Anda di halaman 1dari 7

1.

PERHITUNGAN KAPASITAS PABRIK


Data kapasitas pabrik triacetin

Data impor triacetin 5 tahun terakhir :

2014 2015 2016 2017 2018


Triasetin 15,911,650.00 15,905,132.00 18,762,351.00 23,817,511.00 26,404,818.00
(bps.go.id)

Menghitung perkiraan data impor :

y x (x)2 (x)(y) n
2014 15,911,650.00 -2 4 -31823300 1
2015 15,905,132.00 -1 1 -15905132 2
2016 18,762,351.00 0 0 0 3
2017 23,817,511.00 1 1 23817511 4
2018 26,404,818.00 2 4 52809636 5
Total 100,801,462.00 0.00 10.00 28,898,715.00

y = a + bx Triasetin
30,000,000.00
a=∑y/n
25,000,000.00 y = 3E+06x + 1E+07
20,000,000.00
a = 20,160,292.40 15,000,000.00
10,000,000.00
b = ∑ (x)(y) / ∑ x2 5,000,000.00
0.00
b = 2,889,871.50 2014 2015 2016 2017 2018

Perkiraan impor triacetin :

2019
2020 y n
2021 43,279,264.40 8
2022 46,169,135.90 9
2023 49,059,007.40 10
2024 51,948,878.90 11
2025 54,838,750.40 12
2026 57,728,621.90 13
2027 60,618,493.40 14
2028 63,508,364.90 15
2029 66,398,236.40 16
2030 69,288,107.90 17
Kami memutuskan untuk merancang pra pabrik triacetin dari gliserol dengan
kapasitas 60.000 ton/tahun. Hal ini berdasarkan kebutuhan Triasetin impor.

2. SELEKSI PROSES
Seleksi proses pada pra-perancangan pabrik triacetin dari gliserol ini berdasarkan
Gross Profit Margin (GPM), ketersedian bahan baku, tipikal kondisi proses,
konversi dan selektifitas (reaksi kimia), sistem utilitas, produk samping dan limbah
yang dihasilkan serta proses pendukung lainnya, seperti pemisahan dan pemurnian
produk.

2.1 Gross Profit Margin (GPM)


Tabel 2.1 Nilai Gross Profit Margin (GPM) Proses Pembuatan Triacetin

No Proses Pembuatan Reaksi yang Terjadi GPM


(Rupiah/Kg)
1 Esterifikasi Gliserol dengan Asetil C3H8O3 + 3CH3COCl Rp.994,247 / kg
Klorida C9H14O6 + 3HCl
2 Esterifikasi Gliserol dengan Asam C3H8O3 + 3CH3COOH Rp.12.682,104 /
Asetat C9H14O6 + H2O kg
3 Inter-esterifikasi Trigliserida C6H14O6+3CH3COOCH3 Rp. 12.667,785 /
dengan Metil Asetat 3C19H37O2 + C9H14O6 kg
Berdasarkan GPM terdapat 2 proses yang memungkinkan untuk digunakan, yaitu :
1. Esterifikasi Gliserol dengan Asam Asetat
2. Inter-esterifikasi Trigliserida dengan Metil Asetat

2.2 Ketersediaan Bahan Baku


Tabel 2.2 Ketersediaan Bahan Baku
No Proses Bahan Baku Sumber
1 Esterifikasi Gliserol Gliserol PT. Wilmar Nabati
dengan Asetil Klorida
Asetil Klorida Haihang Industry (Jinan)
Co., Ltd.
2 Esterifikasi Gliserol Gliserol PT. Wilmar Nabati
dengan Asam Asetat
Asam Asetat PT. Indo Acidatama
Chemical Industry (IACI)
3 Inter-esterifikasi Trigliserida PT. Wilmar Nabati
Trigliserida dengan Metil
Asetat Metil Asetat Taizhou Ruibai Chemical
Co., Ltd
Berdasarkan ketersediaan bahan baku dan sumbernya, terdapat 3 proses yang
memungkinkan untuk digunakan yaitu :
1. Esterifikasi Gliserol dengan Asam Asetat
2. Inter-esterifikasi Trigliserida dengan Metil Asetat
3. Esterifikasi Gliserol dengan Asetil Klorida
2.3 Tipikal Kondisi Proses
Tabel 2.3 Tipikal Kondisi Proses
No Proses Tipikal Kondisi Proses
T (oC) P (MPa) Waktu Reaksi
(Jam)
1 Trans-esterifikasi Gliserol 130 0.09 3
dengan Asetil Klorida
2 Esterifikasi Gliserol 100 – 150 0.1 – 0.3 10
dengan Asam Asetat
3 Inter-esterifikasi 20 – 70 15 – 25 1
Trigliserida dengan Metil
Asetat
Berdasarkan kondisi proses, terdapat 3 proses yang memungkinkan untuk
digunakan yaitu :
1. Esterifikasi Gliserol dengan Asetil Klorida
2. Esterifikasi Gliserol dengan Asam Asetat
3. Inter-esterifikasi Trigliserida dengan Metil Asetat

2.4 Konversi dan Selektifitas


Tabel 2.4 Konversi dan Selektifitas
No. Proses Konversi (%) Selektifitas (%)
1 Trans-esterifikasi Gliserol < 90 20
dengan Asetil Klorida
2 Esterifikasi Gliserol dengan 75 – 79 26
Asam Asetat
3 Inter-esterifikasi Trigliserida 67 22
dengan Metil Asetat

Berdasarkan ketersediaan bahan baku dan sumbernya, terdapat 2 proses yang


memungkinkan untuk digunakan yaitu :
1. Esterifikasi Gliserol dengan Asam Asetat
2. Trans-esterifikasi Gliserol dengan Asetil Klorida
2.5 Sistem Utilitas
Tabel 2.5 Sistem Utilitas
No. Proses Sistem Utilitas
1 Trans-esterifikasi Gliserol Penyediaan air proses berasal dari air
dengan Asetil Klorida sungai Rokan, Cooling water, pengolahan
limbah, penyediaan steam, penyediaan
bahan bakar dan unit tenaga listrik
2 Esterifikasi Gliserol dengan Penyediaan air proses berasal dari air
Asam Asetat sungai Rokan, pengolahan limbah,
Cooling water, water heater, penyediaan
steam, penyediaan bahan bakar,dan unit
tenaga listrik
3 Inter-esterifikasi Trigliserida Penyediaan air proses berasal dari air
dengan Metil Asetat sungai Rokan, pengolahan limbah,
penyediaan steam, penyediaan bahan
bakar dan unit tenaga listrik

Unit pendukung proses atau sering pula disebut unit utilitas merupakan unit
penunjang bagi unit-unit lainnya atau sarana penunjang proses untuk menjalankan
suatu pabrik dengan baik dari tahap awal sampai produk akhir. Pada umumnya,
utilitas dalam pabrik proses meliputi air, steam dan listrik. Penyediaan utilitas dapat
dilakukan secara langsung dimana utilitas diproduksi di dalam pabrik tersebut atau
secara tidak langsung yang diperoleh dengan membeli ke perusahaan-perusahaan
yang menjualnya.

2.5.1. Unit Penyediaan Air


1. Air untuk penyediaan umum dan sanitasi
2. Air pendingin
3. Air umpan boiler
4. Air pemadam kebakaran (hydrant)
5. Air keperluan proses

2.5.2. Unit Penyediaan Steam


Sistem penyediaan steam terdiri dari deaerator dan boiler. Proses dearasi terjadi di
dalam deaerator yang berfungsi untuk menghasilkan air bebas mineral (demin
water) dari komponen udara melalui spray, sparger yang berkontak secara counter
current dengan steam. Demin water yang sudah bebas dari komponen udara
ditampung di dalam drum dari deaerator.

2.5.3. Unit Pembangkit Tenaga Listrik


Kebutuhan tenaga listrik dipenuhi oleh generator yang digerakkan oleh turbin uap,
dimana digunakan steam yang dihasilkan dari boiler. Hal ini bertujuan agar tidak
diperlukan aliran listrik dari PLN. Selain itu, hal ini membuat keefisienan energi
pabrik menjadi lebih baik. Generator yang digunakan adalah generator bolak balik
atas dasar pertimbangan sebagai berikut :
 Tenaga listrik yang dihasilkan cukup besar.
 Tegangan dapat dinaikkan atau diturunkan sesuai dengan kebutuhan dengan
menggunakan transformator.
2.5.4. Unit Penyediaan Bahan Bakar
Unit pengadaan bahan bakar bertujuan untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar
pada generator dan boiler. Bahan bakar yang digunakan adalah bahan bakar cair
yaitu solar yang diperoleh dari PERTAMINA. Pemilihan didasarkan pada
pertimbangan bahan bakar cair adalah sebagai berikut:
 Mudah didapat
 Tersedia secara kontinyu
 Mudah dalam penyimpanannya

2.6 Produk Samping dan Pengolahan Limbah


Tabel 2.6 Produk Samping dan Limbah
No. Proses Produk Samping / Pengolahan Limbah
Limbah
1 Trans-esterifikasi Gliserol dengan Asam Klorida Pengolahan limbah cair
Asetil Klorida dan padat
2 Esterifikasi Gliserol dengan Air Pengolahan limbah cair
Asam Asetat dan padat
3 Inter-esterifikasi Trigliserida FAME Pengolahan limbah cair
dengan Metil Asetat

Berdasarkan ketersediaan bahan baku dan sumbernya, terdapat 2 proses yang


memungkinkan untuk digunakan yaitu :
1. Esterifikasi Gliserol dengan Asam Asetat
2. Inter-esterifikasi Trigliserida dengan Metil Asetat

2.7 Pemisahan dan Pemurnian Produk


Tabel 2.7 Pemisahan dan Pemurnian
No. Proses Pemisahan Pemurnian
1 Trans-esterifikasi Gliserol Separasi. Absorbsi.
dengan Asetil Klorida Menggunakan Produk dan asam
separator untuk klorida
memisahkan gas HCl
dan film absorber
untuk memisahkan
HCl sebagai produk
samping.
2 Esterifikasi Gliserol dengan Filtrasi. Destilasi.
Asam Asetat Pemisahan katalis
Destilasi antara
dari produk denganproduk dan asam
penyaringan asetat, monoacetin
dan diacetin
3 Inter-esterifikasi Filtrasi. Destilasi.
Trigliserida dengan Metil Pemisahan katalis Destilasi antara
Asetat dari produk dengan produk dan
penyaringan FAME
Berdasarkan ketersediaan bahan baku dan sumbernya, terdapat 2 proses yang
memungkinkan untuk digunakan yaitu :
1. Esterifikasi Gliserol dengan Asam Asetat
2. Inter-esterifikasi Trigliserida dengan Metil Asetat

2.8 Proses Terpilih


Dari tabel perbandingan dapat dilihat bahwasannya proses yang memungkinkan
dapat di jalankan dalam suatu pabrik triacetan yaitu dengan berbahan dasar gliserol
dan asam asetat berdasarkan pertimbangan berikut :
1. Konversi yang tinggi mencapai 75 – 79 %
2. Kondisi operasi T = 100-150 , P = 0.1-0.3
3. Bahan baku pembuatan merupakan gliserol
4. Pemisahan pemurnian dengan proses absorbsi
5. Produk samping berupa air
6. Nilai GPM Rp.12.682,104 / kg
7. Beberapa pabrik yang telah berdiri, menggunakan proses ini, antara lain
PT. Zhongland Industry dan PT. Reactchem.

2.9 Deskripsi Proses


Proses yang terpilih pada pabrik pembuatan triacetin ini adalah reaksi asetilasi
gliserol dengan asam asetat. Asetilasi dapat dilakukan dengan atau tanpa katalis.
Namun, kehadiran katalis dapat meningkatkan laju reaksi produk dan selektifitas
produk. Pada proses asetilasi, katalis yang digunakan dapat berupa katalis
heterogen mapun homogen. Reaksi asetilasi gliserol dengan asam asetat dapat
dilihat pada Gambar 2.1.
CH2 – OH CH2 – OCOCH3
| |
CH – OH + 3CH3COOH CH – OCOCH3 + 3H2O
| |
CH2 – OH CH2 – OCOCH3
Gliserol Asam Asetat Triacetin Air
Gambar 2.1 Reaksi Asetilasi Gliserol dengan Asam Asetat

Gliserol sebagai bahan baku terlebih dahulu melewati tahap pemurnian dengan
karbon aktif sebagai absorben. Untuk memudahkan operasi maka ditambahkan air.
Campuran kemudian disaring untuk memisahkan gliserol dari karbon aktif dan
dilanjutkan dengan proses pemisahan antara air dan gliserol menggunakan distilasi.
Pada proses ini digunakan katalis karbon aktif tersulfonasi. Katalis terlebih dahulu
dipersiapkan dengan cara mencampurkan asam sulfat pekat dan karbon aktif
dengan perbandingan massa asam sulfat dan karbon aktif adalah 1:0,8-1,2.
Campuran tersebut diaduk dan dipanaskan pada suhu 150-190 0C selama 15-30
menit.
Tahap selanjutnya yaitu reaksi asetilasi menggunakan reaktor fixed bed dengan
umpan asam asetat dan gliserol. Campuran tersebut direaksikan pada suhu 100-
130oC selama 10 jam dengan perbandingan volume gliserol dan asam asetat adalah
1: 3-5 : 0,3-0,5 dengan rasio berat gliserol dan volume katalis (mL/mg) adalah
1:0,004 – 0,1. Produk berupa triacetin kemudian diumpankan pada unit
decolorization. Pada unit decolorization, campuran ditambahkan karbon aktif
sebagai absorben. Perbandingan massa karbon aktif dengan triacetin adalah 1:80-
120. Setelah proses decolorization selesai triacetin dipisahkan dari absorben
dengan menggunakan alat filtrasi.
Triacetin yang telah selesai dimurnikan pada unit decolorization kemudian
diumpankan pada unit distilasi. Keluaran atas menara distilasi berupa air, gliserol,
asam asetat, monoacetin dan diacetin. Produk bottom menara distilasi berupa
triacetin dengan kemurnian 99,7%.

3. Diagram alir

3.1.Persiapan bahan
GLISEROL
30 C 1 atm

MIXER Gliserol + H2SO4

ASAM SULFAT

3.2.Reaksi
Air + H2SO4
115 C 1 atm
REACTIVE
Gliserol + H2SO4
DISTILATION

Triasetin + pengotor

3.3.Pemuenian

Pengotor
115 C 1 atm
Menara
Triasetin + pengotor
Distilasi

Triasetin

Anda mungkin juga menyukai