Anda di halaman 1dari 13

METODOLOGI PENELITIAN KUANTITATIF DALAM AKUNTANSI

“PENGUKURAN (MEASUREMENT)”

Dosen Pengampu : Dr. Ni Ketut Rasmini, S.E., M.Si., Ak., CA.

Oleh:
KELOMPOK 9
Ni Putu Diah Kartini (2281611030 / 05)
Putu Juna Sutrianta (2281611050 / 25)

PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2022

0
DAFTAR ISI

PETA KONSEP

PEMBAHASAN

1. Pengukuran (Measurement) .................................................................................................. 1

2. Jenis-Jenis Skala Pengukuran .............................................................................................. 2

2.1 Skala Nominal.......................................................................................................................... 3

2.2 Skala Ordinal ........................................................................................................................... 3

2.3 Skala Interval ........................................................................................................................... 4

2.4 Skala Rasio .............................................................................................................................. 4

3. Penyebab Perbedaan Pengukuran ....................................................................................... 5

3.1 Responden................................................................................................................................ 5

3.2 Faktor Situasional .................................................................................................................... 5

3.3 Peneliti / Pengukur ................................................................................................................... 6

3.4 Instrumen Penelitian ................................................................................................................ 6

4. Karakteristik Pengukuran yang Baik.................................................................................. 6

4.1 Validitas ................................................................................................................................... 6

4.2 Reliabilitas ............................................................................................................................... 7

4.3 Praktikalitas ............................................................................................................................. 8

SIMPULAN ................................................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 10

1
PETA KONSEP

PENGUKURAN (MEASUREMENT)

PENGERTIAN SKALA PENGUKURAN PENYEBAB PERBEDAAN KARAKTERISTIK PENGUKURAN


PENGUKURAN
Skala pengukuran adalah Validitas merupakan kemampuan
Pengukuran
serangkaian klasifikasi Dalam penelitian yang ideal, instrumen dalam mengukur hal yang
(measurement) yang menggambarkan semua hal yang diukur dan dicoba untuk diukur oleh peneliti.
adalah suatu sifat informasi dalam nilai diteliti oleh seorang peneliti Terdiri dari 1) Validitas Konten, 2)
kegiatan yang yang diberikan pada suatu seharusnya dapat diukur. Validitas Berdasarkan Kriteria, 3)
dilakukan untuk
variabel Namun, seringkali terdapat Validitas Konstruk.
menentukan fakta
kuantitatif dengan perbedaaan antara hasil
membandingkan pengukuran, yang dapat
Skala Nominal disebabkan oleh beberapa Reliabilitas merupakan sebuah
sesuatu dengan
satuan ukuran hal. kondisi dimana instrumen dapat
standar yang Skala Ordinal menghasilkan hasil yang serupa ketika
disesuaikan sesuai diujikan terhadap responden yang
dengan objek yang Faktor Responden sama ataupun memiliki kriteria yang
Skala interval mirip di waktu yang berbeda. Meliputi
akan diukur.
Faktor Situasional 1) Stabilitas, 2) Ekuivalen, 3)
Skala rasio Konsistensi Internal.

Faktor Peneliti
Praktikalitas artinya penelitian
tersebut dapat benar-benar dilakukan
Instrumen Penelitian
dengan sumber daya yang dimiliki
oleh peneliti. Praktis meliputi :
1) Ekonomis, 2) Kemudahan, 3)
Kemudahan Interpretasi.
0
PEMBAHASAN

1. Pengukuran (Measurement)
Pengukuran (measurement) adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk menentukan
fakta kuantitatif dengan membandingkan sesuatu dengan satuan ukuran standar yang
disesuaikan sesuai dengan objek yang akan diukur. Menurut Imam Ghozali (2005),
pengukuran adalah meletakkan angka atau simbol pada karakter yang sesuai dengan
prosedur yang telah ditetapkan dan diakui. Karakter yang dimaksud adalah satuan ukuran
tertentu. Misalnya mengacu pada usia, tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, atau jenis
kelamin. Dalam penelitian pengukuran merupakan sebuah kegiatan dimana peneliti
menggunakan angka untuk menggambarkan karakteristik dari objek yang ditelitinya.
Karenanya, dengan definisi tersebut, proses pengukuran dapat dibagi atas tiga rangkaian
kegiatan, yaitu:
1) Mengukur objek observasi yang empiris
2) Mengembangkan serangkaian perencanaan pengukuran, yakni sebuah skema yang
digunakan untuk mengasosiasikan angka atau simbol untuk mewakili aspek yang
diteliti dalam objek penelitian.
3) Menggunakan perencanaan pengukuran yang sebelumnya disusun dalam kegiatan
observasi objek penelitian.
Perlu diketahui pula bahwa dalam penelitian terdapat argumen yang menyatakan
bahwa pengukuran harus memiliki tingkatan yang sifatnya tidak biner. Sebagai contoh,
walaupun mengelompokkan laki-laki dan perempuan merupakan sebuah kegiatan yang
melibatkan pengukuran objek observasi yang empiris, dan terdapat serangkaian skema
pengukuran yang digunakan, kegiatan tersebut tidak dapat dikatakan sebagai pengukuran
karena jawabannya hanya terdapat 2, yakni laki-laki dan perempuan. Sementara jawaban
yang diinginkan dalam pengukuran, seharusnya memiliki beberapa tingkatan jawaban.
Salah satu contohnya adalah ketika sebuah perusahaan manufaktur mobil ingin mengetahui
apakah desain mobil baru mereka diminati atau tidak. Maka untuk mengukurnya, mereka
menyediakan skala dari 1 sampai lima yang dimulai dari sangat tidak menarik hingga
sangat menarik.

1
Dalam penelitian objek seringkali diklasifikasikan sebagai variabel. Objek biasanya
dapat meliputi barang-barang sehari-hari, seperti mengukur berapa banyak furnitur, atau
berapa mililiter detergen cair, dan lainnya. Namun selain itu, pengukuranjuga dapat
dilakukan terhadap objek-objek yang sifatnya tidak konkrit, seperti sifat seseorang atau
pendapat mereka akan sebuah hal.
Dalam prakteknya, dalam melakukan penelitian yang tidak konkrit, peneliti tidak
mengukur objek maupun sifat dari objek. Melainkan yang mereka ukur adalah indikator
darisifat maupun objek yang diteliti. Sebagai contoh, peneliti tidak bisa secara harfiah
mengukur kesuksesan seorang salesman, tapi mereka dapat mengukur berapa banyak
penjualan yang ia lakukan, berapa lama dia bekerja, dan hal-hal lain yang dapat
mengindikasikan performa kinerjanya.

2. Jenis-Jenis Skala Pengukuran


Menurut Sugiyono (2017), skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan
sebagai acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur,
sehingga alat ukur tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data
kuantitatif. Skala pengukuran adalah serangkaian klasifikasi yang menggambarkan sifat
informasi dalam nilai yang diberikan pada suatu variabel, hal ini tentu saja menghubungkan
nilai-nilai yang diberikan pada suatu variabel satu sama lain, sehingga atas dasar itulah
tingkat pengukuran digunakan untuk menggambarkan informasi dalam nilai-nilai.
Semenjak hal yang diukur dalam penelitian dapat sangat beragam sebagaimana yang
dijelaskan sebelumnya, maka terkadang sebuah aturan skema pengukuran dapat terlihat
lebih cocok untuk digunakan dalam sebuah penelitian dan kurang cocok untuk digunakan
dalam penelitian lainnya. Oleh karena itu, diciptakanlah beragam asumsi yang dapat
digunakan untuk menjadi panduan bagi peneliti alam menggunakan skala pengukuran.
Adapun asumsi yang dimaksud adalah:
1) Nomor digunakan untuk mengelompokkan atau memisahkan jenis respon, dalam
asumsi ini nomor tidak bisa diurutkan (nominal)
2) Nomor dapat diukurkan dan memiliki fungsi untuk mengelompokkan, namun tidak
ada angka diantara angka yang disebut (ordinal).

2
3) Nomor dapat diukurkan, memiliki fungsi untuk mengelompokkan, dan memiliki angka
diantara angka yang disebut. Namun skala ini tidak memiliki nilai mulai (interval).
4) Nomor dapat diukurkan, memiliki fungsi untuk mengelompokkan, memiliki angka
diantara angka yang disebut, dan memiliki titik mulai (rasio).
Untuk memahami lebih lanjut mengenai skala-skala tersebut, berikut adalah
penjelasan lebih lanjut mengenai kapan jenis-jenis skala tersebut dapat digunakan.

2.1 Skala Nominal


Dalam penelitian yang berkaitan dengan bisnis, skala nominal biasanya digunakan
ketika peneliti ingin mencoba untuk mengelompokkan sebuah variabel yang sifatnya sama-
sama eksklusif, artinya tidak ada kelompok yang “lebih baik” dibandingkan kelompok
lainnya. Sebagai contoh, sebuah toko peralatan mungkin akan mengelompokkan
pelanggannya sebagai kelompok tukang pipa dan tukang kayu.
Untuk melakukan pengukuran tersebut, peneliti dapat mengasosiasikan angka dengan
skala nominal untuk mengidentifikasikan kategori-kategori, dan skala ini tiak memiliki
sifat kuantitatif.
Dari informasi yang disampaikan, maka dapat disimpulkan bahwa pengukuran
nominal dapat berguna ketika peneliti membutuhkan pengelompokkan bagi objek maupun
sifat dari objek yang ditelitinya, namun perlu diketahui pula sebagai jenis pengukuran yang
paling rendah, skala ini memiliki kekuatan statistika yang lemah.

2.2 Skala Ordinal


Skala ordinal merupakan sebuah skala pengukuran yang hampir mirip dengan skala
nominal, hanya saja perbedaannya angka dalam skala ordinal dapat diurutkan. Skala
ordinal harus berurutan, pernyataan a lebih besar dari b dan karenanya c lebih kecil dari b
akan selalu relevan ketika membahas skala ordinal.
Skala ordinal biasanya digunakan untuk mengukur hal-hal yang memiliki
karakteristik yang semula dianggap sama namun dengan skala ordinal kita dapat
memberikan peringkat. Contohnya dalam menentukan hal yang terpenting dalam minuman
bersoda, jika dengan skala nominal peneliti dapat menentukan komponen-komponen yang
berbeda seperti rasa, warna, tekstur, dan rasa manis, maka penelitian yang dilakukan

3
dengan skala ordinal akan mengurutkan hal apa saja yang paling penting dari komponen-
komponen tersebut.
Hal itu dapat dilakukan dengan cara memberikan skala preferensi, dan dari hasilnya
anggaplah rasa mendapatkan nilai 5, rasa manis 4, warna 3, dan tekstur 2. Karenanya dapat
dilihat dengan skala ordinal dapat membantu peneliti untuk menentukan peringkat
mengenai objek atau sifat dari objek yang ditelitinya.
Satu lagi hal yang dapat disediakan oleh skala ordinal adalah analisis korelasi yang
sering dilakukan dengan metode non-parametrik.

2.3 Skala Interval


Skala interval memiliki karakteristik yang mirip dengan skala nominal an ordinal,
hanya saja perbedaannya terdapat pada angka yang terdapat diantara angka yang menjadi
patokan. Sebagai contoh, pada skala ordinal, peneliti akan memberikan skala 1 sampai 5,
namun dalam penelitian tersebut responden tidak dapat memberikan nilai 3.5 karena angka
tersebut tidak masuk dalam perancangan skema perhitungan skala ordinal. Karenanya,
ketika hal yang diukur memerlukan tingkat presisi yang lebih tinggi, peneliti akan lebih
cenderung menggunakan skala interval.
Salah satu contoh dari penggunaan skala interval adalah ketika peneliti ingin mengukur
suhu sebuah ruangan yang bisa memiliki jangkauan lumayan luas. Namun walaupun
demikian, skala interval memiliki sebuah keterbatasan, yakni skala interval tidak memiliki
0 yang pasti semenjak nilai 0 pada pengukuran Celsius dan fahrenheit merupakan nilai 0
yang dibuat.

2.4 Skala Rasio


Jenis skala terakhir yang digunakan merupakan skala rasio. Pada esensinya, skala rasio
memiliki sifat-sifat yang dimiliki oleh jenis-jenis pengukuran sebelumnya, hanya saja
perbedaannya terletak pada kepemilikan nilai 0 yang pasti.
Salah satu contoh dari skala ordinal yang sering digunakan adalah pengukuran berat
yang dinyatakan dalam kilogram atau pound, dua-duanya memiliki nilai 0 yang mutlak.
Contoh lainnya adalah pengukuran tinggi yang dapat dinyatakan dalam centimeter atau
kaki, dimana kedua-duanya pula memiliki nilai 0 yang pasti.

4
Dari jenis-jenis lainnya, skala nominal memiliki kekuatan statistik yang paling kuat,
hanya saja skala ini kadang kurang cocok untuk digunakan dalam mengukur beberapa hal,
sebagai contoh jika peneliti disuruh untuk mengelompokkan mobil berwarna biru dengan
kuning maka skala nominal akan cukup dan sega sifat yang dimiliki oleh skala rasio akan
tidak berguna.

3. Penyebab Perbedaan Pengukuran


Dalam penelitian yang ideal, semua hal yang diukur dan diteliti oleh seorang peneliti
seharusnya dapat pula diukur, diteliti dan menghasilkan hasil yang sama ketika
penelitiannya di replikasikan oleh peneliti lain. Namun, sayangnya karena dunia yang kita
teliti bukanlah lingkungan penelitian yang ideal, seringkali terdapat perbedaaan antara hasil
pengukuran salah satu peneliti dengan penelitinya, adapun penyebabnya dapat memiliki
sumber yang berbeda, yang diantaranya adalah:

3.1 Faktor Responden


Ketika meneliti mengenai sebuah pendapat, terdapat banyak faktor yang berpotensi
untuk memengaruhi pendapat seorang individu terhadap sebuah subjek. Hal-hal seperti
jenis pekerjaan, kelas sosial, jauhnya tempat tinggal ke tempat kerja merupakan beberapa
dari banyaknya perbedaan yang memungkinkan untuk mengubah hasil akhir dari
penelitian.
Lebih dari itu faktor-faktor seperti perasaan yang dirasakan oleh responden seperti rasa
bosan, kegelisahan, kelaparan, atau pengaruh mood yang bersifat sementara lainnya pun
dapat memengaruhi hasil dari penelitian.

3.2 Faktor Situasional


Semua kondisi yang menimbulkan tekanan bagi berjalannya proses pengukuran dapat
memiliki dampak terhadap hasil penelitian. Sebagai contoh seorang responden dapat
menjadi lebih terbuka jika dia yakin bahwa kerahasiaan identitasnya dapat terjaga ketika
dia diwawancara dibandingkan dengan responden yang masih merasa ragu akan
kerahasiaan identitasnya.

5
3.3 Faktor Peneliti
Peneliti sebagai seorang manusia seringkali melakukan parafrase, penyusunan kata
yang berbeda, ataupun hal lain yang menimbulkan timbulnya bias dalam pertanyaan
penelitian. Hal ini berpotensi untuk menghasilkan persepsi yang berbeda ketika responden
mendengar pertanyaan dan karenanya berpotensi pula untuk menghasilkan hasil
pengukuran/penelitian yang berbeda.

3.4 Instrumen Penelitian


Instrumen pengukuran yang kurang akurat ataupun rusak memiliki potensi untuk
menghasilkan hasil pengukuran yang salah dalam dua cara. Pertama, hasil pengukuran
dapat saja terlalu ambigubagi para responden, dimana kata-kata yang digunakan terlalu
rumit dan berpotensi dapat menghasilkan interpretasi yang berbeda untuk setiap responden
kesalahan lainnya yang sering dilakukan dalam perancangan instrumen penelitian adalah
ketika peneliti terlalu memfokuskan pengukurannya pada sebuah variabel. Sebagai contoh
anggaplah sebuah peneliti sedang berusaha untuk mengukur literasi keuangan dari sampel
mahasiswa di sebuah universitas, lalu peneliti hanya memfokuskan pertanyaan dalam
bidang pengelolaan pengeluaran tanpa membahas pertanyaan yang menanyakan mengenai
kegiatan menabung atau investasi. Alhasil penelitian dapat menghasilkan bias dimana
mahasiswa yang hemat namun tidak memiliki penghasilan atau menabung dianggap lebih
baik dibandingkan dengan mahasiswa yang sering mengeluarkan uangnya untuk bisnisnya
dan menghasilkan uang yang lebih banyak darinya.

4. Karakteristik Pengukuran yang Baik


4.1 Validitas
Validitas singkatnya merupakan kemampuan instrumen dalam mengukur hal yang
dicoba untuk diukur oleh peneliti. Secara lebih lanjut validitas dibagi lagi dengan sub-
kriteria sebagai berikut:
1) Validitas Konten
Validitas konten merupakan sebuah instrumen pengukuran yang menyatakan bahwa
cakupan pertanyaan sudah mencukupi untuk menjawab objek atau sifat objek yang
diukur oleh peneliti.

6
2) Validitas Berdasarkan Kriteria
Validitas ini merefleksikan kesuksesan pengukuran yang digunakan untuk prediksi
atau estimasi. Artinya validitas ini diujikan untuk membuktikan apakah hal yang di
hipotesiskan akan berpengaruh terhadap sebuah variabel benar-benar memiliki
pengaruh.

3) Validitas Konstruk
Validitas konstruk merupakan sebuah validitas yang mempertimbangkan tingkat
akurasi pengukuran dan di saat bersamaan mempertimbangkan pula teori empiris
sebelumnya. Karenanya salah satu cara yang dilakukan untuk memastikan sebuah
penelitian sudah valid secara konstruk dalah dengan melihat penelitian sebelumnya
dan memastikan bahwa teknik penelitian dilakukan dengan kondisi yang ideal untuk
mencapai hasil yang diinginkan.

4.2 Reliabilitas
Jika validitas merupakan sebuah kondisi dimana instrumen penelitian dapat mengukur
hal yang diinginkan oleh peneliti, maka reliabilitas merupakan sebuah kondisi dimana
instrumen dapat menghasilkan hasil yang serupa ketika diujikan terhadap responden yang
sama ataupun memiliki kriteria yang mirip di waktu yang berbeda. Adapun sub-variabel
dari reliabilitass adalah:
1) Stabilitas
Stabilitas merupakan sebuah kondisi dimana instrumen pengukuran dapat
menghasilkan ukuran yang sama pada orang yang sama di waktu yang berbeda. Hal
ini dapat diujikan dengan menanyakan pertanyaan yang sama lebih dari sekali terhadap
orang yang sama untuk menguji konsistensi.
2) Ekuivalen
Jika stabilitas mempertimbangkan sudut oandang responden, maka ekuivalen
merupakan sebuah pertimbangan dimana peneliti yang berbeda dianggap dapat
membaca hasil penelitian dengan beda. Karenanya uji ini dapat dilakukan dengan
memberikan instrumen penelitian ke penelitian lain untuk meminta pendapatnya.

7
3) Konsistensi Internal
Konsistensi internal dapat muncul ketika pertanyaan alam satu sub variabel kurang
lebih adalah pertanyaan yang sama hanya saja disusun dengan kata yang berbeda.
Konsistensi internal dapat diujikan dengan uji korelasi dimana instrumen akan
dinyatakan lulus ketika tidak terdapat korelasi di dalam sub-variabel/variabel yang
diujikan.

4.3 Praktikalitas
Selain harus memenuhi persyaratan validitas dan reliabilitas, di dunia nyata sebuah
penelitian harus pula bersifat praktis, artinya penelitian tersebut dapat benar-benar
dilakukan dengan sumber daya yang dimiliki oleh peneliti. Adapun dimensinya dapat
dibagi lagi menjadi:
1) Ekonomis
Dalam penelitan, biasanya seorang penelitia akan dihadapkan dengan dilema dimana
dia dapat meningkatkan kualitas datanya dengan mengeluarkan lebih banyak sumber
daya ataupun sebaliknya. Karenanya, agar penelitian dapat mendapatkan data yang
berkualitas dan di saat bersamaan masih berada dalam jangkauan modal peneliti,
penelitian harus dirancang dengan se efisien mungkin dan dapat memberikan data
sebagus mungkin dengan harga termurah.
2) Kemudahan
Sebuah instrumen dapat dikatakan lolos dari tes kemudahan ketika pertanyaan yang
diajukannya dapat dengan mudah dijawab oleh responden. Untuk mencapai hal
tersebut, peneliti dapat merancang penelitian dengan contoh cara menjawabnya dan
juga dengan menjelaskannya pada responden. Hal lainnya yang dapat mempermudah
juga dalah dengan memilih tampilan yang mudah dipahami oleh responden
3) Kemudahan Interpretasi
Kriteria ini singkatnya mengharuskan sebuah penelitian untuk menghasilkan hasil
interpretassi yang sama ketika pertanyaan dibaca oleh orang-orang yang berbeda.
Untuk mencapainya, peneliti harus menciptakan kuesioner yang sifatnya tidak ambigu
dan panduan akan pemahaman pula akan memudahkan responden untuk memahami
pertanyaan yang diajukan oleh peneliti

8
SIMPULAN

Pengukuran penelitian merupakan proses yang dilakukan seorang peneliti untuk


menguji hipotesis dan teori. Seorang peneliti menyimpulkan berdasarkan hipotesis bahwa
kondisi tertentu harus ada dalam dunia nyata dan kemudian mereka melakukan pengukuran
untuk konidisi kondisi nyata tersebut. Dalam pengertian yang lebih sederhana, pengukuran
diartikan sebagai suatu prosedur untuk mengklasifikasikan kasus (subyek riset, unit
eksperimen, responden, atau secara umum obyek-obyek seperti orang, perusahaan, benda,
dan sebagainya) ke dalam kategori- kategori dalam suatu variabel tertentu.
Setiap objek mempunyai ciri yang membedakan objek tersebut dari objek yang lain.
Dalam penelitian, ciri yang diteliti (diperiksa, diamati, diukur, atau dihitung) tersebut
disebut karakteristik, sedangkan objek yang karakteristiknya diteliti disebut satuan
pengamatan. Seorang peneliti menggunakan beberapa bentuk skala dalam melakukan
proses pengukuran. Setiap skala tersebut didasarkan sekumpulan asumsi (aturan-aturan)
mengenai hubungan antara skala tersebut dengan observasi nyatanya. Skala yang dapat
digunakan adalah : 1) skala nominal, 2) skala ordinal, 3) skala interval, 4) skala rasio.
Secara keseluruhan, dalam melakukan penelitian terdapat banyak pertimbangan yang
harus diperhitungakn dalam menciptakan sebuah instrumen penelitian, pertimbangan yang
dimaksud adalah: 1) jenis data yang digunakan, 2) penyebab kesalahan pengukuran, 3)
validitas, 4) reliabilitas, dan 5) praktikalitas.

9
DAFTAR PUSTAKA

Cooper, R. Donald Dan Pamela S. Schindler. (2017). Metode Penelitian Bisnis, Edisi 12
Buku 1. Jakarta : Salemba Empat.

Ghozali, Imam. (2005). Aplikasi Analisis Multivariate dengan SPSS. Semarang: Badan
Penerbit UNDIP.

Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta,
CV.

10

Anda mungkin juga menyukai