Anda di halaman 1dari 14

SOSIOLINGUISTIK

(lahjah bahasa arab)

Dosen pengampu:
Agung Yusup, M.Ed.

Disusun oleh:
Ismellia Latifa (I1A220022)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini
dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun
materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah inibisa pembaca praktekkan
dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak sekali kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari parapembaca.

Jambi, november 2022

penulis

2
DAFTAR PUSTAKA
Kata Pengantar ...........................................................................................................
Daftar isi.....................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................................
A. Latar Belakang ............................................................................................. 4
B. Rumusan masalah ........................................................................................ 5
C. Tujuan penulisan .......................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN ...........................................................................................
A. Pengertian dialek .......................................................................................... 6
B. Faktor faktor ................................................................................................ 6
C. Ragam dialek................................................................................................7
BAB III PENUTUP ...................................................................................................
A. Kesimpulan ................................................................................................ 12
B. Saran .......................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Berawal dari turunnya risalah agama Islam kepada Nabi Muhammad Saw di tanah suci
Mekkah, menjadi kewajiban bagi Nabi Muhammad Saw untuk menyampaikannya kepada
keluarga dekat dan para sahabatnya. Kemudian bersama-sama menyebarluaskan risalah tersebut
kepada seluruh penduduk Mekkah bahkan penduduk luar Mekkah di seluruh jazirah Arab. Mereka
melakukan perjalanan dakwah ke berbagai daerah, suku dan bahkan negara yang berbeda bahasa.
Mereka harus berbaur dalam kehidupan bermasyarakat, berdagang dan beribadah.
Untuk memudahkan komunikasi, merekapun harus menyesuaikan bahasa mereka dengan
bahasa yang dipakai masyarakatnya. Maka terjadilah percampuran bahasa Arab dengan bahasa
non arab yang kemudian muncullah apa yang dikenal dengan dialek atau bahasa Arab pasaran.
Dialek inilah yang dipakai sebagai alat komunikasi untuk saling memahami satu sama lainnya
dalam kehidupan sehari-hari.
Para sahabat menyadari pentingnya mempertahankan kemurnian bahasa Arab. Untuk itu
mereka tetap memperhatikan bahasa Al Qur'an, mengarang beberapa buku dan menyusun kamus
dengan bahasa Arab fushha agar tidak bercampur dengan bahasa atau dialek-dialek lainnya.
Karena semakin jauh perjalanan dan semakin banyak dialek yang ditemui maka semakin banyak
pula percampuran bercampur dengan bahasa Arab para ulama membaginya kepada dialek Hijaz,
Mesir, Syam, Iraq dan Maroko. Para ulama sepakat bahwa dialek Hijaz dan Mesir merupakan
dialek yang lebih dekat dengan bahasa Arab asli.
Menurut Sibawaih, bahasa Arab Fushah di dalam alunan syair Jahiliyah dan qirảat al-Qur'an
yang shahih tidaklah sama secara langsung dengan salah satu dialek Badui di atas. Dalam hal ini
terjadi perbedaan-perbedaan antara bahasa fushah dan dialek Hijaz dan dialek Tamim.
Perbedaan tersebut dapat dilihat dari pada atau tidaknya imalah, maka dialek Hijaz Kuno tidak
mengenal imảlah dan fathah dibaca sempurna. Demikian pula halnya dengan dialek Hijaz Kuno
tidak mengenal vocalic harmony (al-tawafuq al-haraky). Sedangkan menurut Fahmi Hijazi bahwa
dialek Tamim adanya hamzah, sedangkan dialek Hijaz tidak mengenal hamzah. Oleh karena itu,
Bahasa Arab Hijaz inilah yang dipakai dalam bahasa Arab Modern, sedangkan dialek Tamim sama
dengan bahasa Arab Fushah.

4
B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian lahjah(dialek)?
2. Apa faktor yang menyebabkan terjadinya dialek?
3. Bagaimana ragam dialek dalam bahasa arab?
C. Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui apa itu dialek
2. Untuk mengetahui faktor penyebab terjadinya dialek
3. Untuk mengetahui ragam-ragam dialek

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian dialek
Secara etimologi lahjah (dialek) seperti yang ditulis oleh ibnu manzur dalam Lisan Al-
arab, bermakna gemar dengan sesuatu, menyanyikan(mengucapkan), dan
membiasakannya (ibnu manzur, 1990; 132). Sealur dengan makna ini dalam kamus al-
munjid disebutkan pula bahwa lahjah berarti bahasa manusia yang menjadi karakter dan
dibiasakan olehnya (ma’luf 2002;735).
Dari makna etimologi diatas dapat dipahami bahwa dialek merupakan sebuah ragam
bahasa yang lebih disenangi, lebih biasa dipraktekkan, dan lebih mudah diujarkan oleh
individu-individu dari suatu komunitas bahasa tertentu dalam kehidupan keseharian
mereka. Dialek bisa menjadi ciri khas bagi seseorang atau suatu komunitas bahasa tertentu.
Adapun secara terminologi, lahjah/dialek, dalam kamus longman diartikan sebagai
variasi dari sebuah bahasa yang dipergunakan di suatu bagian dari sebuah negra yang
variasi itu berbeda dengan variasi-variasi lainnya dari bahasa yang sama dalam sejumlah
kata atau gramatikanya (longman, t.t.:2810.

Dialek (dari bahasa Yunani διάλεκτος, dialektos), adalah varian-varian sebuah bahasa
yang sama. Varian-varian ini berbeda satu sama lain, tetapi masih banyak menunjukkan
kemiripan satu sama lain sehingga belum pantas disebut bahasa-bahasa yang berbeda.
Biasanya pemerian dialek adalah berdasarkan geografi, namun bisa berdasarkan faktor
lain, misalkan faktor sosial. Sebuah dialek dibedakan berdasarkan kosa kata, tata bahasa,
dan pengucapan.
Dialek (‫ ) اللهجات‬menurut para ahli bahasa Arab adalah bahasa dan huruf yang
digunakan oleh sekelompok orang dalam rumpun tertentu yang menyebabkan adanya
perbedaan ucapan bahkan bacaan antara satu dengan yang lainnya.

B. Faktor terjadinya dialek

Dalam kehidupan masyarakat secara inhern tentu memiliki adat istiadat, budaya,
pemikiran, dan rasa yang berbeda-beda. Masyarakat Arab Mesir tentu memiliki kebiasaan-
kebiasan dan warna budaya yang berbeda dengan masyarakat Arab Yaman, Saudi, Iran,

6
Irak, Oman, dan sebagainya. Oleh karena itu, dapat dipastikan bahwa faktor psikososial
sangat menentukan perbedaan lahjah. Perbedaan seperti ini menjadikan aneka ragam dialek
Arab.
Perubahan sosial kebudayaan yang terjadi di wilayah tertentu akan mempengaruhi
karakteristik bahasa yang digunakan. Bahasa merupakan bagian dari budaya, maka dalam
pendekatan sosiolinguistik, perubahan budaya ini secara langsung akan mempengaruhi
penggunaan bahasa, dan di sisi lain perubahan yang terjadi pada bahasa merupakan respon
bagi perubahan sosial budaya itu. Setelah revolusi Mesir tahun 1952 dan setelah masa
kemerdekaan bangsa-bangsa arab dari kolonialisme, bahasa Arab mengalami perubahan
yang diakibatkan perubahan sosial tersebut.
Pada tataran lahjah, perbedaan secara fisiologis ini juga merupakan faktor dominan
yang mempengaruhi perbedaan lahjah Arabiyah, baik secara personal maupun
sosiokultural. Kata qahwah, bagi orang Mesir dibaca gahwah (qaf dibaca ga), sedangkan
orang Arab Saudi membaca ahwah (qaf dibaca hamzah).
Memang harus diakui bahwa perkembangan dialek-dialek yang timbul dari satu
bahasa karena melalui proses dan pengaruh yang berbeda beda, maka berakibat pula pada
perbedaan dialek tersebut. Banyak faktor yang bisa menyebabkan suatu dialek berbeda
dengan dialek lainnya. Diantara faktor faktor yang menyebabkan perbedaan itu antara lain
adalah lingkungan, jauhnya tempat tinggal, sarana saran kehidupan, perbedaan dunia yang
dilihat, perbedaan cara memahami dan berbicara (iskandy dan ‘anani, 1976;14)
Daud juga menjelaskan bahwa penyebab-penyebab perbedaan dialek-dialek bahasa
arab adalah terisolirnya antara suku yang satu dengan suku lainnya, kurangnya sara sarana
perhubungan diantara mereka. Selain itu, adanya cacat bawaan yang berkaitan dengan
proses kebahasaan seperti tidak bisa mendengar dan mengucapkan. (Daud, 2001;33).

C. Ragam dialek bahasa arab

Fenomena ragam dialek Arab umumnya sangat dipengaruhi oleh kebiasaan artikulasi
bunyi. Adapun bentuk-bentuk fenomena ragam dialek tersebut akan diuraikan secara
sederhana disertai nama-nama ragam yang masyhurnya berikut ini:

7
1. Lahjah al-Kisykisyah
Lahjah al-Kisykisyah adalah bentuk perubahan kaf khithảb muannats dalam waqaf menjadi
syin, misalnya kata 'biki' dibaca 'bikasy', dan kata 'alaiki dibaca ''alaikasy'. Lahjah semacam
ini hanya digunakan pada saat waqaf. Selain itu, ada juga yang menggunakan pada saat
washal dengan cara tidak menyebutkan kaf khithab dan mengkasrahkannya ketika washal
dan mensukunkannya pada saat waqaf. Misalnya, kata ''alaiki' dibaca ''alaisyi' ketika
washal, dan dibaca ''alaisy' ketika waqaf. Penggunaan lahjah semacam ini hanya ditemukan
pada kabilah Rabi'ah dan kabilah Mudhor.
2. Lahjah al-Kaskasah
Lahjah al-Kaskasah adalah perubahan kaf khithab mudzakkar menjadi dosa. Misalnya, kata
''alaika' dibaca ''alaikas'; kata ‫' منك‬minka' dibaca ‫' منكس‬minkas'. Istilah al-kaskasah
merupakan wujud perubahan bacaan kaf khitab menjadi sin. Penggunaan lahjah ini, hanya
ditemukan pada kabilah Rabi'ah dan kabilah Mudhor.
3. Lahjah al-'An'anah
Lahjah al-'An'anah adalah perubahan hamzah yang terletak diawal kata menjadi 'ain.
Misalnya, kata ‫' أسلم‬aslama' yang berarti masuk Islam, berubah menjadi ‫'' عسلم‬aslama'
dengan makna yang sama; kata ‫' أكل‬akala' yang berarti makan, berubah menjadi ‫'' عكل‬akal'
dengan makna yang sama. Penggunaan lahjah ini hanya ditemukan pada bahasa Tamim,
bahasa Qays, Asad, dan Mesir.
4. Lahjah al-Fahfahah
Lahjah al-Fahfahah adalah perubahan ha menjadi 'ain. Misalnya, kata ‫' تحته‬tahtahahu' yang
berarti menggerakkan, berubah menjadi ‫' تعتعه‬ta'ta'ahu' dengan makna yang sama; kata
‫' حارسة‬Harisah' yang berarti penjaga, berubah menjadi ‫' عارسة‬Arisah' dengan yang sama.
Penggunaan lahjah ini hanya ditemukan pada bahasa Huzail.
5. Lahjah al-Wakm
Lahjah al-Wakm adalah perubahan harakah kaf menjadi kasrah apabila didahului huruf ya
atau harakah kasrah. Misalnya, kata ‫' علي ُكم‬alaikum' berubah menjadi ‫' عليكِم‬alaikim' dengan
makna yang sama; kata 'bikum' berubah menjadi 'bikim' dengan makna yang sama.
Penggunaan lahjah ini hanya ditemukan pada bahasa Rabi'ah dan bahasa Qalb.

8
6. Lahjah al-Wahm
Lahjah al-Wahm adalah perubahan harakah ha menjadi kasrah apabila tidak didahului
huruf ya atau harakah kasrah. Misalnya, kata ‫' عن ُهم‬anhum' berubah menjadi ‫' عن ِهم‬anhim'
dengan makna yang sama; kata 'minhum' berubah menjadi 'minhim' dengan makna yang
sama. Penggunaan lahjah ini hanya ditemukan pada bahasa Rabi'ah dan bahasa Qalb.
7. Lahjah al-'Aj'ajah
Lahjah al-'Aj'ajah adalah perubahan ya musyaddadah (bertasydid) yang terletak diakhir
kata menjadi jim. Misalnya, kata ‫' تميمى‬tamimy' (doble huruf ya) yang berarti orang yang
berasal dari suku Tamim, berubah menjadi ‫' تميميج‬tamimij' dengan makna yang sama.
Contoh lain adalah kata ‫' مكاسرى‬Makassary' yang berarti orang berasal dan bersuku
Makassar, berubah menjadi ‫' مكاسرج‬Makassarij' dengan makna yang sama. Penggunaan
lahjah ini, menurut al-Suyuti hanya ditemukan pada bahasa Qadh'ah.
8. Lahjah al-Istintha'
Lahjah al-Istintha' adalah perubahan 'ain sukun yang terletak ditengah-tengah kata menjadi
nun. Misalnya, kata ‫' أعطى‬a'tha' yang berarti memberi, berubah menjadi ‫' أنطى‬antha' dengan
makna yang sama. Contoh lain adalah kata ‫' أعلى‬a'la' yang berarti lebih tinggi, berubah
menjadi ‫' أنلى‬anla' dengan makna yang sama. Penggunaan lahjah ini hanya ditemukan pada
bahasa Saad bin Bakar, Huzail, Urdz, Qays, dan al-Anshari.
9. Lahjah al-Watm
Lahjah al-Watm adalah perubahan huruf sin yang terletak diakhir kata menjadi ta.
Misalnya, kata ‫' الناس‬an-Nas' yang berarti manusia, berubah bentuk menjadi ‫' النات‬an-Nat'
dengan makna yang sama. Contoh lain adalah kata ‫' الحماس‬al-hamas' yang berarti kelompok
pejuang atau pahlawan, berubah bentuk menjadi ‫' الحمات‬al-hamat' dengan makna yang
sama. Penggunaan lahjah ini hanya ditemukan pada bahasa Yaman.
10. Lahjah al-Syansyanah
Lahjah al-Syansanah adalah perubahan huruf kaf yang terletak diakhir kata menjadi syin.
Misalnya, kata ‫' لبيك‬labbaika' yang berarti aku memenuhi panggilanmu, berubah bentuk
menjadi ‫' لبيش‬labbaisya' dengan makna yang sama. Contoh lain adalah kata ‫' رايتك‬raaituka'
yang berarti aku telah melihatmu, berubah bentuk menjadi ‫' رأيتش‬raaitusya' dengan makna
yang sama. Penggunaan lahjah ini hanya ditemukan pada bahasa Yaman.
11. Lahjah al-Lakhlakhaniyah

9
Lahjah al-Lakhlakhniyah merupakan salah satu bentuk dialek Arab yang ditemukan atau
dinisbahkan dalam bahasa Arab suku Syahr dan Oman. Dalam dialek ini mereka
membuang hamzah pada alif dalam hal penulisannya, misalnya ‫' شا ما‬ma syaa' (mim-alif
Syin-alif), sedangkan yang mereka maksudkan ‫' شاء ما‬ma syaả' (mim-alif Syin-alif +
Hamzah).
12. Lahjah al-Tadhajju'
Lahjah al-Tadhajju', merupakan masdar "Tadhajju' fi al-Amri" yang artinya menunda-
nunda dan tidak mengerjakan sesuatu. Penamaan ini ditujukan kepada kabilah qays .
13. Lahjah al-Ruttah
Lahjah al-Ruttah, adalah tergesa-gesa dan cepat dalam bercakap. Penamaan ini
dinisbahkan kepada penduduk Iraq.
14. Lahjah al-Thamthamaniyah
Lahjah al-Thamthamaniyah, adalah perubahan lam ta'rif menjadi mim. Penamaan ini
dinisbahkan kepada kabilah Thayi', Azd, dan kepada kabilah Humair di Selatan Jazirah
Arab. Sebagai contoh riwayat an-Namir ibn Tuảb bahwasanya Rasulullah SAW berbicara
dengan bahasa ini dalam haditsnya: ‫ امسفر فى امصيام امبر من ليس‬maksudnya adalah ‫ليس من البر‬
‫الصيام فى السفر‬
Lahjah al-Thumthumảniyah merupakan salah satu bentuk lahjah Arab yang ditemukan
dalam bahasa Himyar. Mereka membaca al- yang melekat pada isim atau kata benda dalam
bahasa Indonesia menjadi am-, misalnya dalam kalimat ‫' أمهواء طاب‬thaba amhawả'. Padahal
yang mereka maksud adalah ‫' الهواء طاب‬thaba al-hawả'.
15. Lahjah al-Gamgamah
Lahjah al-Gamgamah, yaitu mendengar suara tetapi tidak jelas potongan-potongan
hurufnya. Ibn Ya'isy berkata ghamghamah adalah percakapan yang tidak jelas, seperti
suara para pendekar dalam peperangan. Penamaan ini dinisbahkan kepada kabilah
Qadha'ah.
16. Lahjah al-Tiltilah
Lahjah al-Tiltilah, adalah perubahan harakat harf mudhảri'ah menjadi kasrah. Penamaan
ini dinisbahkan kepada kabilah Bahra'. Contohnya ‫ اعلم أنا‬,‫( نعلم نحن‬di baca I'lamu dan
Ni'lamu). Abu Amru yang dikutip dari Kamus Lisan al-Arab mengatakan bahwa ta dan nun

10
mudhari dibaca kasrah dalam bahasa Qays Tamim, Asad, Rabi'ah dan umumnya bangsa
Arab. Sedangkan bagi orang Hijaz tetap membaca fathah.
Ibnu Faris[6] memberi kontribusi pemikiran kepada kita, bahwa dari enam belas
bentuk lahjah dari berbagai sumber bahasa di beberapa kabilah Arab hanya didasarkan
pada enam belas bentuk yang membedakan antara lahjah yang satu dengan lahjah yang
lainnya. Keenam belas bentuk tersebut adalah (1) perubahan harakah, (2) perbedaan
harakah dan sukun, (3) perbedaan dalam hal pergantian huruf, (4) perbedaan taqdim dan
ta'khir huruf, (5) perbedaan dalam hal hadzf dan itsbat, (6) perbedaan huruf penggantian
shahih dengan huruf mu'tal, (7) perbedaan dalam hal qira'at, imalah, dan tafkhim, (8)
perbedaan huruf sukun di depan, (9) perbedaan mudzakkar dan mu'annats, (10) perbedaan
idgam, (11) perbedaan I'rab, (12) perbedaan dalam bentuk jamak, (13) perbedaan dalam
hal al-tahqiq dan al-ikhtilas, (14) perbedaan dalam hal penyebutan ha (ta al-marbutha)
menjadi ta ta'nits, (15) perbedaan dalam hal ziayảdah, dan (16) perbedaan dalam hal al-
tadhad (antonym kata).

11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Secara etimologi lahjah (dialek) seperti yang ditulis oleh ibnu manzur dalam Lisan Al-
arab, bermakna gemar dengan sesuatu, menyanyikan(mengucapkan), dan
membiasakannya (ibnu manzur, 1990; 132).
2. Adapun secara terminologi, lahjah/dialek, dalam kamus longman diartikan sebagai
variasi dari sebuah bahasa yang dipergunakan di suatu bagian dari sebuah negra yang
variasi itu berbeda dengan variasi-variasi lainnya dari bahasa yang sama dalam
sejumlah kata atau gramatikanya (longman, t.t.:2810.
3. Dialek (dari bahasa Yunani διάλεκτος, dialektos), adalah varian-varian sebuah bahasa
yang sama.
4. Dialek (‫ ) اللهجات‬menurut para ahli bahasa Arab adalah bahasa dan huruf yang
digunakan oleh sekelompok orang dalam rumpun tertentu yang menyebabkan adanya
perbedaan ucapan bahkan bacaan antara satu dengan yang lainnya.
5. Dialek adalah logat bahasa, perlambangan dan pengkhususan dari bahasa induk.
6. Faktor psikososial sangat menentukan perbedaan lahjah. Perubahan sosial kebudayaan
yang terjadi di wilayah tertentu akan mempengaruhi karakteristik bahasa yang
digunakan.
7. faktor faktor yang menyebabkan perbedaan itu antara lain adalah lingkungan, jauhnya
tempat tinggal, sarana saran kehidupan, perbedaan dunia yang dilihat, perbedaan cara
memahami dan berbicara (iskandy dan ‘anani, 1976;14)
8. Bentuk-bentuk yang membedakan antara dialek yang satu dengan dialek yang lainnya;
(1) perubahan harakah, (2) perbedaan harakah dan sukun, (3) perbedaan dalam hal
pergantian huruf, (4) perbedaan taqdim dan ta'khir huruf, (5) perbedaan dalam hal hadzf
dan itsbat, (6) perbedaan penggantian huruf shahih dengan huruf mu'tal, (7) perbedaan
dalam hal qira'at, imalah, dan tafkhim, (8) perbedaan huruf sukun di depan, (9)
perbedaan mudzakkar dan mu'annats, (10) perbedaan idgam, (11) perbedaan I'rab, (12)
perbedaan dalam bentuk jamak, (13) perbedaan dalam hal al-tahqiq dan al-ikhtilas, (14)
perbedaan dalam hal penyebutan ha (ta al-marbutha) menjadi ta ta'nits, (15) perbedaan
dalam hal ziayảdah, dan (16) perbedaan dalam hal al-tadhad (antonym kata).

12
B. Saran
Berdasarkan pembahasan dalam makalah ini,penulis berharap akan ada pembahasan
tentang gharib dari pihak lain yang tentunya menggunakan sudut pandangnya sendiri
karena kami sebagai tim penulis merasa pembahasan dalam makalah ini masih banyak
memiliki kekurangan. Oleh karena itu, kami menerima kritik dan saran dari berbagai pihak
mengenai pembahasan dalam makalah ini.

13
DAFTAR PUSTAKA

https://www.kompas.com/skola/read/2020/01/29/. Diakses pada 17 november 2022


pukul 20:25 wib
Dialek Dalam Bahasa Arab - IAI DALWA, Diakses pada 17 november 2022 pukul 20:45
wib
Suaidi, 2008, Dialek-Dialek Bahasa Arab, Adabiyyat, Vol. 7. No, 1, Juni 2008.

14

Anda mungkin juga menyukai