Anda di halaman 1dari 1

Advanced Behavioral Accounting (Meeting 5) - Group 4:

1. Ni Putu Diah Kartini (2281611030/05)


2. Ni Made Pradnya Indira Swari (2281611031/06)
3. Ni Putu Hena Adyani (2281611041/15)
4. I Gede Arya Mahendra Dinata (2281611049/23)
SOCIAL VALIDATION AND SOCIAL PRESSURE
A. Validasi Sosial (Social Validation)
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), sosial adalah hal-hal yang berkenaan
dengan masyarakat atau sifat-sifat kemasyarakatan yang memperhatikan kepentingan umum.
Dalam konteks sosial, validasi adalah sesuatu yang mengacu pada pengakuan atau perasaan
diterimanya seseorang di lingkungan sosial.
Konstruksi identitas tidak lepas dari masyarakat. Sebagai makhluk sosial, manusia
mempunyai kebutuhan dasar untuk mendapat validasi dari lingkungannya sosialnya.
Kebutuhan akan validasi sosial ini berasal dari kebutuhan manusia untuk diterima berdasarkan
Hierarki Kebutuhan Maslow. Kebutuhan ini mendorong individu di masyarakat untuk
mengubah perilakunya untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungan sosialnya.
Cialdini (2010) mengatakan bahwa individu cenderung lebih mau untuk mengambil suatu
tindakan yang diminta jika individu melihat bukti bahwa orang lain, terutama yang memiliki
kemiripan dengan individu yang melakukan hal tersebut. Prinsip dari social validation
menyatakan bahwa individu menggunakan apa yang orang lain pikirkan mengenai hal tersebut
untuk menentukan hal yang dilakukan benar atau tidak.
Perilaku, sifat, serta pandangan yang tidak sesuai dengan masyarakat akan membuat
seorang individu untuk merasa kurang tervalidasi oleh lingkungan sosialnya. Hal ini akan
berujung kepada munculnya sosial pressure bagi individu tersebut untuk menyesuaikan diri
(conforming) dengan lingkungannya melalui perubahan perilaku agar tidak mendapat
penolakan.
B. Tekanan Sosial (Social Pressure)
Milgram (1974) percaya bahwa perilaku yang diadopsi seseorang disebabkan oleh tekanan
pengaruh sosial. Tekanan pengaruh sosial adalah perubahan yang digambarkan sebagai suatu
pemikiran, perasaan, sikap, atau perilaku yang diakibatkan oleh interaksi dengan individu atau
kelompok yang lain (Rashotte, 1990). Terdapat dua jenis tekanan sosial, yaitu tekanan
kepatuhan (obedience pressure) dan tekanan kesesuaian (conformity pressure).
1. Tekanan Kepatuhan (obedience pressure)
Tekanan kepatuhan berhubungan dengan orang yang memiliki otoritas dalam konteks
hirarkis. Pengaruh satu orang terhadap orang lain disebabkan oleh otorisasi karena
merupakan bentuk kekuasaan yang dilegitimasi. Seseorang dengan otoritas dapat
mempengaruhi perilaku orang lain melalui perintahnya (Milgram, 1974). Selain itu, Brehm
& Kassin menyatakan bahwa tekanan kepatuhan dihasilkan dari instruksi yang dibuat oleh
orang yang memiliki kekuasaan yang mempengaruhi perilaku bawahan.
2. Tekanan Kesesuaian (conformity pressure)
Lord dan DeZoort (2001) menggambarkan tekanan kesesuaian sebagai tekanan yang dibawa
oleh orang yang sederajat dan teman sebaya dalam organisasi. Tekanan kesesuaian
disebabkan karena individu takut akan konsekuensi terlihat berbeda dan cenderung memilih
untuk bertindak dengan cara yang tidak membuat mereka menonjol dari orang lain.

Source:
Cialdini, R. B., & Griskevicius, V. (2010). Social influence.
Kenrick, D. T., Neuberg, S. T., & Cialdini, R. B. (2010). Social Psychology. USA: Person
Education, Inc.
Johari, R. J., Ridzoan, N. S., & Zarefar, A. (2019). The influence of work overload, time
pressure and social influence pressure on auditors’ job performance. International Journal of
Financial Research, 10(3), 88-106.
Clayton, B. M., & van Staden, C. J. (2015). The impact of social influence pressure on the
ethical decision making of professional accountants: Australian and New Zealand evidence.
Australian Accounting Review, 25(4), 372-388.

Anda mungkin juga menyukai