Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALTIK

“ANALISIS TOTAL KAROTENOID PADA MINYAK SECARA


SPEKTOFOTOMETRI”

KELOMPOK 2 :
NAZWA ALMA LYANNA (21106007)
ENDANG MUSTIKA PUTRI (21106004)
MERCY CAHYA (21106010)
BAGAS ATHA ARYA PUTRA (21106012)
DENNIS CHRISTIAN WIJAYA (21106014)

PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN


FAKULTAS SAINS, TEKNOLOGI DAN DESAIN
UNIVERSITAS TRILOGI
2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki areal perkebunan sawit yang sangat luas,
dengan peningkatan produksi tanaman sawit selama sepuluh tahun terakhir mencapai 11,09%.
Sedangkan luas areal perkebunan sawit selama sepuluh tahun terakhir meningkat dari 5,28 juta ha
pada Tahun 2004 menjadi 10,95 juta ha pada Tahun 2014 (Sulhan dkk, 2018).

Kelapa sawit merupakan salah satu tanaman yang berasal dari Pesisir Afrika Barat tepatnya dari
wilayah Guinea. Tanaman ini selanjutnya menyebar ke wilayah Amerika Latin dan juga ke
wilayah Asia Tenggara. Pada daerah yang memiliki iklim tropis (suhu 24ºC-32ºC) kelapa sawit
dapat tumbuh dengan baik. Selain itu juga didukung oleh faktor kelembabapan dimana
pertumbuhan akan lebih baik pada daerah dengan kelembapan tinggi. Buah kelapa sawit terdiri
dari kandungan perikarp (sekitar 80%) yang memiliki kandungan minyak sebanyak 30%-40%.
Sekitar 20% kelapan sawit terdiri dari buah yang memiliki lapisan kulit tipis. Minyak yang
dihasilkan dari buah kelapa sawit ada dua jenis yaitu crude palm oil (CPO) dan minyak inti sawit.
Minyak CPO diperoleh dari buah kelapa yaitu sabut dagingnya. Sedangkan minyak inti sawit
merupakan minyak yang didapatkan dari inti buah kelapa sawit (Tambunan, 2006).

Karotenoid merupakan suatu kelompok pigmen berwarna orange, merah, atau kuning yang
merupakan suatu zat alamiah yang sangat penting dan mempunyai sifat larut dalam lemak atau
pelarut organik tetapi tidak larut dalam air. Senyawa ini ditemukan tersebar luas dalam tanaman
serta buah-buahan, tetapi tidak dapat diproduksi oleh tubuh manusia (Fitra dkk, 2015)

Beta karoten termasuk dalam salah satu produk dari karotenoid. Beta karoten merupakan
provitamin A yang dapat diubah di dalam tubuh menjadi vitamin A yang aktif setelah mengalami
metabolisme (Stutz dkk, 2015).

Warna pada minyak sawit umumnya dipengaruhi oleh kandungan beta karoten yang ada di
dalamnya. Beta karoten mempunyai aktivitas vitamin A yang sangat tinggi Vitamin A ini sangat
dibutuhkan oleh tubuh manusia terutama dalam kesehatan mata dan penangkapan radikal bebas
(Rahayu dkk, 2012).
Menurut Meyer (1966), karotenoid dapat dibagi menjadi empat golongan, yaitu:

1. Karotenoid hidrokarbon (C40H56) seperti α, ß, γ-karoten, dan likopen.


2. Xantofil dan turunan karoten yang mengandung oksigen dan hidroksil
antara lain kriptosantin, C40H55(OH) dan lutein, C40H54(OH)2.
3. Asam karotenoid yang mengandung gugus karbonil.
4. Ester xantofil asam lemak, misalnya zeasantin.

Karotenoid terdiri dari ikatan hidrokarbon tidak jenuh yang terbentuk dari 40 atom C dan memiliki
2 buah gugus cincin.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum kali ini yaitu supaya mahasiswa dapat menentukan kadar total
karoten pada minyak goreng sawit dan minyak kelapa secara spektrofotometri dan menentukan
pengaruh pemanasan terhadap stabilitas karotenoid.

BAB II
METODOLOGI

2.1 Waktu & Tempat

Pada praktium dengan judul Analisis Total Karotenoid Pada Minyak Secara Spektofotometri ini
dilaksanakan pada hari Rabu 2 November 2022 yang bertempat di Laboratorium Kimia,
Universitas Trilogi.

2.2 Alat & Bahan

Alat yang kami gunakan pada saat praktikum yaitu timbangan, labu takar 25 ml, dan
Spektrofotometer UV-VIS. Adapun bahan yang kami pakai minyak sawit dan heksana.
2.3 Prosedu Kerja

a. Persiapan Sampel

Siapkan minyak sawit dan tuang pada setiap baker glass 30 ml, kemudian simpan pada suhu
ruang (25°c), 60°c dan 80°c selama 30 menit.

b. Pengukuran Total Karotein.

Pertama timbang sampel sebanyak 0,1 gr, kemudian Larutkan dengan heksana pa ke dalam labu
takar 25 mL sampai tanda tera, lalu dikocok hingga benar-benar homogen. Setelah itu Ukur
absorbansi dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 446 nm.

2.4 Perhitungan

Total karotenoid dihitung dengan menggunakan rumus

25 × 383 × 𝐴
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑘𝑎𝑟𝑜𝑡𝑒𝑛𝑜𝑖𝑑 (𝑝𝑝𝑚) =
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑔) × 100

Hasil timbangan minyak:

 25°c = 0,111
 60°c = 0,110
 80°c = 0,123
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil
Data Kelompok 2 : Minyak Goreng
SAMPEL A Total Karotein Rata - Rata
25°c (s) 0,027 25 × 383 × 0,027
𝑠= = 23,290
0,111 × 100
25 × 383 × 0,028 23,7215
25°c (d) 0,028
𝑑= = 24,153
0,111 × 100
60°c (s) 0,013 25 × 383 × 0,013 11,3159
= 11,3159
60°c (d) 0,013 0,110 × 100
80°c (s) 0,011 25 × 383 × 0,011
𝑠= = 8,563 8,1735
0,123 × 100
80°c (d) 0,010 25 × 383 × 0,010
𝑑= = 7,784
0,123 × 100

Data Kelompok 1 : Minyak Kelapa


SAMPEL A Total Karotein Rata - Rata
25°c (s) 0,022 25 × 383 × 0,022
𝑠= = 11,262 11,008
0,187 × 100
25°c (d) 0,021 25 × 383 × 0,021
𝑑= = 10,752
0,187 × 100
60°c (s) 0,020 25 × 383 × 0,020
𝑠= = 18,592 18,1275
0,103 × 100
60°c (d) 0,019 25 × 383 × 0,019
𝑑= = 17,663
0,103 × 100
80°c (s) 0,017 25 × 383 × 0,017
𝑠= = 14,664 15,0955
0,111 × 100
80°c (d) 0,018 25 × 383 × 0,018
𝑑= = 15,527
0,111 × 100
3.2 Pembahasan

Kegunaan dari minyak kelapa sawit adalah digunakan untuk berbagai kebutuhan diantaranya untuk
industri kimia, kosmetik, industri pakan ternak, pangan maupun kebutuhan-kebutuhan lainnya.
Pada bidang pangan sekitar 90% minyak sawit digunakan untuk berbagai produk seperti es krim,
biskuit, coklat, snack, margarin, minyak goreng, shortening, industri roti, dan sebagai pengganti
lemak kakao. Sedangkan 10% sisa dari penggunaan difungsikan dalam industri penghasil asam
lemak (industri oleokimia), gliserol, metil ester, fatty alcohol, surfaktan dan gliserol (Henni, 2008).

Salah satu kandungan yang terdapat pada CPO adalah beta karoten. Beta karotentermasuk dalam
salah satu produk dari karotenoid, Beta Karoten merupakan provitamin A yang dapat diubah
didalam tubuh menjadi vitamin A yang aktif setelah mengalami metabolisme (Stutz dkk, 2015).
Vitamin A sendiri sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia terutama dalam penangkapan radikal
bebas (Rahayu dkk, 2012).

Untuk menganalisa beta karoten dilakukan dengan menggunakan metode spektrofotometri UV


Vis. Spektroskopi UV Vis adalah suatu metode analisis berdasarkan sinar tampak menggunakan
sumber radiasi elektromagnetik ultraviolet dengan menggunakan instrument spektrofotometer.
Prinsip dari spektrofotometer UV Vis adalah suatu penyerapan sinar tampak untuk ultraviolet
dengan suatu molekul yang dapat mengakibatkan terjadinya eksitasi molekul dari tingkat energi
yang rendah ke tingkat energi yang lebih tinggi. Spektrofotometer UV Vis dapat digunakan untuk
mengukur serapan cahayapada daerah UV dengan panjang gelombang berada pada range 100-200
nm dan daerah sinar tampak 200-700 nm (Sumar, 1994).

Berdasarkan nilai Absorbansi yang di hasilkan maka kadar karotenoid yang di dapatkan yaitu,
sampel 25°c (23,7215 ppm), 60°c (11,3159 ppm) dan 80°c (8,1735 ppm). Berdasarkan data nilai
tersebut pasa sampel 25°c memiliki kandungan karotenoid tinggi. Jika dibandingkan dengan hasil
kelompok 1 mereka pada sampel 60°c yang memiliki kadar karotenoid tinggi.

Heksana, adalah suatu hidrokarbon alkana dengan rumus kimia C6H14. Heksana merupakan hasil
refining minyak mentah. Komposisi dan fraksinya dipengaruhi oleh sumber minyak. Umumnya
berkisar 50% dari berat rantai isomer dan mendidih pada 60 – 70˚C. Seluruh isomer heksana dan
sering digunakan sebagai pelarut organik yang bersifat inert karena non-polarnya.
Pelarut n-heksana adalah pelarut non-polar yang bersifat stabil dan mudah menguap, selektif
melarutkan dan mengekstrak pewangi dalam jumlah besar. Heksana dapat melarutkan minyak
secara sempurna.

BAB IV
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis beta karoten yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa
sampel 25°c dan 60°c merupakan sampel uji dengan kandungan karoten tertinggi dan belum sesuai
dengan apa yang ditetapkan oleh Codex Alimentarius Commission yaitu 500- 2000 pp. dapat
disimpulkan bahwa kualitas minyak masih tergolong rendah.

Rendahnya kandungan karoten pada sampel minyak dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:

 Proses pemanenan buah yang tidak tepat waktu


 Suhu pada saat proses pengolahan
 Lamanya proses pengolahan
DAFTAR PUSTAKA

Fitrah. F, Roslinda. R, Reza. F. 2015. Pengaruh Proses Pengolahan Terhadap Beta Karoten Pada
Ubi Jalar Varietas Ungu (Ipomoea batatas (L.)Lam) Dengan Metode Spektrofotometri
Visibel. 7:2, 152- 161

Henni. C. S. 2008. Penetapan Kadar Air Dalam Crude Palm Oil (CPO) Secara Gravimetris.
Medan : USU.

Rahayu. P, Fathonah. S, Meddiati. F. 2012. Daya Terima dan Kandungan Gizi Makanan
Berbahan Dasar Ubi Jalar Ungu. FSCE.1:1,2252-6587

Sulhan. A, Sumeru. A. 2018. Analisis Potensi Produksi Tanaman Sawit (Elaeisguineensis) dan
Observasi Polinator Potensial Dilingkungan Universitas Brawijaya. Jurnal produksi
tanaman. 6:7, 1451-1457

Sumar, H. 1994. Kimia Analisis Farmasi.Jakarta: UI-Press

Stutz H, Bresgen N, Eckl PM. 2015. Analytical Tools For The Analysis of ß- Carotene and its
Degradation Products. Free radical research 49:5, 650-680.

Tambunan, Tulus. 2006. Perdagangan Internasional. Jakarta: PT. Pustaka LP3ES Indonesia

Anda mungkin juga menyukai