Anda di halaman 1dari 14

ERGONOMI KERJA

Disusun oleh :Kelompok 4

1.BAIQ RIZKIA INTAN CAHYANI

2.RIRI DEVIYANA

3.RIA PENIZA

4.ANGGITA CAHYANI

5.ROSIANA CITRA DEWI


KATA PENGANTAR

Puji tuhan senantiasa kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunianya,sehingga kami dapat menyelesaikan paper ini
guna memenuhi tugas kelompok mata kuliah sanitasi makanan dan keselamatan kerja
“ergonomik kerja”.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan paper ini tidak terlepas dari bantuan banyak
pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran, dan keritik sehinggga paper ini dapat
terselesaikan.

Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa paper ini masih jauh dari kata sempurna.Oleh
karena itu kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penulisan
paper,sehingga kami mengharapkan segala bentuk saran ,serta masukan bahkan
keritik yang membangun dari berbagai pihak.

Lembar,25 oktober 2021

Kelompok 4
DAFTAR ISI

Cover……………………………………………………………………………………………. i

Kata pengantar………………………………………………………………………………… ii

BAB 1 PENDAHULUAN………………………………………………………………………. iii

1.1 Latar Belakang…………………………………………………………………………. 1

2.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………………….. 2

3.3 Tujuan…………………………………………………………………………………… 3

4.4 Manfaat………………………………………………………………………………… 4

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………………… 5

1.Pengertian ergonomi kerja.…………………………………………………………… 6

2.Komponen ergonomikkerja.…………………………………………………………….. 7

3.Aturan kesehatan kerja………………………………………………………………….. 8

4.Mengevaluasi kesehatan lingkungan kerja………………………………………….. 9

BAB III PEMBAHASAN……………………………………………………………………… 10

5.Kesimpulan………………………………………………………………………………... 11

6. Saran ……………………………………………………………………………………….12

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………… 13
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Ergonomi adalah ilmu yang memanfaatkan informasi mengenai sifat kemampuan dan
keterbatasan manusia dalam merancangan sistem kerja. Dengan ergonomi diharapkan
manusia yang berperan sentral dalam suatu sistem kerja dapat bekerja lebih efektif dan
optimal. Ergonomi adalah suatu cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan
informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia untuk
merancang suatu sistem kerja sehingga orang dapat hidup dan bekerja pada sistem itu
dengan baik, yaitu mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan itu dengan
efektif, aman dan nyaman (Sutalaksana,1979).

Setiap orang pasti memiliki kebutuhan yang berbeda satu sama lain. bisa dalam bentuk
barang maupun jasa dan untuk mendapatkan kebutuhan tersebut maka perlu melalui
proses. Seperti untuk mendapatkan pakaian maka harus melalui proses menjahit
terlebih dahulu, dan untuk mendapatkan suatu produk maka tentunya melalui proses
produksi.

Usaha konveksi merupakan usaha yang bergera rak pada bidang pakaian dimana
sebagian besar pekerjaan yang ada didalamnya merupakan pekerjaan menjahit.
Berbagai macam produk pakian yang dihasilkan, seperti seragam sekolah, pakaian
formal, seragam olahraga, dan masih banyak lagi. Kegiatan yang ada didalam usaha
konveksi tentunya tidak lepas dari fasilitas pendukungnya, salah satunya adalah kursi.

Kursi merupakan salah satu fasilitas yang digunakan untuk duduk serta memiliki
beberapa kaki untuk menahan berat tubuh pengguna dan beberapa juga ada yang
memiliki sandaran kursi. Kursi banyak digunakan dalam sarana pendukung berbagai
macam aktivitas, baik untuk sekedar melepas lelah maupun untuk sarana pendukung
dalam melakukan pekerjaan.
Seringkali kita lihat, banyak dari kursi yang digunakan penjahit di konveksi cenderung
memiliki bentuk yang panjang dan memiliki lebar alas duduk yang cukup sempit. Dari
segi bentuk kursi yang panjang, jika dilihat dari peruntukannya kursi tersebut selain
digunakan untuk tempat duduk penjahit, namun juga digunakan untuk meletakkan baju
yang sudah dijahit dan ditempatkan pada samping tempat duduk. Kemudian dilihat dari
segi bentuk kursi yang memiliki lebar alas duduk yang sempit, kursi dirasa tidak
memakan tempat yang cukup banyak. Dengan menggunakan aspek ergonomi dan
aspek antropometri, penulis ingin memberikan usulan berupa pengembangan
rancangan kursi penjahit dengan metode reverse engineering dimana penulis ingin
memperbaiki konsep kursi penjahit yang sudah ada menjadi konsep kursi penjahit
dengan aspek ergonomi dan antropometri.

Konsep dari kursi penjahit tersebut adalah dengan memperbaiki dari segi lebar alas
tempat duduk yang disesuaikan dengan data persentil yang optimal dan tidak memiliki
bentuk panjang lagi, kemudian diusulkan untuk diberi sandaran tempat duduk yang
disesuaikan dengan data persentil yang optimal yang digunakan penjahit yang
memungkinkan pada penjahit untuk memberikan keleluasaan gerak pada bagian tubuh
atas dan juga sandaran tulang belakang saat istirahat, dan diusulkan untuk diberi
inovasi pada bagian samping kursi dengan tempat meletakkan baju yang sudah dijahit
yang dapat dikunci pada kursi saat proses menjahit dilakukan dan dapat dilepas
menjadi wadah tempat baju yang sudah dijahit dan dapat dipindahkan sesuai dengan
kebutuhan.

Dengan demikian, penulis mengharapkan rancangan fasilitas kursi Dengan demikian,


penulis mengharapkan rancangan fasilitas kursi penjahit yang memiliki aspek ergonomi
dan aspek antropometri. Agar pekerjaan menjahit menjadi efektif dan efisien yang
nantinya akan berdampak bagi produktivitas yang optimal.
2.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan yang
terdapat di dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana mendesain ulang kursi konveksi menggunakan metode reverse


engineering?

2. Bagaimana meningkatkan output kerja dan mengurangi resiko kecelakaan kerja?

3. Apakah dengan kursi jahit yang telah disediakan selama ini membuat operator
merasa nyaman dalam melakukan pekerjaannya?

3.3 TUJUAN

1. Merancang keselamatan kerja dengan aspek ergonomi.

2. Memperhatikan kenyamanan dan keamana pekerja dengan memperhitungkan aspek


ergonomi.

3. Mengetahui posisi yang baik untuk bekerja.

4.4 MANFAAT

1. Meningkatkan kenyamanan dan keamanan bagi para pekerja dengan aspek


ergonomi.

2. Meningkatkan produktivitas dengan memberikan keamanan dan kenyamanan bagi


pekerja
BAB II.

PEMBAHASAN

1.PENGERTIAN ERGOMOMI KERJA

Ergonomi yaitu ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam kaitannya dengan
pekerjaan mereka. Sasaran ilmu tersebut berkaitan dengan peralatan dan tempat kerja
serta lingkungannya.

Beberapa pengertian yang diberikan tentang ergonomi yaitu:

a. Disiplin ilmu yang membahas tentang hubungan manusia dengan unsur-unsur lain
dalam suatu sistem dan profesi yang menerapkan teori, prinsip, data dan metoda
rancangan untuk mengoptimalkan kesehatan manusia dan keseluruhan capaian kinerja
sistem.

b. Penerapan ilmu fisiologi manusia sejalan dengan ilmu rekayasa untuk mencapai
penyesuaian bersama antara pekerjaan dan manusia secara optimum, dengan tujuan
agar bermanfaat demi efisiensi dan kesejahteraan” (international labour organisation =
ILO).

c. Ilmu terapan yang merupakan gabungan antara ilmu anatomi tubuh, kesehatan,
psikologi dan teknologi yang bertujuan untuk peningkatan kondisi kerja dan produktifitas
kerja.

d. Ilmu serta penerapannya yang berusaha untuk menyelaraskan antara lingkungan


pekerjaan dengan manusia agar produktivitas dan efisiensi kerja yang setinggi-
tingginya dapat dicapai melalui pemanfaatan manusia secara optimal.

e. yang dilaksanakan oleh manusia, mesin, sistem peralatan agar dapat dilakukan
dengan cara yang paling efektif termasuk alatalat peragaan untuk memberi informasi
kepada manusia” (Sutalaksana, 1979)
2. KOMPONEN ERGONOMI KERJA

Komponen ergonomi kerja terdiri dari 3 komponen utama, yaitu:

1. Manusia
2. Lingkungan kerja
3. Alat /perabot kerja

Penataan lingkungan dan pengawasan terhadap cara kerja adalah upaya kesehatan
kerja yang dilakukan untuk memberikan dampak pada kesehatan tenaga kerja (ILO).
Hal ini berarti ergonomi kerja merupakan salah satu bagian dari pembentukan
kesehatan lingkungan kerja yang berarti pula pembentukan kesehatan kerja / tenaga
kerja. Untuk melaksanakan program ergonomi, maka 4 hal berikut perlu dilakukan
antara lain:

a. Desain pekerjaan (Job design)

1) Rotasi kerja
2) Perbaikan cara kerja
3) Kerja tim

b. Desain tempat kerja (Workplace design)

1) Fleksibilitas (adjustable)

2) Penyesuaian terhadap bentuk & ukuran tubuh pekerja

c. Desain perkakas & peralatan (Tools and Equipment design): yaitu penyesuaian
pegangan (handle) perkakas dan tatakan barang dengan pekerjaan dan tenaga kerja.

d. Prosedur kerja (SOP): penyusunan prosedur kerja yang harus diikuti tenaga kerja.
3. ATURAN KESEHATAN KERJA

PP 88 tahun 2019 tentang Kesehatan Kerja adalah aturan pelaksanaan UU 36 tahun


2009 tentang Kesehatan. Kesehatan Kerja adalah upaya yang ditujukan untuk
melindungi setiap orang yang berada di Tempat Kerja agar hidup sehat dan terbebas
dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan dari pekerjaan.
Tempat Kerja adalah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau
tetap, letak pekerja bekerja, atau yang sering dimasuki pekerja untuk keperluan suatu
usaha dan terdapat sumber bahaya sesuai dcngan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

PP 88 tahun 2019 tentang Kesehatan Kerja ditetapkan Presiden Joko Widodo pada
tanggal 26 Desember 2019 di Jakarta. Peraturan Pemerintah Nomor 88 tahun 2019
tentang Kesehatan Kerja diundangkan oleh Menkumham Yasonna H. Laoly pada
tanggal 26 Desember 2019 di Jakarta.

Agar setiap orang mengetahuinya PP 88 tahun 2019 tentang Kesehatan Kerja


ditempatkan pada Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 251.
Penjelasan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 88 tahun 2019 tentang Kesehatan Kerja
ditempatkan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6444.

4. MENGEVALUASI KESEHATAN KERJA


Kesehatan kerja tidak kalah pentingnya dengan keselamatan kerja. Oleh karena itu
diperlukan evaluasi kesehatan tempat kerja. Untuk memulai evaluasi perlu dilakukan
beberapa tahapan berikut ini.

1. Buat Daftar bahaya yang ada di wilayah kerja yang akan di evaluasi

Tahapan yang penting dalam membantu membatasi besarnya. Jika daftar sangat
banyak, wilayah kerja harus dibatasi dan dibagi menjadi beberapa paket untuk lebih
memudahkan. Perlu memutuskan apakah proses produksi yang akan memperbesar
atau satu bagian proses yang lebih sederhana. Jumlah masing-masing bahan secara
sendiri-sendiri yang dipakai dalam suatu pekerjaan dapat pula menjadi faktor penentu.
Perlu juga ditentukan volume penyimpanan serta pemakaian bahan
2. Menentukan bahan yang sebenamya dipakai

Penentuan ini terbukti sangat berguna secara ekonomi. Banyak perusahaan yang
memiliki gudang dan lemari yang penuh dengan persediaan bahan kimia yang
sebenamya tidak dipakai, namun belum dibuang. Ditemukan juga bahwa beberapa
bagian di perusahaan menggunakan bahan kimia yang berbeda untuk proses yang
serupa. Rasionalisasi kebijakan pembelian diperlukan karena akan menimbulkan
manfaat ekonomi bagi perusahaan. Evaluasi bahan yang membahayakan memberikan
kesempatan untuk membuang bahan tua dari tempat kerja, yang mungkin sebagian lagi
berada dalam keadaan tidak stabil. Sebagian lainnya disimpan dalam kaleng yang
sudah rusak dan mungkin tak lama lagi menjadi ancaman gangguan kesehatan dan
keselamatan.

3. Penentuan nama kimia sebenamya dan/atau nomor Chemical Abstracts Series


(CAS)

Kebanyakan bahan berada di tempat kerja dengan nama dagang dan nomor kode. Jika
sifat-sifat bahan dalam buku teks standar harus ditentukan, sesuai dengan kebutuhan.
Semua bahan kimia diberi nama yang unik oleh International Union of Pure and Applied
Chemistry (IUPAC) dan satu nomor unik yang dikenal dengan nomor Seri Abstrak
Kimia.

4. Dapatkan lembaran data dari pemasok

Ada kewajiban pemasok berdasarkan bagian 6 dari Kesehatan dan Keselamatan


Undang-undang Kerja 1974 memberikan informasi mengenai semua yang dipasok dan
dalam dengan Undang-undang Perlindungan Konsumen 1987. Informasi ini diberikan
oleh pemasok dalam bentuk lembaran data (lihat Lembaran Data Bahaya di
halaman…). Kualitas informasi yang diberikan sangat beragam, yang baik memberikan
semua informasi yang diperlukan untuk menilai toksisitas, yang kurang memberikan
informasi yang menimbulkan masalah dan membahayakan. untuk membuat surat
standar untuk meminta informasi ini dan sangat disarankan untuk mengirimkan surat
jika pertama hilang.
5. Evaluasi lembaran data

Akan sangat bijak untuk menilai keabsahan informasi yang tertuang dalam lembar data.
Sebagai contoh, nama IUPAC bahan tersebut bila tidak dicantumkan, akan membuat
sulit jika dicarikan informasi toksisitasnya. Selain itu, jika bahan tersebut merupakan
campuran dari beberapa bahan seperti pelarut, tidak semua bahan dicantumkan di
sana. Dapat dipahami jika pemasok tidak memberikan formulasi yang tepat mengenai
campuran itu, karena mereka memiliki rahasia perdagangan. Namun, daftar isi bahan
tanpa perbandingan yang seharusnya boleh dicantumkan, tanpa ada risiko terjadinya
pemalsuan barang dagangannya.

6. Periksa data toksikologik yang diberikan dan tulis kembali lembaran data

Begitu nama bahan diketahui, periksa apakah data toksikologik yang benar. Lakukan itu
sebelum menulis ulang untuk cara penggunaan bahan itu dengan situasi yang sedang
dinilai. Data Lembar harus ditulis kembali atau disajikan sebagaimana saat bahan
digunakan. Pemasok tidak diharapkan untuk mengetahui bagaimana bahan itu
disimpan, diangkut atau digunakan di tempat kerja. Sebaliknya, para pekerja harus
mengetahui itu semua. lni menjadi syarat peraturan 12 Pengendalian bahan yang
membahayakan kesehatan.
BAB III. PEMBAHASAN

a. Kesimpulan

Dalam merancang sistem kerja, ada interaksi antara manusia dan mesin sehingga
diperlukan dimensi dari fasilitas ke rja sesuai dengan tubuh manusia. Penyebab utama
dilakukan perancangan alat bantu bersumber pada posisi kerja dari operator mesin flat
yang tidak nyaman, fasilitas kerja kurang memadai dan tidak ergonomis sehingga
menimbulkan keluhan pada pekerja. Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisa
data, maka disimpulkan bahwa :

1. Peralatan kerja yang tidak nyaman dan berpotensi menimbulkan keluhan pekerja
pada bagian bahu, tangan, dan punggung karena bekerja dengan kondisi tempat
duduk yang tidak didesain secara spesifik dan digunakan dalam jangka waktu yang
lama sehingga perlu dilakukan penerapan ergonomi untuk perbaikan fasilitas kerja
dengan perancangan alat bantu berupa kursi semi tegak yang didesain secara
spesifik dan ergonomis.
2. Hasil desain kursi yang diteliti menggunakan data anthopometri mengikuti data
persentil 95% orang daerah Asia Tenggara yaitu data anthopometri untuk tinggi
badan pada posisi duduk 86.4 cm, tinggi bahu pada posisi duduk 62.1 cm, jarak
dari lipat lutut ke pantat 45 cm, tinggi lipat lutut 44.5 cm, lebar bahu 46.6 cm, jarak
dari siku ke ujung jari 40.5 cm dan jarak genggaman tangan ke punggung pada
posisi tangan ke depan 70.8 cm
3. Setelah adanya perbaikan kondisi kerja berupa perancangan alat bantu berupa
kursi semi tegak yang diberi sandaran punggung dan sandaran tangan diharapkan
kondisi kerja lebih ergonomis, membuat operator merasa nyaman, serta diharapkan
tidak lagi beristirahat pada waktu bekerja sehingga membuat produktifitas
perusahaan meningkat.
4. Perancangan alat bantu tersebut dibuat dari bahan baku kayu, break even point
dari biaya yang digunakan selama 7 hari kerja.

6. Saran

Disarankan untuk diperbaiki sesuai dengan aspek yang bersifat teknik, meliputi
pembuatan alat bantu yang ergonomis kursi pekerja yang nyaman
DAFTAR PUSTAKA

Wignjosoebroto, S., Gunani, S., & Pawennari, A. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang.

Chairunisa, D. S. (2020). GAMBARAN FAKTOR RISIKO ERGONOMI DAN MASA


KERJA TERHADAP KEJADIAN CARPAL TUNNEL SYNDROME (CTS) (Doctoral
dissertation, Universitas Muhammadiyah Malang).

Purnomo, H., & Ferdianto, K. (2011). Desain Sistem Kerja Pada Pengrajin Mendong
Dengan Pendekatan Ergonomi Makro. Prosiding SNST Fakultas Teknik, 1(1).

Putri, O. Z., Hussin, T. M. A. B. R., & Kasjono, H. S. (2017). analisis risiko keselamatan
dan kesehatan kerja pada petugas kesehatan instalasi gawat darurat rumah sakit
akademik UGM. Jurnal Kesehatan, 10(2), 1-12.

Wulandari, C., Wardani, M., & Harianto, F. (2015). Evaluasi Penerapan Sistem
Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (Smk3) Pada Proyek Pembangunan
Apartemen Gunawangsa Merr Surabaya. In Seminar Nasional Sains Dan Teknologi
Terapan Iii.

Sokhibi, A. (2017). Perancangan Kursi Ergonomis Untuk Memperbaiki Posisi Kerja


Pada Proses Packaging Jenang Kudus. Jurnal Rekayasa Sistem Industri, 3(1), 61-72.

Anda mungkin juga menyukai