“PENGUKURAN (MEASUREMENT)”
Oleh:
KELOMPOK 9
Ni Putu Diah Kartini (2281611030 / 05)
Putu Juna Sutrianta (2281611050 / 25)
0
DAFTAR ISI
PETA KONSEP
PEMBAHASAN
3.1 Responden................................................................................................................................ 5
SIMPULAN ................................................................................................................................... 9
1
PETA KONSEP
PENGUKURAN (MEASUREMENT)
Faktor Peneliti
Praktikalitas artinya penelitian
tersebut dapat benar-benar dilakukan
Instrumen Penelitian
dengan sumber daya yang dimiliki
oleh peneliti. Praktis meliputi :
1) Ekonomis, 2) Kemudahan, 3)
Kemudahan Interpretasi.
0
PEMBAHASAN
1. Pengukuran (Measurement)
Pengukuran (measurement) adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk menentukan
fakta kuantitatif dengan membandingkan sesuatu dengan satuan ukuran standar yang
disesuaikan sesuai dengan objek yang akan diukur. Menurut Imam Ghozali (2005),
pengukuran adalah meletakkan angka atau simbol pada karakter yang sesuai dengan
prosedur yang telah ditetapkan dan diakui. Karakter yang dimaksud adalah satuan ukuran
tertentu. Misalnya mengacu pada usia, tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, atau jenis
kelamin. Dalam penelitian pengukuran merupakan sebuah kegiatan dimana peneliti
menggunakan angka untuk menggambarkan karakteristik dari objek yang ditelitinya.
Karenanya, dengan definisi tersebut, proses pengukuran dapat dibagi atas tiga rangkaian
kegiatan, yaitu:
1) Mengukur objek observasi yang empiris
2) Mengembangkan serangkaian perencanaan pengukuran, yakni sebuah skema yang
digunakan untuk mengasosiasikan angka atau simbol untuk mewakili aspek yang
diteliti dalam objek penelitian.
3) Menggunakan perencanaan pengukuran yang sebelumnya disusun dalam kegiatan
observasi objek penelitian.
Perlu diketahui pula bahwa dalam penelitian terdapat argumen yang menyatakan
bahwa pengukuran harus memiliki tingkatan yang sifatnya tidak biner. Sebagai contoh,
walaupun mengelompokkan laki-laki dan perempuan merupakan sebuah kegiatan yang
melibatkan pengukuran objek observasi yang empiris, dan terdapat serangkaian skema
pengukuran yang digunakan, kegiatan tersebut tidak dapat dikatakan sebagai pengukuran
karena jawabannya hanya terdapat 2, yakni laki-laki dan perempuan. Sementara jawaban
yang diinginkan dalam pengukuran, seharusnya memiliki beberapa tingkatan jawaban.
Salah satu contohnya adalah ketika sebuah perusahaan manufaktur mobil ingin mengetahui
apakah desain mobil baru mereka diminati atau tidak. Maka untuk mengukurnya, mereka
menyediakan skala dari 1 sampai lima yang dimulai dari sangat tidak menarik hingga
sangat menarik.
1
Dalam penelitian objek seringkali diklasifikasikan sebagai variabel. Objek biasanya
dapat meliputi barang-barang sehari-hari, seperti mengukur berapa banyak furnitur, atau
berapa mililiter detergen cair, dan lainnya. Namun selain itu, pengukuranjuga dapat
dilakukan terhadap objek-objek yang sifatnya tidak konkrit, seperti sifat seseorang atau
pendapat mereka akan sebuah hal.
Dalam prakteknya, dalam melakukan penelitian yang tidak konkrit, peneliti tidak
mengukur objek maupun sifat dari objek. Melainkan yang mereka ukur adalah indikator
darisifat maupun objek yang diteliti. Sebagai contoh, peneliti tidak bisa secara harfiah
mengukur kesuksesan seorang salesman, tapi mereka dapat mengukur berapa banyak
penjualan yang ia lakukan, berapa lama dia bekerja, dan hal-hal lain yang dapat
mengindikasikan performa kinerjanya.
2
3) Nomor dapat diukurkan, memiliki fungsi untuk mengelompokkan, dan memiliki angka
diantara angka yang disebut. Namun skala ini tidak memiliki nilai mulai (interval).
4) Nomor dapat diukurkan, memiliki fungsi untuk mengelompokkan, memiliki angka
diantara angka yang disebut, dan memiliki titik mulai (rasio).
Untuk memahami lebih lanjut mengenai skala-skala tersebut, berikut adalah
penjelasan lebih lanjut mengenai kapan jenis-jenis skala tersebut dapat digunakan.
3
dengan skala ordinal akan mengurutkan hal apa saja yang paling penting dari komponen-
komponen tersebut.
Hal itu dapat dilakukan dengan cara memberikan skala preferensi, dan dari hasilnya
anggaplah rasa mendapatkan nilai 5, rasa manis 4, warna 3, dan tekstur 2. Karenanya dapat
dilihat dengan skala ordinal dapat membantu peneliti untuk menentukan peringkat
mengenai objek atau sifat dari objek yang ditelitinya.
Satu lagi hal yang dapat disediakan oleh skala ordinal adalah analisis korelasi yang
sering dilakukan dengan metode non-parametrik.
4
Dari jenis-jenis lainnya, skala nominal memiliki kekuatan statistik yang paling kuat,
hanya saja skala ini kadang kurang cocok untuk digunakan dalam mengukur beberapa hal,
sebagai contoh jika peneliti disuruh untuk mengelompokkan mobil berwarna biru dengan
kuning maka skala nominal akan cukup dan sega sifat yang dimiliki oleh skala rasio akan
tidak berguna.
5
3.3 Faktor Peneliti
Peneliti sebagai seorang manusia seringkali melakukan parafrase, penyusunan kata
yang berbeda, ataupun hal lain yang menimbulkan timbulnya bias dalam pertanyaan
penelitian. Hal ini berpotensi untuk menghasilkan persepsi yang berbeda ketika responden
mendengar pertanyaan dan karenanya berpotensi pula untuk menghasilkan hasil
pengukuran/penelitian yang berbeda.
6
2) Validitas Berdasarkan Kriteria
Validitas ini merefleksikan kesuksesan pengukuran yang digunakan untuk prediksi
atau estimasi. Artinya validitas ini diujikan untuk membuktikan apakah hal yang di
hipotesiskan akan berpengaruh terhadap sebuah variabel benar-benar memiliki
pengaruh.
3) Validitas Konstruk
Validitas konstruk merupakan sebuah validitas yang mempertimbangkan tingkat
akurasi pengukuran dan di saat bersamaan mempertimbangkan pula teori empiris
sebelumnya. Karenanya salah satu cara yang dilakukan untuk memastikan sebuah
penelitian sudah valid secara konstruk dalah dengan melihat penelitian sebelumnya
dan memastikan bahwa teknik penelitian dilakukan dengan kondisi yang ideal untuk
mencapai hasil yang diinginkan.
4.2 Reliabilitas
Jika validitas merupakan sebuah kondisi dimana instrumen penelitian dapat mengukur
hal yang diinginkan oleh peneliti, maka reliabilitas merupakan sebuah kondisi dimana
instrumen dapat menghasilkan hasil yang serupa ketika diujikan terhadap responden yang
sama ataupun memiliki kriteria yang mirip di waktu yang berbeda. Adapun sub-variabel
dari reliabilitass adalah:
1) Stabilitas
Stabilitas merupakan sebuah kondisi dimana instrumen pengukuran dapat
menghasilkan ukuran yang sama pada orang yang sama di waktu yang berbeda. Hal
ini dapat diujikan dengan menanyakan pertanyaan yang sama lebih dari sekali terhadap
orang yang sama untuk menguji konsistensi.
2) Ekuivalen
Jika stabilitas mempertimbangkan sudut oandang responden, maka ekuivalen
merupakan sebuah pertimbangan dimana peneliti yang berbeda dianggap dapat
membaca hasil penelitian dengan beda. Karenanya uji ini dapat dilakukan dengan
memberikan instrumen penelitian ke penelitian lain untuk meminta pendapatnya.
7
3) Konsistensi Internal
Konsistensi internal dapat muncul ketika pertanyaan alam satu sub variabel kurang
lebih adalah pertanyaan yang sama hanya saja disusun dengan kata yang berbeda.
Konsistensi internal dapat diujikan dengan uji korelasi dimana instrumen akan
dinyatakan lulus ketika tidak terdapat korelasi di dalam sub-variabel/variabel yang
diujikan.
4.3 Praktikalitas
Selain harus memenuhi persyaratan validitas dan reliabilitas, di dunia nyata sebuah
penelitian harus pula bersifat praktis, artinya penelitian tersebut dapat benar-benar
dilakukan dengan sumber daya yang dimiliki oleh peneliti. Adapun dimensinya dapat
dibagi lagi menjadi:
1) Ekonomis
Dalam penelitan, biasanya seorang penelitia akan dihadapkan dengan dilema dimana
dia dapat meningkatkan kualitas datanya dengan mengeluarkan lebih banyak sumber
daya ataupun sebaliknya. Karenanya, agar penelitian dapat mendapatkan data yang
berkualitas dan di saat bersamaan masih berada dalam jangkauan modal peneliti,
penelitian harus dirancang dengan se efisien mungkin dan dapat memberikan data
sebagus mungkin dengan harga termurah.
2) Kemudahan
Sebuah instrumen dapat dikatakan lolos dari tes kemudahan ketika pertanyaan yang
diajukannya dapat dengan mudah dijawab oleh responden. Untuk mencapai hal
tersebut, peneliti dapat merancang penelitian dengan contoh cara menjawabnya dan
juga dengan menjelaskannya pada responden. Hal lainnya yang dapat mempermudah
juga dalah dengan memilih tampilan yang mudah dipahami oleh responden
3) Kemudahan Interpretasi
Kriteria ini singkatnya mengharuskan sebuah penelitian untuk menghasilkan hasil
interpretassi yang sama ketika pertanyaan dibaca oleh orang-orang yang berbeda.
Untuk mencapainya, peneliti harus menciptakan kuesioner yang sifatnya tidak ambigu
dan panduan akan pemahaman pula akan memudahkan responden untuk memahami
pertanyaan yang diajukan oleh peneliti
8
SIMPULAN
9
DAFTAR PUSTAKA
Cooper, R. Donald Dan Pamela S. Schindler. (2017). Metode Penelitian Bisnis, Edisi 12
Buku 1. Jakarta : Salemba Empat.
Ghozali, Imam. (2005). Aplikasi Analisis Multivariate dengan SPSS. Semarang: Badan
Penerbit UNDIP.
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta,
CV.
10