan.

Setelah kita memahami apa yang dimaksudkan dengan bilangan


garis loop dan mengikuti jalannya garis whorl, kita mendalami
lebih lanjut rumus sub secondary. Sub secondary dinyatakan
dengan huruf dan berlaku bagi bentuk loop dan whorl yang
terdapat pada jari telunjuk, tengah, manis kiri dan kanan. Jadi
apabila bentuk whorl dengan inner tracing terdapat pada
kelompok jari-jari tersebut diatas maka rumusnya dinyatakan
dengan huruf “T”, Meet Tracing dengan huruf “M” dan Outer
Tracing dengan huruf “O”. Rumus dari jari kanan ditulis sebagai
pembilang (diatas garis rumus) dan dari jari kiri sebagai penyebut
(dibawah garis rumus).

Apabila bentuk loop yang terdapat pada kelompok jari-jari tersebut


diatas, berlaku tabel sebagai berikut :

Jari telunjuk 1 s/d 9 bilangan garis I (inner)

10 atau lebih bilangan garis O (Outer)

Loop dengan 11 bilangan garis pada telunjuk kanan, rumusnya


adalah “I” ditulis diatas garis rumus sebagai berikut :

I U O
I U

Jari tengah 1 s/d 10 bilangan garis I

11 atau lebih bilangan garis O

Loop dengan 9 bilangan garis pada jari tengah kanan rumusnya


adalah “I” ditulis diatas garis rumus :

I U OI

I U

Jari manis 1 s/d 13 bilangan garis I

14 atau lebih bilangan garis O

Loop dengan 16 bilangan garis pada jari manis tangan kanan


rumusnya adalah “O” ditulis diatas garis rumus :

I U OIO

MANAJEMEN BANTUAN TEKNIS KEPOLISIAN 203


SEKOLAH INSPEKTUR POLISI
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

I U

Dalam hal terdapatnya bentuk arch atau tented arch pada jari
telunjuk (kiri atau kanan), maka sebuah tanda dash (-)
dipergunakan untuk menyatakan kehadiran dari arch atau tented
arch pada sub secondary. Apabila whorl terdapat juga pada
kelompok jari tersebut diatas maka rumusnya dinyatakan dengan
tracingnya.

Contoh:

Rumus : 19 W MOI

21 U OIO

Tangan kanan

1. Jempol 2. Telunjuk 3. Tengah 4. Manis 5. Kelingking

M 12 O I 10
WHORL WHOR LOOP LOOP WHORL
L

Tangan kiri

6. Jempol 7. Telunjuk 8.Tengah 9. Manis 10. Kelingki

13 I O 16
LOO O WHORL LOOP LOOP
P
Ulnar LOOP

5. Perumusan Major.

Major dinyatakan dengan huruf tertentu bagi bentuk-bentuk lukisan


yang terdapat pada jempol kanan dan jempol kiri, ditempatkan
pada pembilang dan penyebut ditulis disebelah kiri primary.

MAJOR PRIMARY SECONDARY SUB SECONDARY FINAL

Apabila whorl terdapat pada kedua jempol, maka huruf yang


dipergunakan adalah sesuai dengan ridge tracing.

contoh:

Whorl dengan INNER ridge tracing terdapat pada jempol kanan,


maka rumusnya adalah huruf “I” ditulis sebagai pembilang.

MANAJEMEN BANTUAN TEKNIS KEPOLISIAN 204


SEKOLAH INSPEKTUR POLISI
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Whorl dengan OUTER ridge tracing terdapat pada jempol kiri,


maka rumusnya adalah “O” ditulis sebagai penyebut.

KEY I PRIMARY SECONDARY SUB SECONDARY FINAL


O

Selanjutnya apabila loop terdapat pada salah satu dari kedua


jempol, rumusnya dinyatakan dengan huruf S.M.L. (singkatan dari
Small, Medium, Large) setelah diadakan ridge counting (bilangan
garis) antara delta dan core menurut label dibawah ini.

Tabel Rumus Major :

Jempol Kanan Telunjuk Tengah Kanan Manis Kanan Kelingking


Kanan
Apabila jempol
kiri 16 atau krg.
1 - 11 = S
12 – 16 = M
17 atau lebih =L
Apabila
jempol Jempol kiri selalu ditentukan dengan tabel I :
kiri 17
atau yaitu 1 - 11 = S
lebih. 12 - 16 = M
18 - 22 = M
17 atau lebih = L
23 atau lebih = L

Jempol kanan ditentukan dengan kedua tabel dan selalu mengikuti


jumlah bilangan garis pada jempol kiri. Jadi perhatikan terlebih
dahulu jempol kiri, apabila ridge countingnya 17 atau lebih tabel
untuk jempol kanan berubah dengan tabel yang dibawah.

Untuk lebih jelas periksalah keterangan berikut ini:

LOOPS
APABILA JEMPOL KIRI: JEMPOL KANAN MENJADI :
1 sampai 11 (S)mall
1 sampai 11 (S)mall ……….. …………… 12 sampai 16
(M)edium
17 atau lebih (L)arge
1 sampai 11 (S)mall
12 sampai 16 (M)edium…….…………… 12 sampai 16
(M)edium

MANAJEMEN BANTUAN TEKNIS KEPOLISIAN 205


SEKOLAH INSPEKTUR POLISI
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

17 atau lebih (L)arge


1 sampai 17 (S)mall
17 atau lebih (L)arge ……..……………… 18 sampai 22
(M)edium
23 atau lebih (L)arge
WHORL
Inner tracing jempol kanan / kiri ………………………………… I
Meeting ridge tracing kanan / kiri ………………………………. M
Outer ridge tracing kanan / kiri .…………………………………. O

6. Perumusan Final.

Final adalah bilangan garis dari bentuk loop yang terdapat pada
kelingking kanan. Dinyatakan dengan angka menurut jumlah
bilangan garisnya dan ditulis di sebelah kanan sub secondary.

PRIMARY SECONDARY SUB SECONDARY FINAL

Prioritas pertama adalah bentuk loop adalah pada kelingking


kanan. Apabila pada kelingking kanan bukan bentuk loop, baru
dipergunakan loop pada kelingking kiri. Rumus final hanya satu.
Final dari kelingking kanan ditulis diatas garis rumus, final dari
kelingking kiri ditulis dibawah garis rumus.

Apabila pada kelingking kanan atau kiri tidak ada bentuk loop
maka, whorl pada kelingking dapat juga dipergunakan untuk
rumus final.

Bilangan garis pada bentuk whorl dapat dihitung dengan cara


sebagai berikut :

a. Untuk kelingking kanan mulai dihitung dari delta kiri ke core.


b. Untuk kelingking kiri, mulai dihitung dari delta kanan ke core.

Apabila terdapat dua atau lebih core pada bentuk whorl


tersebut, maka perhitungan garis antara delta kanan (untuk
kelingking kiri) atau antara delta kiri (untuk kelingking kanan) ke
core yang letaknya paling dekat dengan delta tersebut.

Apabila jenis whorl itu double loop, penghitungan garis dimulai


dari delta ke core pada loop yang menegak (upright loop). Apabila
double loop mendatar (horizontal) core yang terdekat letaknya
dengan delta yang dipakai.

MANAJEMEN BANTUAN TEKNIS KEPOLISIAN 206


SEKOLAH INSPEKTUR POLISI
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Apabila kedua kelingking terdiri dari bentuk arch atau tended


arch rumus final tidak dinyatakan.

7. Perumusan Key.

Key adalah jumlah bilangan garis dari loop pertama yang terdapat
pada rangkaian 8 sidik jari mulai dari jempol sampai ke jari manis
kanan dan kiri, kecuali kelingking karena sudah diperuntukkan
untuk rumus final. Key selalu dituliskan diatas garis rumus
(pembilang) dan ditempatkan paling kiri dari primary.

Contoh:

18 I 18 16 16
U W U U U = Rumus 18 . 22 W IOO 16
W W U W W 4 W OOI
O 12 I

M M 13
W W W U W = Rumus 13 . 23 W MMI
W U W U U 29 U OOI 11
15 O 12 II

I I I 21
W W W W U = Rumus 23 . 28 W III 21
U W W W W 28 W OOO
23 O O O

Dari ketiga contoh diatas jelaslah bahwa dimanapun letaknya loop


pertama dalam rangka kedelapan jari itu (kecuali kelingking)
rumusnya harus ditulis hanya pada pembilang dan ditempatkan
paling kiri. Tanda titik ( . ) antara rumus Key dan Primary akan
ditempati oleh rumus Major.

KEY PRIMARY SECONDARY SUB SECONDARY FINAL

MANAJEMEN BANTUAN TEKNIS KEPOLISIAN 207


SEKOLAH INSPEKTUR POLISI
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Apabila tidak terdapat loop dari rangkaian kedelapan jari kecuali


kelingking, maka rumus key tidak dinyatakan dan diganti dengan
tanda dash (-) dan ditempatkan paling kiri dari primary.

Contoh:

I I I 18
W W W W U = Rumus - . 32 W III 18
W W W W U 28 W I I I
I I I

O I M 12
W W W W W = Rumus - . 32 W OIM 12
W W W W W 32 W IOI
I O I

O O O
W W W W W = Rumus - . 31 W OOO
W W W W W 32 W I I I 19
I I I 19

MANAJEMEN BANTUAN TEKNIS KEPOLISIAN 208


SEKOLAH INSPEKTUR POLISI
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Rangkuman
1. Blocking Out merupakan langkah pertama dalam menentukan
rumus sidik jari yaitu pembubuhan tanda pada tiap-tiap kolom kartu
sidik jari yang menunjukan interprestasi mengenai bentuk pokok,
jumlah bilangan garis, bentuk loop dan jalannya garis yang
mengikuti pada bentuk whorl.
2. Secondary adalah rumus yang diperuntukan bagi telunjuk kanan
dan kiri, dinyatakan dengan huruf besar menurut bentuk pokok
sidik jarinya dan ditulis disebelah kanan primary. Telunjuk kanan
menjadi pembilang ( diatas garis rumus ) dan telunjuk kiri menjadi
penyebut (dibawah garis rumus).
3. Sub Secondary dinyatakan dengan huruf, setelah diketahui
bilangan garis dari loop (the ridge count of loops) dan mengikuti
jalannya garis ( ridge tracing) dari bentuk whorl yang terdapat pada
jari telunjuk, tengah, manis kiri dan kanan serta ditulis di sebelah
kanan dari secondary dalam deretan rumus.
4. Major dinyatakan dengan huruf tertentu bagi bentuk-bentuk lukisan
yang terdapat pada jempol kanan dan jempol kiri, ditempatkan
pada pembilang dan penyebut ditulis disebelah kiri primary.
5. Final adalah bilangan garis dari bentuk loop yang terdapat pada
kelingking kanan. Dinyatakan dengan angka menurut jumlah
bilangan garisnya dan ditulis di sebelah kanan sub secondary.
6. Prioritas pertama adalah bentuk loop adalah pada kelingking
kanan. Apabila pada kelingking kanan bukan bentuk loop, baru
dipergunakan loop pada kelingking kiri. Rumus final hanya satu.
Final dari kelingking kanan ditulis diatas garis rumus, final dari
kelingking kiri ditulis dibawah garis rumus.
7. Key adalah jumlah bilangan garis dari loop pertama yang terdapat
pada rangkaian 8 sidik jari mulai dari jempol sampai ke jari manis
kanan dan kiri, kecuali kelingking karena sudah diperuntukkan
untuk rumus final. Key selalu dituliskan diatas garis rumus
(pembilang) dan ditempatkan paling kiri dari primary.

Latihan
1. Jelaskan pengertian blocking out!
2. Jelaskan perumusan primary!
3. Jelaskan perumusan secondary!
4. Jelaskan perumusan sub secondary!
5. Jelaskan perumusan mayor!
6. Jelaskan perumusan final!
7. Jelaskan perumusan key!

MANAJEMEN BANTUAN TEKNIS KEPOLISIAN 209


SEKOLAH INSPEKTUR POLISI

Anda mungkin juga menyukai