Anda di halaman 1dari 182

Buku OSCE Pengajar PADI -- November i

BUKU OSCE PADI


(Objective Structured Clinical Examinations)

BUKU PANDUAN PENGAJAR

November 2014

Tim Soal PADI


Buku OSCE Pengajar PADI -- November ii

Buku OSCE PADI


November 2014
Tim Soal PADI

© 2014 PADI
Jalan Matraman Raya no 119
Jakarta

Disclaimer
Semua nama dan skenario kasus dalam buku ini adalah karangan belaka.
Adanya kesamaan tempat, nama, atau kasus adalah sebuah ketidaksengajaan.

Semua informasi di dalam buku ini hanya untuk tujuan pendidikan saja.
Informasi tersebut tidak dimaksudkan untuk menggantikan peran tenaga medis.

Disclaimer
All names and case scenario in this book are fictional.
Any resemblance to real place, name, or case scenario is purely coincidental.

The information on this book is provided for educational purposes only;


it is not intended to be a substitute for professional medical advice
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 1

PELATIHAN OSCE PADI


Pastikan anda berada di kelompok yang benar
Dan lakukan perpindahan antar pos dengan tertib.
Selamat belajar!

“To practice without theory is to sail in an uncharted sea;


Theory without practice is not to sail at all”
(Susser, 1968)
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 2

OSCE UKDI – Sebuah pengantar


Bingung bagaimana pelaksanaan ujian OSCE UKDI? Pendahulu-pendahulu Anda telah
terlebih dahulu berjuang menjalankan OSCE dan inilah pesan yang ditinggalkan bagi Anda
sekalian:

1. Berapa banyak pos sih?


 Semuanya ada 12 pos aktif. Waktu tiap pos yaitu 15 menit.
 Di awal tiap pos, Anda akan diberi waktu 1 menit untuk membaca soal di luar
ruangan. Pahami soal dan instruksi dengan baik.
 Ada pos yang diminta untuk menulis status dan ada yang murni hanya berupa
tindakan saja, misalnya sirkumsisi

2. Bagaimana setting lokasi?


 Lokasi seperti ruang klinik: ada meja dokter, bed, tensimeter, suhu, dll.
 Di situ akan ada penguji, pasien, dan alat-alat pelengkapnya.
 Di tiap ruangan akan ada tempat cuci tangan (walau mungkin hanya sekedar gambar
keran/wastafel). Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan itu wajib hukumnya.
 Alat-alat akan tersedia lebih banyak daripada yang diperlukan. Anda yang
menentukan sendiri mau pakai alat mana.
 Anda tidak perlu menulis apapun untuk dinilai, kecuali resep atau rujukan (bila
diperlukan). Anda akan mendapat kertas untuk mencatat atau corat-coret hasil
anamnesis, hanya untuk pegangan Anda saja

3. Pasiennya ngapain?
 Menjawab anamnesis Anda
 Menjadi model beberapa pemeriksaan fisik (kecuali: genital, anal, mammae)

4. Pengujinya ngapain?
 Anggap penguji sebagai CCTV, beliau di situ untuk mengawasi Anda. Maka,
terminology yang tepat bukanlah penguji melainkan pengawas.
 Penguji tidak boleh bertanya pada Anda, misalnya, “Kamu lagi ngapain, tuh?”;
“Emang cara periksa hepar begitu? Siapa yang ngajarin?” Penguji akan menjaga agar
komunikasi dengan peserta ujian seminimal mungkin.

5. Harus periksa beneran atau pura-pura aja sih?


 Anggap Anda sedang akting menjadi dokter, disaksikan oleh penonton yang bernama
‘pengawas’. Maka, tentu saja Anda harus periksa seasli dan seserius mungkin.
 Anda TIDAK perlu memberikan narasi seperti ini, “Pemeriksaan mata didapatkan
konjungtive tidak pucat, sklera tidak ikterik, bla bla.” Lakukan aja.
 Setelah selesai melakukan demonstrasi pemeriksaan pada pasien (misalnya
mengukur tensi), ada dua kemungkinan: ada penguji yang mau Anda memeriksa
lengkap dahulu baru memberi tahu hasilnya secara kolektif; ada yang mau
menjawab segera setelah Anda melakukan masing-masing pemeriksaan

6. Hasil nilainya gimana?


 Masing-masing (anamnesis, PF, lab, penatalaksanaan) mempunyai penilaian sendiri
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 3

 Jadi, lebih baik mengerjakan semua perintah walau tidak lengkap (lakukan
anamnesis, PF, dan tatalaksana yang mengarah ke keluhan pasien) daripada
mengerjakan satu perintah saja yang super lengkap (hanya melakukan anamnesis
sampai detail ke apa band favorit si pasien).

PENJELASAN OSCE PADI November 2014


Buku pelatihan OSCE PADI ini terdiri dari beberapa bab, yaitu:
- Cardiovascular system
- Respiratory system
- Neuro-behaviour
- Psychiatry
- Reproductive system
- Genitourinary system
- Hematology/Oncology
- Endocrine & Metabolic
- Special Sensory
- THT, Kepala, dan Leher
- Musculoskeletal system
- Gastrointestinal system
- Pos tindakan/skill
- Radiologi
- Special Section

Pelatihan akan dijalankan sebagai berikut:


- Selama 4 hari
- Sebanyak total 8 pos
- Masing-masing pos selama 2 jam

Hal yang harus diperhatikan saat OSCE :


- Baca soal dengan baik, jawab apa yang ditanya. Tetap tenang.
- Perkenalkan diri, menanyakan identitas lengkap, dan cuci tangan, jangan dilupakan.
- Waktu anda hanya 15 menit.
- Pemeriksaan dasar (tanda vital, keadaan umum) jangan dilupakan. Selalu awali
tindakan dengan mencuci tangan
- Jangan lupa tanyakan per sistem walaupun tidak berhubungan dengan kasus
- Biasakan meminta ijin/inform consent secara lisan : “Pak/Bu, saya akan memeriksa
perut ibu”
- Penguji tidak akan berbicara apapun kecuali anda bertanya.
- Mintalah hasil pemeriksaan yang sedang anda lakukan / pemeriksaan penunjang yang
anda rencanakan pada penguji.
- Tulis tatalaksana dalam kertas resep.
- Apabila pasien perlu dirujuk, gunakan form rujukan.
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 4

Cardiovascular System
Pengantar untuk pengajar
Rekapitulasi kasus tersering di pos sistem kardiovaskuler :
1. Henti Jantung (BLS dan ACLS)
Yang harus dipelajari :
- Pertolongan pertama pada henti jantung
- Gambaran irama jantung yang khas pada henti jantung (VT, VF, PEA, asistol)
- Skema ACLS
2. Sindrom Koroner Akut
Yang harus dipelajari :
- Tanda dan gejala khas pada pasien sindrom koroner akut
- Pemeriksaan penunjang pada sindrom koroner akut
 EKG (ST elevasi, ST depresi)
 Marker jantung (CK/CKMB, Troponin T)
- Pertolongan pertama pada pasien sindrom koroner akut
(MONA= morfin, oksigen, nitrat, aspirin)
3. Gagal Jantung (CHF)
Yang harus dipelajari :
- Anamnesis khas pada pasien gagal jantung (DOE, PND, OP)
- Pemeriksaan fisik kardiovaskuler (pengukuran JVP, pemeriksaan prekordial)
- Pemeriksaan penunjang pada gagal jantung
 Foto thoraks (gambaran khas kardiomegali, “bat wing” pada edema paru akut
 EKG (kriteria LVH, RVH, P mitral, P pulmonal, old infark)
- Tatalaksana awal pasien CHF
 Indikasi ACEI, beta bloker, dan diuretik (furosemid)
 Edukasi nonfarmakologi pada pasien gagal jantung (restriksi cairan, garam)
4. Syok  syok anafilaktik
Yang harus dipelajari :
- Mengenali gejala dan tanda khas pada syok anafilaktik
- Melakukan pertolongan pertama pada syok anafilaktik (adrenalin, O2, posisi)

Target yang harus dicapai siswa di pos kardiovaskuler ini :


1. Mampu melakukan pertolongan pertama maupun lanjutan pada kasus henti jantung.
2. Mampu melakukan pertolongan pertama pada kasus syok anafilaktik.
3. Mampu melakukan pertolongan pertama pada kasus sindrom koroner akut.
4. Mampu melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik pada kasus kardiovaskular
tersering, misal gagal jantung.
5. Mampu memberikan tatalaksana dan edukasi pada kasus kardiovaskuler tersering,
misal gagal jantung.
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 5

ACLS

HENTI JANTUNG

1 JUDUL Kardiovaskular - Henti jantung


2 KOMPETENSI 1) Anamnesis
DIUJIKAN 2) Pemeriksaan fisik/psikiatri
(bold yang 3) Interpretasi data/kemampuan prosedural pemeriksaan
berhubungan) penunjang
4) Penegakan diagnosis dan diagnosis banding
5) Tatalaksana nonfarmakoterapi
6) Tatalaksana farmakoterapi
7) Komunikasi dan edukasi pasien
8) Perilaku professional
3 SKENARIO SKENARIO KLINIK
DAN Laki-laki berusia 65 tahun dibawa keluarganya ke IGD dengan
INSTRUKSI penurunan kesadaran. Anak pasien mengatakan bahwa setelah makan
PESERTA pagi pasien mengeluh dadanya sakit, lalu terjatuh.

TUGAS
1. Lakukan pertolongan pertama pada pasien ini!
2. Apa diagnosis banding yang mungkin?
3. Apa pemeriksaan penunjang yang akan Anda lakukan?
4. Apa tatalaksana yang akan Anda berikan?
4 PASIEN
Identitas
Nama Tn. Ahmad
Usia 65 th
Jenis Kelamin Laki-laki
Pekerjaan Sopir
Status Nikah Menikah
Pendidikan
Keluhan
Keluhan utama pingsan setelah sebelumnya mengeluh nyeri dada

Riwayat penyakit sekarang


Sejak kapan pingsan sejak 2 jam yang lalu.
Lokasi, durasi, Sebelum pingsan, pasien sempat mengeluh nyeri dada kiri. Nyeri dada
frekuensi, terasa seperti ditekan benda besar. Nyeri terasa menjalar sampai ke
karakteristik, rahang dan lengan atas. Nyeri muncul mendadak saat pasien sedang
memberat/ berjalan kaki di sekitar rumahnya. Nyeri disertai mual, keringat dingin,
ringan dengan dan rasa berdebar-debar. Lama-lama pandangan pasien terasa gelap dan
apa, dll pasien pun jatuh pingsan sebelum akhirnya ditemukan anaknya
tergeletak.
Sudah diobati? Nyeri dada biasanya membaik dengan sendirinya tanpa pengobatan.
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 6

Lainnya
Riwayat Hipertensi, DM, stroke tidak diketahui oleh pasien.
Penyakit
Dahulu
Riwayat Hipertensi, DM, stroke pada keluarga tidak diketahui oleh pasien.
Keluarga
Riwayat Sosial, Pasien biasa merokok 1 batang per hari sejak 25 tahun lalu. Pasien
lingkungan, mengaku jarang berolahraga karena kesibukannya.
kebiasaan
5 MANEKIN+ALAT
Manekin 1 manekin RJP
Alat 1. defibrilator 1 buah
2. 1 set intubasi
3. Ambubag
4. Aspirin tab kunyah, klopidogrel tab
5. ISDN tab sublingual
6. ISDN ampul
7. epinefrin ampul
8. 1 set IV line
9. Spuit 1 cc, 3 cc
10

PEMBAHASAN

1. Lakukan pertolongan pertama pada pasien ini!

Skenario:
Pasien tidak sadar, tidak bernapas, nadi tidak teraba. Monitor menunjukkan ritme VF. Setelah
diberi shock, ritme menjadi VT tanpa nadi. Setelah diberi shock lagi, ritme menjadi asistol.
Setelah RJP 2 menit, ritme menjadi VT tanpa nadi. Setelah diberi syok, ritme menjadi sinus.

Cek kesadaran
 Panggil pasien (“Pak..Pak...”)dengan menepuk pundak pasien
o Sambil memanggil pasien, periksa dengan cepat apakah pasien
tidak bernapas/napas tidak normal (gasping)
 Bila pasien merespon --> lakukan anamnesis dan pemeriksaan fisis
 Bila pasien tidak merespon, tapi napas normal --> mulai
penanganan pasien dengan penurunan kesadaran
 Bila pasien tidak merespon dan tidak bernapas/napas tidak normal
--> panggil bantuan
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 7

Panggil bantuan
Segera panggil bantuan (“Tolong! Ada pasien tidak sadar,ambilkan
defibrilator, monitor, oksigen, IV line, dan troli emergensi.”)

Cek nadi
Setelah memanggil bantuan, segera periksa nadi arteri karotis.
Pertama-tama raba kartilago tiroid dengan dua jari. Lalu,pindahkan
kedua jari tersebut kira-kira dua jari ke lateral, di situlah kira-kira letak
arteri karotis.
 Lakukan palpasi selama 10 detik
 Bila jelasada nadi, beri napas bantuan setiap 5-6 detik, dan periksa ulang nadi setiap
2 menit
 Bila tidak ada/tidak jelas ada nadi, mulai RJP

RJP
RJP dimulai dengan kompresi. Lokasi untuk melakukan kompresi dada
adalah pada sternum, dua jari di atas procesus xiphoideus (lihat
gambar). Posisikan tangan dominan di atas tangan non-dominan
(orang kidal meletakkan tangan kiri di atas tangan kanan).

Lakukan high quality CPR, yaitu: (1) frekuensi minimal 100


kali/menit;(2) kedalaman sekurang-kurangnya 5 cm; (3) interupsi
minimal; (4) recoil dada sempurna; (5) hindari ventilasi (pemberian nafas buatan) yang
berlebihan

RJP dilakukan dengan teknik compression only bila hanya terdapat


satu penolong (bantuan belum datang). Bila sudah datang
penolong lain, maka RJP dilakukan dengan perbandingan 30
kompresi dan 2 ventilasi. Dalam setting IGD, ventilasi diberikan
melalui bag valve mask yang dihubungkan dengan selang
konektor ke tabung oksigen/oksigen sentral dengan kecepatan 10-
12 L/menit.

Cara pemberian napas buatan yang baik:


 Jangan lupa membuka jalan napas. Lakukan head tilt and chin lift, atau jika curiga
trauma servikal, lakukan jaw thrust.
 Berikan setiap napas buatan dalam waktu satu detik
 Berikan volume tidal yang cukup untuk menghasilkan visible chest rise (sekitar 500-
600 ml)
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 8

Penanganan ritme
Sembari Anda dan seorang penolong lain melakukan kompresi dan ventilasi, mintalah asisten
Anda yang lain untuk memasang IV line. Segera setelah defibrilator datang, tempelkan paddle
pada dada pasien untuk menilai ritme jantung. Pada saat menilai ritme jantung, RJP harus
dihentikan.Usahakan penilaian ritme dilakukan secepat mungkin untuk mengurangi
interupsi pemberian kompresi.

Kemungkinan ritme jantung pada pasien dengan henti jantung hanya ada empat, yaitu dua
ritme shockable (VT tanpa nadi dan VF) dan dua ritme nonshockable (PEA dan asistol):

1. VT (Ventricular tachycardia) seperti huruf n bersambung

2. VF (Ventricular fibrillation) seperti sandi rumput

3. PEA (Pulseless electrical activity) ada aktivitas listrik tapi tidak ada nadi

4. Asistol garis datar


Buku OSCE Pengajar PADI -- November 9

Penanganan ritme shockable


Bila menemukan VF atau VT, lanjutkan RJP sambil seorang asisten men-charge defibrilator.
Jangan lupa memberi gel pada paddle.Setelah defibrilator siap, hentikan RJP, pastikan tidak
ada yang menyentuh pasien (I’m clear, you’re clear, everybody’s clear), lalu berikan sebuah
shock dengan cepat.

Setelah shock diberikan, segera lanjutkan RJP tanpa melihat ritme terlebih dahulu. RJP
dimulai lagi dari kompresi. RJP dilanjutkan selama dua menit, baru periksa kembali ritme.
Untuk seterusnya, pemeriksaan ritme dilakukan setiap dua menit RJP.

Catatan khusus untuk ventricular tachycardia:


Untuk pemeriksaan ritme kedua, ketiga, dan seterusnya, bila Anda menemukan VT, cek nadi
terlebih dahulu. Ingat, VT dapat bersifat dengan nadi atau tanpa nadi. Bila Anda menemukan
nadi, berarti pasien sudah tidak mengalami henti jantung (jangan di-shock!). VT yang boleh
di-shock hanya VT tanpa nadi.

Penanganan ritme nonshockable


Asistol berarti tidak ada aktivitas listrik pada jantung. Bila menemukan ritme asistol, langsung
lanjutkan RJP dan berikan epinefrin 1 mg IV. RJP dimulai lagi dari kompresi. Periksa kembali
ritme setelah dua menit RJP.

Apa itu PEA?


Bila menemukan ritme teratur (aktivitas listrik apapun kecuali VF dan VT), langsung periksa
nadi:
 Bila tidak ada nadi, ini disebut pulseless electrical activity (PEA), dan penanganannya
sama dengan asistol, yaitu melanjutkan RJP ditambah epinefrin 1 mg IV.
 Bila ada nadi, mulailah penanganan untuk pasien pasca-henti jantung.

PEA adalah ritme apapun selain VF, VT, atau


asistol yang tidak disertai dengan nadi

Ingat, saat memeriksa ritme, hentikan RJP. Tidak perlu menunggu selesai 30 kali
kompresi atau 2 kali ventilasi. Pokoknya, setelah 2 menit RJP, stop dan periksa ritme.

Rangkuman penanganan ritme:


 Bila menemukan VF -->shock
 Bila menemukan asistol --> jangan shock --> lanjutkan RJP
 Bila menemukan VT --> cek nadi
o Tidak ada nadi -->shock
o Ada nadi --> jangan shock --> hentikan RJP
 Bila menemukan ritme selain VF, asistol, atau VT --> jangan shock --> cek nadi
o Tidak ada nadi -->lanjutkan RJP
o Ada nadi --> hentikan RJP
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 10
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 11

2. Apa diagnosis banding yang mungkin?

Skenario: Setelah pasien sinus, dilakukan anamnesis lebih lanjut pada anak pasien. Diketahui
bahwa dari dulu pasien sering nyeri dada apabila melakukan pekerjaan berat, namun
biasanya sembuh sendiri.

Diagnosis banding:
 Ingat 5HT (hipovolemia, hipoksia, hydrogen ion (asidosis), hipo/hiperkalemia,
hipotermia, tension pneumothorax, tamponade jantung, toksin, trombosis pulmoner,
trombosis koroner)
 Sesuai anamnesis, kemungkinan terbesar pada pasien ini adalah trombosis koroner
(UAP, NSTEMI, STEMI)

3. Apa pemeriksaan penunjang yang akan Anda lakukan?


 Darah lengkap: bila Hb turun pikirkan perdarahan/hipovolemia
 AGD dan elektrolit:menilai apakah terjadi asidosis
 Ureumdan kreatinin: gangguan fungsi ginjal dapat menyebabkan asidosis
 Enzim jantung: bila terjadi trombosis koroner, maka enzim jantung akan meningkat
 Ro toraks: melihat kemungkinan pneumotoraks, tamponade jantung, atau trombosis
paru
 EKG: trombosis koroner akan memberikan gambaran EKG yang khas

4. Apa tatalaksana yang akan Anda berikan?

Farmakologis:
Karena penyebabnya adalah STEMI, maka obat yang dapat diberikan oleh Anda sebagai
tatalaksana awal:
• Morfin IV
• Oksigen 4 L/menit, bila SaO2< 94%
• Nitrat (ISDN atau nitrogliserin). Hati-hati pada pasien hipotensi !!
• Aspirin 160-325 mg, klopidogrel 300 mg

Non-farmakologis:
Setelah tatalaksana awal diberikan, segera konsultasi ke spesialis penyakit dalam atau
spesialis jantung dan pembuluh darah. Pasien harus dirawat di ruang rawat intensif.
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 12

GAGAL JANTUNG

1 JUDUL Kardiologi - Gagal jantung


2 KOMPETENSI 1) Anamnesis
DIUJIKAN 2) Pemeriksaan fisik/psikiatri
(bold yang 3) Interpretasi data/kemampuan prosedural pemeriksaan
berhubungan) penunjang
4) Penegakan diagnosis dan diagnosis banding
5) Tatalaksana nonfarmakoterapi
6) Tatalaksana farmakoterapi
7) Komunikasi dan edukasi pasien
8) Perilaku professional
3 SKENARIO SKENARIO KLINIK
DAN Seorang laki-laki berusia 65 tahun datang ke klinik Anda dengan
INSTRUKSI keluhan sesak napas sejak 6 bulan yang lalu.
PESERTA
TUGAS
1. Lakukan anamnesis pada pasien ini!
2. Lakukan pemeriksaan fisis pada pasien ini!
3. Apa pemeriksaan penunjang yang akan Anda minta?
4. Apa diagnosis dan diagnosis banding pada pasien ini?
5. Apa tatalaksana yang akan Anda berikan untuk pasien ini?
4 PASIEN
Identitas
Nama Tn. Rahmat
Usia 65 tahun
Jenis Kelamin Pria
Pekerjaan Karyawan kantor
Status Nikah Menikah
Pendidikan S1
Keluhan
Keluhan utama sesak nafas makin memberat

Riwayat penyakit sekarang


Sejak kapan sejak 6 bulan lalu
Lokasi, durasi,
frekuensi, Sesak nafas muncul bila berjalan kaki cukup jauh dan membaik dengan
karakteristik, istirahat. Sesak tidak disertai dengan nyeri dada maupun suara nafas
memberat/ ngik-ngik. Keluhan demam menggigil, batuk berdahak disangkal. Sejak
ringan dengan satu minggu terakhir, merasa makin sesak bila berjalan pada jarak
apa, dll dekat. Harus tidur dengan dua bantal agar tidak sesak. Kakinya juga
mudah bengkak jika duduk lama.
Sudah diobati?
Tidak diobati karena keluhan sesak selama ini dirasa cukup ringan.
Lainnya
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 13

Riwayat darah tinggi (+)


Penyakit
Dahulu
Riwayat ayah meninggal karena penyakit jantung
Keluarga
Riwayat Sosial, merokok 1 bungkus per hari, jarang berolahraga
lingkungan,
kebiasaan
5 MANEKIN+ALAT
Manekin (-)
Alat 1. Stetoskop 5 buah
2. Kaptopril 25 mg
3. Bisoprolol 5 mg
4. Furosemid 40 mg

PEMBAHASAN

1. Lakukan anamnesis pada pasien ini!

Skenario: Pasien merasa sesak nafas sejak 6 bulan lalu yang makin lama memberat. Sesak
nafas muncul bila pasien berjalan kaki cukup jauh dan membaik dengan istirahat. Sesak
tidak disertai dengan nyeri dada maupun suara nafas ngik-ngik. Keluhan demam menggigil
maupun batuk berdahak disangkal oleh pasien. Sejak satu minggu terakhir, pasien merasa
makin sesak bila berjalan dari kamar tidurnya yang terletak di bagian belakang rumah ke
halaman depan. Pasien harus tidur dengan dua bantal, karena merasa sesak bila hanya
menggunakan satu bantal. Ia juga beberapa kali terbangun saat tidur karena nafasnya terasa
berat. Pasien juga mengeluh kakinya mudah bengkak, terutama jika duduk lama.

Pasien merokok sejak 50 tahun yang lalu sekitar 1 bungkus perhari. Pasien mengaku sibuk
dengan pekerjaan di kantor sehingga jarang berolahraga. Namun, pasien makan banyak,
setiap makan lebih dari satu piring. Ada riwayat hipertensi sejak 20 tahun yang lalu, tapi
pasien tidak berobat teratur. Riwayat penyakit lain disangkal oleh pasien. Ayah pasien
dulunya meninggal dikatakan karena sakit jantung.

Anamnesis pada pasien dengan sesak kronik


Sesak kronik adalah sesak lebih dari satu bulan. Pikirkan diagnosis-diagnosis banding untuk
sesak kronik, lalu lakukan anamnesis yang sesuai:
• PPOK: batuk berdahak kronik, sesak napas yang persisten dan progresif, riwayat
merokok banyak dan lama, riwayat infeksi saluran pernapasan bawah berulang
• Gagal jantung: sesak napas dengan aktivitas (DoE), terbangun dari tidur di malam hari
karena sesak (PND), sesak dalam posisi tertentu (ortopnea), ekstremitas atau perut
bengkak, riwayat penyakit jantung koroner, riwayat hipertensi, riwayat penyakit katup
jantung, riwayat diabetes melitus
• Asma: mengi, keluhan episodik (hilang timbul), ada pemicu tertentu (misalnya debu
atau olahraga)
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 14

• Gangguan cemas: keluhan hilang timbul; riwayat gangguan cemas, PTSD, OCD,
gangguan panik
• TB: batuk berdahak kronik, batuk berdarah, keringat malam, penurunan berat badan,
riwayat kontak dengan pasien TB
• Tumor atau bronkiektasis: batuk berdarah, penurunan berat badan, infeksi paru
berulang
• Pneumokoniosis: riwayat bekerja di daerah pembangunan atau pertambangan tanpa
pemakaian APD yang baik
• Efusi pleura: nyeri dada pleuritik
• Fibrilasi atrial: dada terasa berdebar-debar, sering pingsan (sinkop)

2. Lakukan pemeriksaan fisis pada pasien ini!

Skenario:
TD: 160/100 mmHg Leher: JVP 5+2 cmH2O
Nadi: 100 kali/menit, teratur, isi Jantung:
cukup • punctum maximum terlihat dan teraba di
Napas: 22 kali/menit, teratur sela iga ke-6, 1 jari lateral dari linea
Suhu: 36,60C midklavikula sinistra
• batas jantung melebar
• terdengar S3 di apeks
Paru: terdengar ronki basah halus di basal paru
Ekstremitas: pitting edema

Pemeriksaan fisis jantung


Pemeriksaan tekanan darah
1. Singsingkan lengan baju pasien, pasang manset setinggi jantung
2. Saat memompa, raba arteri radialis lengan yang diperiksa. Setelah nadi menghilang,
tambahkan pompa sebanyak 30 mmHg.
Pemeriksaan tekanan vena jugularis
1. Pasien berbaring telentang, leher fleksi 300, kepala menoleh ke kiri 450
2. Untuk mencari titik pulsasi tertinggi vena jugularis, bendunglah vena jugularis di
bagian proksimal, lalu bendung bagian distal, lalu lepas bendungan proksimal
3. Ukur jarak vertikal titik tersebut dengan horizontal yang dibentuk oleh angulus
Ludovici
4. Bidang horizontal tersebut dianggap 5 cm. Jadi, bila titik pulsasi terletak di
bawahnya, jaraknya menjadi 5 - . . . cmH2O.
Inspeksi jantung
1. Cari iktus kordis, kira-kira di sela iga ke-5, 1 jari medial linea midklavikula sinistra.
Palpasi jantung
1. Raba iktus kordis (terutama bila tidak terlihat). Nilai apakah ada thrill. Bila sulit
teraba, pindahkan pasien ke posisi left lateral decubitus.
Perkusi jantung
1. Ukur batas jantung kanan. Susuri linea midklavikula dekstra ke bawah sampai
menjadi pekak (batas paru-hati). Pindahkan jari sekitar dua jari keatas, lalu ketuk ke
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 15

arah medial sampai menjadi pekak (batas jantung kanan). Normalnya batas jantung
kanan terletak di sela iga ke-4, linea parasternalis dekstra.
2. Ukur batas jantung kiri. Susuri linea aksilaris anterior sinistra ke bawah sampai
menjadi timpani (batas paru-lambung). Pindahkan jari sekitar dua jari ke atas, lalu
ketuk ke arah medial sampai menjadi pekak. Normalnya batas jantung kiri terletak di
sela iga ke-4, linea midklavikula sinistra.
3. Ukur pinggang jantung. Ketuk dari sela iga ke-2, linea aksilaris anterior sinistra ke
arah medial sampai menjadi pekak. Normalnya pinggang jantung terdapat di sela iga
ke-2, linea parasternalis sinistra.
Auskultasi jantung
1. Auskultasi menggunakan diafragma stetoskop pada keempat titik berikut:
 Mitral: iktus kordis/apeks
 Trikuspid: sela iga ke-4 atau ke-5, linea parasternalis kiri atau kanan
 Aorta: sela iga ke-2, linea parasternalis kanan
 Pulmonal: sela iga ke-2, linea parasternalis kiri
2. Auskultasi menggunakan bel stetoskop pada titik mitral dan trikuspid, untuk
mendengar bunyi bernada rendah (misalnya S3 atau S4)
3. Hal-hal yang dapat ditemukan:
 Splitting S2 fisiologis (inspirasi) atau patologis (ekspirasi)
 Bunyi jantung tambahan: klik sistolik, S3, S4
 Murmur sistolik atau diastolik
3. Apa pemeriksaan penunjang yang akan Anda minta?
Anamnesis dan pemeriksaan fisis mengarah ke gagal jantung kongestif. Karena itu dapat
diminta:
 Pulse oximetry: apakah ada hipoksia
 Darah lengkap: gagal jantung bisa disebabkan anemia
 SGOT/SGPT: kongesti hepar
 Ureum dan kreatinin: mencari penyebab/komorbiditas renal
 AGD dan elektrolit: apakah ada asidosis
 Rontgen toraks: melihat pembesaran jantung, edema paru
 EKG: melihat etiologi kardiak (misalnya infark miokardium atau fibrilasi atrial)
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 16

4. Apa diagnosis dan diagnosis banding pada pasien ini?

Dapat terlihat bahwa pada pasien ini, kriteria Framingham untuk gagal jantung sudah
terpenuhi. Setelah itu, tinggal menentukan derajatnya dengan menggunakan klasifikasi
NYHA: fc III.

5. Apa tatalaksana yang akan Anda berikan untuk pasien ini?


Pasien ini memiliki masalah gagal jantung kongestif yang kemungkinan disebabkan oleh
hipertensinya yang tidak terkendali.
Sebagai dokter umum, tatalaksana yang dapat diberikan untuk mengelola hipertensinya:
 Captopril 3 x 25 mg PO
 Bisoprolol 1 x 2,5 mg PO
Pada pasien dijumpai edema ekstremitas, dapat diberikan :
 Furosemide 1 x 40 mg PO
Pasien juga perlu diberikan edukasi untuk mencegah agar pasien tidak jatuh dalam keadaan
dekompensasi kordis :
a) Diet rendah garam, tinggi serat. Asupan garam dibatasi 2 gram per hari. Restriksi
garam diperlukan untuk mengurangi edema sekaligus mengurangi overload cairan 
mengurangi beban jantung.
b) Membatasi asupan cairan 2 Liter per hari. Restriksi cairan juga bertujuan untuk
mengurangi edema sekaligus mengurangi overload cairan  mengurangi beban
jantung.
c) Rutin berolahraga minimal 3 kali seminggu. Jenis olahraga yang dipilih adalah
olahraga nonaerobik yang tidak membebani jantung. Misalnya, sepeda statis, senam
taichi, dsb.

RUJUKAN : Pasien perlu dirujuk ke dokter spesialis jantung untuk penanganan lebih lanjut.
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 17

SIMULASI
SYOK ANAFILAKTIK

Skenario :
Tn. Budi 27 tahun datang diantar keluarganya ke UGD setelah tiba-tiba pingsan di sebuah
lapangan. Menurut keluarga pasien, sebelum pingsan pasien sempat disengat lebah. Muka
dan bibir pasien terlihat biru serta bengkak.
GCS E3M5V4. Pemeriksaan tanda vital: TD 80 / 60 mmHg, Nadi 122 kali/ menit reguler,
suhu kesan afebris, pernafasan 24 kali/ menit dangkal, cepat. CRT memanjang.
A. Apa kemungkinan diagnosis pada pasien ?
B. Apa pertolongan pertama yang harus diberikan ?

Pembahasan
Kemungkinan diagnosis pada pasien : syok anafilaktik. Tindakan pertolongan :
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 18

Respiratory System
Pengantar untuk pengajar
Rekapitulasi kasus tersering di pos sistem respirasi:
1. Infeksi (TB, pneumonia)
Yang harus dipelajari :
- Melakukan anamnesis pada kasus infeksi paru (TB)
- Melakukan pemeriksaan fisik paru yang khas pada kasus infeksi
- Melakukan pemeriksaan penunjang paru
 Foto thoraks (membaca foto thoraks untuk kasus-kasus infeksi paru).
- Edukasi dan tatalaksana pada kasus infeksi paru
 Edukasi minum obat TB secara teratur
2. Obstruksi (Asma, PPOK)
Yang harus dipelajari :
- Melakukan pemeriksaan fisik paru yang khas pada kasus obstruksi
- Melakukan pertolongan pertama pada kasus serangan asma akut
- Edukasi dan tatalaksana jangka panjang pada pasien asma
 Menghindari paparan
 Pemakaian inhaler secara tepat dan teratur

Target yang harus dicapai siswa di pos sistem respirasi ini :


1. Mampu menganalisis kasus infeksi dan obstruksi tersering yakni TB dan asma,
berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik paru.
2. Merencanakan pemeriksaan penunjang pada kasus TB dan asma.
3. Mampu memberikan edukasi dan tatalaksana farmakologi jangka panjang pada
kasus TB dan asma.
4. Mampu melakukan pertolongan pertama pada kasus serangan asma akut.
5. Mampu mendemonstrasikan penggunaan inhaler pada kasus asma.
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 19

ASMA

1 JUDUL Pulmonologi + Asma


2 KOMPETENSI 1) Anamnesis
DIUJIKAN 2) Pemeriksaan fisik/psikiatri
(bold yang 3) Interpretasi data/kemampuan prosedural pemeriksaan penunjang
berhubungan) 4) Penegakan diagnosis dan diagnosis banding
5) Tatalaksana nonfarmakoterapi
6) Tatalaksana farmakoterapi
7) Komunikasi dan edukasi pasien
8) Perilaku professional
3 SKENARIO SKENARIO KLINIK
DAN Seorang perempuanberusia 23 tahun datang ke IGD dengan keluhan sesak
INSTRUKSI nafas yang muncul tiba-tiba sejak 30 menit yang lalu.
PESERTA

TUGAS
1. Lakukan anamnesis pada pasien!
2. Lakukan pemeriksaan fisis pada pasien!
3. Tentukan pemeriksaan penunjang yang diperlukan dan tentukan
diagnosis pada kasus ini!
4. Tentukan tata laksana yang tepat untuk pasien ini!
4 PASIEN
Identitas
Nama Nn. Santika
Usia 23 tahun
Jenis Kelamin Perempuan
Pekerjaan Karyawati
Status Nikah Lajang
Pendidikan SMK
Keluhan
Keluhan utama sesak nafas tiba-tiba

Riwayat penyakit sekarang


Sejak kapan 30 menit lalu
Lokasi, durasi,
frekuensi,
karakteristik, Pasien berbicara beberapa kata, sering sesak berulang bila terkena bulu
memberat/ binatang atau apabila sedang stress. Sesak napas disertai mengi dan membaik
ringan dengan dengan pemberian obat hirup tetapi serangan kali ini tidak. Sesak napas
apa, dll muncul 2-3 kali setiap minggunya. Terkadang terbangun di malam hari
karena sesak sebanyak 3 kali dalam sebulan ini.
Sudah diobati? Dulu membaik dengan obat hirup, tetapi serangan saat ini termasuk berat
bagi pasien.
Lainnya
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 20

Riwayat Dermatitis atopi (-), konjungtivitis alergi (-)


Penyakit
Dahulu
Riwayat Ibu pasien sering bersin-bersin apabila terpapar udara dingin. Adik pasien
Keluarga alergi terhadap udang
Riwayat Sosial, Pasien pekerja kantor. Bila pekerjaan menumpuk, sesak nafas dapat
lingkungan, tercetuskan.
kebiasaan
5 MANEKIN+ALAT
Manekin (-)
Alat 1. Stetoskop
2. Nebulizer
3. combiven resp
4. ventolin ampul
5. metilprednisolon ampul
6. spuit 3cc, 5 cc
7. Ventolin inhaler
8. Pulmicort turbuhaler

PEMBAHASAN

1. Lakukan anamnesis pada pasien!


Skenario: Pasien tampak gelisah dan berbicara beberapa kata. Serangan sesak nafas sudah sering
dialami pasien. Pasien mengatakan sesak muncul apabila pasien terpapar bulu binatang atau apabila
sedang dalam keadaan stress. Sesak napas disertai mengi dan terkadang membaik dengan pemberian
obat hirup tetapi serangan kali ini dirasakan berat. Sesak napas tidak dialami setiap hari tetapi 2-3 kali
setiap minggunya. Jika sedang sesak, pasien tidak dapat beraktvitas. Pasien terkadang terbangun di
malam hari karena sesak sebanyak 3 kali dalam sebulan ini. Pasien tidak merokok. DOE (-), PND (-) dan
OP (-). Ibu pasien sering bersin-bersin apabila terpapar udara dingin. Adik pasien alergi terhadap udang

Anamnesis
Untuk keluhan sesak napas akut (hitungan menit sampai jam), ada beberapa diagnosis banding yang
dapat diperkirakan dengan pertanyaan yang tepat:
 Pneumotoraks: onset mendadak, disertai nyeri dada yang tajam, riwayat trauma dada,
riwayat PPOK atau TB
 Emboli paru: onset mendadak, nyeri dada tajam, riwayat tirah baring lama, riwayat DVT
 Asma: mengi, bisa ada pencetus, bersifat kronik tapi episodik (hilang timbul), riwayat atopi
pada pasien maupun keluarga
 Infark miokardium: nyeri dada seperti tertekan yang menjalar ke leher atau lengan kiri,
keringat dingin
 Gagal jantung akut: riwayat DoE, PND, ortopnea; tungkai atau perut bengkak
 Pneumonia: demam, batuk berdahak
 Eksaserbasi PPOK: riwayat batuk dan sesak napas kronik, riwayat merokok
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 21

 Edema paru: batuk dengan dahak berwarna merah muda, riwayat penyakit jantung, riwayat
penyakit ginjal

2. Lakukan pemeriksaan fisik pada pasien!


Pada skenario kali ini, hasil pemeriksaan fisik adalah (bila tidak disebutkan berarti normal):
Kesadaran : kompos mentis
Keadaaan umum : pasien duduk, tampak sakit berat,tampak sesak
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Frekuensi nadi : 104 kali/menit, regular, isi cukup
Frekuensi napas : 28 kali/menit, simetris
Paru :
- Inspeksi : simetris, retraksi sela iga (+)
- Palpasi : simetris ka = ki, fremitus taktil ka = ki
- Perkusi : sonor/sonor
- Auskultasi : vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (+/+) ekspirasi

Pemeriksaan Fisik Paru


Pemeriksaan fisik paru terdiri dari pemeriksaan fisik umum dilanjutkan dengan inspeksi,
palpasi, perkusi, dan auskultasi.
Keadaan umum : tampak sesak, napas cuping hidung, serak, mengi, stridor, bendungan vena,
pucat, sianosis (sebutkan saja hasil pemeriksaan dengan lisan sambil memeriksa)
Inspeksi :
 Massa, ginekomastia, retraksi m. intercostalis, penyempitan/pelebaran sela iga
 Sifat napas: teratur atau tidak, simetris atau tidak pada keadaan statis maupun dinamis
 Dada: bentuk dada, diameter antero-posterior :sagital (normal 1:2)
 Punggung: kifosis, lordosis, skoliosis
Palpasi :
 Umum  emfisema subkutis, benjolan
 Ekspansi  simetris/tidak kedua hemitoraks
 Fremitus  simetris/tidak kedua hemitoraks
Perkusi :
 Umum: dari apeks turun ke bawah, bandingkan hemitoraks kiri dan kanan
 Tentukan batas paru-hati dan batas paru-lambung
Auskultasi : Dari apeks ke bawah, bandingkan paru kanan dan kiri. Pada apeks, gunakan bel
stetoskop. Periksa baik bunyi napas primer maupun bunyi napas tambahan
 Bunyi napas pokok vesikuler/bronkovesikuler/bronkial
 Bunyi napas tambahan mengi/ronki kering/ronki basah kasar/ronki basah halus
Jangan lupa lakukan palpasi, perkusi, dan auskultasi juga di punggung

3. Tentukan pemeriksaan penunjang yang diperlukan dan tentukan diagnosis pada kasus ini!

Hasil anamnesis dan pemeriksaan fisis pada pasien ini mengarah ke asma. Pemeriksaan penunjang
yang dapat diminta adalah:
 Darah perifer lengkap: rutin, tapi bermanfaat untuk mengetahui apakah ada infeksi
konkomitan
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 22

 AGD dan elektrolit: Diminta jika derajat serangan berat atau tidak ada perbaikan dengan obat.
Mengetahui apakah ada asidosis respiratorik.
 Spirometri: Rutin untuk mengetahui derajat serangan. Pasien diminta meniup spirometer tiga
kali. Angka yang diambil adalah angka tertinggi.
 Rontgen toraks: Tidak rutin dilakukan. Hanya diminta jika pengobatan tidak efektif, sehingga
menimbulkan kecurigaan diagnosis banding ke arah lain (bukan asma).

Diagnosis asma ada dua, yaitu diagnosis akut dan kronik:


Buku OSCE Pengajar PADI -- November 23

Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang, kita dapat menyimpulkan bahwa
pasien mengalami asma serangan sedang pada asma persisten ringan.

4. Tentukan tata laksana yang tepat untuk pasien ini!

Skenario: Pasien diberikan oksigen nasal kanul 4 L/menit, inhalasi salbutamol selama 20 menit, dan
metilprednisolon oral 4 mg. Setelah 20 menit, pasien merasa sesak berkurang, tapi pada auskultasi
masih terdengar wheezing. Pasien diberikan lagi inhalasi salbutamol selama 20 menit. Setelah itu,
pasien tidak lagi merasa sesak, dan hasil pemeriksaan fisis menjadi normal.

Tata laksana serangan akut asma tergantung derajatnya. Anda dapat mengikuti algoritma di
bawah ini:
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 24

Inhalasi salbutamol diberikan selama 20 menit, maksimal tiga kali. Setelah tiga kali,
dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisis ulang. Jika masih tidak normal, pasien dirawat
inap. Bila serangan akut asma sudah teratasi di IGD, pasien boleh dipersilakan pulang.
Berikan pengobatan controller, tergantung derajat kroniknya:
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 25
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 26

TUBERCULOSIS

1 JUDUL Pulmonologi - TB
2 KOMPETENSI 1) Anamnesis
DIUJIKAN 2) Pemeriksaan fisik/psikiatri
(bold yang 3) Interpretasi data/kemampuan prosedural pemeriksaan
berhubungan) penunjang
4) Penegakan diagnosis dan diagnosis banding
5) Tatalaksana nonfarmakoterapi
6) Tatalaksana farmakoterapi
7) Komunikasi dan edukasi pasien
8) Perilaku professional
3 SKENARIO SKENARIO KLINIK
DAN Pasien laki-laki berusia 35 tahun datang dengan batuk.
INSTRUKSI
PESERTA TUGAS
Lakukan anamnesis pada pasien ini!
Lakukan pemeriksaan fisik paru pada pasien!
Tentukan diagnosis dan DD kasus ini!
Tentukan pemeriksaan penunjang yang diperlukan dan sampaikan pada
penguji!
Tentukan terapi farmakologi dan jelaskan tentang cara meminum obat!
Tuliskan resep obat yang diperlukan untuk kasus ini!
4 PASIEN
Identitas
Nama Tn. Amir
Usia 35 tahun
Jenis Kelamin Laki-laki
Pekerjaan buruh bangunan
Status Nikah menikah
Pendidikan SD
Keluhan
Keluhan utama batuk berdahak

Riwayat penyakit sekarang


Sejak kapan sejak 3 bulan lalu
Lokasi, durasi,
frekuensi,
karakteristik,
memberat/ Batuk berdahak putih, sepanjang hari dan tidak terpengaruh udara dingin.
ringan dengan Nafsu makan turun dan berat badan turun. Riwayat demam disangkal. Istri
apa, dll pasien juga menderita batuk lama dan sedang menjalani program minum
obat selama 6 bulan di puskesmas.
Sudah diobati? belum
Lainnya
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 27

Riwayat (-)
Penyakit
Dahulu
Riwayat Riwayat keluhan serupa disangkal.
Keluarga
Pasien merokok 10 batang sehari sejak 20 tahun yang lalu. Pasien
Riwayat Sosial,
bekerja sebagai buruh bangunan. Pasien tinggal di pemukiman padat
lingkungan,
kebiasaanpenduduk di Tanah Tinggi, Senen Jakarta Pusat. Pasien tinggal bersama
istri dan adiknya.
5 MANEKIN+ALAT
Manekin (-)
Alat 1. Stetoskop
2. FDC

PEMBAHASAN
1. Lakukan anamnesis pada pasien ini!
Skenario: Batuk berdahak putih. Batuk sepanjang hari dan tidak terpengaruh udara dingin. Pasien juga
mengeluhkan nafsu makan turun dan berat badan turun. Riwayat demam disangkal. Pasien merokok
10 batang sehari sejak 20 tahun yang lalu. Pasien bekerja sebagai buruh bangunan. Pasien tinggal di
pemukiman padat penduduk di Tanah Tinggi, Senen Jakarta Pusat. Pasien tinggal bersama istri dan
adiknya. Istri pasien juga menderita batuk lama dan sedang menjalani program minum obat selama 6
bulan di puskesmas.

Anamnesis
Lakukan anamnesis yang terarah, guna mencari diagnosis-diagnosis banding yang mungkin:
 Post-nasal drip: terasa ada dahak yang mengalir di tenggorokan, tenggorokan tidak
nyaman, riwayat pilek berulang
 Asma: ada pencetusnya, gejala hilang timbul kronik, disertai sesak atau mengi
 GERD: dada terasa panas, seperti ada yang naik ke atas dari tenggorokan, sering mual
atau gumoh, lidah terasa pahit
 Tuberkulosis: batuk berdahak, batuk berdarah, keringat malam, penurunan berat
badan, riwayat tinggal di daerah padat penduduk, riwayat TB di keluarga
 PPOK: riwayat merokok lama dan banyak, sesak napas, ada riwayat eksaserbasi akut
 Bronkiektasis: batuk berdahak produktif disertai darah, riwayat penyakit paru lama
 Karsinoma paru: batuk berdarah, penurunan berat badan, riwayat merokok, usia tua
 ACE-inhibitor: riwayat hipertensi yang diobati dengan obat sejenis captopril

2. Lakukan pemeriksaan fisik paru pada pasien!


Pemeriksaan Fisik
Kesadaran : kompos mentis
Keadaan umum : tampak sakit sedang, badan terlihat kurus
Berat badan : 50 kg
Tekanan darah : 100/70 mmHg
Frekuensi nadi : 100 kali/menit, regular, isi cukup
Frekuensi napas : 18 kali/menit, simetris
Paru :
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 28

- Inspeksi : simetris, pengunaan otot bantu napas (-)


- Palpasi : simetris ka = ki, fremitus taktil ka = ki
- Perkusi : sonor/sonor
- Auskultasi : ves (+/+), rhonki basah kasar di daerah apeks bilateral (-/-), wheezing (-/-)

3. Tentukan diagnosis dan DD kasus ini!


Diagnosis: TB paru
Diagnosis banding: PPOK, asma
4. Tentukan pemeriksaan penunjang yang diperlukan dan sampaikan pada penguji!
Pada pasien dengan kecurigaan TB, perlu dilakukan:
 Darah perifer lengkap: konfirmasi infeksi, bisa juga ditemukan anemia (akibat penyakit
kronik)
 Sputum BTA: konfirmasi diagnosis TB dan untuk kepentingan klasifikasi serta
tatalaksana
 Rontgen toraks: rutin, namun penting apabila hasil pemeriksaan BTA negatif
5. Tentukan tatalaksana dan edukasi!
Tatalaksana non-farmakologi
- Menjelaskan pada pasien bahwa penyakitnya adalah TB paru yang disebabkan infeksi
kuman TB, penyakit ini menular, dan pengobatan harus minimal 6 bulan tanpa terputus
- Ditekankan tidak boleh berhenti minum obat walaupun kondisi sudah membaik
- Butuh dukungan keluarga untuk mengingatkan minum obat, agar lekas sembuh
- Menjelaskan kemungkinan efek samping, terutama kencing merah
Tatalaksana farmakologi
- Karena pasien belum minum OAT, maka obat yang diberikan adalah obat kategori 1
- Resep obat : Rifampisin, Isoniazid, Pirazinamid, Etambutol. Terdapat dalam 1 paket FDC.
- Obat FDC terdiri dari obat fase intensif untuk 4 bulan (4FDC) yang diminum setiap hari
dan obat fase lanjutan (2FDC) diminum 3x seminggu (biasanya senin-rabu-jumat atau
selasa-kamis-sabtu)
- Jumlah obat yang diminum tergantung berat badan pasien
- Biasanya diberikan piridoksin pada pasien TB untuk menanggulangi neuropati
Kategori 1
Berat Badan Tahap Intensif tiap hari Tahap Lanjutan 3 kali
selama 56 hari seminggu selama 16 minggu
30 – 37 kg 2 tablet 4FDC 2 tablet 2FDC
38 – 54 kg 3 tablet 4FDC 3 tablet 2FDC
55 – 70 kg 4 tablet 4FDC 4 tablet 2FDC
≥ 71 kg 5 tablet 4FDC 5 tablet 2FDC

5. Tuliskan resep obat yang diperlukan untuk kasus ini!


Resep
R/ FDC tab No. XLV
S 1 dd tab III
---------------------------------------------------- paraf
R/ Piridoksin 100mg tab No. XV
S 1 dd tab I
---------------------------------------------------- paraf
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 29

Neurologi
Pengantar untuk pengajar
Setelah melalui pos neurologi ini, ada beberapa hal yang harus bisa dicapai oleh siswa:
1. Mengetahui anamnesis khas/rutin neurologi
2. Mampu melakukan pemeriksaan status neurologis. Murid tidak harus bisa melakukan
SEMUA pemeriksaan (waktunya tidak ada), sehingga setidaknya mereka bisa melakukan
beberapa pemeriksaan dasar yang ada di bawah ini
3. Mampu menganalisa kasus dari keluhan tersering neurologi: nyeri kepala, kesemutan
4. Bisa membedakan nyeri kepala primer: TTH, migraine, cluster headache

Share periode sebelumnya


Oleh Andreas Kurniawan
Status Neurologis, gue bikin gini biar sederhana:
1. Kesadaran: selalu tulis kualitatif (CM) dan kuantitatif (GCS)
2. Kaku kuduk: pasien simulasi neuro sangat berbeda dengan pasien di pos lain. Mereka
akan bener-bener akting kelainan neurologisnya. Jadi kalau mereka diperiksa kaku
kuduknya dan maunya positif, maka mereka akan mengkakukan lehernya.
3. Saraf kranial: kan ada 1-12 tuh, gue sih bilang "pas ujian, kalian akan menemukan alat
untuk memeriksa semua modalitas, mulai dari kopi untuk cek saraf penghidu sampai
penala untuk sensasi getar, tapi TIDAK SEMUANYA HARUS DIPAKAI!" Lalu gue
jelasin yang sebaiknya diperiksa ya sesuai dengan keluhan aja. Kebanykan kasus neuro
kan nyeri kepala, jadi gue sarankan periksa yang standar: 3, 4, 6, 7, itu minimal.
Kalau kasusnya vertigo, ya tambahin periksa saraf 8.
4. Refleks: gue akan bilang kalau refleks banyak banget, ada fisiologis, ada patologis. Yang
paling penting adalah "PERIKSA LEBIH DARI SATU". Jadi biasanya gue sarankan di
tangan bisep trisep, di kaki patela achiles, kalau patologis babinski, chaddock.
5. Motorik: sama juga, ini kan banyak, paling nggak periksanya di lebih dari satu lokasi
(mis: pergelangan tangan; siku) dan kiri kanan dibandingkan KECUALI kalau dia
keluhan jelas di organ tertentu. Misalnya: kaki lemah, nah itu periksa motorik di kaki
seluas2nya
6. Sensorik: sensorik juga banyak modalitasnya. Gue sarankan periksa lebih dari satu
modalitas (saran: nyeri dengan jarum dan raba halus dengan kapas). Gue bilang ke
mereka, idealnya periksa sensorik itu per dermatom, tapi pasti nggak akan keburu, jadi
paling nggak periksa lebih dari satu lokasi (mis: punggung kaki; betis)
- Sisanya gue bahas terapi nyeri overall. Gue bahas tentang mereka seharusnya uda punya
P-drug nyeri (kalau gue: ibuprofen 400 mg). Terus, belajar nulis resep nyeri kepala

Oleh Steven Andreas


Saya memberikan sedikit review teori poin2 yang harus ditulis dalam status neurologis.
Setelah itu baru ke pemicu, Biasanya ada 1 orang OP, kemudian yang lain secara bergantian
mengajukan pertanyaan2 apa saja ya ng harus ditanyakan dalam anamnesis. Kemudian murid
masing mempraktikan PF: seperti reflex, motorik, GCS, sensorik, Setelah itu membahas
bersama2 diagnosis, dd, terapi , dan edukasi
Yang didapat dari pos ini:
- Formulasi anamnesis untuk nyeri kepala
- Belajar menulis resep painkiller (ada p.r.n)
- Pemeriksaan neurologis tangan dan kaki yang simple (kalao laseque kayanya susah)
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 30

Anamnesis rutin neurologis


1. Nyeri kepala: Apakah anda menderita sakit kepala? Bagaimana sifatnya, dalam bentuk
serangan atau terus menerus? Dimana lokasinya? Apakah progresif, makin lama makin
berat atau makin sering? Apakah sampai mengganggu aktivitas sehari-hari?
2. Muntah: Apakah disertai rasa mual atau tidak? Apakah muntah ini tiba-tiba, mendadak,
seolah-olah isi perut dicampakkan keluar (proyektil)?
3. Vertigo: Pernahkah anda merasakan seolah sekeliling anda bergerak, berputar atau anda
merasa diri anda yang bergerak atau berputar? Apakah rasa tersebut ada hubungannya
dengan perubahan sikap? Apakah disertai rasa mual atau muntah? Apakah disertai
tinitus (telinga berdenging, berdesis)?
4. Gangguan penglihatan (visus): Apakah ketajaman penglihatan anda menurun pada satu
atau kedua mata? Apakah anda melihat dobel (diplopia)?
5. Pendengaran: Adakah perubahan pada pendengaran anda? Adakah tinitus (bunyi
berdenging/berdesis pada telinga)?
6. Saraf otak lainnya: Adakah gangguan pada penciuman, pengecapan, salivasi
(pengeluaran air ludah), lakrimasi (pengeluaran air mata), dan perasaan di wajah?
Adakah kelemahan pada otot wajah? Apakah bicara jadi cadel dan pelo? Apakah suara
anda berubah, jadi serak, atau bindeng (disfonia), atau jadi mengecil/hilang (afonia)?
Apakah bicara jadi cadel dan pelo (disartria)? Apakah sulit menelan (disfagia)?
7. Fungsi luhur: Bagaimana dengan memori? Apakah anda jadi pelupa? Apakah anda
menjadi sukar mengemukakan isi pikiran anda (disfasia, afasia motorik) atau memahami
pembicaraan orang lain (disfasia, afasia sensorik)? Bagaimana dengan kemampuan
membaca (aleksia)? Apakah menjadi sulit membaca, dan memahami apa yang anda
baca? Bagaimana dengan kemampuan menulis, apakah kemampuan menulis berubah,
bentuk tulisan berubah?
8. Kesadaran: Pernahkah anda mendadak kehilangan kesadaran, tidak mengetahui apa
yang terjadi di sekitar anda? Pernahkah anda mendada merasa lemah dan seperti mau
pingsan (sinkop)?
9. Motorik: Adakah bagian tubuh anda yang menjadi lemah, atau lumpuh (tangan, lengan,
kaki, tungkai)? Bagaimana sifatnya, hilang-timbul, menetap atau berkurang? Apakah
gerakan anda menjadi tidak cekatan? Adakah gerakan pada bagian tubuh atau
ekstremitas badan yang abnormal dan tidak dapat anda kendalikan (khorea, tremor,
tik)?
10. Sensibilitas: Adakah perubahan atau gangguan perasaan pada bagian tubuh atau
ekstremitas? Adakah rasa baal, semutan, seperti ditusuk, seperti dibakar? Dimana
tempatnya? Adakah rasa tersebut menjalar?
11. Saraf otonom: Bagaimana buang air kecil (miksi), buang air besar (defekasi), dan nafsu
seks (libido) anda? Adakah retensio atau inkontinesia urin atau alvi?

Pemeriksaan Neurologis
 Kepala dan Leher: bentuk
 Rangsang meningeal: kaku kuduk, Kernig, Lasegue, Brudzinski
 Saraf-saraf otak: pada saat OSCE, mungkin akan ada alat untuk memeriksa semua saraf
otak (mulai dari kopi untuk penghidu sampai ke jarum), tapi TIDAK PERLU memeriksa
semua nervus. Yang minimal harus diperiksa:
 Nervus II (optikus): pupil
 Nervus III, IV, VI: pergerakan bola mata, reflex pupil
 Nervus VII (fasialis): otot wajah, dahi
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 31

 Nervus VIII (vestibulo-koklearis): bila pasien keluhan pusing berputar.


o Pemeriksaan ‘past pointing test’
o Tes Romberg
o Stepping test (50 langkah)

 Motorik: laporkan tonus dan kekuatan otot. Tonus: flaccid, hipotoni, spastik, rigid.
Kekuatan dari 0 (lumpuh total) – 5 (kekuatan normal). Yang penting adalah dilakukan
pada kedua sisi.

 Sensori: ada berbagai modalitas: nyeri, suhu, raba, getar, proprioseptif. Selalu lakukan di
kedua sisi dan selalu lakukan lebih dari satu modalitas (mis: nyeri dan raba halus)

 Refleks: seperti biasa lakukan di dua sisi dan lakukan lebih dari satu reflex:
o Refleks fisiologis: bisep, triseps, KPR (knee patella reflex), achiless
o Refleks patologis:
- Babinski
Stimulus : penggoresan telapak kaki bagian lateral dari posterior ke anterior.
Respons : ekstensi ibu jari kaki dan pengembangan (fanning) jari – jari kaki.
- Chaddock
Stimulus : penggoresan kulit dorsum pedis bagian lateral, sekitar malleolus
lateralis dari posterior ke anterior.
Respons : seperti babinski
- Oppenheim
Stimulus : pengurutan crista anterior tibiae dari proksimal ke distal
Respons : seperti babinski
- Gordon
Stimulus : penekanan betis secara keras
Respons : seperti babinski
- Schaeffer
Stimulus : memencet tendon achilles secara keras
Respons : seperti babinski
- Gonda
Stimulus : penekukan ( planta fleksi) maksimal jari kaki keempat
Respons : seperti babinski
- Hoffman
Stimulus : goresan pada kuku jari tengah pasien
Respons : ibu jari, telunjuk dan jari – jari lainnya berefleksi
- Tromner
Stimulus : colekan pada ujung jari tengah pasien
Respons : seperti Hoffman
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 32

PEMERIKSAAN NEUROLOGI DASAR


PEMERIKSAAN KESADARAN
Glasgow Coma Scale (GCS)
Kemampuan membuka kelopak mata (Eye/E)
Skor Interpretasi
4 Pasien membuka mata secara spontan
3 Pasien membuka mata bila diperintah dengan diajak bicara
2 Respon dengan rangsangan nyeri pada ujung kuku/ pada daerah sternum atau supraorbita
1 Tidak bereaksi membuka mata dengan rangsangan apapun
Kemampuan motorik (M)
6 Pasien dapat melakukan gerak sesuai perintah
5 Ada gerakan berupa reaksi setempat terhadap rangsang nyeri yang diberikan (pasien mampu
melokalisasi nyeri/mengetahui lokasi nyeri berada)
4 Respons pasien terhadap rangsangan nyeri berupa gerakan menghindar (tidak terlokalisasi
terhadap rangsang nyeri)
3 Respons pasien terhadap rangsangan berupa fleksi abnormal / fleksi disertai aduksi bahu
2 Respon pasien terhadap rangsangan berupa ekstensi diberi
1 Tak ada gerakan yang terlihat dari pasien walaupun dengan rangsangan yang cukup kuat
Kemampuan berkomunikasi (Verbal/V)
5 Pasien mamu berbicara dan orientasinya bagus (mampu menjawab dengan benar ketika ditanya
mengenai tempat/waktu/orang/identitas)
4 Jawaban pasien kacau terhadap pertanyaan diberikan
3 Pasien tidak menanggapi pembicaraan pemeriksa, atau hanya mengucapkan dalam bentuk kata,
atau hanya mengeluarkan kata jika diberi rangasang nyeri
2 Pasien hanya merintih/ mengerang jika diberi rangsang nyeri
1 Tak ada suara dari pasien terhadap rangsangan yang diberikan
Skor tertinggi 15 dan skor terendah 3
PEMERIKSAAN TANDA RANGSANG MENINGEAL
No Prosedur
1 Meminta pasien untuk tidur terlentang tanpa bantal, dengan posisi tungkai lurus rileks
2 Meletakkan tangan kiri pemeriksa di belakang kepala pasien dan tangan kanan di dada pasien
3 Melakukan fleksi pada leher (Kaku kuduk)
4 Mengamati jarak antara dagu pasien dan dada pasien
5 Menilai adanya tegangan pada otot leher
6 Mengamati fleksi pada sendi lutut saat melakukan fleksi pada leher (Brudzinsky I)
7 Melakukan fleksi pada sendi panggul, dengan posisi tungkai lurus atau ekstensi (Laseque)
8 Melakukan fleksi pada sendi panggul, dengan posisi fleksi pada sendi lutut, setelah tungkai atas
dalam posisi vertikal, melakukan ekstensi pada sendi lutut (Kernig)
9 Mengamati fleksi pada sendi lutut tungkai yang berlawanan, pada saat menlakukan fleksi pada
sendi panggul (Brudzinsky II)
PEMERIKSAAN NERVUS III, IV, VI
Gerakan Bola Mata
1 Meminta pasien menghadap ke depan. Pasien diminta melihat dan bola mata digerakkan
mengikuti arah objek ( pinsil dll) yang digerakkan oleh pemeriksa arah huruf H
2 Lihat gerakan bola mata pasien ke arah lateral ( nervus VI )
3 Lihat gerakan bola mata ke arah medial bawah (Nervus IV )
4 Lihat gerakan bola mata ke arah medial, medial atas, lateral bawah, lateral atas (N III)
Pupil
1 Meminta pasien memandang lurus jauh ke depan
2 Ukur besar pupil pasien kiri dan kanan. Bentuk pupil, kesamaan kiri dan kanan, posisi
pupil, dan reflek cahaya.
3 Berikan cahaya dengan senter pada pupil salah satu mata, lihat apakah ada refleks mengecil
(miosis) pada mata yang disinari dan refleks pada mata sisi yang lain
4 Refleks akomodasi dan konvergensi : pasien diminta melihat jauh kemudian ke tangan
pemeriksa yang diletakkan 30 cm di depan hidung pasien. Normal pada saat melihat tangan
pemeriksa kedua bola mata bergerak ke arah nasal dan pupil mengecil
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 33

NYERI KEPALA

1 JUDUL Neurologi - Nyeri Kepala


2 KOMPETENSI 1) Anamnesis
DIUJIKAN 2) Pemeriksaan fisik/psikiatri
(bold yang 3) Interpretasi data/kemampuan prosedural pemeriksaan
berhubungan) penunjang
4) Penegakan diagnosis dan diagnosis banding
5) Tatalaksana nonfarmakoterapi
6) Tatalaksana farmakoterapi
7) Komunikasi dan edukasi pasien
8) Perilaku professional
3 SKENARIO SKENARIO KLINIK
DAN Seorang laki-laki berusia 28 tahun datang berobat dengan keluhan
INSTRUKSI sakit kepala.
PESERTA

TUGAS
1. Lakukan anamnesis pada pasien !
2. Lakukan pemeriksaan fisik pada pasien !
3. Tentukan diagnosis banding dan diagnosis kerja pada pasien ini
!
4. Tentukan terapi dan tuliskan resep obat
4 PASIEN
Identitas
Nama Tn Yanto
Usia 28 thn
Jenis Kelamin Laki-Laki
Pekerjaan akuntan
Status Nikah Menikah
Pendidikan S1
Keluhan
Keluhan utama sakit kepala
Riwayat penyakit sekarang
Sejak kapan sejak 2 hari lalu
Lokasi, durasi,
frekuensi, sakit di belakang kepala, terasa seperti diikat dengan tali, hilang
karakteristik, timbul, memberat bila bekerja di depan komputer, membaik
memberat/ dengan istirahat, demam mual muntah, gangguan penglihatan
ringan dengan disangkal oleh pasien. Kejang maupun penurunan kesadaran
apa, dll disangkal oleh pasien. Nyeri kepala dapat muncul beberapa kali
dalam sehari. Penjalaran (-)
Sudah diobati? minum obat sakit kepala
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 34

Lainnya
Riwayat darah tinggi, kencing manis, disangkal oleh pasien.
Penyakit
Dahulu
Riwayat tidak ada anggota keluarga lain yang memiliki keluhan serupa.
Keluarga
Riwayat Sosial, merokok (-), alkohol (-)
lingkungan,
kebiasaan
5 MANEKIN+ALAT
Manekin (-)
Alat 1. Pen light 5 buah
2. Palu refleks 5 buah

PEMBAHASAN

TIPS
Kemungkinan penyakit tersering yang menyertai keluhan sakit kepala di pos
Neurologi :
A. Sakit kepala tension
B. Sakit kepala migrain
C. Sakit kepala Cluster
D. Meningitis
E. Massa intrakranial
F. Perdarahan subaraknoid
Tips: Urutan pemeriksaan neurologis adalah sebagai berikut:
- Kesadaran, GCS bila pasien disertai penurunan kesadaran
- Tanda rangsang meningeal
- Nervus kranialis
- Saraf motorik (inspeksi, tonus otot, kekuatan otot)
- Saraf sensorik (raba, nyeri, dan suhu)
- Refleks fisiologis – patologis
Tidak perlu semua diperiksa, karena pos neurologi hanya 15 menit. Lakukan
pemeriksaan neurologi sesuai permintaan soal. Bila tidak ada permintaan di soal,
lakukan pemeriksaan neurologi sesuai diagnosis bandingyang mungkin dari keluhan
pada kasus. Misal, pasien mengeluh nyeri kepala. Sesuai diagnosis bandingnya,
pemeriksaan neurologi minimal yang perlu dilakukan: tanda rangsang
meningeal,nervus kranial, tes motorik, dan refleks.
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 35

A. Anamnesis
Keluhan Utama : Sakit Kepala
Riwayat Penyakit Sekarang :
(S O C R A T E S)
1. S (SITE) : Di sebelah mana sakit kepalanya ?
Bisa ditunjuk?
2. O (ONSET) : Sejak kapan sakit kepalanya?
Apakah terus menerus atau hilang timbul?
3. C (CHARACTER) : Sakit kepalanya terasa seperti apa?
Apakah sakit kepalanya terasa semakin berat?
4. R (RADIATION) : Apakah sakit kepalanya menjalar ke tempat lain?
Bisa ditunjukkan?
5. A (Associated) : Selain sakit kepala, adakah gejala lain yang dirasakan?
5.1 Demam
 Apakah sakit kepalanya disertai demam menggigil?
5.2 Gangguan penglihatan
 Apakah ketajaman penglihatan terasa menurun? Adakah pandangan dobel?Apakah
disertai melihat kilatan?
5.3 Mual muntah
 Apakah muntahnya didahului mual atau muntah menyemprot?
5.4 Rhinorea, lakrimasi
 Apakah disertai hidung meler atau mata berair?
5.5 Kaku leher
5.6 Penurunan berat badan
 Apakah sejak sakit kepala, badan dirasakan semakin kurus?
5.7 Penurunan kesadaran
 Apakah sakit kepalanya sampai membuat hilang kesadaran?
5.8 Defisit neurologis lainnya:
5.8.1 Pendengaran
 Apakah sakit kepalanya disertai bunyi berdenging pada telinga?
5.8.2 Pusing berputar
5.8.2 Kelemahan tubuh
5.8.3 Kesemutan, baal, rasa terbakar
6. T (TIME) :Dalam sehari bisa sakit kepala berapa kali? Berapa lama
sakit kepalanya tiap kali serangan?
7. E (EXACERBATING):
 Apa yang membuat sakit kepalanya terasa memberat?
 Adakah hal tertentu yang membuat sakit kepalanya terasa lebih ringan?
(aktivitas, kafein, alkohol, batuk, menstruasi, makanan tertentu)
8. S (SEVERITY) :
Apakah aktivitas harian anda terganggu dengan adanya keluhan sakit kepala ini?
Riwayat Penyakit Dahulu :
Apakah pernah menderita penyakit tertentu sebelumnya? Adakah obat-obat tertentu yang
rutin diminum ? (ISDN, antihipertensi, dll).
Apakah pernah menjalani operasi tertentu sebelumnya?
Adakah riwayat trauma?
Riwayat Penyakit Keluarga :
Apakah ada anggota keluarga lain yang memiliki keluhan serupa?
Riwayat Sosial :
Apakah merokok atau minum alkohol? Berapa banyak? Sejak kapan?
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 36

B. Pemeriksaan fisik
- Cuci tangan terlebih dahulu
- Periksa keadaan umum : tampak sakit ringan
- Periksa tanda vital : TD 110/ 70 ; N : 90x/menit ; RR : 20x/menit ; S : 37 C
- PF umum : dalam batas normal
- PF neurologis :
Pupil : bulat, isokor, Refleks cahaya Langsung/ Tidak Langsung (+/+)
Motorik wajah: kesan paresis n 7 (-)
Pergerakan bola mata : dalam batas normal
Tanda rangsang meningeal:
o Kaku kuduk (-)
o Laseque ( -)
Kekuatan Motorik : 5555/5555
5555/5555
Refleks Fisiologis : Biseps (+/+), Patella (+/+)
Refleks Patologis : Babinski (-/-)

C. Diagnosis dan DD
- Diagnosis kerja : Tension type headache
- Diagnosis banding : Migrain

D. Pengobatan
- Ibuprofen 3 x 400 mg prn nyeri
- Edukasi:
a. Cukup istirahat
b. Makan tepat waktu dengan gizi seimbang
c. Olahraga secara teratur
d. Manajemen stres (pola pikir positif)

Tabel 1. Perbedaan TTH, migrain, dan nyeri kepala kluster

Tabel 2. Tata laksana TTH, migrain, nyeri kepala kluster


Buku OSCE Pengajar PADI -- November 37
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 38

CARPAL TUNNEL SYNDROME


1 JUDUL Neurologi - CTS
2 KOMPETENSI 1) Anamnesis
DIUJIKAN 2) Pemeriksaan fisik/psikiatri
(bold yang 3) Interpretasi data/kemampuan prosedural pemeriksaan
berhubungan) penunjang
4) Penegakan diagnosis dan diagnosis banding
5) Tatalaksana nonfarmakoterapi
6) Tatalaksana farmakoterapi
7) Komunikasi dan edukasi pasien
8) Perilaku professional
3 SKENARIO SKENARIO KLINIK
DAN Seorang wanita, usia 35 tahun datang ke dokter umum karena
INSTRUKSI merasa baal pada jari-jari tangan kanan sejak 1 bulan terakhir.
PESERTA

TUGAS
Lakukan anamnesis pada pasien!
Lakukan pemeriksaan fisik pada pasien!
Apa diagnosis dan diagnosis banding pada pasien?

Apakah pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan?

Apa rencana terapi non-farmakologi (edukasi) dan farmakologi


pada pasien!

4 PASIEN
Identitas
Nama Ny. Musdalifah
Usia 35 thn
Jenis Kelamin Perempuan
Pekerjaan Ibu rumah tangga
Status Nikah Menikah
Pendidikan
Keluhan
Keluhan utama Baal pada jari tangan

Riwayat penyakit sekarang


Sejak kapan sejak 1 bulan terakhir makin memberat
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 39

Lokasi, durasi, Baal terutama pada jari telunjuk dan jari tengah tangan kanan.
frekuensi, Nyeri pada pergelangan tangan kanan. Keluhan bengkak,
karakteristik, kemerahan pada jari tangan disangkal. Kekuatan genggaman
memberat/ tangan juga berkurang
ringan dengan
apa, dll

Sudah diobati? Tidak diobati. Biasanya keluhan membaik dengan diistirahatkan.

Lainnya
Riwayat Riwayat trauma/ kecelakaan (-), riwayat darah tinggi (-), riwayat
Penyakit kencing manis (-)
Dahulu
Riwayat Tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan serupa.
Keluarga

Riwayat Sosial, Merokok (-), alkohol (-), pekerjaan sehari-hari ibu rumah tangga :
lingkungan, cuci, gosok, pel
kebiasaan
5 MANEKIN+ALAT
Manekin (-)
Alat 1. Palu refleks 5 buah
2. Tisu halus 5 helai
3. Ujung tutup pen 5 buah

PEMBAHASAN
A. Anamnesis
- Menanyakan keluhan utama pasien: baal pada jari-jari tangan kanan sejak 1 bulan
- Menanyakan riwayat penyakit sekarang:
- Riwayat pengobatan dan penyakit dahulu?
- Riwayat penyakit pada keluarga ?
- Review singkat anamnesis dan tanya apakah ada yg mau ditanyakan oleh pasien

B. Pemeriksaan fisik
- Cuci tangan
- Periksa keadaan umum : tanda vital stabil (TD 110/70 ; N : 90x/menit ; RR :
18x/menit, suhu: afebris), tampak sakit ringan
- Kesadaran: Compos mentis, GCS E4M6V5 = 15
- Pemeriksaan status generalisata: dalam batas normal
Pemeriksaan status lokalis (manus dekstra)
Inspeksi sisi dorso maupun palmar manus :
- Deformitas (-), eritema (-), atrofi otot (-), edema (-), nodul sendi (-)
Palpasi :
- Nyeri tekan (-), teraba hangat (-)
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 40

Ruang Lingkup gerak sendi :


- Fleksi, ekstensi, abduksi, adduksi, oposisi dalam batas normal.

Kekuatan Motorik : 4555/5555


5555/5555
Tes Sensorik : hipestesi (baal/penurunan sensibilitas) dan parastesia (kesemutan) pada
ibu jari, telunjuk, dan jari tengah tangan kanan.
o Refleks fisiologis (biseps, triseps): +
o Refleks patologis (Babinsky): -
o Phallen sign (+) pada tangan kanan
o Tinnel sign (+) pada tangan kanan

C. Pemeriksaan penunjang:
Diperlukan untuk menyingkirkan diagnosis banding. Dari anamnesis dan pemeriksaan
fisik, dipikirkan kemungkinan diagnosis banding untuk keluhan baal, kesemutan, dan
nyeri tangan:
Neuropati DM.
Saran pemeriksaan penunjang:
Gula darah puasa, Hba1c
EMG (Elektromiografi)
D. Diagnosis: Mononeuropati e.c Carpal Tunnel Syndrome

E. Edukasi
- Menjelaskan kondisi penyakit pasien
- Tidak ada gerakan khusus (peregangan, pelemasan otot) yang dapat menyembuhkan
CTS
- Penggunaan wrist splint pada malam hari selama 3-4 minggu pada posisi netral atau
sedikit ekstensi terbukti cukup efektif.
- Bila bertambah berat mungkin perlu dipertimbangkan injeksi kortikosteroid dan
tindakan bedah

F. Medikamentosa:
Ibuprofen 3 x 400 mg selama 5 hari prn nyeri
B6 3 x 1 selama 5 hari
Rujukan : Pasien dipertimbangkan dirujuk ke bagian Rehabilitasi Medik untuk
pengelolaan lebih lanjut. Pasien dapat diajarkan latihan untuk menghindari gerakan-
gerakan yang mencetuskan jepitan nervus medianus. Pasien juga dapat diterapi dengan
modalitas fisik lainnya (misal splint di malam hari) untuk mengurangi keluhan.
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 41

Psikiatri
Pengantar untuk pengajar
Setelah melalui pos psikiatri ini, ada beberapa hal yang harus bisa dicapai oleh siswa:
1. Bisa melakukan wawancara psikiatri
2. Bisa menulis status mental
3. Bisa menulis diagnosis multiaksial
4. Bisa melakukan teknik pertanyaan sensitif (lihat lampiran)

Share periode lalu


Oleh Andreas Kurniawan

The guide below will be quite long and elaborated, but consider it as a mean to save your
face in teaching. Here goes:

5 menit awal gue bakal bahas bahwa OSCE psikiatri itu sebenarnya paling gampang. Orang-
orang yang bilang susah itu cuma karena mereka gatau harus ngapain di post itu.

Ini argumen gue:


* kasus psikiatri cuma ada 3 yang mungkin: depresi, cemas, skizo
* soalnya jelas: buat status mental
* soal lainnya juga jelas: buat diagnosis multiaksial
jadi gue bilang, asal kita ngerti bikin status mental dan diagnosis multiaksial, harusnya
mereka lulus. Udah gitu, yang nguji nanti di post itu juga bukan psikiater, jadi lu salah atau
kurang dikit pun dia ga akan ngeh banget

Status mental
10 menit gue bahas tulis di papan tulis tentang status mental (pengajar harus baca ulang lagi)
Untuk status mental, gue selalu ajarin mereka ‘isian defaultnya’ biar mereka tau mau isi apa.
Sebagai contoh, kita akan mengacu ke format status mental buku osce halaman 137, bagian
bawah:
 Appearance: gimana pasien ini keliatannya? defaultnya adalah tampak laki-laki
sesuai usia, penampilan rapi
 Attitude: kooperatif atau tidak? defaultnya adalah kooperatif
 Behavior: apa yang dilakukan si pasien ini? defaultnya adalah duduk tenang
 Mood: gimana suasanya perasaan? defaultnya adalah eutimia. Kalau pasien ke arah
depresi bisa jadi hipotimia..
 Afek: gimana kemampuan pasien mengekspresikan emosi? defaultnya adalah afek
luas, sesuai. Kalau pasien ke arah depresi bisa jadi afek menyempit, sesuai.
 Speech: gimana ngomongnya pasien? defaultnya adalah kecepatan normal, intonasi
jelas.
 Proses pikir: gimana cara pikir pasien? defaultnya adalah koheren. Mentok-mentok
kalau pasiennya manik proses pikirnya flight of ideas
 Isi pikir: ada waham atau hal yang dipikirin terus nggak? defaultnya adalah tidak
ada waham, tidak ada preokupasi. Pada pasien harus ditanyain ada ide bunuh diri apa
nggak
 Persepsi: ada halusinasi atau nggak? defaultnya adalah tidak ada halusinasi
 Kognitif: gimana kognitif pasien? harusnya pake MMSE untuk ngecek, tapi karena
ga ada, defaultnya adalah kesan fungsi kognitif baik.
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 42

 Insight: gimana pasien memandang penyakitnya? defaultnya adalah tilikan derajat 6,


pasien sadar bahwa dia sakit dan memerlukan penanganan.

Yang jangan dilakukan


Bagian ini akan gue bold:
HAL PALING PERTAMA YANG GUE BILANG KE MURID ADALAH MENTANG-
MENTANG INI POST PSIKIATRI, JANGAN LANGSUNG TANYA KE PASIEN
"APA LAGI ADA MASALAH ATAU PIKIRAN, PAK?" GUE JAMIN MURID
TERSEBUT BAKAL LANGSUNG GAGAL.

Alasan sederhana:
1. Anda dokter, bukan psikolog
2. Ini klinik umum, jadi harusnya Anda nggak tau kalau ini pasien psikiatri.

Contoh:
"ada yang bisa dibantu, Pak?"
"susah tidur dok, sudah tiga hari"
"oh, emang lagi ada pikiran apa, Pak?" --> langsung gagal

Contoh lagi:
"kenapa nih, Pak?"
"nggak tau dok, kayanya lemes aja uda beberapa hari ga ada semangat"
"emang lagi ada masalah apa pak? mungkin dengan istri di rumah?" --> gue sumpahin
gagal

Kenapa? karena dalam kehidupan nyata kita nggak tau pasien di depan kita ini adalah pasien
pos psikiatri. Kan banyak yang bisa ditanyain dulu. Kalau susah tidur, tanyain ada minum
kopi atau nggak (substansi/zat). Susah tidurnya kenapa, apa karena malam2 batuk (jadi
sekunder akibat asma mungkin) atau karena ke WC terus (akibat DM), atau ternyata dia
kebiasaan shift malam di kerja (jadi perubahan irama sirkadian). Tanya juga kondisi umum,
demam, pilek, batuk, BAB/BAK, baru deh kita akan dapat ternyata semuanya ga ada
kelainan. Sekalian gue ajarin standar anamnesis, kalau kalian bingung mau nanya apa di RPS,
tanyakan berikut ini:
 Ada demam? Batuk? Pilek? Makan/minum gimana? Istirahat gimana? Mual/muntah?
BAB/BAK? Uda minum obat?
Pertanyaan ini bisa ditanyakan ke SEMUA pos, termasuk pos psikiatri. Jadi biar di anamnesis
Anda akan panjang

Merangkum logika status mental: apa yang ditanya dan apa yang diobservasi
Setelah gue tulis semua di papan tulis tentang status mental, (oiya, abaikan halaman 130-136,
itu terlalu ribet, ga efektif buat ngajar. Itu gue taro cuma buat bacaan doang), gue akan
tekankan
“coba kita lihat di sini, status mental ini banyak, tapi yang perlu kalian tanyain cuma
3 sebenarnya. Satu, mood pasien. Dua, pikiran (isi-proses-persepsi). Tiga, insight.
Selain itu, kalian observasi. Penampilan, speech, attitude, semua kan observasi.
Artinya, itu yang perlu kalian kejar di wawancara psikiatri. Yang utama itu bukan nanyain
‘dia ada masalah apa di rumah’ tapi nanyain gejala di atas. Sumpah, nggak penting Anda
kepo-in dia ada problem apa di rumah sama istri atau di kantor sama bosnya.
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 43

Pertanyaan sensitif/sulit dalam psikiatri (lihat lampiran untuk script)


Setelah ini, baru gue ajarin trik bertanya psikiatri, ada istilah yang namanya normalizing
question: Bertanya hal aneh, seolah-olah itu hal yang normal. Ini digunakan biasanya untuk
pertanyaan sensitif. Contoh, ini bisa dilakukan setelah pasien nyebut keluhan utama, dan kita
coba anamnesis RPS ternyata ga ada keluhan lain (batuk pilek demam mual dll ga ada). Lalu
kita mau tau ada ga sih faktor psikis yang mungkin mempengaruhi dia. Sekali lagi, ini boleh
ditanyain tapi belakangan.
"Pak, tadi udah saya coba cari tahu, tampaknya nggak ada masalah pada bapak
secara fisik. Nah, pasien-pasien saya yang seperti ini kadang2 ternyata susah tidur
karena ada problem pikiran atau psikis. Apa bapak sedang ada hal yang dipikirkan?"
Itu kata kuncinya, pasien-pasien saya yang lain. As easy as A, B, C.

Tadi uda gue bilang kalau yang perlu ditanyain saat wawancara tuh ternyata cuma sedikit.
Terus, gimana cara nanya?
1. Bertanya mood: pertanyaannya misalnya "bapak kelihatannya sedih, apa memang
sebulan terakhir ini terus-terusan sedih dan nggak ada semangat begini pak?"
inget, mood ini harus ditanya, sedangkan afek itu diobservasi
2. Bertanya waham, halusinasi, gue ajarin mereka tanya pakai normalizing question
"pak, kalau pasien saya yang sedang ada beban pikiran begini, kadang sampai
mendengar suara-suara gitu, bapak ada seperti itu nggak?"
3. Bertanya ide bunuh diri pada pasien depresi: Sama aja pake normalizing question
di atas. Tapi biasanya normalizing question ini cukup dipake sekali atau dua kali aja,
sebagai warning kalau kita bakal nanya yang ga enak. Nah, kalau kita uda melangkah
dalam topik sensitif, dan pasien uda jawab, itu lu uda ga usa pake normalizing
question lagi. Lu tanya apapun kemungkinan langsung dijawab kok. Dalam hal ini,
misalnya, bisa langsung nanya “pak, pernah nggak mikir ‘kok saya kayanya
mendingan nggak usah hidup lagi aja ya?’”
4. Menilai insight: biasanya dirangkum di akhir "saya rangkum ya pak, jadi bla bla bla,
bla bla bla. Nah, kalau dari bapak sendiri, keinginannya bagaimana?" ini penting,
soalnya misalnya pada pasien depresi, akan beda banget kalau respons dia "saya sih
maunya bisa semangat lagi" atau "saya mau mati aja Dok"

See? As easy as 1,2,3.

Problemnya, kalau mereka nggak tau apa yang harus ditanyain, itu anamnesis psikiatri ga
akan selesai karena ga jelas juntrungannya.

Menilai diagnosis multiaksial


Lalu... ini yang menarik, gue bakal bilang ke mereka "coba kita lihat, di status mental kan
ternyata nggak ada tuh bagian untuk mengisi apakah dia ada masalah di tempat kerja, apakah
dia ribut sama istrinya, apakah dia lg ada banyak pikiran. Kenapa? Karena memang informasi
itu nggak penting di status mental.
Ini salahnya, banyak dokter yang ngira kalau pasien psikiatri itu harus ada masalah
sosial yang menjadi stresor, ITU SALAH BESAR. Kenyataannya, kalau orang depresi
mah bisa aja dia paginya hepi2, siang shopping, sore makan enak, terus tiba2 malamnya
depresinya kambuh. Stresor sosial itu kebanyakan hanya menjadi risiko memperberat!
Mentok-mentok, kita nanyain ada masalah atau ngggak cuma buat hubungin ke isi pikir aja
(siapa tau ada pasien gangguan cemas dengan kekhawatiran berlebih tentang kondisi
perusahaannya, jadi makin cemas)
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 44

Nah, kalau kita cari tentang informasi stresor sosialnya itu, nanti jatuhnya ke dalam yang
namanya 'Diagnosis multiaksial'
Axis I: diagnosis psikiatri, gue bilang ke mereka "ini pasien gilanya apa sih?" contoh: depresi
berat
Axis II: gangguan kepribadian, kemungkinan ini nggak bisa ditemukan soalnya cuma 1x sesi
wawancara dengan si pasien doang. Gangguan kepribadian baru bisa ditegakkan atau
disingkirkan setelah kita dapat informasi dari keluarga/kerabat. Jadi gue cuma suru tulis
"diagnosis tertunda" yang artinya "kayanya sih bisa ada, bisa nggak, tapi gue ga berani
menyatakan apa-apa, soalnya waktunya nggak cukup"
Axis III: kondisi medis umum. Tulis diagnosis lain di sini. Contoh: HT grade II. Atau, G2P1
hamil 41 minggu. Atau, fraktur femur. Tulis semua di sini diagnosisnya. Kalau ga ada, tulis
tidak ada diagnosis.
Axis IV: pengaruh psikososial. Artinya: ada ga sih kondisi dalam lingkungan yang
MEMPERBURUK atau MEMICU axis I (gilanya dia)?. Contoh: mau cerai sama istri.
Contoh lain: dipecat dari kerja karena dituduh nyolong. Syaratnya adalah axis IV ini harus
memperburuk. Jadi, kalau dia bilang kakaknya baru meninggal tapi ternyata selama ini dia
juga nggak deket sama kakaknya, mungkin ini nggak ngaruh. Tapi kalau dia bilang bonsainya
baru mati tapi ternyata itu bonsai kesayangannya, ya hal sepele itu bisa bikin dia jd tambah
depresi. Kalau ga ada, tulis tidak ada diagnosis.
Axis V: GAF. Global assessment of function. Dibagi dalam 1-10, 11-20, dst. Ini disesuaikan
dengan fungsi mereka dalam masyarakat
Sumpah, ini susah jelasinnya. Jadi biasanya gue suruh mereka nembak.
Ini biasanya pengantar gue:
Anggap kalian adalah seorang guru yang akan memberi nilai pada murid kalian. Nilainya dari
0-100. Nah pasien yang sehat, misalnya datang cuma untuk medical check up doang, itu
kalian pasti kasih nilai GAF-nya 91-100. Orang gila di pinggir jalan itu, GAF-nya mungkin
11-20.
Sekarang gimana di tengah-tengahnya? Ini jadi patokan aja
Kalau pasiennya perlu psikoterapi suportif tapi ga perlu obat: 61-70
Kalau perlu obat: 51-60 atau 41-50
Kalau harus dirawat inap: 31-40 atau 21-30

Lalu gue bahas indikasi rawat inap pada psikiatri:


- tidak ada yang mengawasi di rumah (sebatang kara)
- risiko membayakan diri sendiri (riwayat coba bunuh diri)
- riisko membahayakan orang lain (agitasi akut)

Simulasi skenario
Biasanya sih gue bakal bikin skenario baru, satpam yang datang dibawa istrinya dengan
keluhan lemas ga ada semangat sejak satu bulan lalu. Dari anamnesis gue mau ngarahin kalau
dia uda ga kerja lagi, soalnya dipecat dari kerjanya akibat dituduh nyolong uang. Dia cerita
kalau tiga orang satpam lain juga diberhentikan (kalau pengajar cewe, mungkin bisa akting
jadi bendahara).
Gue akan suruh mereka anamnesis, nanti yang akan didapatkan adalah malas makan, susah
tidur, hubungan dengan istri baik, mood sebulan ini memang jadi sedih terus karena merasa
tidak berguna, tidak ada waham dan halusinasi, tapi pernah ada ide bunuh diri tapi nggak
dilakuin karena masih ingat anak-istri. Dia pengennya sih bisa kerja lagi.
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 45

Lalu gue akan suruh murid (dua orang) anamnesis gue keroyokan. Setelah mereka nyangkut
di tengah-tengah, biasanya gue stop. Lalu gue akan ajak balik ke status mentalnya.
“Gimana, bingung nggak? Bingung kan? Nah, kita lihat ya, jangan-jangan yang tadi itu uda
cukup. Kalau pasien tadi, appearance gimana? Oke, kalau attitude, behaviournya? Nah
moodnya gimana? (biasanya mereka lupa tanyain, jadi gue bilang ‘tuh kan, padahal itu yang
harus ditanyain’) Isi pikirnya gimana? Oke pernah terpikir ingin bunuh diri ya, tulis di situ.
Proses pikirnya koheren ya. Persepsi juga baik, ga ada halusinasi ilusi. Insightnya, tadi belum
ditanya kan? Biasanya kita sambil penutup tuh. Coba satu orang rangkum yang tadi lalu nilai
insight-nya”

Lalu mereka akan kagum karena bener ternyata status mental itu uda keisi walaupun mereka
nanya ngalor ngidul.

Gue juga akan bawa ke diagnosis multiaksial,


“sekarang kita liat di sini ya. Aksis 1 gimana? Depresi ya, mungkin sedang. Aksis 2?
Diagnosis tertunda. Aksis 3? Tidak ada diagnosis. Aksis 4? Diberhentikan dari pekerjaan.
Aksis 5? Kira-kira orang ini perlu obat nggak? Perlu? Jadi di bawah 60. Mungkin 41-50
karena ini lebih mengarahnya bisa ke makin memberat.

Obat psikiatri
Lalu terakhir gue bahas tentang obat psikiatri, intinya sih dr umum boleh resepin obat
psikiatri tapi dosis kecil aja, dan harus segera rujuk ke psikiater unutk penyesuaian dosis.
Lalu, obat psikiatri itu kerjanya lama! Jangan harapkan kerjanya kaya obat demam yang
diminum langsung sembuh.
Antidepresan bisa 1 bulan baru kerja yang nyata. Gue suruh mereka hapalin Fluoxetine 1x20
mg
Anti anxietas kalau diminum mungkin si pasien bisa tidur malamnya, tapi cemasnya masih
akan ada. Gue suruh hapalin alprazolam 1x0.5 mg malam hari.
Antipsikotik kalau diminum mungkin si pasien langsung nggak agitasi lagi (efek penenang
gitu), tapi bisa 2 bulan baru mulai menunjukkan perbaikan nyata. Hapalin haloperidol 3x0.5
mg.
Udeh gitu aja. Psikiatri banyak perlu skill teknik ngomong sih

Sebagai rangkuman, ini yang harus dicapai di post psikiatri:


- Mereka harus bisa nulis komponen status mental
- Mereka harus ngerti diagnosis multiaksial
- Mereka harus bisa milih pertanyaan yang penting dan yang nggak penting dalam
wawancara
- Mereka diajarkan bertanya tentang pertanyaan sensitif

Share oleh Sonia Hanifati


Cara mengajar kemarin:
- Berikan paket pertanyaan menyingkirkan gangguan organik, misal: pasien datang dengan
tidak bisa tidur selama 1 bulan, tidak langsung ditanya "apakah Bapak ada masalah??"
tapi harus otomatis dibalas dengan paket pertanyaan gangguan tidur = bagaimana tidak
bisa tidurnya, apakah susah memulai tidur, atau tidur tapi terbangun terus (membedakan
jenis insomnia)? apakah bapak minum obat tertentu sebelum tidur? minum kopi? sakit
kepala?
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 46

- Paket pertanyaan gangguan makan= mual? muntah? nyeri ulu hati? nyeri perut lain?
mencret?
- Paket pertanyaan berdebar-debar= sakit dada? sesak? timbul saat apa? hilang saat
apa? durasi? faktor risiko jantung/tiroid?
- Cara bertanya dengan normalizing question
- Cara menegakkan diagnosis psikiatri --> misal kasus mengarah ke depresi, langsung
tanyakan kriteria2 depresi

STATUS MENTAL
Saya singkat huruf depannya jadi KK OSA Makan PIPI
Kesadaran
Keadaan Umum
Orientasi
Sikap
Afek
Mood
Pola/arus pikir
Isi Pikir
Persepsi
Insight
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 47

OVERVIEW: STATUS MENTAL DAN DIAGNOSIS MULTIAKSIAL


Status Mental (made simple!)
1. Keadaan Umum
Isi: jenis kelamin, usia, rawat diri. Penting untuk menentukan/memperkirakan prognosis
Contoh: tampak seorang laki-laki sesuai usia, dengan rawat diri cukup.

2. Kesadaran
 Compos mentis, Somnolen, Stupor, Koma.
 Kesadaran berkabut: kesadaran menurun disertai dengan gangguan persepsi dan sikap
 Delirium: kesadaran menurun disertai bingung, gelisah, takut, dan halusinasi. Penderita
menjadi tidak dapat diam.
Contoh: kesadaran compos mentis

3. Orientasi
Isi: orientasi orang, waktu, tempat, dan situasi
Contoh: Orientasi o/w/t/s = b/j/b/b (b: baik, j: jelek)

4. Attitude dan behaviour


Attitude: kerjasama (kooperatif, nonkooperatif)
Behaviour: tuliskan perilaku pasien (misal: berdiri di atas meja), dan juga dalam hiperaktif,
normoaktif, hipoaktif
Contoh: pasien kooperatif sepanjang wawancara

5. Afek
Afek: emosi yang diekspresikan oleh pasien, sehingga penilaiannya obyektif (dapat diamati
oleh pemeriksa). Afek dapat dinyatakan dalam beberapa cara:
A. Intensitas dan derajat emosi: datar, tumpul, sempit, luas.
 Luas: pada orang normal, perasaan dapat diekspresikan secara penuh.
 Menyempit: pada orang depresi, terkadang masih dapat mengekspresikan
perasaannya.
 Tumpul: pada skizofenia, ekspresi yang tampak sangat sedikit (hampir tanpa ekspresi)
 Datar: pada skizofrenia, tidak terdapat ekspresi
B. Keserasian: dilihat dari kesesuaian antara stimulus yang diberikan dengan ekspresi pasien:
appropriate/sesuai, inappropriate/tidak sesuai.
Contoh: afek luas, serasi (pada orang umumnya); afek menyempit, serasi (pada depresi)

6. Mood
Mood: emosi yang berkepanjangan yang dialami secara subyektif dan dilaporkan oleh pasien.
 Mood eutimia: pada orang normal. Suasana perasaan dalam rentang normal yakni
individu mempunyai penghayatan perasaan yang luas dan serasi dengan irama
hidupnya
 Mood hipotimia: pada depresi. Suasana perasaan yang diwarnai kesedihan dan
kemurungan.
 Mood hipertimia: pada mania. Suasana perasaan yang secara pervasif memperlihatkan
semangat dan kegairahan yang berlebihan terhadap berbagai aktivitas kehidupan.
 Mood iritabel: pada mania. Suasana perasaan yang sensitif, mudah tersinggung,
mudah marah, dan seringkali bereaksi berlebihan terhadap suasana yang tidak
disenanginya.
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 48

 Mood kosong: pada skizofrenia Kehidupan emosi yang sangat dangkal, tidak atau
sangat sedikit memiliki penghayatan suasana perasaan.
Contoh: mood hipotimia (pada pasien depresi); mood irritable (pada pasien bipolar episode
manik)

7. Gangguan pikiran
Dibedakan menjadi isi pikir dan proses pikir.
A. Gangguan isi pikir:
1) Waham: keyakinan palsu yang salah. Contoh:
 Waham kejar
 Waham kebesaran
 Waham bizarre, meliputi:
o Waham sedot pikir (thought of withdrawal): pasien percaya bahwa seeseorang
telah mengambil keluar pikirannya
o Waham sisip pikir (thought of insertion): pasien percaya bahwa seseorang
telah menyesipkan pikiran ke kepalanya
o Waham siar pikir (thought of broadcasting): pasien percaya bahwa orang lain
dapat mengetahui/membaca pikirannya
o Waham kendali pikir (thought of being controlled): pasien percaya bahwa apa
yang dirasakan/dilakukannya dipengaruhi/dikendalikan oleh orang lain.
2) Obsesi: gagasan (ide), bayangan, atau impuls yang berulang dan persisten.
3) Kompulsi: perilaku/perbuatan berulang yang bersifat stereotipik, biasanya menyertai
obsesi.
4) Fobia: ketakutan yang menetap dan tidak rasional terhadap suatu objek, aktifitas, atau
situasi spesifik yang menimbulkan keinginan yang mendesak untuk menghindarinya.
Contoh: waham kejar (+), pasien yakin ada sindikat mafia Hongkong yang mengejar dirinya
karena dirinya mirip Tao Ming Se F4 (pada pasien skizofrenia); pasien berulang kali
memiliki ide bunuh diri (pada pasien depresi)

B. Gangguan proses pikir


Normalnya, proses pikir koheren. Ditanya A akan menjawab A. Menceritakan sesuatu runtut
dari A, B, C, dan seterusnya
1) Neologisme: pembentukan kata-kata baru yang memiliki arti khusus bagi penderita,
sering terdapat pada pasien skizofrenia.
2) Word salad: bentuk ekstrim neologisme yang ditandai dengan kalimat yang dibentuk dari
kata-kata yang hampir semuanya tidak dapat dimengerti.
3) Circumstantiality: Ingin bicara dari A sampai B, tapi berputar-putar dan terlalu detail, tapi
akhirnya akan sampai ke B juga. Sering dijumpai pada pasien skizofrenia, epilepsi, dan
demensia senilis.
4) Tangential thinking: ingin bicara dari A sampai B, tapi pembicaraan pasien terlepas sama
sekali dari pokok pembicaraan dan tidak kembali ke pokok pembicaraan tersebut, tidak
pernah sampai ke B. Sering dijumpai pada pasien bipolar fase manik.
5) Asosiasi longgar: pasien berbicara dengan kalimat-kalimat yang tidak berhubungan,
namun masih dapat dimengerti. Kalau tidak bisa dimengerti, namanya jadi inkoheren
6) Inkoherensi: merupakan asosiasi longgar yang berat, terdapat distorsi tatabahasa/susunan
kalimat dengan arti istilah yang aneh. Secara khas terdapat pada skizofrenia.
7) Flight of ideas: pembicaraan yang melompat-lompat dari satu taopik ke topik lain tanpa
terputus, dimana masih terdapat benang merah (masih terkait, walau sangat kecil
kaitannya). Contoh: “saya baik-baik saja dok. Oh iya, tetangga saya orangnya baik deh,
kemarin saya dikasih jeruk, hasil dari kebunnya. Kakek saya juga punya kebun di
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 49

Lampung. Dia dulu pejuang kemerdekaan. Saya lagi pengen beli bendera nih, beli di
mana ya?“
8) Blocking: putusnya pikiran secara sementara dan tiba-tiba. Lagi ngomong, tiba-tiba
berhenti. Sering ditemukan pada skizofrenia.
Contoh: proses pikir koheren (pada orang normal, depresi, atau cemas); terdapat flight of
ideas (pada mania)

8. Persepsi
Halusinasi: persepsi terhadap rangsang yang tak nyata. (tidak terdapat objek)
a. Halusinasi dengar (akustik, auditori): halusinasi tersering. Bisa bersifat commenting atau
commanding.
b. Halusinasi visual: dalam keadaan mata penderita terbuka. Halusinasi tersering kedua.
Biasanya merupakan petunjuk adanya gangguan mental organik.
c. Halusinasi taktil: merasa seperti ada yang merayap
d. Halusinasi bau/olfaktori, pengecapan/gustatory: biasa terjadi bersamaan, jarang.
Ilusi: salah persepsi terhadap stimulus sensorik yang memang ada obyeknya. Misalnya:
melihat kain putih tergantung seperti sosok orang. Melihat orang di jalan seperti pacar yang
baru mutusin.
Contoh: halusinasi auditori (+), pasien mendengar suara pria yang menyuruhnya untuk
bersembunyi dan membanting barang

9. Insight (tilikan diri)


Yaitu pemahaman seseorang terhadap kondisi dan situasi dirinya dalam konteks realitas
sekitarnya. (pemahaman pasien terhadap penyakitnya)
Derajat insight:
I. Penyangkalan total terhadap penyakitnya
II. Ambivalensi terhadap penyakitnya
III. Menyalahkan faktor lain sebagai penyebab penyakitnya
IV. Menyadari dirinya sakit dan butuh bantuan, namun tidak memahami penyebab sakitnya
V. Menyadari penyakitnya dan faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakitnya namun
tidak menerapkan dalam perilaku praktisnya
VI. Tilikan yang sehat, yakni sadar sepenuhnya tentang situasi dirinya disertai motivasi untuk
mencapai perbaikan.
Contoh: tilikan pasien derajat 6.
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 50

Diagnosis Multiaksial
Aksis I – Diagnosis psikiatri berdasar ICD
Bahasa sederhananya: “Ini orang apa sih gangguan jiwanya?”
F0. Gangguan Mental Organik (GMO)
F1. Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Zat Psikoaktif
F2. Skizofrenia, Skizotipal, dan Gangguan Waham
F3. Gangguan Mood (Afektif)
F4. Gangguan Neurotik, Somatoform, dan Terkait Stres
F5. Sindrom Perilaku yang Berhubungan Dgn Ggn Fisiologis dan faktor Fisik
F8. Gangguan Perkembangan Psikologis
F9. Gangguan Perilaku dan Emosional dengan Onset Biasanya Pada Masa Kanak dan Remaja

Aksis II - Gangguan Kepribadian dan Retardasi Mental


Bahasa sederhananya: “Orang ini punya gangguan kepribadian nggak sih?”
F60 ‒ F69. Gangguan Kepribadian dan Perilaku Masa Dewasa
KELOMPOK A (ODD/ECCENTRIC CLUSTER)
 Gangguan Kepribadian Paranoid: kecurigaan yang kuat terhadap orang lain
 Gangguan Kepribadian Skizoid: pemisahan diri dari pergaulan sosial.
 Gangguan Kepribadian Skizotipal: pribadi dengan isi pikir, persepsi dan perilaku yang
aneh. Titik awal skizofrenia.
KELOMPOK B (DRAMATIC/ERRATIC CLUSTER)
 Gangguan Kepribadian Antisosial: ketidakpedulian serta pelanggaran tata tertib dan
hukum
 Gangguan Kepribadian Ambang: ketidakstabilan dalam hubungan pergaulan sosial,
perilaku menyakiti diri. Anggap saja seperti ABG labil.
 Gangguan Kepribadian Histrionik: emosi berlebihan dan mencari perhatian (attention
whore)
 Gangguan Kepribadian Narsisistik: merasa dirinya hebat, senang dipuji dan dikagumi
serta tidak ada rasa empati (tidak punya perasaan).
KELOMPOK C (ANXIOUS/FEARFUL CLUSTER)
 Gangguan Kepribadian Menghindar: perasaan tidak percaya diri, takut ditolak.
Sebenarnya ingin menjalin hubungan dengan sesama, tapi takut mengalami penolakan
sehingga menghindar
 Gangguan Kepribadian Dependen: ketergantungan terhadap orang lain dan keinginan
untuk selalu dilayani.
 Gangguan Kepribadian Obsesif-Kompulsif: keteraturan berlebih, ingin serba sempurna,
seperti manusia robot
F70 ‒ F79. Retardasi Mental
Mengisi AKSIS II
Aksis II sulit ditemukan hanya dari satu kali wawancara. Pada OSCE, kemungkinan
akan sulit menemukan gangguan kepribadian. Bila bingung mengisinya, bisa diisi
sebagai berikut:
1. Tidak ada diagnosis (kalau Anda yakin memang orang tersebut tidak memiliki
gangguan kepribadian)
2. Diagnosis tertunda / belum ada diagnosis (kalau menurut Anda tampaknya ada
gangguan kepribadian, tapi belum bisa ditentukan saat itu)

Aksis III – Kondisi Medis Umum


Buku OSCE Pengajar PADI -- November 51

Aksis III mencakup diagnosis secara umum, termasuk infeksi, keganasan, endokrin, penyakit
musculoskeletal, kehamilan, dan sebagainya
Bahasa sederhananya: “Selain gangguan jiwa, orang ini sakit apa lagi sih? Batuk pilek?
Darah tinggi? Lagi hamil? Hipertiroid?”

Aksis IV – Kondisi Psikososial yang Mempengaruhi Kondisi Sekarang


Aksis IV digunakan untuk memberi kode pada masalah psikologis dan lingkungan yang
secara bermakna berperan pada perkembangan/eksaserbasi gangguan sekarang.
Masalah yang dicakup: keluarga (primary support group), lingkungan sosial, pendidikan,
pekerjaan, perumahan, ekonomi, akses ke layanan kesehatan, hukum/kriminal, psikososial,
dan lingkungan lainnya.
Bahasa sederhananya: “Ada nggak sih kondisi di lingkungan yang menyebabkan atau
memperburuk kondisi orang ini?”

Aksis V – Global Assesment of Functioning


Aksis V adalah skala penilaian global terhadap fungsi yang sering disebut sebagai Global
assesment of functioning (GAF). Pemeriksa mempertimbangkan keseluruhan tingkat
fungsional pasien selama periode waktu tertentu (misalnya saat pemeriksaan, tingkat
fungsional pasien tertinggi untuk sekurangnya 1 bulan selama 1 tahun terakhir). Fungsional
diartikan sebagai kesatuan dari 3 bidang utama yaitu fungsi sosial, fungsi pekerjaan, fungsi
psikologis.
Fungsi berupa skala dengan 100 poin dengan 100 mencerminkan tingkat fungsi tertinggi
dalam semua bidang.
Bahasa sederhananya: “Anda menjadi seorang guru, dan Anda mau ngasih nilai buat
murid Anda (si pasien). Kira-kira mau kasih nilai berapa nih?”

Diagnosis Multiaksial
Aksis I - Diagnosis psikiatri
Aksis II - Gangguan Kepribadian dan Retardasi Mental
Aksis III – Kondisi Medis Umum
Aksis IV – Kondisi Psikososial yang Mempengaruhi Kondisi Sekarang
Aksis V – Global Assesment of Functioning
Contoh: pasien seorang pemain basket fraktur femur
Aksis I - Depresi berat
Aksis II - diagnosis tertunda
Aksis III – fraktur femur dextra
Aksis IV – sementara tidak diperbolehkan bermain basket, padahal ada
pertandingan
Aksis V – 60
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 52

DEPRESI

1 JUDUL Psikiatri - Depresi


2 KOMPETENSI 1) Anamnesis
DIUJIKAN 2) Pemeriksaan fisik/psikiatri
(bold yang 3) Interpretasi data/kemampuan prosedural pemeriksaan
berhubungan) penunjang
4) Penegakan diagnosis dan diagnosis banding
5) Tatalaksana nonfarmakoterapi
6) Tatalaksana farmakoterapi
7) Komunikasi dan edukasi pasien
8) Perilaku professional
3 SKENARIO SKENARIO KLINIK
DAN Seorang pria 44 tahun, datang dengan keluhan lemas dan tidak
INSTRUKSI nafsu makan.
PESERTA

TUGAS
1. Lakukan pemeriksaan status mental pada pasien
2. Tentukan diagnosis multiaksial, sampaikan pada penguji
3. Tentukan tatalaksana farmakologi pada pasien
4. Lakukan…
5. Silakan kalau masih ada

4 PASIEN
Identitas
Nama Tony
Usia 44
Jenis Kelamin Pria
Pekerjaan Mantan Security
Status Nikah Menikah
Pendidikan SMA
Keluhan
Keluhan utama Disuruh istri datang berobat karena tampak lemas

Riwayat penyakit sekarang


Sejak kapan Dua bulan lalu
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 53

RPS Pasien, seorang mantan satpam, mengaku disuruh istrinya untuk


ke dokter karena terlihat selalu lelah dan tidak nafsu makan sejak
dua bulan terakhir. Pasien tidak mengalami demam, batuk, pilek,
mual, muntah, nyeri otot, atau sakit kepala. Pasien tidak merokok,
tidak mengkonsumsi zat tertentu seperti kopi atau obat-obatan.
Pasien merasakan berat badannya berkurang, tapi tidak
ditimbang.

Menurut pasien, belakangan ini perasaannya cenderung sedih.


Pasien juga cepat lelah walaupun sehari hanya di rumah saja
menonton televisi. Pasien tidak sulit tidur, malah cenderung untuk
banyak tidur karena merasa lelah terus. Pasien memiliki hobi
memancing, dan baru diajak memancing oleh teman-temannya
seminggu lalu tapi dia menolak dengan alasan sedang malas
keluar rumah.
Sudah diobati? Multivitamin, tapi tidak membaik

Lainnya
Riwayat Keluhan serupa (-), perasaan gembira berlebihan (-)
Penyakit
Dahulu
Riwayat (-)
Keluarga
Riwayat Sosial, pasien diberhentikan dari pekerjaannya sebagai satpam sekitar 3
lingkungan, bulan lalu bersama dengan 4 satpam lainnya karena dituduh
kebiasaan mencuri. Sampai sekarang, pihak perusahaan belum menemukan
pelaku sebenarnya, tapi perusahaan menuduh salah satu dari
kelima satpam tersebut adalah pelakunya.

Pasien sangat terpukul dengan hal ini karena dia selama ini adalah
orang yang mementingkan kejujuran di atas segalanya. Saat ini,
pasien masih mencoba mencari pekerjaan lagi, tapi ditolak di
mana-mana karena dikatakan usianya sudah 40 tahunan. Pasien
masih ada keinginan mencari kerja. Pasien masih memiliki
hubungan baik dengan istrinya, anaknya masih berusia 3 tahun.
Tambahan Pasien kadang merasa tidak berguna sebagai suami karena tidak
bisa bekerja, tapi pasien tidak pernah memiliki ide bunuh diri.
Halusinasi atau waham disangkal. Keinginan pasien adalah agar
dia bisa semangat lagi dan bisa bekerja lagi untuk keluarganya.

5 MANEKIN+ALAT
Manekin (-)
Alat 1. Contoh obat fluoxetine
2. Kertas resep
3. Surat rujukan
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 54

PEMBAHASAN
A. Teknik Anamnesis
Untuk kasus lemas, selalu tanyakan hal standar seperti waktu menanyakan penyakit lain:
sudah berapa lama, apa yang dirasakan, apakah kurang istirahat, apa ada penyakit penyerta
(batuk, pilek, demam), apakah sudah berobat, dll. Yang penting juga, Anda harus
menanyakan riwayat konsumsi zat (alcohol atau obat).
Setelah beberapa saat, Anda akan merasa bahwa tampaknya pasien ini tidak ada kelainan
fisik yang dominan. Selanjutnya, kita akan melangkah masuk dalam pertanyaan psikiatri.
Anda bisa mengawali dengan menggunakan teknik berikut:
“Pak, setelah saya tanya-tanya tadi, kelihatannya tidak ada gangguan fisik. Semuanya bagus,
Pak. Nah, kadang-kadang pasien seperti bapak ini, sumber masalahnya bukan dari fisik
melainkan dari psikis atau pikiran. Jadi, gara-gara lagi ada pikiran, akhirnya muncul jadi
keluhan di tubuh seperti lemas, tidak nafsu makan, dan sebagainya. Apakah belakangan ini
ada yang mengganggu pikiran bapak?”
Anda bisa menggunakan teknik lain atau cara apapun yang nyaman untuk Anda, yang
penting mencakup penjelasan bahwa: 1) kondisi fisiknya baik; 2) mungkin ada faktor psikis
yang berpengaruh, sehingga kita harus menanyakannya; 3) buat pasien merasa nyaman
dengan refleksi isi dan perasaan.
Setelah selesai, akhiri dengan menjelaskan kondisinya dan rencana pengobatan

B. Pemeriksaan status mental


- Appearance: cara jalan biasa, cara berpakaian wajar, pasien nampak sesuai usia,
bentuk tubuh agak kurus (dari observasi)
- Attitude: pasien kooperatif sepanjang wawancara (dari observasi)
- Behaviour: pasien duduk tenang (dari observasi)
- Mood dan afek: mood hipotim, afek menyempit (harus ditanyakan)

Cara mudah menanyakan mood:


“bapak kelihatannya kurang semangat, apakah sebelumnya
juga seperti ini, Pak? Sudah berapa lama kira-kira?”

- Speech: kecepatan normal, intonasi jelas, suara agak pelan (dari observasi)
- Thought process: proses pikir koheren (dari observasi)
- Thought content: tidak ada waham, tidak ada ide bunuh diri, tapi pasien memiliki
kekhawatiran akan keluarganya karena dirinya tidak mendapat pekerjaan (harus
ditanyakan)

Cara mudah menanyakan ide bunuh diri:


“Pak, pasien dengan kondisi seperti bapak ini kadang
berpikir, ‘Kok lebih baik saya nggak usah hidup lagi ya’.
Bapak pernah nggak punya pikiran demikian?”

- Perception: tidak ada halusinasi atau ilusi (harus ditanyakan)


- Cognitive: fungsi intelijensi pasien dalam batas normal (bisa melihat dari
percakapan)
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 55

- Insight: baik, pasien menyadari kondisinya sekarang dan ingin berobat (harus
ditanyakan)

Cara mudah menanyakan insight:


“Kalau menurut bapak sendiri, kondisi Bapak ini
bagaimana?”
“Kalau Bapak sendiri, maunya gimana dengan kondisi
Bapak?

C. Diagnosis multiaksial
- Aksis I: gangguan depresi sedang
- Aksis II: tidak ada diagnosis
- Aksis III: tidak ada diagnosis
- Aksis IV: dihentikan dari pekerjaan karena dituduh mencuri
- Aksis V: GAF 60

D. Tatalaksana farmakologis dan nonfarmakologis


- Jelaskan mengenai diagnosis pada pasien, terutama bahwa kondisi fisiknya sejauh
pemeriksaan dilakukan masih dalam batas normal. Kemungkinan gangguan yang
dialami berasal dari gangguan psikis.
- Jelaskan bahwa pemberian obat antidepresan memerlukan waktu lama untuk
bekerja, maka dari itu pasien harus minum obat dengan rutin. Berikan support
kepada pasien, puji pasien karena dia masih memiliki semangat untuk mencari
pekerjaan, ingatkan untuk tidak menyerah. Dukung pasien untuk terus berdoa dan
berpikir positif.
- Jelaskan bahwa ada baiknya pasien konsultasikan ke SpKJ. Tekankan bahwa berobat
ke psikiater bukan berarti pasien tersebut gila. Alasan perlunya konsultasi ke
psikiater adalah agar bisa berkonsultasi dengan lebih baik lagi dan bisa mendapat
pengobatan dengan lebih baik lagi. Siapkan rujukan
- Obat: fluoxetine 1x 20 mg

Pada pasien depresi, Anda harus secara reflex menanyakan 3 hal: MLM
1. Mood: “Bapak kelihatannya sedih. Bagaimana suasana perasaan Bapak
belakangan ini?” atau “apa Bapak dari kemarin rasanya sedih terus?”
2. Lelah: “Bapak merasa lebih cepat capek daripada biasanya?” atau “aktivitas
bapak sehari-hari gimana di tempat kerja?”
3. Minat: “Pak, hobi sebelumnya ngapain? Apa pernah coba lagi hobinya tersebut?”
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 56

BIPOLAR EPISODE MANIK DENGAN CIRI PSIKOTIK

SOAL
1 JUDUL Psikiatri - Bipolar manik
2 KOMPETENSI 1) Anamnesis
DIUJIKAN 2) Pemeriksaan fisik/psikiatri
(bold yang 3) Interpretasi data/kemampuan prosedural pemeriksaan
berhubungan) penunjang
4) Penegakan diagnosis dan diagnosis banding
5) Tatalaksana nonfarmakoterapi
6) Tatalaksana farmakoterapi
7) Komunikasi dan edukasi pasien
8) Perilaku professional
3 SKENARIO SKENARIO KLINIK
DAN Pria 20 tahun, dibawa oleh kakak laki-lakinya karena
INSTRUKSI melemparinya dengan gelas
PESERTA
TUGAS
1. Lakukan pemeriksaan status mental pada pasien
2. Tentukan diagnosis dan DD
3. Tatalaksana nonfarmakologis dan farmakologis pada pasien
4. Rencanakan rujukan untuk pasien ini
4 PASIEN
Identitas
Nama Tomi
Usia 20 tahun
Jenis Kelamin Laki-laki
Pekerjaan Guru TK
Status Nikah Belum menikah
Pendidikan Tidak diketahui
Keluhan
Keluhan utama Marah-marah

Riwayat penyakit sekarang


RPS dari Seorang pria masuk ke ruang dokter. Dia mengatakan bahwa
alloanamnesis membawa adiknya berobat. Menurut kakaknya, pasien sudah
dengan kakak tidak tidur 3 hari karena terus-menerus bekerja di kamar. Pasien
pasien juga tidak berangkat bekerja, dan tidak keluar kamar untuk
makan. Ketika kakaknya masuk ke kamarnya untuk
mengingatkan agar pasien makan, dia malah dilempari dengan
gelas. Selanjutnya, kakak pasien mengatakan agar dokter
langsung menanyakan kepada pasien saja.
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 57

RPS dari Pasien memperkenalkan diri dengan penuh semangat dan


autoanamnesis memperkenalkan diri sebagai Mr Thompson. Dia tidak mau
disebut 'pak' atau 'mas', hanya ingin disebut ‘mister’. Dia
mengakui bahwa memang sudah tiga hari tidak keluar kamar dan
juga mengakui bahwa tadi pagi melempari kakaknya dengan
gelas. Alasannya adalah karena dirinya saat ini sedang menulis
novel best seller yang akan menyaingi buku Harry Potter. Dia
mengatakan sedang mendapat inspirasi luar biasa dan sudah
mengetik terus selama tiga hari tiga malam tanpa tidur. Tadi
pagi, dia masih menulis dengan serius dan sedang mendapat
inspirasi yang besar, ketika kakaknya masuk dan merusak
inspirasinya itu. Karena itu dia menjadi marah dan melempari
gelas
Tambahan RPS Dia merasakan energinya sangat meluap-luap dan tidak merasa
autoanamnesis lelah. Kalau lapar, dia hanya makan biskuit saja dan itu sudah
cukup untuk membuatnya semangat lagi.
Pasien mengatakan bahwa dia sebelumnya tidak pernah menulis,
dan baru kali ini menulis setelah mendapat inspirasi luar biasa.
Pasien mengaku pada jam dua belas malam, inspirasi berupa bola
cahaya akan turun ke kepalanya, dan saat itu juga dia merasa
pikirannya langsung terang. Dia mengatakan mendapat inspirasi
tersebut karena dia orang terpilih, dan hanya dia yang bisa
melihatnya. Pasien tidak mendengar suara yang tidak ada
sosoknya.
Sudah diobati? Pasien merasa sangat sehat dan tidak perlu obat

Lainnya
Riwayat pasien belum pernah merasa semangat seperti ini. Enam bulan
Penyakit lalu pasien pernah sedih karena berpisah dengan pacarnya,
Dahulu sampai mengurung diri di kamar. Tapi dia berkata bahwa saat ini
dia tidak memikirkan hal itu karena dia terlalu ‘high-quality’
untuk pacarnya.
Riwayat Adik pasien pernah mengurung diri cukup lama di kamar dan
Keluarga kemudian bunuh diri

Sebelumnya pasien bekerja sebagai guru TK dan diberhentikan


Riwayat Sosial,
lingkungan, sejak satu bulan lalu. Pasien mengatakan dia diberhentikan
kebiasaan karena menendang muridnya, karena menurutnya anak tersebut
membuatnya sering kesal. Dia tidak merasa sedih dihentikan dari
pekerjaannya karena dia merasa dirinya terlalu hebat untuk
mengajar anak TK.
5 MANEKIN+ALAT
Manekin (-)
Alat 1. Contoh obat lithium
2. Surat rujukan
3. Resep
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 58

PEMBAHASAN
A. Anamnesis
Teknik anamnesis:
Kadang dalam OSCE, pasien psikiatri dibawa oleh anggota keluarganya. Inilah yang harus
Anda lakukan agar jalannya wawancara bisa mulus:
1) Selalu awali dengan mencari informasi dari orang yang membawa (bisa istri, kakak,
ortu). Singkat saja, cukup 1-2 menit, yang penting Anda tahu mengapa pasien dibawa,
sedikit informasi tambahan tentang keluhan terkait, dan segera tanyakan “apa pasiennya
bisa saya ajak ngomong, Pak?” Jangan terlalu lama menanyakan orang yang mengantar,
karena kita tidak akan mendapat informasi apapun. Informasi harus didapatkan terutama
dari pasien
2) Switch ke pasien. Perkenalan dengan pasien, konfirmasi ulang informasi dari pengantar.
Dalam kasus ini, “kata kakaknya, tadi pagi mister melempar kakaknya dengan gelas. Apa
benar? Bisa diceritakan? Terus katanya udah ngurung diri di kamar? Apa benar nggak
makan?”
Berbeda dengan kasus sebelumnya, di sini dari awal sudah jelas ini merupakan kasus
psikiatri, jadi tidak perlu lama-lama membahas tentang kondisi penyerta (apakah ada batuk,
pilek, demam?). Tapi selalu coba untuk hubungkan pernyataan pasien ke kondisi kesehatan,
contohnya kalau pasien bilang “saya nggak tidur 3 hari, Dok”, kita bisa tanyakan “wah, kalau
orang nggak tidur 3 hari kan capek dan bahkan bisa sakit. Mister sendiri bagaimana?”
Cari di sini: mood, riwayat depresi sebelumnya, konsumsi obat/zat tertentu, halusinasi,
waham, akhiri dengan mencari insight, tanyakan bagaimana menurut pasien kondisinya saat
ini. Kemungkinan pasien akan mengatakan kondisinya sangat sehat.
3) Kembali ke pengantar. Bagian menjelaskan tentang kondisi pasien, rencana pengobatan,
kemungkinan perlu dirujuk, lebih mungkin dijelaskan kepada orang yang mengantar (karena
insight pasien buruk)

B. Pemeriksaan status mental


- Appearance: tampak laki-laki sesuai usia, cara berpakaian wajar (dari observasi)
- Attitude: pasien kooperatif (dari observasi)
- Behaviour: pasien duduk tenang (dari observasi)
- Mood dan afek: mood hipertimia, afek luas dan sesuai (harus ditanyakan)

Cara mudah menanyakan mood sekarang dan riwayat mood


depresi:
“Mister, kelihatannya semangat sekali ya? Apa belakangan ini
memang sedang semangat terus?
“Mister, sekarang kan semangat sekali, nah sebelumnya pernah
nggak sedih yang sampai berat banget?

- Speech: pasien bicara dengan cepat (dari observasi)


- Thought process: terdapat flight of ideas (dari observasi)
- Thought content: terdapat waham kebesaran (ditanyakan saat wawancara)
- Perception: terdapat halusinasi visual (ditanyakan saat wawancara)
- Cognitive: fungsi intelijensi pasien dalam batas normal (dari observasi)
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 59

- Insight: buruk, pasien tidak menyadari dirinya sakit (ditanyakan saat wawancara)

C. Diagnosis dan DD
- Aksis I: gangguan bipolar episode manik dengan ciri psikotik
- Aksis II: tidak ada diagnosis
- Aksis III: tidak ada diagnosis
- Aksis IV: dihentikan dari pekerjaan
- Aksis V: GAF 40

D. Tatalaksana
- Lithium 3x300 mg

E. Rujukan
- Jelaskan kepada kakak pasien bahwa kondisi ini bisa membahayakan si pasien sendiri
maupun orang lain, maka dari itu ada baiknya pasien dikonsultasikan ke SpKJ.
Jelaskan bahwa dengan berkonsultasi ke psikiater, pasien bisa mendapatkan
konsultasi dan pengobatan yang lebih baik. Siapkan rujukan

Pada pasien bipolar atau mania, Anda harus secara reflex menanyakan hal berikut
1. Semangat berlebih: “Bapak kelihatan semangat sekali, Pak. Apa belakangan ini
selalu seperti ini?”
2. Riwayat depresi: “kalau sebelumnya pernah nggak pak sedih yang berat?”
3. Ide kebesaran: bandingkan dengan ‘orang lain’. “Bapak kok nggak capek, padahal
kan nggak tidur? Orang biasa kan pasti capek” atau “Kok bisa bapak mendapat
semangat yang luar biasa? Orang lain kan nggak bisa seperti itu?”
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 60

Reproductive System
Pengantar untuk pengajar
A. Pengantar untuk pengajar (10 menit)
Ice breaking + penjelasan singkat kasus yang pernah keluar saat OSCE UKDI, dan harus
dikuasai setelah melewati pos ini:
1. Antenatal care
2. Asuhan persalinan normal termasuk penyulit persalinan
3. Keluarga Berencana
4. Screening: IVA/Pap smear

B. Simulasi dengan Feedback (60 menit)


Pembahasan skenario dilakukan dengan memberi pemicu dan meminta murid secara
berurutan/acak untuk memberikan pembahasan. Pengajar diminta dapat langsung
memberikan feedback atau tambahan selama pembahasan skenario.

C. Simulasi Peserta (40 menit)


Peserta diberi kesempatan untuk melakukan simulasi materi yang telah dijelaskan dalam
kelompok kecil. Pengajar terlibat pasif dan diharap dapat memberikan penilaian individual
yang akan disampaikan pada 10 menit terakhir.

D. Feedback untuk murid (10 menit)


Pengajar diharap dapat memberi feedback pada murid dan memberi kesimpulan singkat.

Share periode sebelumnya


Oleh Ganda Ilmana
Kasus yang dibahas: konsultasi kehamilan, keputihan, ISK, sama Konseling KB scara umum.
Susahnya di durasi waktu yg ga cukup. Namanya kasus obgyn..anamnesisnya panjang jd
sering keburu2.

Yg harus diperhatikan: time limit hehe. Dan gmn membuat mindset bahwa kasus obgyn itu
ga susah, jd hanya kelihatannya aja. Contoh: emang sih langkah APN ada 60..tp ya ga usah
apal mati..yg penting kala 1 kala 2 kala 3 kala 4 paham jd pas ngerjain ga kaku dan akan
trlihat menguasai.

Yang harus didapat di post ini:


- Partus normal. Leopold. Pem. Gnekologis. Cara ambil swab.
- Cara anamnesis keluhan sekret/duh tubuh..membedakan kemungkinan penyebab
keputihan pd perempuan.
- Cara anamnesis IMS yg sopan dan mengarahkan.
- Edukasi higiene personal yg jelas dan tdk bertele2.
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 61

PARTUS (PERSALINAN) NORMAL


SOAL
Seorang wanita berusia 20 tahun hamil 38 minggu mengalami keluar cairan bening dari
kemaluan disertai mules-mules sejak 2 jam yang lalu. Pada saat pemeriksaan, pasien sudah
mengalami pembukaan serviks lengkap.
- Lakukan bantuan persalinan kala 2 pada pasien ini (kelahiran bayi)
- Lakukan bantuan persalinan kala 3 pada pasien (kelahiran plasenta)
- Sebutkan obat yang diperlukan dalam kasus ini

PEMBAHASAN
Skenario: Seorang wanita berusia 20 tahun G1P0A0 38 minggu mengalami keluar cairan
bening dari kemaluan disertai mules-mules sejak 2 jam yang lalu. Keluar darah (-). Kontraksi
dirasakan hilang-timbul tiap 15 menit sekali. Pasien rutin ANC di Puskesmas dan
mengkonsumsi suplemen dari Puskesmas secara teratur. HPHT 20 Januari 2013. Taksiran
persalinan 27 Oktober 2013. Menarche usia 12 tahun. Siklus menstruasi tiap 28 hari sekali.
Durasi menstruasi selama 7 hari, ganti pembalut 4-5 kali/hari. Nyeri menstruasi (-). Pada saat
pemeriksaan, pasien sudah mengalami pembukaan serviks lengkap.

CHECKLIST ANTENATAL CARE & ASUHAN PERSALINAN NORMAL

Pemeriksaan Ginekologi pada Antenatal Care


No Langkah/prosedur
I INFORMED CONSENT
1. Menjelaskan prosedur pemeriksaan pada pasien
2. Menjelaskan tujuan pemeriksaan
3. Menjelaskan bahwa prosedur dapat menimbulkan rasa tidak nyaman bagi pasien
namun tidak akan membahayakan bayi
4. Memastikan pasien mengerti sepenuhnya prosedur dan tujuan pemeriksaan
5. Meminta persetujuan verbal untuk melakukan tindakan
II PERSIAPAN
5. A. PASIEN
 Kassa dan larutan antiseptik
 Kateter
 Spekulum dan bengkok
 Meja instrumen
 Tempat tidur ginekologi
 Lampu
B. PEMERIKSA
 Sarung tangan steril
 Apron
 Sabun dan air bersih
 Handuk kering bersih
III MEMPERSIAPKAN PASIEN
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 62

Pemeriksaan Ginekologi pada Antenatal Care


No Langkah/prosedur
7. Meminta pasien untuk mengosongkan kandung kemih dan membuka celana
dalam
8. Meminta pasien untuk berbaring di tempat tidur ginekologi
9. Menuntun pasien untuk posisi litotomi
10. Menyalakan lampu dan mengarahkan sinar langsung ke bagian yang akan
diperiksa
IV MENGENAKAN SARUNG TANGAN
11. Mencuci tangan, kemudian mengeringkan dengan handuk bersih
12. Membuka lipatan sarung tangan, mengambil sisi dalam sarung tangan kuru
dengan jempol dan telunjuk tangan kanan, kemudian mengenakan di tangan kiri
dan mengetatkannya dengan menarik bagian dalam ujung sarung tangan
13. Mengambil sarung tangan kanan dengan tangan kiri (yang telah mengenakan
sarung tangan) dengan menyusuri lipatan sarung tangan dengan jari tangan kiri,
kemudian memegang ujung sarung tangan dengan jempol kiri
14. Mengenakan sarung tangan pada tangan kanan, sesuai jari, dan mengeratkan
dengan menarik ujung sarung tangan
V. PEMERIKSAAN
15. Pemeriksa duduk di kursi berhadapan langsung dengan genitalia pasien
16. Mengambil kassa yang telah diberi larutan antiseptik, kemudian menyapukan di
area vulva dan perineum
17. Memeriksa vulva dan perineum
18. Membuka lipatan antara labia mayor, memeriksa orificium urethra dan introitus
vagina (jika kandung kemih belum kosong, dapat menggunakan kateter untuk
mengosongkan buli)
19. Meraba sisi kanan dan kiri laboa mayor (terutama kelenjar Bartholin) dengan
jempol dan telunjuk (observasi dan catat abnormalitas yang ditemukan)
20. Mengambil spekulum dengan tangan kanan, meletakkan ujung telunjuk kiri pada
introitus (untuk membuka), meletakkan kepala spekulum paralel dengan introitus
(memastikan tidak ada bagian yang tertahan) kemudian memasukkan bilah ke
dalam lumen vagina
21. Setelah dirasa cukup dalam, putar spekulum 90o hingga pegangan menghadap ke
bawah
22. Mengatur bilah atas dan bawah dengan membuka kunci (hingga tiap bilah
mencapai dinding vagina atas dan bawah)
23. Menyesuaikan posisi bilah hingga lumen vagina dan portio terlihat (observasi
ukuran dan warna potio, dinding vagina atau fornix dan sekret)
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 63

Pemeriksaan Ginekologi pada Antenatal Care


No Langkah/prosedur
24. Setelah melakukan inspeksi, melepaskan kunci, rotasi 90o ke atas (hingga bilah
paralel dengan introitus) kemudian mengeluarkan spekulum
25. Meletakkan spekulum pada bengkok
26. Pemeriksa berdiri, membuka labia mayor dengan jempol kiri dan telunjuk,
kemudian meletakkan telunjuk dan jari tengah tangan kanan ke dalam vagina
(vaginal toucher)
27. Meletakkan ujung jari kiri pada area suprasimfisis, kemudian menentukan batas
fundus uteri (jika ukurannya bisa dipalpasi)
28. Dengan tangan di vagina, tentukan ukuran, konsistensi, dan arah uterus. Juga
lakukan pemeriksaan konsistensi serviks dan parametrium
29. Memindahkan jari ke arah ismus (menentukan tanda hegar, mencoba agar jari di
dalam dan di luar saling bersentuhan
30. Tangan kiri memegang uterus di area suprasimfisis, mengeluarkan telunjuk dan
jari tengah kanan
31. Mengambil kassa antiseptik, kemudian membersihkan abdomen dan area
vulva/perineum
32. Menginformasikan kepada pasien bahwa pemeriksaan telah selesai dan
mempersilakan pasien untuk duduk
VI. PENCEGAHAN INFEKSI
33. Meletakkan semua peralatan yang digunakan di dalam kontainer yang berisi
larutan Chlorine 0.5% selama 10 menit
34. Meletakkan sampah pemeriksaan pada tempat sampah khusus. Membersihkan
peralatan yang terkena sekret dengan Chlorine 0.5%
35. Meletakkan tangan pada Chlorine 0.5%, membersihkan dari sekret, melepaskan
sarungtangan dengan bagian dalam di luar dan direndam di Chlorine 0.5% selama
10 menit
36. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir
37. Mengeringkan tangan dengan tissue atau handuk bersih
VII. MENJELASKAN HASIL PEMERIKSAAN
38. Menjelaskan kepada pasien mengenai hasil pemeriksaan
39. Menjelaskan kesimpulan pemeriksaan dan merencanakn antenatal care
selanjutnya
VIII. RENCAMA UNTUK ANTENATAL CARE BERIKUTNYA
40. Menjelaskan rencana yang berhubungan dengan kesimpulan pemeriksaan
41. Membuat jadwal untuk kunjungan berikutnya dan mencatat hasil pemeriksaan di
buku kunjungan antenatal
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 64

Pemeriksaan Ginekologi pada Antenatal Care


No Langkah/prosedur
42. Memberitahu pasien untuk mebawa kartu kontrol saat kunjungan berikutnya
43. Menjelaskan kepada pasien untuk datak ke dokter jika mengalami gejala
44. Memastikan pasien mengerti tentang semua informasi yang diberikan
45. Memberi kartu kontrol dan salam
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 65

PENYULIT PERSALINAN

Persalinan normal dapat terjadi apabila setidaknya tiga faktor terpenuhi, yakni faktor power,
passage, dan passenger (3P). Apabila terjadi penyimpangan pada salah satu faktor, dikatakan
terjadi persalinan distosia, sehingga memerlukan intervensi agar well born baby dan well
health mother.

1. Power (Kekuatan his dan meneran)


His (kekuatan kontraksi otot rahim) yang normal dimulai dari sisi fundus, menjalar ke seluruh
otot rahim, dengan kekuatan yang adekuat. Otot rahim yang telah berkontraksi tidak kembali
ke panjang semula sehingga terjadi retraksi dan pembentukan segmen bawah rahim.
Kelainan kontraksi otot rahim adalah:
1. Inersia uteri. His yang lemah, pendek, dan frekuensinya lebih jarang dibanding his
normal yang terbagi menjadi: (1) Inersia uteri primer. Bila sejak semula kekuatannya
sudah lemah; (2) Inersia uteri sekunder. His pernah cukup kuat, tetapi kemudian
melemah.
2. Tetania uteri. His yang terlalu kuat dan terlalu sering, sehingga otot rahim tidak dapat
kesempatan relaksasi. Hal ini terjadi sebagai akibat persalinan presipitatus, yakni
persalinan yang berlangsung dalam waktu tiga jam. Komplikasinya termasuk asfiksia
intrauterin hingga kematian janin dalam rahim.
3. Inkoordinasi kontraksi otot rahim. Hal ini dapat disebabkan faktor usia pasien yang
relatif tua, pimpinan persalinan yang tidak tepat, induksi persalinan dengan oksitosin,
rasa takut dan cemas.
Untuk mengatasi hal ini, diperlukan pencatatan partograf yang baik, sehingga kelainan pada
faktor power dapat dikenali dini dan dapat dilakukan penatalaksanaan yang sesuai.

2. Passage (jalan lahir)


Jalan lahir merupakan komponen yang sangat penting dalam proses persalinan yang terdiri
dari jalan lahir tulang dan jalan lahir lunak. Jalan lahir merupakan komponen yang tetap, yang
sulit dilakukan modifikasi. Kemungkinan terjadi penyulit prsalinan akibat jalan lahir apabila:
(1) Kepala janin belum turun pada minggu ke 36 yang disebabkan janin terlalu hesar, panggul
sempit, terdapat lilitan tali pusat dan terdapat hidrosefalus. (2) Kelainan letak: letak lintang,
letak sungsang. (3) Pada multipara, panggul sempil diduga akibat riwayat persalinan yang sulit
dan persalinan dengan tindakan operasi. Penyulit persalinan akibat jalan lahir dapat pula
disebabkan permasalahan pada serviks (misal kaku atau edema), vagina (septum atau tumor),
himen dan perineum (himen imperforata, himen elastik atau perineum kaku sehingga
memerlukan episiotomi yang luas), kelainan bentuk panggul, ketidakseimbangan ratio
sefalopelvik. Adanya tumor di jalan lahir juga dapatmenyebabkan kepala bayi tidak bisa turun,
seperti pada kasus mioma atau polip uteri

3. Passenger
Faktor dari bayi yang dapat menjadi penyulit persalinan, termasuk (1) kelainan bentuk dan
besar janin: anensefalus, hidrosefalus, janin makrosomia, (2) kelainan pada letak kepala:
presentasi puncak, presentasi muka, presentasi dahi, kelainan posisi oksiput, (3) kelainan
letak janin: letak sungsang, letak lintang, presentasi rangkap (kepala-tangan, kepala-kaki,
kepala-tali pusat).
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 66

PERSALINAN NORMAL
No LANGKAH/PROSEDUR
I. Mengenali Tanda Persalinan Kala Dua
1 Mendengar & melihat adanya Tanda Persalinan Kala Dua
 Dorongan untuk meneran
 Peningkatan tekanan pada anus
 Penonjolan perineum
 Dilatasi vulva dan sphincter ani
II Persiapan persalinan
2  Memastikan peralatan persalinan dan obat persalinan serta kemungkinan
penyulit* pada ibu dan neonatus dipersiapkan. Persiapan resusitasi: tempat
tidur datar, bersih, kering, hangat, tiga handuk bersih dan kering, alat
penghisap, lampu 60 watt yang berjarak 60cm di atas bayi
 Meletakkan handuk bersih di atas perut ibu dan diatas tempat resusitasi
 Memastikan 1 ampul Oxytocin (10 unit) dan jarum sekali pakai pada
perlengkapan persalinan
3 Menggunakan apron
4 Melepas semua perhiasan, mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir,
mengeringkan dengan tissue atau handuk bersih
5 Menggunakan sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan untuk
pemeriksaan dalam
6 Memasukkan oksitosin ke dalam jarum suntik (menggunakan sarung tangan DTT),
mmastikan tidak ada kontaminasi pada jarum
7 Membersihkan vulva dan perineum dari arah anterior ke posterior dengan kapas atau
kassa dengan air DTT
 Jika vagina, perineum, atau anus terkontaminasi feses, bersihkan
perlahan dari anterior ke posterior
 Meletakkan kapas atau kassa yang terkontaminasi pada kotak sampah
kontaminan
 Mengganti sarung tangan jika terkontaminasi (dekontaminasi: lepaskan
dan rendam sarung tangan pada larutan klorine 0.5%)
8 Pemeriksaan vagina untuk memastikan pembukaan serviks lengkap
 Jika cairan ketuban masih utuh dan pembukaan servikal telah lengkap, lakukan
amniotomi
9 Dekontaminasi: rendam sarung tangan dan tangan pada larutan klorine 0.5%, rendam
sarung tangan dalam posisi terbalik selama 10 menit. Mencuci tangan setelah
melepas sarung tangan
10 Mengevaluasi denyut jantung janin setelah kontraksi / selama relaksasi uteri untuk
memastikan denyut jantung janin dalam batas normal (120-160x/menit)
 Melakukan tindakan yang tepat bila denyut jantung janin abnormal
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 67

PERSALINAN NORMAL
No LANGKAH/PROSEDUR
 Mencatat semua informasi dari pemeriksaan vagina, penilaian denyut
jantung janin dan pemeriksaan lain pada pantograf
11 Memberi tahu ibu dan keluarga bahwa pembukaan sudah lengkap dan janin dalam
kondisi baik, dan bantu ibu untuk mencari posisi persalinan yang nyaman
a. Menunggu hingga ada dorongan untuk meneran, diikuti observasi kondisi ibu
dan janin (mencatat semua temuan)
b. Menginformasikan kepada keluarga mengenai partisipasinya dalam
mendukung dan memberi semangat pada ibu untuk meneran secara benar
12 Meminta anggota keluarga untuk membantu posisi ibu selama proses persalinan
(ketika ada dorongan untuk meneran dan didapatkan kontraksi uteri, bantu ibu pada
posisi nyaman atau posisi setengah duduk). Memastikan ibu merasa nyaman.
13 Memimpin ibu untuk meneran jika ada dorongan yang kuat untuk meneran
 Membimbing ibu untuk mendorong secara tepat dan efektif
 Memberi semangat ibu untuk meneran dan memperbaiki metode meneran
ibu
 Membantu ibu untuk menemukan posisi nyaman selain supinasi terus
menerus
 Menyarankan ibu untuk beristirahan di antara setiap kontraksi
 Menyarankan anggota keluarga untuk memberi semangat pada ibu
 Memastikan ibu minum yang cukup
 Mengevaluasi denyut jantung janin setelah setiap kontraksi
 Merujuk segera bila bayi belum lahir setelah meneran selama 120 menit
untuk primigravida atau 60 menit untuk multigravida
14 Menyarankan ibu untuk berjalan, jongkok atau pada posisi nyaman jika belum ada
rasa untuk meneran dalam 60 menit
V. Persiapan Persalinan Janin
15 Meletakkan handuk bersih untuk mengeringkan bayi pada perut ibu, jika kepala bayi
telah tampak pada vulva dengan diameter 5-6cm
16 Meletakkan 1/3 bagian handuk bersih di bawah pantat ibu
17 Membuka peralatan persalinan dan memastikan kelengkapan semua peralatan dan
obat
18 Menggunakan sarung tangan DTT pada kedua tangan
VI. Persalinan Bayi
Persalinan Kepala
19 Saat kepala bayi terlihat di vulva pada 5-6cm, melindungi perineum dengan satu
tangan yang ditutupi kain bersih dan kering. Dengan tangan yang lain memegang
kepala bayi pada posisi defleksi dan membantuk kelahiran kepala bayi. Menyarankan
ibu untuk meneran perlahan dan bernapas cepat dan dangkal
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 68

PERSALINAN NORMAL
No LANGKAH/PROSEDUR
20 Memastikan kemungkinan lilitan tali pusat dan mengambil langkahyang tepat jika
terjadi, dan lanjutkan dengan proses persalinan bayi
 Jika liliItan tali pusat longgar, buka lilitan melalui kepala bayi
 Jika lilitan tali pusat kencang, klem tali pusat pada dua tempat dan gunting tali
pusat di antara klem
21 Menunggu rotasi kepala eksternal spontan
Persalinan bahu
22 Setelah rotasi kepala eksternal, pegang diameter biparietal kepala. Menyarankan ibu
untuk meneran pada setiap kontraksi. Perlahan-lahan gerakkan kepala janin ke
bawah dan distal hingga bahu anterior lahir di bawah arkus pubis, dan gerakkan
kepala ke atas distal untuk melahirkan bahu posterior
Persalinan batang tubuh dan ekstrimitas
23 Setelah bahu lahir, geser tangan anterior untuk memegang kepala bayi dan tangan
posterior pada bahu anterior dan gerakkan secara perlahan menyusuri sisi anterior
tubuh dan ekstrimitas
24 Setelah badan dan tungkai atas lahir, tangan terus menyusuri punggung, pantat,
ekstimitas bawah dan kaki
VII. Tatalaksana Bayi Baru Lahir
25. Melakukan penilaian cepat:
 Cukup bulan?
 Menangis kuat atau bernapas tanpa kesulitan?
 Gerak aktif?
Jika salah satu “TIDAK” lanjutkan pada petunjuk resusitasi neonatus
Jika semua “YA” lanjutkan ke nomor selanjutnya
26. Mengeringakan tubuh bayi
Mengeringkan bayi dari wajah, kepala, dan bagian tubuh lain, kecuali telapak tangan
dan kaki tanpa membersihkan vernix. Ganti handuk basah dengan handuk kering.
Biarkan bayi beristirahat pada perut/dada ibu.
27. Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi di dalam uterus
(singleton)
28. Memberi tahu ibu bajwa akan disuntuk oksitosin untuk membantu memastikan
kontraksi uteri yang baik
29. Dalam 1 menit setelah melahirkan, suntuk ibu dengan 10 unit oksitosin secara
intramuskular pada 1/3 superior-lateral paha (aspirasi sebelum penyuntikan)
30. Dua menit setelah persalinan, klem tali pusat sekitar 3 cm dari perut bayi. Tekan dan
pijat isi tali pusat ke arah distal ke ibu dan jepit lagi sekitar 2 cm distal dari klem
pertama
31. Memotong, ligasi, dan mengikat umbilikus
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 69

PERSALINAN NORMAL
No LANGKAH/PROSEDUR
 Dengan satu tangan memegang tali pusat yang diligasi/diklem (lindungi
abdomen bayi) dan memotong tali pusat antara dua klem
 Mengikat tali pusat dengan benang steril pada satu sisi, kemudian
dilingkarkan kembali sati kali dan diikat dengan simpul permanen di sisi yang
lain
 Melepaskan klem dan meletakkan di tempatnya
32. Mengatur posisi bayi agar terjadi kontak kulit ke kulit dengan ibu
 Letakkan bayi pada posisi pronasi. Luruskan bahu bayi sehingga bayi
menempel pada perut dan dada ibu. Usahakan agar posisi kepala bayi di
antara payudara ibu, sedikit dibawah puting
33. Menyelimuti bayi dan ibu dengan selimut hangat dan menutupi kepala bayi
VIII. Manajemen Aktif Persalinan Kala III
Manajemen aktif kala III:
A. Suntik oksitosin 10 IU
B. Peregangan tali pusat terkendali: 5-10 cm di depan
vulva dan menekan uterus kea rah dorsokranial
C. Masase fundus uteri setelah plasenta lahir

34. Memindahkan letak klem sekitar 5-10 cm dari vulva


35. Meletakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu, di atas simfisis, dengan tangan
yang lain pada tali pusat
36. Ketika kontraksi uterus teraba, secara perlahan menarik tali pusat ke arah inferior
sementara tangan yang lain mendorong uterus ke arah dorso-kranial (untuk
mencegah inversi uteri). Jika plasenta belum lahir dalam 30-40 detik, menghentikan
tarikan tali pusat dan tunggu hingga kontraksi berikutnya dan ulangi langkah di atas
 Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu atau keluarga untuk
melakukan stimulasi puting susu
IX. Melahirkan Plasenta
37. Melakukan peregangan tali pusat dan menekan ke arah dorso-kranial pada uterus
hingga plasenta terlepas, minta ibu meneran sambil menarik tali pusat sejajar lantai
kemudian mengikuti kanal vagina (sambil tetap mendorong uterus ke arah dorso-
kranial)
 Jika tali pusat memanjang, reposisi klem sekitar 5-10 cm dari vulva dan
lahirkan plasenta
 Jika plasenta belum lahir setelah 15 manit peregangan tali pusat terkontrol
1. Memberikan dosis ulang oksitosisn 10 iu IM
2. Melakukan kateterisasi bila kandung kemih penuh
3. Mengulangi penarikan tali pusat selama 15 menit
4. Jika tali pusat masih belum lahir setelah 30 menit setelah bayi lahir
atau bila ada perdarahan post partum yang cukup banyak, segera
lakukan eksplorasi plasenta manual
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 70

PERSALINAN NORMAL
No LANGKAH/PROSEDUR
38. Setelah plasenta tampak pada introitus vagina, lahirkan plasenta dengan kedua
tangan. Memegang dan memutar plasenta hingga membran amnion terpuntir dan
lahir lengkap dan letakkan plasenta pada tempatnya
 Jika membran tidak lengkap, mengenakan sarung tangan steri dan lakukan
eksplorasi sisa plasenta dan gunakan tangan untuk mengambil plasenta yang
tersisa
Pijat Uterus
39. Segera setelah plasenta dan membran amnion lahir, lakukan pijatan (fundus) uteri,
meletakkan telapak tangan pada fundus dan melakukan gerakan memutar yang
lembut (pijat) hingga kontraksi uterus teraba
 Mengambil tindakan yang tepat bila uterus belum berkontraksi setelah pijat
uteri
IX. Mengevaluasi Perdarahan
Penyebab Hemoragic Post-Partum (HPP) ada 4T:
 Tone: masase fundus uteri sambil menilai tonus uteri
 Tissue: dengan obstetric hand apaakah ada sisa jaringan plasenta
 Tear/Trauma: apakah ada robekan vagina dan perineum (Ruptur perineum grade
I-IV)
 Grade I : robekan pada mukosa vagina dan kulit saja (kompetensi
dr.Umum)
 Grade II : grade I + robekan kulit perineum hingga otot dan fasia perineum
(kompetensi dr.Umum)
 Grade III : grade II + robekan m. Sfingter ani (kompetensi Sp.OG)
o Grade IIIa : robekan <50% ketebalan m. Sfingter ani
o Grade IIIb : robekan >50% ketebalan m. Sfingter ani
o Grade IIIc : robekan hingga m. Sfingter ani interna
 Grade IV: robekan hingga mukosa rectum dan epitel anus (kompetensi
Sp.OG)
 Trombine: apakah ada gangguan koagulasi/pembekuan darah (DIC, HELLP
syndrome)

40. Memeriksa kedua sisi plasenta, sisi maternal dan fetal dan memastikan membran
utuh dan lengkap, masukkan plasenta ke dalam kantung plastik atau tempat yang
telah disediakan
41. Mengevaluasi kemungkinan laserasi vagina dan perineum. Melakukan penjahitan jika
laserasi menyebabkan perdarahan
 Jika ditemukan laserasi atau trauna yang menyebabkan perdarahan aktif,
lakukan penjahitan dan homeostasis
X. Prosedur Post-partum
42. Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak ada perdarahan vagina
43. Membiarkan bayi kontak kulit pada dada ibu setidaknya 1 jam
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 71

PERSALINAN NORMAL
No LANGKAH/PROSEDUR
 Sebagian besar bayi akan berhasil menyusui dini dalam 30-60 menit.
Menyusui pertama biasanya berlangsung selama 10-15 menit. Menyusui dari
satu payudara sudah cukup
 Membiarkan bayi melakukan kontak kulit selama 1 jam meski bayi sudah
menyusu
44. Setelah 1 jam, melakukan pemeriksaan fisik bayi neonatus, memberikan salep mata
antibiotik profilaksis, dan penyuntikan vitamin K 1 mg IM pada paha anterolateral kiri
45. Setelah 1 jam penyuntikan vitamin K, memberikan imunisasi Hepatitis B pada paha
anterolateral kanan
 Meletakkan bayi dalam jangkauan ibu sehingga dapat disusui sewaktu-waktu
 Meletakkan bayi pada dada ibu jika bayi beum menyusu pada satu jam
pertama, dan biarkan terbaring hingga berhasil menyusui
46. Melanjutkan pemantauan kontraksi uteri dan mencegah perdarahan vagina
 2-3 kali pada 15 menit pertama setelah persalinan
 Setiap 15 menit pada 1 jam pertama setelah persalinan
 Setiap 20-30 menit pada jam kedua setelah persalinan
 Jika kontraksi uterus tidak adekuat, lakukan tatalaksana pada kasus Atonia
uteri
47. Mengajarkan pada ibu dan keluarga untuk melakukan pijat uteri dan mengevaluasi
kontraksi uteri
48. Mengevaluasi dan memperkirakan jumlah kehilangan darah yang terjadi
49. Memantau nadi ibu dan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam pertama
persalinan dan setiap 30 menit pada jam kedua setelah persalinan
 Menilai suhu ibu setiap jam pada dua jam pertama setelah persalinan
 Melkukan intervensi yang sesuai bila ditemukan kelainan
50. Mengevaluasi kembali bayi dan memantau setiap 15 menit untuk memastikan bayi
bernafas dengan baik (40 – 60 x/menit) dan suhu tubuh normal (36.5-37.5°C)
 Jika bayi mengalami kesulitan bernapas, merintih atau retraksi, lakukan
resusitas! Dan segera rujuk ke rumah sakit
 Jika nafas cepat (takipnea), rujuk segera
 Jika ekstrimitas teraba dingin, pastikan suhu kamar cukup hangat, posisikan
bayi untuk kontak ke kuit ibu dan selimuti ibu dan bayi dengan satu selimut
(KMC)
Kebersihan dan Keamanan
51. Letakkan instrumen pada larutan klorin 0.5% untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci
dan bersihkan peralatan setelah dekontaminasi.
52. Buang bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai (medis dan non
medis)
53. Memebersihkan ibu dengan air steril. Bersihkan sisa cairan amnion, sekret dan darah.
Bantu ibu untuk memakai pakaian bersih dan kering.
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 72

PERSALINAN NORMAL
No LANGKAH/PROSEDUR
54. Memastikan ibu nyaman. Membantu ibu untuk menyusui. Menganjurkan keluarga
untuk memberi ibu makan dan minuman
55. Dekontaminasi tempat tidur bersalin dengan larutan klorin 0.5%
56. Membersihkan sarung tangan yang digunakan di dalam larutan klorin 0.5% dan
merendam secara terbalik selama 10 menit
57. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir
Dokumentasi (Pencatatan)
58. Melengkapi Partograph (depan dan belakang). Memantau tanda vital dan tatalaksana
kala IV
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 73

PERDARAHAN PER VAGINAM


SOAL
Seorang wanita berusia 65 tahun mengeluh keluar darah dari vagina sejak 2 hari yang lalu.
Pasien menikah 2 kali dalam hidupnya. Pasien tidak menstruasi sejak umur 55 tahun. Riwayat
merokok (+).
- Lakukan pemeriksaan tes pap dan tes visual menggunakan asam asetat (inspeksi visual
dengan aplikasi asam asetat/IVA)

PEMBAHASAN
1. Pasang spekulum dan sesuaikan posisinya
2. Pasang spekulum cocor bebek dalam posisi terbuka agar seluruh leher rahim terekspos.
3. Pindahkan lampu/senter agar leher rahim dapat terlihat lebih jelas.
4. Periksa leher rahim apakah terdapat kanker serviks, servisitis, tumor, atau luka.

Apabila ada kecurigaan ke arah kanker serviks, akhiri pemeriksaan, lanjutkan ke


langkah 15 dan seterusnya tanpa melakukan langkah ke 16.
Apabila ditemukan banyak keputihan/ darah, tes pap tidak dapat dilanjutkan dan bila
memungkinkan lanjutkan dengan prosedur pemeriksaan test IVA langkah 8.
5. Ambil apusan serviks.Gunakan spatula (putar 360o), oleskan hasil apusan pada gelas
obyek.
6. Masukkan cytobrush ke dalam kanalis servikalis (putar 180o searah jarum jam), oleskan
hasil apusan dengan memutar cytobrush berlawanan arah jarum jam pada gelas obyek.
7. Masukkan gelas obyek ke larutan fiksasi.
8. Gunakan swab kapas bersih untuk menghilangkan cairan, darah, atau mukosa dari leher
rahim. Buang swab kapas yang telah dipakai ke dalam wadah tahan bocor.
9. Identifikasi ostium uteri, Squamo Columnar Junction, dan zona transformasi.
Bila Squamo Columnar Junction tidak tervisualisasi, pemeriksaan IVA tidak dilanjutkan.
Lanjutkan ke langkah 15, dan seterusnya.
10. Celupkan swab bersih ke dalam cairan asam asetat lalu oleskan pada leher rahim. Buang
swab kapas ke dalam kantung plastik.
11. Tunggu minimal 1 menit agar asam asetat terserap dan tampak perubahan warna putih yang
disebut dengan lesi putih.
12. Memeriksa Squamo Columnar Junction dengan teliti.
 Periksa apakah leher rahim mudah berdarah.
 Cari apakah terdapat plak putih yang tebal dan meninggi (lesi putih).
13. Bila perlu, oleskan kembali asam asetat atau usap leher rahim dengan swab bersih untuk
menghilangkan mukosa, darah atau debris. Buang swab ke dalam kantung plastik.
14. Bila pemeriksaan visual telah selesai, gunakan swab baru untuk menghilangkan sisa cairan
asam asetat dari leher rahim dan vagina. Buang swab ke dalam kantung plastik.
15. Lepaskan spekulum dan lakukan dekontaminasi dengan meletakkan spekulum dalam
larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
16. Lakukan pemeriksaan bimanual
17. Minta ibu untuk duduk, turun dari meja periksa dan berpakaian.
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 74

18. Bersihkan lampu/senter dan alas tempat duduk pasien berturut-turut dengan larutan
klorin 0,5%, cairan deterjen dan air bersih.
19. Rendam sarung tangan dalam keadaan dipakai ke dalam larutan klorin 0,5%. Lepaskan
sarung tangan dengan membalik sisi dalam ke arah luar.
20. Cuci tangan dengan air dan sabun sampai bersih lalu keringkan.
21. Catat hasil tes IVA dan temuan lain pada rekam medis.
 Jika didapatkan lesi putih  gambarkan peta leher rahim dan daerah lesi putih pada rekam
medis.
22. Jelaskan hasil pemeriksaan
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 75

Genitourinaria
Pengantar untuk pengajar
Setelah melalui pos genitourinaria ini, ada beberapa hal yang harus bisa dicapai oleh siswa:
1. Mampu menganalisa infeksi menular seksual.
2. Mampu menganalisa kasus nyeri kolik
3. Mampu menganalisa infeksi menular seksual dan infeksi saluran kemih

Pengantar (10 menit)


Ice breaking + penjelasan singkat kasus yang pernah keluar saat OSCE UKDI
Batu saluran kemih, ISK, IMS, BPH
Sehingga hal yang harus dikuasai setelah melewati pos ini:
Anamnesis dan PF khusus genitourinaria
Penunjang: Urinalisis, BNO-IVP, swab duh

Simulasi dengan Feedback (50 menit)


Pembahasan skenario dilakukan dengan memberi pemicu batu saluran kemih dimana
pengajar berperan sebagai dokter dan peserta sebagai asisten. Pengajar diminta dapat
langsung memberikan feedback atau tambahan selama pembahasan skenario. Selama
pembahasan skenario ini, harus terbahas materi lain yang berkaitan dengan kasus obstruksi
pada genitourinaria (BPH)

Simulasi Peserta (40 menit)


Pembahasan skenario dilakukan dengan memberi pemicu infeksi menular seksual dimana
pengajar berperan sebagai pasien (yang memberikan informasi) dan murid sebagai dokter.
Pengajar terlibat pasif dan tidak langsung memberikan feedback atau tambahan selama
pembahasan skenario. Selama pembahasan skenario ini, harus terbahas materi lain yang
berkaitan dengan kasus infeksi.

Feedback untuk @murid (20 menit)


Pengajar diharap dapat memberi feedback sehubungan dengan skenario kedua dan memberi
kesimpulan singkat.
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 76

OVERVIEW GENITOURINARI
ANAMNESIS
Nyeri
Nyeri yang berasal dari traktus genitourinari biasanya dirasa cukup hebat dan umumnya
berhubungan dengan gejala obstuksi saluran kemih atau adanya inflamasi. Inflamasi pada
sistem GU dirasa sangat hebat bila melibatkan parenkim organ GU, akibat adanya edema dan
distensi kapsula yang menyelubungi organ. Tumor pada sistem GU biasanya tidak
menyebabkan nyeri kecuali terjadi obstruksi atau telah menginfiltrasi saraf pada jaringan
sekitar
Nyeri renal. Biasanya disebabkan distensi akut pada kapsula renalis, akibat inflamasi atau
obstruksi. Nyeri akibat inflamasi memiliki intensitas yang sama, namun nyeri akibat obstruksi
dirasa sebagai nyeri hebat yang hilang timbul. Nyeri pada ginjal juga dapat berhubungan
dengan gejala gastrointestinal atau dari iritasi pada nervus costae.
Nyeri ureter. Biasanya dirasa akut dan sekunder akibat obstruksi. Nyeri dirasa akibat distensi
akut ureter dan diperberat hiperperistaltis dan spasme otot polos ureter.
Nyeri Buli. Biasanya akibat overdistensi buli karena retensi akut atau akibat inflamasi. Nyeri
suprapubik yang dirasa konstan dan tidak berhubungan dengan retensi urin jarang sekali akibat
sistem GU. Kondisi inflamasi buli dirasa sebagai rasa tidak nyaman suprapubik.
Nyeri Prostat. Biasanya sekunder akibat inflamasi denan edema sekunder dan distensi kapsul
prostat.
Nyeri penis. Pada penis flaksid biasanya akibat inflamasi buli atau uretra dengan nyeri menjalar
ke meatus uretra. Nyeri saat penis ereksi mungkin diakibatkan Peyronie disease atau
priapismus.
Nyeri testis. Nyeri primer berasal dari skrotum akibat epididimitis atau torsio akut pada testis
atau apendiks testikular. Nyeri skrotum kronik biasanya berhubungan dengan kondisi
noninfamasi seperti hidrokel atau varikokel, dan nyeri dirasa tumpul, sensasari berat dan tidak
menjalar. Nyeri pada ginjal atau retriperitoneum juga dapat menyebabkan nyeri testis karena
hubungan embriologis yang relatif dekat.

Hematuria
Hematuria adalah kondisi ditemukannya darah pada urin, secara pasti apabila ditemukan lebih
dari 3 RBC/lpb. Perlu diketahui apakah hematuri gross atau mikroskopi, waktu terjadinya
hematuri, hubungannya dengan nyeri, apakah ada bekuan darah (dengan bentuk tertentu).

Lower Urinary Tract Symptoms


Gejala Iritatif. Frekuensi terjadi akibat peningkatan urinary output atau penurunan
kapasitas buli. Nocturia adalah frekuensi yang terjadi malam hari. Frekuensi di siang hari
tanpa nokturia biasanya berhubungan dengan penyebab psikogenik dan berhubungan
dengan kecemasan. Nokturia tanpa frekuensi dapat ditemukan pada pasien dengan CHF.
Disuria adalah nyeri berkemih akibat inflamasi.
Gejala obstruksi. Berkurangnya pancaran urine karena bladder outlet obstruction atau
BPH. Hesitancy dirasa sebagai keterlambatan mikturisi setelah relaksasi sphincter urinari.
Intermittency terjadi aliran urine yang mengalami involuntary start-stopping. Postvoid
dribbling merupakan sisa urine setelah akhir mikturisi. Straining adalah penggunaan otot
abdomen untuk berkemih (mengedan).

Inkontinesia
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 77

Inkontinensia adalah kehilangan urin yang tidak disadari. Dapat dibedakan menjadi continous
incontinence (akibat fistula), stress incontinence (saat terjadi peningkatan tekanan
intraabdomen), urgency incontinence (tidak dapat menahan berkemih), oferflow urinary
incontinence (sekunder akibat retensi urine), enuresis (inkontinensia saat tidur).

Riwayat Penyakit.
Riwayat penyakit sebelumnya dengan sekuel urologi biasanya ditemukan pada pasien DM,
infeksi kronik, hipertensi, gangguan saraf, dan penyakit lainnya. Riwayat penyakit keluarga
yang ditanyakan termasuk penakit genetik seperti adult polycystic kidney disease, tuberous
sclerosis, von Hippel Lindau disease, renal tubular acidosis, and cystinuria. Riwayatkanker
pada keluarga juga perlu diketahui. Riwayat terapi, seperti antihipertensi, psikotropik, dan
lainnya, juga dapat menyebabkan keluhan sistem GU. Selain itu riwayat operasi sebelumnya,
merokok dan konsumsi alkohol, serta alergi merupakan hal lain ang harus ditanyakan saat
anamnesis.

PEMERIKSAAN FISIS
Ginjal. Dipalpasi dengan pasien pada posisi supine, ginjal diangkat dari belakang dengan
tangan yang lain pada sudut kostovertebra (pemeriksaan bimanual).
Buli. Buli normal tidak bisa dipalpasi atau diperkusi hingga setidaknya terdapat 150ml urine
didalamnya. Perkusi lebih baik daripada palpasi untuk mengetahui distensi buli. Dapat juga
dilakukan pemeriksaan bimanual dengan satu tangan di posisi suprapubik, sementara tangan
yang lain pada vagina (perempuan) atau rektum (laki-laki).
Penis. Pada pasien yang tidak disirkumsisi, preputium harus di retraksi untuk melihat
kemungkinan inflamasi pada glans. Sebagian besar kanker penis ditemukan pada pria yang
tidak disirkumsisi dan berawal dari preputium atau glans penis. Meatus uretra dan lapisan
dermatologis penis juga tidak boleh luput dari pemeriksaan.
Skrotum. Dilakukan perabaan testis, epididimis, dan vas deferens. Pemeriksaan dilakukan
menggunakan ujung jari. Apabbila diperlukan, dapat dilakukan pemeriksaan tambahan
seperti transiluminasi untuk melihat massa skrotum padat atau kista.
Rektum dan Prostat. DRE harus dilakukan pada semua pasien pria di atas 40 tahun dan semua
usia yang mengeluhkan keluhan urologi. DRE diwali dengan memisahkan pantat, inspeksi
anus untuk kemungkinan patologi. Kemudian secara perlahan memasukkan jari telunjuk
dengan lubrikasi ke dalam anus. Masukan satu ruas jari di awal untuk merelaksasi anus.
Perkiraan jepitan tonus sfingter ani penting untuk kemungkinan penyakit neurogenik. Setelah
beberapa detik, TSA akan relaks sehingga jari dapat dimasukkan tanpa nyeri berarti. Ujung
jari kemudian menyapu prostat, niai ukuran dan konsistensi serta permukaan prostat. Dinilai
pula mukosa ani apakah teraba kelainan. Bila perlu dapat dilakukan pemeriksaan feses.
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 78

OVERVIEW: INFEKSI MENULAR SEKSUAL


Infeksi menular seksual sering memiliki gambaran yang mirip, sehingga bisa membingungkan.
Berikut adalah penjelasan secara umum beberapa infeksi menular seksual yang sering
ditemukan.

1. Herpes simpleks
- Penyebab : Virus herpes simpleks tipe 1 dan 2
- Penularan :
o HSV tipe 1 : inokulasi secara kebetulan
o HSV tipe 2 : hubungan seksual
- Gejala klinis :
o Infeksi primer : vesikel berkelompok di atas kulit yang eritematosa pada daerah
dekat mukokutan berisi cairan jernih  seropurulen  krusta selama 3
minggu. Disertai gejala sistemik berupa demam, malaise, anoreksia, dan
pembesaran KGB
 HSV tipe 1 : predileksi pinggang ke atas (terutama mulut dan hidung)
 HSV tipe 2 :predileksi pinggang ke bawah (terutama daerah genital)
o Fase laten : tidak ditemukan gejala klinis
o Infeksi rekurens : HSV yang sebelumnya tidak aktif pada ganglion dorsalis
menjadi aktif kembali. Keluhan lokal panas, gatal, dan nyeri, kemudian muncul
vesikel. Infeksi rekurens berlangsung selama 7-10 hari
- Pemeriksaan penunjang
o Antibodi HSV
o Percobaan Tzanck dengan pewarnaan giemsa ditemukan sel datia berinti banyak
dan badan inklusi intranuklear
- Terapi: Asiklovir 5x200mg selama 5 hari

2. Vaginosis bakterial
- Penyebab : Gardnella vaginalis
- Penularan : endogen, kontak seksual
- Gejala klinis :
- Pria : asimtomatik
- Wanita: 50% asimtomatik, bila bergejala sebagai berikut:
o Anamnesis : keputihan berbau amis, iritasi daerah vagina (gatal, rasa terbakar,
merah)
o Tanda : duh warna putih homogen, berbau, eritema pada vagina atau vulva
- Pemeriksaan penunjang
o Sediaan basah : leukosit sedikit, sel epitel banyak, kokobasil kecil-kecil yang
berkelompok, clue cells
o Pewarnaan gram : batang-batang kecil gram negatif, banyak sel epitel dengan
kokobasil
o Tes amin : bau amin (+) setelah sekret vagina diteteskan dengan KOH 10%
o pH : 4,5-5,5
o Kultur: agar casman, protease peptone starch agar
- Terapi: Metronidazol 2x500mg selama 7 hari
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 79

3. Sifilis
- Penyebab : Treponema pallidum
- Penularan : kontak seksual, infeksi jalan lahir
- Gejala klinis :
Sifilis dini
- Sifilis primer (S1)
o masa inkubasi 2-4 minggu
o anamnesis : merah-merah/luka pada genitalia, tanpa gejala konstitusi
o tanda : muncul papul lentikular yang permukaannya segera mengalami
erosi, kemudian menjadi ulkus durum (bulat, soliter, dasarnya jaringan
granulasi kemerahan, bersih, tidak bergaung, berindurasi). Pada pria di sulkus
koronarius, pada wanita di labia minor dan mayor
o sembuh sendiri sekitar 3-10 minggu
o 1minggu setelah lesi menghilang muncul pembesaran KGB inguinal
- Sifilis sekunder (S2)
o anamnesis: anoreksia, penurunan berat badan, malaise, nyeri kepala, demam
yang tidak tinggi, arthralgia. Kelainan kulit tidak spesifik dan umumnya tidak
gatal. Dapat terjadi kelainan pada KGB, mukosa, mata, hepar, tulang, dan
saraf.
o Tanda : Kelainan kulit menyerupai berbagai penyakit (the great imitator:
roseola, papul, pustul, dll).
- Sifilis laten dini
o Gejala klinis (-),infeksi masih ada dan aktif. Tes serologik darah (+), tes CSF (-).
- Sifilis stadium rekuren
o Dapat terjadi secara klinis (kelainan kulit mirip S2) atau serologik (negatif jadi
positif) karna pengobatan yang tidak adekuat.
Sifilis lanjut
- Sifilis laten lanjut
o Tidak menular, pemeriksaan serologik positif.
o Dapat berlangsung hingga bertahun-tahun.
- Sifilis tersier (S3)
o Lesi pertama muncul setalah 3-10 tahun S1
o Anamnesis : kelainan kulit seluruh tubuh, nyeri pada tulang, gangguan GI
o tanda : guma soliter atau multipel (infiltrat sirkumskripkronis, biasany
melunak, dan destruktif). Kulit eritematosa, dapat terjadi perforasi dan keluar
cairan seropurulen, dapat juga disertai jaringan nekrotik. Muncul nodus
tersebar warna merah klecoklatan, dapat menjadi ulkus, bagian yang belum
sembuh dapat tertutup skuama (psoriasiformis). Pembesaran KGB jarang
terjadi. Dapat mengenai mukosa, tulang dan organ dalam.
- Pemeriksaan penunjang
o Pemeriksaan T. pallidum: berwarna putih pada latar gelap di bawah mikroskop
o Tes serologik sifilis (non-treponema  VDRL dan treponemal  TPHA, FTA abs):
 S1 : TSS negatif kemudian menjadi positif rendah
 S2 : TSS positif agak kuat menjadi positif sangak kuat
 S3 : TSS positif lemah atau negatif
o Pemeriksaan radiologis : melihat kelainan pada tulang, dan organ-organ dalam
- Tatalaksana
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 80

- S1/S2:
o Penisilin G benzatin dosis total 4,8juta unit. Diberikan 2,4juta unit/kali setiap
1 minggu IM
o Penisilin G prokain daam akua dosis total 6juta unit. Diberikan 0,6juta
unit/kali setiap hari IM
o PAM (penisilin prokain +2%aluminium monostearat) dosis total 4,8juta unit.
Diberikan 1,2juta unit/kali setiap 3 hari IM
- Sifilis laten :
o Penisilin G benzatin dosis total 7,2juta unit. Diberikan 2,4juta unit/kali setiap
1 minggu IM
o Penisilin G prokain daam akua dosis total 12juta unit. Diberikan 0,6juta
unit/kali setiap hari IM
o PAM (penisilin prokain +2%aluminium monostearat) dosis total 7,2juta unit.
Diberikan 1,2juta unit/kali setiap 3 hari IM
- S3 :
o Penisilin G benzatin dosis total 9,6juta unit. Diberikan 2,4juta unit/kali setiap
1 minggu IM
o Penisilin G prokain daam akua dosis total 18juta unit. Diberikan 0,6juta
unit/kali setiap hari IM
o PAM (penisilin prokain +2%aluminium monostearat) dosis total 9,6juta unit.
Diberikan 1,2juta unit/kali setiap 3 hari IM

4. Ulkus Mole
- Penyebab : Haemophilus ducreyi
- Penularan : kontak seksual
- Gejala klinis :
- masa inkubasi 1-14 hari
- lesi daerah genital multipel (papul vesiko-pustul  ulkus)
o anamnesis : luka pada genital, demam, malese
o tanda : ulkus kecil, lunak, tidak ada indurasi, berbentuk cawan,
pingggir tidak rata, bergaung, dikelilingi halo eritema, sering tertutup
jaringan nekrotik, mudah berdarah, nyeri
- Pemeriksaan penunjang
- Pewarnaan gram :basil berkelompok atau membentuk rantai
- Histopatologik :
o Daerah superficial ulkus : netrofil, fibrin, eritrosit, jaringan nekrotik
o Daerah tengah : pembuluh kapiler darah baru dengan
proliferasi endotel  lumen tersumbat  trombosis
o Daerah dalam : infiltrat padat terdiri dari sel-sel limfoid
- Terapi: Kotrimoksazol 2x960 mg selama 10 hari
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 81

HERPES GENITAL

1 JUDUL Genitourinari - Herpes


2 KOMPETENSI 1) Anamnesis
DIUJIKAN 2) Pemeriksaan fisik/psikiatri
(bold yang 3) Interpretasi data/kemampuan prosedural pemeriksaan
berhubungan) penunjang
4) Penegakan diagnosis dan diagnosis banding
5) Tatalaksana nonfarmakoterapi
6) Tatalaksana farmakoterapi
7) Komunikasi dan edukasi pasien
8) Perilaku professional
3 SKENARIO SKENARIO KLINIK
DAN
Seorang pria 25 tahun, datang dengan keluhan timbul lenting berair
INSTRUKSI
pada kemaluan sejak 2 hari lalu.
PESERTA
TUGAS
1. Lakukan anamnesis pada pasien
2. Lakukan pemeriksaan fisik pada pasien
3. Tentukan pemeriksaan penunjang yang sesuai
4. Tatalaksana farmakologi pada pasien
4 PASIEN
Identitas
Nama Tn Ardi
Usia 25 tahun
Jenis Kelamin Laki-laki
Pekerjaan Supir bus
Status Nikah Sudah menikah
Pendidikan SMP
Keluhan
Keluhan utama Seorang pria 25 tahun, datang dengan keluhan timbul lenting berair
pada kemaluan sejak 2 hari lalu.
Riwayat penyakit sekarang
Anamnesis Seorang pria 25 tahun, bekerja sebagai supir truk antar kota, datang
dengan keluhan timbul lenting berair pada kemaluan sejak 2 hari
yang lalu. Lenting terasa gatal dan panas. Sebelum muncul lenting
sendi terasa nyeri dan badan dirasakan demam. Pada istri pasien
didapatkan timbul lenting di daerah kemaluan. Pasien mengaku
berhubungan seksual dengan PSK sekitar dua minggu lalu ketika
sedang perjalanan ke Surabaya. Menurut pasien kejadian tersebut
baru pertama kali dialaminya.
Pemeriksaan
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 82

PF Keadaan umum : tampak sakit ringan


Tanda vital : TD 110/70 ; N : 90x/menit ; RR : 18x/menit ; S : 37 C
PF umum : teraba pembesaran kelenjar getah bening bilateral pada
lipat paha bilateral
PF genitalia: terdapat lenting berair multiple pada regio genitalia
tersebar merata.

Penunjang Tes Tzanck: ditemukan multinucleated giant cells


5 MANEKIN+ALAT
Manekin (-)
Alat Foto Lesi

PEMBAHASAN
PEMBAHASAN Herpes Genital
A. Anamnesis
- Menyapa pasien dan memperkenalkan diri
- Inform consent bahwa kita akan bertanya, dan apa yang dibicarakan adalah rahasia
medis
- Menanyakan identitas pasien dengan lengkap
- Menanyakan keluhan utama pasien : timbul lenting berair pada kemaluan sejak 2 hari
lalu
- Menanyakan keluhan penyerta:
o Gatal dan panas pada lenting
o Demam sejak sebelum muncul lenting berair
o Nyeri sendi sejak sebelum muncul lenting berair
o Pada istri terdapat keluhan serupa
- Riwayat keluhan serupa: -
- Riwayat pengobatan : -
- Riwayat keluarga : istri mengalami hal serupa
- Review sistem lain : -
- Review singkat anamnesa dan tanya apakah ada yg mau ditanyakan

B. Pemeriksaan fisik
Cuci tangan terlebih dahulu
Periksa keadaan umum : tampak sakit ringan
Periksa tanda vital : TD 110/70 ; N : 90x/menit ; RR : 18x/menit ; S : 37 C
PF umum : teraba pembesaran kelenjar getah bening bilateral pada lipat paha bilateral
PF genitalia: terdapat lenting berair multiple pada regio genitalia tersebar merata.

C. Pemeriksaan penunjang
- Tes Tzanck: ditemukan multinucleated giant cells

D. Pengobatan
Asiklovir 5 x 200mg selama 5 hari
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 83

KOLIK URETER

1 JUDUL GENITOURINARI - BSK


2 KOMPETENSI 1) Anamnesis
DIUJIKAN 2) Pemeriksaan fisik/psikiatri
(bold yang 3) Interpretasi data/kemampuan prosedural pemeriksaan
berhubungan) penunjang
4) Penegakan diagnosis dan diagnosis banding
5) Tatalaksana nonfarmakoterapi
6) Tatalaksana farmakoterapi
7) Komunikasi dan edukasi pasien
8) Perilaku professional
3 SKENARIO SKENARIO KLINIK
DAN
Laki-laki 45 tahun datang dengan keluhan tidak dapat BAK dalam
INSTRUKSI
24 jam terakhir
PESERTA
TUGAS
1. Lakukan anamnesis pada pasien
2. Lakukan pemeriksaan fisik pada pasien
3. Diagnosis pada pasien ini?
4. Lakukan pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan
5. Lakukan rencana tatalaksana dan edukasi pada pasien
4 PASIEN
Identitas
Nama Tn Pardi
Usia 45 tahun
Jenis Kelamin Laki-laki
Pekerjaan Karyawan Pabrik
Status Nikah Sudah Menikah
Pendidikan SLTA
Keluhan
Keluhan utama Laki-laki 45 tahun datang dengan keluhan tidak dapat BAK dalam
24 jam terakhir
Riwayat penyakit sekarang
Anamnesis
Laki-laki 45 tahun datang dengan keluhan tidak bisa BAK dalam 24
jam terakhir. Dia juga mengeluhkan nyeri pinggang kanan yang
hilang timbul sejak 2 hari yang lalu. Nyeri dirasakan menjalar ke
skrotum. Gejala otonom (+). Pasien menyangkal riwayat terbentur
atau jatuh. Pasien mengaku jarang minum air putih, kurang dari 8
gelas dalam sehari. Pekerjaan pasien adalah buruh pabrik. Pasien
mengaku sering minum minuman energi agar tidak cepat lelah.
Pemeriksaan
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 84

PF Keadaan umum : tampak sakit sedang


tanda vital : TD 130/90 ; N : 100x/menit ; RR : 20x/menit ; S : 37 C
PF umum : dbn
Nyeri tekan suprapubik (-), kesan buli-buli kosong
Nyeri ketok CVA

Penunjang Darah rutin, kimia darah, urinalisa, bno-ivp


5 MANEKIN+ALAT
Manekin (-)
Alat Foto BSK

PEMBAHASAN
A. Anamnesis
Melakukan anamnesis umum
Menanyakan keluhan utama pasien : nyeri pinggang kanan hilang timbul sejak 2 hari
Menanyakan keluhan penyerta (tanya yang mengarah ke diagnosis) :
Nyeri pinggang akut hilang timbul yang menjalar dari pinggang kanan belakang
ke skrotum, disertai keringat dingin, mual, muntah
Serangan nyeri berlangsung sekitar satu jam, hilang-timbul
BAK kadang-kadang berwarna merah (-)
BAK berpasir (-)
Passing stone (-)
Riwayat pengobatan : -
Riwayat masuk rumah sakit : -
Riwayat pekerjaan: pekerja pabrik (lingkungan panas)
Riwayat kebiasaan : Jarang minum
Riwayat keluarga : -
Review sistem lain : -
Review singkat anamnesa dan tanya apakah ada yg mau ditanyakan
B. Pemeriksaan fisik
Cuci tangan dulu
Periksa keadaan umum : tampak sakit sedang
Periksa tanda vital : TD 130/90 ; N : 100x/menit ; RR : 20x/menit ; S : 37 C
PF umum :
Nyeri tekan suprapubik (-), kesan buli-buli kosong
Nyeri ketok CVA
Pasien duduk, posisi pemeriksa dari belakang pasien
Tangan kiri di CVA, tangan kanan mengetuk tangan kiri
Lakukan kedua ginjal utk mencari adanya nyeri
C. Diagnosis: kolik ureter e.c. batu ureter kanan distal
Diagnosis banding:
Kolik renal e.c. nefrolithiasis
Kolik ureter e.c. batu ureter kanan proksimal

D. Pemeriksaan Penunjang:
Lab Hasil Rujukan
Darah Rutin
Hemoglobin (g/dL) 14 13-16
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 85

Hematocrit (%) 50 40-54


Leukosit (sel/uL) 9500 5000-10000
Trombosit (/uL) 375000 150000-400000
Kimia Darah
Ureum 20 20 - 40
Kreatinin 1.0 0.5 – 1.5
Asam urat 9.8 <7
Urinalisis
Warna Kuning jernih Kuning jernih
Protein + -
Glukosa - -
Keton - -
Leukosit 4/lpb 0-4
Eritrosit 2/lpb 0-1
Sedimen Kristal asam urat -

E. Tata laksana dan edukasi


- Bila batu di atas 10 mm: bedah/ESWL (tergantung letak dan ukuran batu)
- MET (medical expulsive therapy) efektif untuk batu di bawah 5 mm (guideline Batu
Saluran Kemih IAUI 2007). MET dicoba enam minggu (guideline Batu Saluran
Kemih IAUI 2007).
- alpha-1 selective blocker (tamsulosin 0,4 mg PO 1x/hari)
- analgesik untuk mengatasi nyeri (umumnya ibuprofen 400 mg PO tiap 8 jam atau
paracetamol 500mg tab prn)
- Edukasi :
- Tingkatkan intake cairan (>8 gelas tiap hari) untuk mencapai urin >2 l/24 jam
- Hindari konsumsi jeroan, garam, dan protein berlebih
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 86

Musculoskeletal system
Pengantar untuk murid (10 menit)
Ice breaking + penjelasan singkat kasus yang pernah keluar saat OSCE UKDI
1. Fraktur
2. Sprain, strain
3. Osteoarthritis dan keluhan pada sendi lainnya
Sehingga hal yang harus dikuasai setelah melewati pos ini:
1. Anamnesis dan PF khusus muskuloskeletal
2. Penunjang: Gambaran radiologi pada tiap kasus
3. Penatalaksanaan: Pembidaian, RICE

Simulasi dengan Feedback (50 menit)


Pembahasan skenario dilakukan dengan memberi pemicu fraktur dimana pengajar berperan
sebagai dokter dan peserta sebagai asisten. Pengajar diminta dapat langsung memberikan
feedback atau tambahan selama pembahasan skenario. Selama pembahasan skenario ini,
harus terbahas materi lain yang berkaitan dengan kasus trauma pada muskuloskeletal
(seperti, sprain-strain)

Simulasi Peserta (40 menit)


Pembahasan skenario dilakukan dengan memberi pemicu pembengkakan sendi dimana
pengajar berperan sebagai pasien (yang memberikan informasi) dan murid sebagai dokter.
Pengajar terlibat pasif dan tidak langsung memberikan feedback atau tambahan selama
pembahasan skenario. Selama pembahasan skenario ini, harus terbahas materi lain yang
berkaitan dengan kasus arthritis.

Feedback untuk @murid (20 menit)


Pengajar diharap dapat memberi feedback sehubungan dengan skenario kedua dan
memberi kesimpulan singkat.

Share periode sebelumnya


Oleh Hendra T
Untuk kasus trauma, langsung aja ABCDE. Biasanya gw yg kasi contoh, kalo ngga pasti
kelamaan karena murid2nya cuma ha he ha he doang. Jelasin prinsip2nya aja. Termasuk
waktu pasang bidai, prinsipnya apa aja yg penting (eg. hrs lewat 2 sendi, bidai harus yg
kuat/keras, kasi padding, etc)
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 87

OVERVIEW MATERI SISTEM MUSKULOSKELETAL

CEDERA
Cedera bisa terjadi pada integumen, otot dan rangka akibat suatu aktivitas. Tanda akut cedera
adalah tanda respon paradangan tubuh berupa tumor ( pembengkakaan), kalor (peningkatan
suhu), rubor (warna merah), dolor (nyeri) dan functio laesa (penurunan fungsi).

Penilaian dan Penanganan Awal (Primary Survey)


Untuk kasus trauma, penanganan pasien tidak mengikuti urutan anamnesis-PF-penunjang-diagnosis-
terapi, tetapi menggunakan algoritma ATLS. Selalu mulai dari primary survey (ABCDE), yang kemudian
dilanjutkan dengan secondary survey (anamnesis dan head-to-toe examination).
Airway & C-Spine control
 Look-feel-listen untuk melihat adanya gangguan sumbatan jalan napas. Bila perlu pasang SaO2
 Stabilisasi C-Spine dengan neck collar (terutama bila dicurigai trauma cervical)
 Pada pasien ini, pasien masih dapat merespon dengan suara  airway clear
Breathing & Ventilation Control
 Lihat frekuensi napas dan kualitas pernapasan, jejas di dada, serta simetris/tidaknya dinding
dada.
 Pada pasien, frekuensi napas 20 kali/menit, adekuat, hemithoraks kiri dan kanan simetris
baik inspirasi maupun ekspirasi
Circulation & Hemorrhagic Control
 Nilai denyut nadi, tekanan darah, dan kualitas denyut nadi. Nilai tanda-tanda perdarahan
 Pada pasien, frekuensi nadi 120 kali/menit, lemah, TD 80/palpasi.  tanda-tanda syok
 Pada pasien syok :
o Ganti cairan yang hilang dengan memasang IV line 2 jalur dengan jarum besar, bolus
kristaloid secepatnya
o Evaluasi ulang setelah tindakan dilakukan
Disability
 Dilakukan pemeriksaan GCS, serta pemeriksaan neurologis cepat, seperti pupil, tanda
lateralisasi, atau level cedera spinal.
 Pada pasien, didapatkan GCS 14. Refleks cahaya +/+. Pada lokasi cedera, tidak didapatkan
kelainan neurologis (motorik di distal cedera masih baik)
Exposure/Environmental Control
 Buka seluruh pakaian pasien, periksa apakah ada cedera lain yang tersembunyi.
 Cegah hipotermia
 Pada pasien, tidak ditemukan cedera lain
Selalu periksa ulang secara berkala ABCDE pasien, lihat respon pasien terhadap terapi.

Tindakan Lanjutan (Secondary Survey)


Secondary survey dilakukan setelah primary survey selesai (setelah dilakukan resusitasi). Secondary
survey mencakup anamnesis, pemeriksaan menyeluruh/head-to-toe examination (termasuk re-
evaluasi tanda vital), finger and tube in every orifice, dan pemeriksaan/konsultasi lanjutan.
Anamnesis
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 88

 Diperlukan anamnesis singkat yang terarah. Setidaknya mencakup AMPLE :


o A : Allergy
o M : Medication (obat yang diminum saat ini, termasuk apakah sedang konsumsi
alkohol/narkoba)
o P : Past illness (riwayat penyakit dahulu/penyerta)
o L : Last meal (berkaitan dengan operasi dan prosedur lain yang berkaitan dengan
pengosongan lambung)
o E : Event/environment (lingkungan yang berhubungan dengan kejadian/mekanisme
terjadinya trauma) --> pasien pengendara sepeda motor, tertabrak mobil dari depan,
kaki kanan membentur pembatas jalan, memakai helm, tidak mudah maupun
pingsan
Head-to-toe examination & finger and tube in every orifice
 Periksa ulang keadaan umum dan tanda vital
 Periksa kepala, maksilofasial, vertebra, toraks (anterior dan posterior), abdomen (anterior dan
posterior), perineum dan rektum, muskuloskeletal, dan neurologis --> tampak deformitas di
paha kanan, tapi tidak ada luka terbuka
 Bila pasien tidak sadar, pasang NGT dan kateter urin. Bila perlu pasang monitor lain seperti
pulse oxymetry, EKG, dan tekanan darah
Pemeriksaan/Konsultasi Lanjutan
Apabila telah stabil, dapat diminta pemeriksaan penunjang, yang dalam kasus ini dapat
berupa pemeriksaan darah lengkap + crossmatch, dan foto femur AP/Lateral.

JENIS CEDERA DAN PENANGANANNYA


Memar (Contusio)
Memar adalah keadaan cedera yang terjadi pada jaringan ikat dibawah kulit. Memar biasanya
diakibatkan oleh benturan atau pukulan pada kulit. Jaringan di bawah permukaan kulit rusak
dan pembuluh darah kecil pecah, sehingga darah dan cairan seluler merembes ke jaringan
sekitarnya. Timbulnya pendarahan didaerah yang terbatas disebut hermatoma
Penanganan Cedera Memar
1. Kompres dengan es selama 12-24 jam untuk menghentikan pendarahan kapiler.
2. Istirahat untuk mencegah cedera lebih lanjut dan mempercepat pemulihan jaringan-
jaringan
lunak yang rusak.
3. Hindari benturan di daerah cedera pada saat latihan maupun pertandingan berikutnya.

Cedera pada Otot atau Tendo dan Ligamen


Sprain
Sprain adalah cedera pada ligamentum, terjadi karena stress berlebihan yang mendadak atau
penggunaan berlebihan yang berulang-ulang dari sendi. Ada tiga tingkatan, yaitu:
a) Sprain Tingkat I
Beberapa serabut yang putus, rasa nyeri tekan, pembengkatan di daerah tersebut.
b) Sprain Tingkat II
Serabut dari ligamentum yang putus lebih banyak. Cedera menimbulkan rasa sakit, nyeri
tekan, pembengkakan, efusi, (cairan yang keluar) dan biasanya tidak dapat menggerakkan
persendian.
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 89

c) Sprain Tingkat III


Seluruh ligamentum putus, sehinnga kedua ujungya terpisah. Persendian yang
bersangkutan merasa sangat sakit, terdapat darah dalam persendian, pembekakan, tidak
dapat bergerak seperti biasa, dan terdapat gerakan–gerakan yang abnormal.
Strain
Strain adalah kerusakan pada suatu bagian otot atau tendo karena penggunaan yang
berlebihan ataupun stress yang berlebihan. Ada tiga tingkatan
a) Strain Tingkat I
Pada strain tingkat I, terjadi regangan yang hebat, tetapi belum sampai terjadi robekan
pada jaringan otot maupun tendon.
b) Strain Tingkat II
Pada strain tingkat II, terdapat robekan pada otot maupun tendon. Tahap ini
menimbulkan rasa nyeri dan sakit sehingga terjadi penurunan kekuatan otot.
c) Strain Tingkat III
Pada strain tingkat III, terjadi robekan total pada unit musculo tendineus. Biasanya hal ini
membutuhkan tindakan pembedahan, kalau diagnosis dapat ditetapkan. Adapun strain
dan sprain yang mungkin terjadi dalam cabang olahraga renang yaitu punggung, dada,
pinggang, bahu, tangan, lutut, siku, pergelangan tangan dan pergelangan kaki.
Penanganan Strain dan Sprain
(a) Sprain/strain tingkat satu
Pada keadaan ini, bagian yang mengalami cedera cukup diistirahatkan untuk memberi
kesempatan regenerasi.
(b) Sprain/strain tingkat dua
Lakukan prinsip RICE (Rest, Ice, Compession and Elevation).
 Tindakan istirahat yang dilakukan sebaiknya dalam bentuk fiksasi dan imobilisasi
(suatu tindakan yang diberikan agar bagian yang cedera tidak dapat digerakan) dengan
cara balut tekan, spalk maupun gibs. Tindakan imobilisasi dilakukan selama 3-6
minggu.
 Terapi dingin yang dilakukan dilakukan pada fase awal cedera. Pada fase lanjut terapi
dingin digantikan dengan terapi panas. Pada keadaan subkronis dimana tanda tanda
peradangan sudah menurun dilakukan terapi manual berupa massage. Pada fase akhir
dapat dilakukan terapi latihan untuk memaksimalkan proses penyembuhan.
(c) Sprain/strain tingkat tiga
Pertolongan pertama dengan metode RICE dan segera diikirim kerumah sakit untuk dijahit
dan menyambung kembali robekan ligamen, otot maupun tendon.

Dislokasi
Dislokasi adalah terlepasnya sebuah sendi dari tempatnya yang seharusnya. Dislokasi
yang sering terjadi adalah dislokasi di bahu, ankle (pergelangan kaki), lutut dan panggul.
Penanganan Dislokasi
Prinsip dasar penanganan dislokasi adalah reposisi. Reposisi pada keadaan akut (beberapa
saat setelah cedera sebelum terjadinya respon peradangan) dapat dilakukan dengan lebih
mudah. Penanganan yang dilakukan pada saat terjadi dislokasi adalah melakukan reduksi
ringan dengan cara menarik persendian yang bersangkutan pada sumbu memanjang. Setelah
reposisi berhasil dilakukan, sendi tersebut difiksasi selama 3-6 minggu untuk mengurangi
resiko terjadinya dislokasi ulang.
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 90

Patah Tulang (Fraktur)


Patah tulang adalah suatu keadaan yang mengalami keretakan, pecah atau patah, baik
pada tulang maupun tulang rawan. Berdasarkan tampak tidaknya jaringan dari bagian luar
tubuh, patah tulang dibagi menjadi:
1. Patah tulang terbuka: fragmen tulang melukai kulit diatasnya dan tulang keluar.
2. Patah tulang tertutup: fragmen tulang tidak menembus permukaan kulit.
Penanganan Patah Tulang
Penderita harus segera direposisi oleh tenaga medis secepat mungkin dalam waktu kurang
dari lima belas menit, sebelum terjadi respon peradangan jaringan lunak yang dapat
mengganggu proses reposisi. Setelah dilakukan reposisi bagian yang mengalami patah tulang
kemudian difiksasi dengan spalk balut tekan untuk mempertahankan kedudukan yang baru,
serta menghentikan perdarahan.

Pemasangan Bidai
 Informed consent pemasangan bidai untuk mencegah deformitas dan cedera jaringan lunak
lebih lanjut sebelum dirujuk
 Pasien diberikan analgetik
 Buka pakaian pasien
 Cek neurovaskular distal pada lengan kanan dan kiri, bandingkan keduanya
 Tutup luka (bila ada) dengan balutan steril
 Prinsip pembidaian menggunakan 2-3 buah spalk/papan yang mencakup 2 buah sendi yang
berhubungan dengan tulang yang patah. Pilih ukuran bidai yang sesuai dengan ekstremitas
yang trauma. Pasang bantalan di atas tonjolan tulang.
 Bidai ekstremitas pada posisi yang ditemukan pulsasi distalnya. Bila tidak ada, coba luruskan
ekstremitas. Traksi secara hati-hati dan pertahankan sampai bidai terpasang.
 Bidai dipasang pada ekstremitas yang telah lurus, namun jangan meluruskan secara paksa.
Fiksasi dengan kassa gulung atau elastic bandage.
 Periksa kembali neurovaskular distal, dan bandingkan dengan sisi kontralateralnya
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 91

SENDI
Sistim muskuloskeletal terdiri dari tulang, sendi, otot dan saraf. Kelainannya dapat berupa :
1. Kongenital dan kelainan perkembangan
2. Infeksi dan inflamasi
3. Arthritis dan kelainan rematik
4. Disfungsi metabolik dan degenerasi
5. Tumor dan lesi yang mirip dengan tumor
6. Gangguan sensoris dan kelemahan otot
7. Cedera dan gangguan mekanis yang terjadi
Gejala yang timbul umumnya adalah :
1. Nyeri
2. Kekakuan sendi
3. Bengkak
4. Kelainan bentuk (deformitas)
5. Gangguan sensibilitas
6. Gangguan fungsi

Anamnesis
Tujuan dari anamnesis adalah mengumpulkan data untuk menegakkan diagnosis kerja sambil
menyingkirkan diagnosis banding yang mungkin. Pada kasus, pasien datang dengan nyeri sendi.
Beberapa diagnosis yang mungkin: osteoarthritis, rheumatoid arthritis, gout arthritis, septic arthritis.
Perlu ditanyakan karakteristik yang mendalam mengenai nyeri sendi untuk menyingkirkan diagnosis
banding tersebut.
 Osteoartritis: nyeri bersifat kronik, umumnya bilateral, umumnya mengenai sendi-sendi
penopang beban (lutut, pinggang, tulang belakang, jari), tidak ada tanda-tanda radang,
memberat dengan aktivitas, kaku di pagi hari <30 menit, pasien kesulitan berjalan dan
beraktivitas
 Artritis rematoid: nyeri bersifat kronik, menyerang sendi-sendi kecil, ada tanda-tanda radang
(merah, bengkak), kaku di pagi hari >1 jam, ada gejala sistemik (demam, malaise)
 Artritis gout: nyeri bersifat akut, intensitas berat, umumnya menyerang sendi ibu jari kaki,
bersifat unilateral, ada tanda-tanda radang, bisa dipicu oleh makanan
 Artritis septik: nyeri bersifat akut, intensitas berat, unilateral, ada tanda-tanda radang, ada
riwayat trauma ke sendi yang bersangkutan

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik sebenarnya mulai dilakukan saat melihat pasien dengan mengobservasi
tampilan, postur dan cara berjalan. Pemeriksaan terdiri dari pemeriksaan keadaan umum dan
lokal.
 Keadaan Umum
o Perhatikan habitus dan postur pasien, cara berjalan
o Obesitas dan instabilitas postural berhubungan dengan osteoartritis
 Tanda Vital
o Umumnya dalam batas normal.
o Mungkin ada peningkatan frekuensi nadi karena nyeri, serta demam
 Status Generalis
o Cari penyakit di organ lain yang mungkin terlibat, seperti ginjal pada nefropati gout (ada
edema, JVP meningkat, asites) dan sebagainya
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 92

o Umumnya dalam batas normal


Pemeriksaan lokal ( dimulai dari sisi yang sehat) terdiri dari :
Inspeksi : LOOK ( skin, shape, position )
- Kulit : parut luka (scar), perubahan warna dan lipatan kulit abnormal
- Shape / bentuk : bengkak, wasting, benjolan, bentuk tulang bengkok
- Posisi : berbagai kelainan sendi dan lesi saraf mengakibatkan deformitas yang khas.
Ingat ekstremitas memiliki 3 dimensi, sehingga carilah deformitas dalam 3 bidang.
Palpasi : FEEL (skin, soft tissues, bone and joints)
- Kulit : hangat/dingin, lembab/kering, sensoris normal/abnormal
- Jaringan lunak : benjolan, pulsasi
- tulang dan sendi : bentuk luar, penebalan sinovial, cairan sendi
- Nyeri tekan : selalu penting dan sering kali diagnostik bila terlokalisir
Gerak : MOVE (aktif, pasif, abnormal)
- Aktif : minta pasien untuk menggerakkan sendi dan periksa kekuatannya
- Pasif : catat lingkup gerak sendi pada setiap bidang gerak fisiologis
- Abnormal ? : stabilitas gerak sendi
TEST KHUSUS :
- Pemeriksaan ini khusus untuk daerah tertentu dengan keunikan tertentu

o Inspeksi :
 Perhatikan ada tidaknya DOTS (Deformitas, Open wound/luka terbuka, Tumor,
Swelling/bengkak dan tanda radang lainnya)
o Palpasi
 Perhatikan ada tidaknya nyeri, panas, bengkak, fluktuasi/efusi, dan krepitasi
 Periksa fungsi neuro-vaskular di distal lesi. Periksa motorik dan sensorik untuk
fungsi saraf, dan denyut nadi yang untuk menilai vaskularisasi
o Gerakan
 Perhatikan ROM sendi, baik secara aktif maupun pasif. Bandingkan dengan sendi
yang sehat
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 93

FRAKTUR

JUDUL MUSKULOSKELETAL-Fraktur
KOMPETENSI 1) Anamnesis
DIUJIKAN 2) Pemeriksaan fisik/psikiatri
(bold yang 3) Interpretasi data/kemampuan prosedural pemeriksaan
berhubungan) penunjang
4) Penegakan diagnosis dan diagnosis banding
5) Tatalaksana nonfarmakoterapi
6) Tatalaksana farmakoterapi
7) Komunikasi dan edukasi pasien
8) Perilaku professional
SKENARIO SKENARIO KLINIK
DAN Tn. Nur Kholid, 39 thn, dibawa oleh petugas PT. Kereta Api ke IGD
INSTRUKSI RSCM. Tungkai kanannya terasa nyeri tidak bisa digerakkan setelah
PESERTA membentur peron kereta api. Ia datang dengan tungkai kanannya
dibidai.
TUGAS
Lakukan penilaian awal dan penanganan awal pada pasien!
Tentukan tindakan lanjutan pada pasien!
Peragakan pemasangan bidai!
PASIEN
Identitas
Nama Tn Nur Kholid
Usia 39 thn
Jenis Kelamin Laki-laki
Pekerjaan Tukang sablon
Status Nikah Sudah menikah
Pendidikan SLTA
Keluhan
Keluhan utama Tn. Nur Kholid, 39 thn, dibawa oleh petugas PT. Kereta Api ke IGD
RSCM. Tungkai kanannya terasa nyeri tidak bisa digerakkan setelah
membentur peron kereta api. Ia datang dengan tungkai kanannya
dibidai.
Riwayat penyakit sekarang
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 94

Riwayat Tn. Nur Kholid adalah seorang penumpang kereta api. 2 jam sebelum
Kejadian datang ke rumah sakit, Saat berada di bekasi, pasien melihat seorang
nenek yang juga penumpang kereta api mengalami kesulitan waktu
hendak turun dari kereta api. Dengan bermaksud menolong, pasien
mengangkat nenek itu dan juga semua tas dan perlengkapannya. Saat
itu kaki kanan Tn. Nur Kholid tersangkut salah satu tas nenek itu
sementara kereta sudah mulai berjalan. Pada waktu kereta berjalan
pelan, dan tungkai kanan tn. Nur Kholid masih menjulur keluar kereta,
saat itulah tungkai kanannya terbentur peron kereta. Ia mengeluh
terluka dibawah lutut kanannya. Ia juga mengeluh nyeri dan sulit
digerakkan pada tungkai kanannya. Tidak ada keluhan pada bagian
tubuh yang lain. Selama kejadian pasien sadar penuh. Oleh petugas
kereta api, lukanya dibalut dan dibidai kemudian dibawa ke RSCM.
Riwayat Lain Riwayat sebelumnya
Pasien tidak merokok dan tidak mengkonsumsi alcohol.
Riwayat alergi, pengobatan maupun operasi sebelumnya tidak ada.
Kehidupan social
Pasien bekerja sebagai tukang sablon. Pendidikan terakhirnya ialah
SMA. Pasien telah menikah dan semua keluarganya di Jawa Tengah

Pemeriksaan Fisik
Survey Primer
Survey primer dalam batas normal
Jalan nafas bebas, pernafasan spontan dengan frekuensi nafas 22x tiap
menit, sirkulasi baik dengan akral hangat, denyut nadi 88x tiap menit,
dan tekanan darah 120/80 mmHg. Pasien sadar penuh.
Survey
Survey sekunder
Sekunder
Kepala : tidak terdapat deformitas
Dada : tidak terdapat memar, luka, simetris dalam statis dan dinamis
Jantung : BJ I dan II normal
Paru : sonor, vesikuler
Abdomen: datar,jejas (-), lemas, BU (+) normal
Status Lokalis Region cruris dextra
L : tampak luka pada proksimal kruris sebelah medial ukuran 2 x 1 x 1
cm,
Tampak fragmen tulang, bengkak (+), deformitas (+)
F : nyeri (+), pulse a. tibialis post dan a. doralis pedis (+), CRT <2”,
sensorik
normal
M : terbatas karena nyeri
MANEKIN+ALAT
Manekin (-)
Alat Bidai
Foto penunjang
Basic life support kit
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 95

PEMBAHASAN
Pemeriksaan Fisik
Survey primer dalam batas normal
Jalan nafas bebas, pernafasan spontan dengan frekuensi nafas 22x tiap menit, sirkulasi baik
dengan akral hangat, denyut nadi 88x tiap menit, dan tekanan darah 120/80 mmHg. Pasien
sadar penuh.
Survey sekunder
Kepala : tidak terdapat deformitas
Dada : tidak terdapat memar, luka, simetris dalam statis dan dinamis
Jantung : BJ I dan II normal
Paru : sonor, vesikuler
Abdomen: datar,jejas (-), lemas, BU (+) normal
Status lokalis:
Region cruris dextra
L : tampak luka pada proksimal kruris sebelah medial ukuran 2 x 1 x 1 cm,
Tampak fragmen tulang, bengkak (+), deformitas (+)
F : nyeri (+), pulse a. tibialis post dan a. doralis pedis (+), CRT <2”, sensorik
normal
M : terbatas karena nyeri
Intruksi
 Gunakan informasi ini untuk menyusun kembali hipotesis anda.
 Pemeriksaan apa yang ingin anda kerjakan untuk mendukung hipotesis anda? Berikan
alasannya!

Peragakan pemasangan bidai!


Karena ada fraktur tertutup femur dekstra, pada pasien ini harus dipasang bidai.
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 96

Pemasangan Bidai
 Informed consent pemasangan bidai untuk mencegah deformitas dan cedera jaringan lunak
lebih lanjut sebelum dirujuk
 Pasien diberikan analgetik
 Buka pakaian pasien
 Cek neurovaskular distal pada lengan kanan dan kiri, bandingkan keduanya
 Tutup luka (bila ada) dengan balutan steril
 Prinsip pembidaian menggunakan 2-3 buah spalk/papan yang mencakup 2 buah sendi yang
berhubungan dengan tulang yang patah. Pilih ukuran bidai yang sesuai dengan ekstremitas
yang trauma. Pasang bantalan di atas tonjolan tulang.
 Bidai ekstremitas pada posisi yang ditemukan pulsasi distalnya. Bila tidak ada, coba luruskan
ekstremitas. Traksi secara hati-hati dan pertahankan sampai bidai terpasang.
 Bidai dipasang pada ekstremitas yang telah lurus, namun jangan meluruskan secara paksa.
Fiksasi dengan kassa gulung atau elastic bandage.
 Periksa kembali neurovaskular distal, dan bandingkan dengan sisi kontralateralnya
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 97

Pembengkakan Sendi

1 JUDUL MUSKULOSKELETAL-Pembengkakan Sendi


2 KOMPETENSI 1) Anamnesis
DIUJIKAN 2) Pemeriksaan fisik/psikiatri
(bold yang 3) Interpretasi data/kemampuan prosedural pemeriksaan
berhubungan) penunjang
4) Penegakan diagnosis dan diagnosis banding
5) Tatalaksana nonfarmakoterapi
6) Tatalaksana farmakoterapi
7) Komunikasi dan edukasi pasien
8) Perilaku professional
3 SKENARIO SKENARIO KLINIK
DAN
INSTRUKSI Pasien wanita usia 18 tahun dengan keluhan nyeri dan bengkak pada
PESERTA daerah lutut kiri sejak 4 bulan SMRS.
TUGAS
1. Lakukan anamnesis pada pasien!
2. Lakukan pemeriksaan fisik pada pasien!
3. Tentukan diagnosis kerja dan diagnosis banding pada pasien!
4. Tentukan pemeriksaan penunjang
4 PASIEN
Identitas
Nama Nn Wati
Usia 18 tahun
Jenis Kelamin Perempuan
Pekerjaan Mahasiswi
Status Nikah Belum Menikah
Keluhan
Keluhan utama Pasien wanita usia 18 tahun dengan keluhan nyeri dan benkak pada
daeqarh lutut kiri sejak 4 bulan SMRS.
Riwayat penyakit sekarang
Riwayat Riwayat Penyakit Sekarang
Penyakit Pada anamnesis, pasien menjelaskan tidak ada riwayat trauma pada
daerah lutut.nafsu makan menurun tetapi berat badan relatif
menetap.
Riwayat Penyakit Dahulu
Tidak ada riwayat yang spesifik.
Riwayat Penyakit Keluarga
Bibi pasien menderita kanker payu dara dan sudah diobati. Saat ini
dalam kondisi yang baik.
Riwayat Pengobatan
Riwayat pergi ke tukang urut (+).
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 98

Pemeriksaan Pada pemeriksaan status generalis didapatkan keadaan umum pasien


Fisik baik.Berat badan pasien 40 kg, tinggi 155 cm, periksaan paru-paru
tidak didaptkan kelainan,tekanan darah,pulsasi dan temperatur serta
respiratory rate dalam batas normal.
Pada status lokalis regio genu sinistra :
Look : bengkak (+),ukuran lingkaran 34 cm ( 32 cm pada sisi yang
sehat),venektasi (-)
Feel : lebih hangat,batas tidak tegas, nyeri tekan (+), konsistensi
padat.
Move : terbatas karena nyeri In local status examination (the R knee
region):
Pemeriksaan Hasil laboratorium :
Penunjang - Hb : 11,1 gr %
- Leukosit : 7.800/ul
- LED : 30 mm/hour
- Enzyme Serum Alkali Phosphatase (SAP) 278 (0-270)
- Enzyme Lactic Dehydrogenase (LDH) 351 (100-190)
Hasil pemeriksaan Plain X-ray: cor dalam batas norma, pulmo
kesan metastasis

Tambahan Pasien menjalani pemeriksaan histopatologi untuk konfirmasi


diagnosis.
Hasil FNAB : GCT of the bone dengan kecurigaan ada fokus
keganasan.
Core biopsy : sesuai dengan Giant Cell Tumor of the Bone.

PEMBAHASAN
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan status generalis didapatkan keadaan umum pasien baik.Berat badan pasien 40 kg,
tinggi 155 cm, periksaan paru-paru tidak didaptkan kelainan,tekanan darah,pulsasi dan temperatur
serta respiratory rate dalam batas normal.
Pada status lokalis regio genu sinistra :
Look : bengkak (+),ukuran lingkaran 34 cm ( 32 cm pada sisi yang sehat),venektasi (-)
Feel : lebih hangat,batas tidak tegas, nyeri tekan (+), konsistensi padat.
Move : terbatas karena nyeri In local status examination (the R knee region):
Pemeriksaan Penunjang
Hasil laboratorium :
- Hb : 11,1 gr %
- Leukosit : 7.800/ul
- LED : 30 mm/hour
- Enzyme Serum Alkali Phosphatase (SAP) 278 (0-270)
- Enzyme Lactic Dehydrogenase (LDH) 351 (100-190)
Hasil pemeriksaan Plain X-ray: cor dalam batas normal, pulmo kesan metastasis
Instruksi :
 Apa makna informasi di atas bagi saudar dalam mempertajam diagnosis anda
 Apa pemeriksaan penunjang lebih lanjut yang saudara usulkan
Progress
Pasien menjalani pemeriksaan histopatologi untuk konfirmasi diagnosis.
Hasil FNAB : GCT of the bone dengan kecurigaan ada fokus keganasan.
Core biopsy : sesuai dengan Giant Cell Tumor of the Bone.
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 99

Hematology/Oncology
PENGANTAR
 KASUS PERNAH ADA: Malaria, anemia, HIV dan keganasan payudara
 PERLU MEMPELAJARI: Cara menghadapi pasien curiga anemia, cara menghadapi
pasien dengan gangguan pembekuan darah, cara baca dan menjelaskan darah
perifer lengkap, apusan malaria, diagnosis HIV, pemeriksaan SADARI, kecurigaan
leukemia

Pengantar untuk pengajar


Setelah melalui pos Hematology/Oncology ini, ada beberapa hal yang harus bisa dicapai
oleh siswa:
1. Mampu menganalisa kasus anemia.
2. Mampu melakukan pendekatan terhadap keluhan demam
3. Mampu melakukan pendekatan terhadap kasus keganasan secara umum
3. Mampu melakukan interpretasi lab darah

Share periode sebelumnya:


Oleh Lucyana
Bikin kasusnya sevariatif mungkin dan kasih muridnya cara berpikir yang sistematis waktu
anamnesis karena ada tuh murid yang sama sekali kaku nanyanya bahkan sambil liat buku
panduan PADI.. cuma ngapalin format doang. so usahakan setiap kasus yang anamnesis
ujiannya, mulai pendekatan dari keluhan utama, sampe kemungkinan, gimana cara menDD
dll. intinya framework

Di pos ini pasti HAUS, karena isinya ngomong doang, pemeriksaan fisiknya ga terlalu
menonjol. so siapkan diri bagi yang akan mengajar di pos ini. selain itu karena pos
anamnesis yang khas ya pastiya soal anamnesis yang baik, gimana kasi contoh
profesionalitas, mikir cepet mulai dari KU sampe PF sampe diagnosis dan kasi resep. oh dan
satu lagi: pos ini so far dari yang gw ajar paling komprehensif. secara soalnya IPD dari ujung
rambut sampe kaki. PFnya sih yang penting aja, tapi tetap aja harus ada diagnosis dan DD
(yang katanya minimal 3 biji) + kasi terapi non farmako dan farmako, which means siap juga
buat kasi edukasi pasien terkait penyakit doi..

Berdasarkan review murid


Banyak keluhan dari murid bahwa pos hematologi-onkologi dan metabolik-endokrin ini
adalah pos yang sulit dimengerti dan kurang menarik. Kemungkinan karena memang di pos
ini tidak ada action-nya dan lebih banyak ngomong. Justru, ini adalah kesempatan yang
bagus untuk mengajarkan mereka cara anamnesis dan memberikan edukasi.

Suruh mereka untuk praktikkan cara mengedukasi pasien


Buku OSCE Pengajar PADI -- November 100

Selain itu, karena station ini sarat dengan hasil lab, maka Anda bisa ajarkan cara
menjelaskan hasil lab kepada pasien. Contoh: “nah, nilai Hb ibu rendah nih. Hb ini kalau
rendah kita sebut sebagai anemia atau kurang darah. Mungkin ibu pernah dengar di iklan-
iklan tipi? Nah seperti itu kira-kira,” atau “ibu sudah menjalani pemeriksaan hormon tiroid
dan ternyata hasilnya tinggi. Hormon tiroid ini adalah hormon yang diproduksi di kelenjar
gondok yang di leher. Fungsinya untuk mengatur metabolisme tubuh. Karena pada ibu
produksinya berlebih, akibatnya menimbulkan gejala-gejala seperti yang ibu alami:
keringetan, berdebar-debar”

Trust me, it can be fun. Mereka belom merasakan edukasi beneran kepada pasien dalam
kehidupan nyata, so they will really appreciate it if you show them how to do it smoothly.

ANEMIA

1 JUDUL HEMATO/ONKO - ANEMIA


2 KOMPETENS 1) Anamnesis
I DIUJIKAN 2) Pemeriksaan fisik/psikiatri
(bold yang 3) Interpretasi data/kemampuan prosedural pemeriksaan
berhubungan) penunjang
4) Penegakan diagnosis dan diagnosis banding
5) Tatalaksana nonfarmakoterapi
6) Tatalaksana farmakoterapi
7) Komunikasi dan edukasi pasien
8) Perilaku professional
3 SKENARIO SKENARIO KLINIK
DAN SEORANG WANITA 39 TAHUN DATANG KE POLIKLINIK
INSTRUKSI DENGAN PUCAT DAN CEPAT LELAH (SUDAH
PESERTA MEMBAWA HASIL LAB --> HASIL TERLAMPIR)

TUGAS
1. LAKUKAN ANAMNESIS
2. LAKUKAN PEMERIKSAAN FISIK
3. DIAGNOSIS KERJA + DD
4. PEMERIKSAAN TAMBAHAN
5. TATALAKSANA

4 PASIEN
Identitas
Nama FARAH
Usia 39
Jenis Kelamin PEREMPUAN
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 101

Pekerjaan IBU RUMAH TANGGA


Status Nikah MENIKAH 1 ANAK
Pendidikan SMU
Keluhan
Keluhan CEPAT LELAH SEJAK 6 BULAN LALU DAN TEMANNYA
utama MENGATAKAN PUCAT
Riwayat penyakit sekarang
Sejak kapan SEJAK 6 BULAN YANG LALU
Lokasi, durasi, Pasien merasa cepat lelah, terutama saat beraktivitas. Saat ini
frekuensi, aktivitas mencuci pakaian sajah merasa lelah. Temannya
karakteristik, mengatakan pasien pucat dan menyarankan melakukan
memberat/ pemeriksaan lab. Hasil lab sudah dibawa saat berobat ke dokter.
ringan dengan Pasien mengaku belakangan ini menstruasi dirasakan
apa, dll berkepanjangan lebih dari 8 hari. Riwayat makan, pasien juga
jarang mengkonsumsi daging merah karena takut kolesterol
Sudah diobati? Pasien dulu pernah minum obat penambah darah, takut takut
karena setelah itu BAB keras sampai pernah berdarah duburnya
Lainnya
RPD (-)
Riwayat (-)
Keluarga
Riwayat Sosial, Pasien sangat suka minum teh
lingkungan,
kebiasaan
5 MANEKIN+ALAT
Manekin (-)
Alat 1. Beberapa tablet penambah darah.

PEMBAHASAN
Skenario: Seorang wanita 39 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan pucat dan cepat
lelah sejak 3 bulan terakhir. Kebetulan pasien sudah pergi ke laboratorium atas inisiatif
sendiri karena kata sahabatnya ia kurang darah. Pasien tidak konsumsi daging sapi, memiliki
riwayat menstruasi 7 hari. Tidak pernah BAB hitam, riwayat BAB berdarah (-), serta dalam
keluarga tidak ada yang seperti ini.
Anamnesis
• ANAMNESIS TAMBAHAN ANEMIA
• ANEMIA  SELALU pikirkan apakah INPUT KURANG ATAU OUTPUT/RUSAK
BERLEBIH
• INPUT anamnesis intake makanan? Riwayat bedah/inflamasi kronik saluran
cerna
• OUTPUT  riwayat perdarahan (makro-mikro), hepatosplenomegali (tanda
destruksi berlebihan)
• ANAMNESIS DEFISIENSI BESI
• Khususnya pada wanita:
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 102

•Asupan makanan yang banyak mengandung besi (sayur berwarna hijau


gelap, daging merah, hati).
• Riwayat perdarahan: BAB hitam, cacingan, hemoroid, ataupun menstruasi
abnormal
• ANAMNESIS THALLASEMIA
• Tidak tergantung gender, riwayat keluarga dengan penyakit serupa?
• Perut terasa membesar/beggah  hepatosplenomegali

Hasil Lab (dibawa pasien)


Lab Hasil Rujukan
Hemoglobin (g/dL) 7.9 13-16
Hematocrit (%) 28 40-54
Hitung eritrosit 3.9 4,5-5,5
(juta/uL)
Leukosit (sel/uL) 5500 5000-10000
Trombosit (/uL) 290.000 150.000-
400.000
MCV 71 80-100
MCH 20 26-34
MCHC % 28 31-37
LED (mm/jam) 25 <10
Pemeriksaan fisik
• PF UMUM ANEMIA
• SKENARIO: nadi 110x/menit reguler, konjungtiva anemis,
• PF ANEMIA DEF. BESI VS THALLASEMIA
• DEF. BESI: SKENARIO:
• Ditemukan angular keilosis, jari-jemari kuku sendok (+)
• Mur-mur tidak ditemukan (dapat ditemukan pada anemia berat)
• Tidak terdapat hepatosplenomegali
• THALLASEMIA
• Terdapat hepatosplenomegali, bisa ditemukan jaundice
• Hati-hati dapat kombinasi anemia defisiensi besi dengan thallasemia

Pemeriksaan Penunjang
• PROFIL BESI (SI, FERRITIN, TIBC)
Lab Hasil Rujukan
Serum Iron 7.9 37-145 ug/dL
Feritin 28 13-150 ng/ml
TIBC 3.9 228-428 ug/dL
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 103

• ELEKTROFORESIS HB
• SKENARIO: dalam batas normal
• GAMBARAN DARAH TEPI:
• Pada thallasemia sering dijumpai sel target

Diagnosis
Anemia defisiensi besi
DD/ Anemia e.c thalasemia

Penatalaksanaan
• NON-FARMAKOLOGIS
• EDUKASI  Makanan yang mengandung tinggi zat besi, edukasi mengenai hal-
hal yang dapat membantu penyerapan besi seperti vitamin C (suasana asam),
makanan hewani.
• FARMAKOLOGIS
• Tablet besi oral: 200-300 mg elemen besi per hari, JANGAN LUPA EDUKASI:
• Obat sebaiknya diminum sebelum makan, pemberian vitamin C dapat
membantu penyerapan besi
• Efek samping yang mungkin timbul: umumnya mual, konstipasi, BAB
hitam
• TARGET TERAPI, SAMPAI KAPAN??
Pemberian tablet besi bisa sampai 12 bulan, bukan hanya memperbaikin anemia (kadar Hb)
sajah, melainkan mengembalikan cadangan besi (ferritin)

SIMULASI LATIHAN
Pemeriksaan SADARI
1. Perhatikan kedua payudara. Berdirilah didepan cermin dengan tangan di sisi tubuh
dan lihat apakah ada perubahan pada payudara (ukuran, bentuk/warna kulit, atau
jika ada kerutan, lekukan seperti lesung pipi pada kulit). Perhatikan kembali kedua
payudara sambil mengangkat kedua tangan di atas kepala dialnjutkan dengan
meletakkan kedua tangan di pinggang sambil menekan agar otot berkontraksi.
Bungkukan badan  lihat apakah kedua payudara menggantung sempurna
2. Dengan lembut tekan masing-masing putting dengan ibu jari dan telunjuk untuk
melihat apakah ada cairan keluar
3. Perabaan payudara (angkat lengan kiri ke atas kepala, gunakan tangan kanan untuk
menekan payudara kiri dengan ketiga jari tengah. Mulai dari daerah putting susu dan
gerakkan memutar di seluruh permukaan payudara. Rasakan jika ada:
benjolan/penebalan.
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 104

HEMARTROSIS

Seorang pasien anak laki-laki usia 8 tahun, datang dengan bengkak pada lutut setelah
terbentur kursi.
- Lakukan anamnesis tambahan pada pasien
- Tentukan diagnosis kerja dan diagnosis banding pasien
- Tentukan pemeriksaan penunjang yang menunjang / menyingkirkan diagnosis banding
serta hasil yang diharapkan berkaitan dengan kelainan pada pasien

PEMBAHASAN
Skenario: Seorang pasien anak laki-laki usia 8 tahun, datang dengan bengkak pada lutut
(seperti pada gambar) setelah terbentur kursi saat bermain di rumah temannya. Pasien tidak
merasakan nyeri, keluhannya hanya lutut kanan menjadi sulit di gerakan. Pada usia 4 tahun,
pasien pernah mengalami hal serupa, pada lutut kirinya, namun tidak sebesar ini. Paman
pasien sering mengalami keluhan serupa
Anamnesis
ANAMNESIS HEMARTROSIS EC HEMOFILIA
DATA YANG MENDUKUNG PADA SOAL:
Laki usia muda, dengan hemartrosis pada trauma realtif ringan  PIKIRKAN gangguan
hemostasis sekunder !!! Terdapat riwayat perdarahan berulang
DATA TAMBAHAN YANG DIPERLUKAN:
Riwayat saudara kandung laki yang menderita kelainan serupa? Karena hemofilia kelainan x-
linked
ANAMNESIS TAMBAHAN pada kelainan hemostasis sekunder (delayed bleeding)
SINGKIRKAN HEMARTROSIS EC SEBAB LAIN
Anamnesis penggunaan obat antikoagulan, ataupunn riwayat operasi pada lutut.

Pemeriksaan Penunjang
• DARAH LENGKAP
• Kadar hemoglobin  dapat melihat beratnya perdarahan
• Parameter eritrosit  normositik normokrom  perdarahan, dengan hitung
retikulosit meningkat
• Jumlah trombosit dalam batas normal
• HEMOFILIA  GANGGUAN JALUR INTRINSIK
• Terdapat pemanjangan aPTT dengan PT normal
• AKTIVITAS FAKTOR VIII ATAU IX
• Menilai jenis hemofilia, jika
• Defisiensi faktor VIII  hemofilia A
• Defisiensi faktor IX  hemofilia B

Diagnosis: Hemofilia
TIPS MENGHADAPI PASIEN GANGGUAN PEMBEKUAN DARAH
 Harus memahami hemostasis (sistem pembekuan darah) dari hemostasis primer dan
hemostasis sekunder (menjelaskan harus bisa dinamis)
o Hemostasis primer  vasokonstriksi dan sumbat trombosit
o Hemostasis sekunder  faktor pembekuan (jalur intrinsik, ekstrinsik dan jalur
bersama)
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 105

 Pemeriksaan laboratorium apa yang diperlukan untuk setiap gangguan tahap


hemostasis primer ataupun sekunder
o Bleeding time  menilai hemostasis primer
o Clotting time  menilai faktor koagulasi
o aPTT  menilai jalur intrinsik
o PT  menilai jalur ekstrinsik
o Thrombin time  menilai perubahan fibrinogen  fibrin
 Gejala klinis yang ditimbulkan pada gangguan hemostasis primer VS sekunder
o Pada gangguan hemostasis primer keluhan pasien umumnya petekie dan
perdarahan bersifat direct bleeding
o Pada gangguan hemostasis sekunder keluhan umumnya perdarahan lebih
‘masif’ seperti rongga sendi, perdarahan bersifat delay bledding  awalya
darah sudah berhenti/tidak berdarah kemudian berdarah lagi
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 106

Endocrine & Metabolic


Pengantar untuk pengajar
Setelah melalui pos Endocrine & Metabolic ini, ada beberapa hal yang harus bisa dicapai
oleh siswa:
1. Mampu menganalisa kasus kelainan tiroid.
2. Mampu menganalisa kasus diabetes dan melakukan pendekatan untuk metabolic
syndrome
3. Mampu melakukan interpretasi lab darah dan urinalisis

PENGANTAR
 KASUS PERNAH ADA: diabetes dan komplikasinya, hipertiroid
 PERLU MEMPELAJARI: diabetes dan anamnesis ke arah komplikasi diabetes (akut
dan kronik), edukasi pada pasien diabetes, pemantauan, suntik insulin, pemeriksaan
kelenjar tiroid beserta pemeriksaan laboratorium

Share periode sebelumnya:


Sama seperti station hematologi-onkologi (lihat bab sebelumnya)
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 107

DIABETES MELLITUS

1 JUDUL METABOLIK-ENDOKRIN; KASUS DIABETES MELITUS


2 KOMPETENSI 1) Anamnesis
DIUJIKAN 2) Pemeriksaan fisik/psikiatri
(bold yang 3) Interpretasi data/kemampuan prosedural pemeriksaan
berhubungan) penunjang
4) Penegakan diagnosis dan diagnosis banding
5) Tatalaksana nonfarmakoterapi
6) Tatalaksana farmakoterapi
7) Komunikasi dan edukasi pasien
8) Perilaku professional
3 SKENARIO SKENARIO KLINIK
DAN Seorang pasien laki-laki usia 46 tahun berobat ke klinik dengan
INSTRUKSI keluhan berat badan yang semakin turun sejak 3 bulan terakhir
PESERTA
TUGAS
1. LAKUKAN ANAMNESIS PADA PASIEN
2. TENTUKAN DIAGNOSIS KERJA
3. JELASKAN KOMPLIKASI YANG DAPAT TERJADI
4. TENTUKAN TATALAKSANA PASIEN NON-
FARMAKOLOGIS + FARMAKOLOGIS
4 PASIEN
Identitas
Nama Tn. Amin
Usia 46
Jenis Kelamin laki-laki
Pekerjaan Juru masak
Status Nikah Tidak menikah
Pendidikan Sarjana kuliner
Keluhan
Keluhan utama Berat badan semakin lama semakin turun dari 95 kg sekarang 85
kg dalam waktu 2 bulan walaupun tidak diet.
Riwayat penyakit sekarang
Sejak kapan Sejak 2 bulan yang lalu
Lokasi, durasi, Keluhan lain: pasien sering merasakan kesemutan, dan terasa baal
frekuensi, pada telapak kanan yang sudah sering dirasakan sejak 5-6 bulan
karakteristik, yang lalu. Pasien lebih terasa lelah saat bekerja karena mengaku
memberat/ tidur tidak nyenyak (sering terbangun karena BAK 3-4x semalam.
ringan dengan Keluhan sulit BAK/mengedan BAK (-). Pasien juga mengaku
apa, dll butuh obat penambah gairah saat ingin berhubungan seksual.

Sudah diobati? Belum, pasien hanya minum vitamin tambah darah

Lainnya
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 108

Riwayat Pasien sudah menderita hipertensi sejak usia 40 tahun, berobat


Penyakit tidak teratur
Dahulu
Riwayat Ibu pasien menderita diabetes dan sudah meninggal karena stroke.
Keluarga
Riwayat Sosial, Pasien memiliki pacar baru 3 bulan ini, dan memiliki kebiasaan
lingkungan, merokok sejak SMU
kebiasaan
5 MANEKIN+ALAT
Manekin 1 (-)
Alat 1. Alat glukosameter
2. Swab alkohol
3. Jarum

PEMBAHASAN
Anamnesis
• KELUHAN PENYERTA?PERLU  MENGARAHKAN DIAGNOSIS, Penurunan berat badan
umumnya karena:
• Diabetes mellitus tipe II  keluhan penyerta: poliuria, polidipsi, polifagi,
pandangan kabur, neuropati perifer (kesemutan), gatal, disfungsi ereksi Pasin
mengarah ke diagnosis DM  lanjutkan anamnesis FAKTOR RISIKO!!
• Keganasan  riwayat keganasan dalam keluarga, adanya benjolan, TIDAK
ditemukan gejala DM lain
• Malabsorpsi/maldigesti  terdapat abnormalitas pada tinja seperti diare kronik,
riwayat operasi lambung atau usus halus
• Hipermetabolik state  anamnesis keluhan hipertiroid
• FAKTOR RISIKO DM tipe II
• Obesitas sentral, riwayat keluarga DM, usia > 45 tahun dengan IMT >23,
hipertensi, HDL < 35, trigliserida > 250, riwayat penyakit kardiovaskular. Pada
wanita ditambah: riwayat melahirkan bayi > 4kg, PCOS, pernah menderita DM
gestasional

Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan GDS dan HbA1C
2. Tes fungsi ginjal dan fungsi hati
3. Profil lipid
4. Urinalisis
5. EKG

• Glukosa puasa =137 mg/dl


• LDL 165 mg/dl
• Trigliserid 170 mg/dl
• Lain-lain dalam batas normal
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 109

Diagnosis
DM tipe 2

Penatalaksanaan
• KENDALI KADAR GLUKOSA
• Edukasi
• Diet hidup sehat
• Latihan jasmani
• Obat/insulin:
• Pilar utama, apalagi pasien gemuk (insulin sensitizer)  metformin dosis
1-3x 500 mg sesudah makan
• Pilihan lain: sulfonilurea (glimepirid) 1x1-4 mg sebelum makan  HATI-
HATI hipoglikemia
• Pantau glukosa harian (dapat mengunakan POCT) sebaiknya sehari 2 kali
pagi dan malam sebelum tidur
• TATALAKSANA KELAINAN KOMORBID
• Hipertensi  pilihan utama ACE/ARB contoh: valsaltan 1x80 mg
• Dislipidemia  statin menjadi pilihan utama kecuali trigliserida > 450 mg/dL
boleh dipertimbangakn fibrat dahulu.
• Obesitas
• Penyakit jantung koroner
• PENAPISAN/PENGELOLAAN KOMPLIKASI
• Retinopati  pasien DM sebaiknya dirujuk untuk pemeriksaan mata
• Nefropati  pemeriksaan mikroalbuminuria, ureum, dan kreatinin
• Neuropati  edukasi penggunaan alas kaki
• Penyakit kardiovaskular  EKG, sebaiknya treadmill test
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 110

GRAVES DISEASE

1 JUDUL METABOLIK-ENDOKRIN; KASUS GRAVES


2 KOMPETENSI 1) Anamnesis
DIUJIKAN 2) Pemeriksaan fisik/psikiatri
(bold yang 3) Interpretasi data/kemampuan prosedural pemeriksaan penunjang
berhubungan) 4) Penegakan diagnosis dan diagnosis banding
5) Tatalaksana nonfarmakoterapi
6) Tatalaksana farmakoterapi
7) Komunikasi dan edukasi pasien
8) Perilaku professional
3 SKENARIO SKENARIO KLINIK
DAN Seorang pasien perempuan usia 35 tahun datang ke praktek saudara
INSTRUKSI dengan rasa berdebar di dada sejak 2 bulan yang lalu, sampai
PESERTA mengganggu tidurnya
TUGAS
1. LAKUKAN ANAMNESIS
2. LAKUKAN PF YANG MENDUKUNG KEMUNGKINAN
DIAGNOSIS
3. TENTUKAN DIAGNOSIS KERJA
4. TENTUKAN RENCANA PEMERIKSAAN LAB + HASIL
5. TATALAKSANA NON-FARMAKOLOGIS +
FARMAKOLOGIS
4 PASIEN
Identitas
Nama Dita
Usia 35
Jenis Kelamin perempuan
Pekerjaan admin
Status Nikah belum menikah
Pendidikan S1
Keluhan
Keluhan utama Merasakan sering berdebar di dada dan sulit tidur

Riwayat penyakit sekarang


Sejak kapan 2 bulan smrs
Lokasi, durasi, Berdebar dirasakan di dada kiri, tanpa ada nyeri ataupn sensasi
frekuensi, menjalar. Keluhan ini sampai sering membuat pasien kesulitan
karakteristik, tidur. Pasien juga gampang terkena diare minimal 1x/minggu.
memberat/ Telapak tangan pasien selalu basah walaupun ditempat yang ber
ringan dengan AC.Terdapat gangguan menstruasi pada pasien yang hanya
apa, dll berlangsung 2-3 sajah sudah bersih
Sudah diobati? (-)

Lainnya
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 111

Riwayat (-)
Penyakit
Dahulu
Riwayat Ibu pasien menderita SLE
Keluarga
Riwayat Sosial, (-)
lingkungan,
kebiasaan
5 MANEKIN+ALAT
Manekin (-)
Alat 1. Obat hipertiroid (PTU dan metimazole)
2. Beta bloker (propanolol)

PEMBAHASAN
Anamnesis
• GEJALA HIPERMETABOLIK  hipertiroid
• Teraba masa di leher yang ikut bergerak saat menelan
• Mudah lapar, nafsu makan baik  berat badan stabil/cenderung turun
• Rambut mudah rontok
• Tremor halus
• Diare (hipermotilitas saluran cerna)
• Banyak/mudah berkeringat dan intoleransi terhadap panas
• Berdebar  hati-hati sering terjadi AF  PERIKSA NADI!!
• Gangguan menstruasi
• SINGKIRKAN GANGGUAN IRAMA JANTUNG TANPA HIPERTIROID
• Riwayat menderita penyakit jantung selain AF
• Sudah perna didiagnosis kelaian jantung ataupun mengkonsumsi obat jantung
(biasa jika pasiennya lanjut usia)
• SINGKIRKAN BERDEBAR KARENA SEBAB EXOGEN
• Gangguan cemas  apakah berdebar dipengaruhi lingkungan?
• Berdebar karena obat  paling sering obat flu (phenilpropanolamin atau efedrin)

Pemeriksaan Fisik
Informasi umum: Nadi (lihat EKG), tekanan darah 140/85 mmHg, eksoftalmus (+), Tremor
(+), PF tiroid terdapat masa difus yang ikut bergerak saat menelan, tidak nyeri pada
penekanan, dan tidak didapatkan bruit.
TANDA VITAL PASIEN CURIGA TIROID:
• WAJIB LAPORKAN FREKUENSI NADI DAN REGULER/TIDAK!!!
STATUS GENERALIS:
• EKSOFTALMUS?
• PF JANTUNG KRUSIAL  Dapat menilai adakah kelainan jantung lain?kardiomegali?
PF TIROID (lakukan dari belakang pasien)
Pemeriksaan kelenjar tiroid
1. INSPEKSI: Pemeriksa berada di depan penderita, identifikasi kartilago krikoid
(kelenjar tiroid tepat dibawahnya), perhatikan adanya pembengkakan, lokasi, ukuran,
nodul, bentuk. Pemeriksaan juga dilihat saat pasien diminta untuk menelan
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 112

2. PALPASI dan AUSKULTASI

Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium: TSH, fT4, T3
2. Tiroid scan
3. EKG dan echo jantung
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 113

Diagnosis
Grave Disease

Penatalaksanaan
• NON FARMAKOLOGI
• Edukasi tentang penyakit tiroid  agar komplience minum obat
• Konsultasi jantung
• Edukasi kemungkinan kegawat-daruratan dan komplikasi hipertiroid
• FARMAKOLOGI
• Obat anti-tiroid  pilihan utama metimazole 1-2 x 10 mg (pada ibu hamil
gunakan PTU mulai dosis besar 3 x 100-300 mg
• Atasi AF  propanolol 3-4 x 10 mg
• Pada pasien AF rapid respon perlu diberikan antiplatelet seperti aspirin 1x80 mg
untuk mencegah trombus intra-atrium
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 114

Gastrointestinal system
PENGANTAR
 KASUS PERNAH ADA: dispepsia, infeksi parasit, hepatitis akut dan kronik,
leptospirosis
 PERLU MEMPELAJARI: PF abdomen dan gejala yang berhubungan dengan
kelainan gastrointestinal, memahami analisa tinja lengkap, morfologi telur cacing,
serta petanda hepatitis A, B, maupun C

Pengantar untuk pengajar


Setelah melalui pos gastrointestinal ini, ada beberapa hal yang harus bisa dicapai oleh siswa:
1. Mampu melakukan pendekatan untuk kasus nyeri ulu hati
2. Mampu melakukan pendekatan untuk kasus diare
3. Mampu menganalisa hasil lab pada diare
4. Mampu melakukan pendekatan untuk kasus gangguan liver

Share periode sebelumnya


Oleh Hendra T

Waktu periode kemarin, gw langsung roleplay aja, 1 orang jd dokter, 1 orang jd pasien.
Tawarin aja siapa mau jadi apa. Kalo ga ada, ya lgsg tunjuk aja. Trus yg lain memperhatikan
dan ngasi masukan di akhir. Biasanya abis anamnesis gw akan tanya komentar yg lainnya,
kurang dimana, sudah bagus, ada yg bisa diperbaiki, dll.

Waktu PF, kalo bisa cari yg jadi pasien cowo biar bs jadi OP. Kesulitan gw waktu itu ada
kelompok yg banyakan cewenya, jilbaban pula. Trus cowonya shy shy cat ga mau jadi op.
Akhirnya PF abdomennya mengawang-awang. Untuk ada manekin obsgyn yg ada perutnya
itu.

Tolong ditekankan PFnya. Karena waktu gw suruh melakukan PF abdomen, bnyk yg


ngeblank ga tau harus ngapain. Perutnya ditunyuk2 doang tanpa ada maksud. Plus
pemeriksaan hepar/limpa dan shifting dullness.
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 115

JAUNDICE

1 JUDUL GASTROINTESTINAL; KASUS JAUNDICE


2 KOMPETENSI 1) Anamnesis
DIUJIKAN 2) Pemeriksaan fisik/psikiatri
(bold yang 3) Interpretasi data/kemampuan prosedural pemeriksaan
berhubungan) penunjang
4) Penegakan diagnosis dan diagnosis banding
5) Tatalaksana nonfarmakoterapi
6) Tatalaksana farmakoterapi
7) Komunikasi dan edukasi pasien
8) Perilaku professional
3 SKENARIO SKENARIO KLINIK
DAN Laki-laki usia 50 tahun datang dengan keluhan perut terasa penuh
INSTRUKSI dan kulit tampak kuning
PESERTA
TUGAS
1. LAKUKAN ANAMNESIS PADA PASIEN
2. LAKUKAN PEMERIKSAAN FISIK PADA PASIEN
3. TENTUKAN PEMERIKSAAN PENUNJANG YANG
DIPERLUKAN
4. DIAGNOSIS PASIEN
4 PASIEN
Identitas
Nama Ardi
Usia 50 tahun
Jenis Kelamin laki-laki
Pekerjaan pelaut
Status Nikah menikah dengan 3 anak
Pendidikan SMU
Keluhan
Keluhan utama Perut terasa penuh dan badan kuning

Riwayat penyakit sekarang


Sejak kapan 6 bulan yang lalu semakin lama semakin memberat
Lokasi, durasi, Perut terasa penuh, dan membesar di posisi kanan. Kuning sejak 6
frekuensi, bulan yang lalu menurut pengakuan istri pasien, dan nafsu makan
karakteristik, pasien menurun. Pasien juga mengeluh sering mimisan dan mudah
memberat/ lelah
ringan dengan
apa, dll
Sudah diobati? Pasien hanya minum jamu saja

Lainnya
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 116

Riwayat (-)
Penyakit
Dahulu
Riwayat Ibu pasien menderita DM
Keluarga
Riwayat Sosial, Pasien rutin mengkonsumsi alkohol sejak SMU
lingkungan,
kebiasaan
5 MANEKIN+ALAT
Manekin (-)
Alat (-)

PEMBAHASAN

Anamnesis
SEJAK KAPAN JAUNDICE MULAI TAMPAK
Jika akut  pikirkan infeksi hepatitis A (faktor risiko paling sering adalah riwayat kontak dengan pasien
jaundice akut)
Jika kronik:
Pikirkan kolangitis/koledokolitiasis jika terdapat faktor risiko / nyeri (+)
Pikirkan sirosis/hepatoma jika terdapat faktor risiko
FAKTOR RISIKO DAN GEJALA PENYERTA
SKENARIO: riwayat penggunaan jarum suntik (+), Alkoholisme, transfusi berulang, riwayat seks bebas
 faktor risiko hepatitis B atau C  sirosis ataupun hepatoma  disangkal
SKENARIO: terdapat penurunan berat badan dan nafsu makan
Sesak nafas?dapat terjadi bila terdapat asites ataupun efusi ec infiltrasi tumor
Gemuk, usia diatas 40 tahun, dan wanita  faktor risiko batu empedu
Gejala penyerta pasien jaundice:
Pada usia lanjut dengan pembesaran hati tanpa splenomegali? Pikirkan hepatoma
Jika usia muda, riwayat pucat, hepatosplenomegali  kelainan darah ?
BAK berwarna gelap karena jaundice intrahepatik/pasca hepatik
KOMPLIKASI KELAINAN HEPAR MENGARAH HEPATOMA
Perut membesar, terasa penuh, biasanya tidak disertai nyeri
Gangguan fungsi hepar:
Edema  hipoalbuminemia
Gangguan hemostasis  gangguan pembentukan faktor pembekuan

Pemeriksaan Fisis
Status generalis: Tampak sakit sedang, tanda vital dalam batas normal. Konjuntiva anemis, sklera
ikterik, terdapat hepatomegali,4 jari bca dextra, 3 jari bpx, konsistensi keras, tepi tumpul, tidak
dirasakan nyeri. Lain-lain dalam batas normal.

PF ABDOMEN:
INSPEKSI: Bentuk abdomen, benjolan di regio hepar, dinding abdomen (kulit, vena, umbilikus).
PALPASI: Palpasi superfisial  untuk menilai defans muskular, palpasi dalam  untuk menilai nyeri
tekan, nyeri lepas, ataupun adanya massa
PERKUSI: Secara umum menentukan keadaan abdomen umum apakah ada nyeri ketok atau tidak
Perkusi organ padat seperti tumor; jika ada pekak hati menghilang, menandakan perforasi
intraabdominal
AUSKULTASI: Bising usus (harus diperhatikan khususnya bila ada gangguan defekasi)
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 117

Diagnosis
Hepatoma ec hepatitis b kronik

Pemeriksaan
Darah rutin
Lab Hasil Rujukan
Hemoglobin (g/dL) 10 13-16
Hematocrit (%) 31 40-54
Hitung eritrosit (juta/uL) 3.5 4,5-5,5
Leukosit (sel/uL) 5500 5000-10000
Trombosit (/uL) 490.000 150.000-400.000
MCV 92 80-100
MCH 29 26-34
MCHC % 32 31-37
LED (mm/jam) 22 <10

Marker Hepatitis
Lab Hasil Rujukan
HBsAg + -
Anti-HBs - -
Anti HBc IgG + -
IgM anti HAV - -
Anti HCV total - -

Hemostasis
Lab Hasil Rujukan
BT 3’ 1’ – 6’
CT 6’ 2’ – 6’
PT 17” 11” – 15”
aPTT 45” 20” – 40”

Fungsi hati
Lab Hasil Rujukan
SGOT (u/L) 162 5 – 40
SGPT (u/L) 103 5 – 41
Alakali fosfatase (iu/L) 180 45 – 190
Gamma GT (mu/mL) 26 6 – 28
Bilirubin total (mg%) 6,2 0,2 – 1
Bilirubin direk (mg%) 4 0 – 0,2
Bilirubin indirek (mg%) 1.8 0,2 – 0,8
Protein total 5,0 6,1 – 8,2
Albumin 2.5 3,8 – 5,0
Globulin 3,0 2,3 – 3,2
AFP 1.155 <6
TIPS PASIEN JAUNDICE
 Harus memahami fisiologi sistem hepatobilier (kerusakan/sumbatan pada lokasi mana
saja yang dapat menimbulkan jaundice)
 Harus memahami karakteristik jaundice (prehepatik, hepatik, dan pasca hepatik
jaundice) beserta penyakit tersering penyebab masing masing tipe jaundice
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 118

DIARE AKUT
SOAL
Pasien bayi laki-laki 10 bulan dibawa ke IGD karena diare disertai demam sejak 2 hari SMRS.
- Lakukan anamnesis pada keluarga pasien
- Lakukan pemeriksaan fisis pada pasien
- Tentukan dignosis kerja dan diagnosis banding
- Tentukan pemeriksaan penunjang yang diperlukan dan interpretasi hasilnya
- Tentukan penatalaksanaan untuk pasien, baik farmakologis maupun non-farmakologis

PEMBAHASAN
Skenario: Diare sekitar 6-8 kali/hari, berwarna kekuningan, konsistensi cair disertai ampas, sekitar ¼
gelas aqua per kali diare, darah (-), lendir (-). Diare disertai dengan demam, naik turun, lebih tinggi
pada sore hari. Muntah (+) sekitar 2-3 kali per hari, sekitar ¼ gelas aqua per kali muntah. Muntah hijau
(-), muntah darah (-). BAK menjadi berwarna kuning pekat. Bayi masih mau minum susu. Sejak 6 jam
SMRS, bayi menangis terus, tapi tidak keluar air mata

Anamnesis
• SEJAK KAPAN DIARE BERLANGSUNG?
• Akut (< 14 hari) dan kronik
• KARAKTERISTIK DIARE?
• Volume dan frekuensi : Prediksi cairan yang hilang dan kemungkinan penyebab
• Warna, lendir, darah, bau busuk  mencari etiologi diare
• APAKAH ADA GEJALA-GEJALA TAMBAHAN?
• Demam : Infeksi?
• Muntah, bloating, nafsu makan<< : memperberat dehidrasi
• NILAI STATUS DEHIDRASI (ANAMNESIS)  MENENTUKAN TERAPI
• Keadaan umum
• Apatis-penurunan kesadaran  dehidrasi berat
• Rewel-gelisah  dehidrasi ringan sedang
• Masih mau minum?
• Normal  tanpa dehidrasi
• Kehausan  dehidrasi ringan sedang
• Malas/tidak dapat minum  dehidrasi berat
• Urin? Tidak ada pada dehidrasi berat
• FAKTOR LAIN YANG DAPAT MENYEBABKAN DIARE
• Riwayat perubahan makanan/minuman
• Riwayat berpergian dan makanan undercooked
• Penggunaan antibiotik jangka panjang pseudomembran

Pemeriksaan Fisis
• NILAI STATUS DEHIDRASI (PF)  MENENTUKAN TERAPI
• Tanda vital
• SKENARIO: NADI 130X/MENIT, ISI CUKUP, NAFAS 36X/MENIT
• Kulit
• SEKNARIO: CRT < 2 DETIK, TURGOR KULIT MENURUN
• Tanda lain
• SKENARIO: UBUN-UBUN BESAR DATAR, AIR MATA ADA, MATA
CEKUNG, MUKOSA KERING
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 119

• PF ABDOMEN:
• SKENARIO: BU MENINGKAT, ERITEMA PERIANAL (-)

Diagnosis
Diare akut  dehidrasi ringan sedang suspek ec viral
DD/: diare akut  dehidrasi ringan sedang suspek ec bakteri

Pemeriksaan Lanjutan
• DARAH LENGKAP
• Infeksi bakteri umumnya dijumpai leukositosis
• Infeksi viral umumnya jumlah leukosit dalam batas normal
• Infeksi salmonella sering dijumpai leukopenia
• ELEKTROLIT
• Dapat melihat status dehidrasi (hipernatremi, hiperkloremi)
• PEMERIKSAAN TINJA
• Lebih berperan pada diare kronik dalam menetapkan etiologi, namun dapat membantu
pada kasus diare akut
• PEMERIKSAAN KHUSUS
• Deteksi antigen rotavirus di tinja

Darah Rutin
Lab Hasil Rujukan
Hemoglobin (g/dL) 12,8 10,5 - 13
Hematocrit (%) 38 33-38
Hitung eritrosit (juta/uL) 4,8 3,7 – 4,9
Leukosit (sel/uL) 5500 6000-17000
Trombosit (/uL) 375.000 250.000-600.000
MCV 80 70 – 84
MCH 27 23 – 30
MCHC % 33 31-37
LED (mm/jam) 15 <20

Elektrolit
Lab Hasil Rujukan
Na (mEq/L) 138 135 - 145
K (mEq/L) 3,8 3,6 – 5,8
Cl (mEq/L) 100 98 - 110

Analisis Feses Lengkap


Lab Hasil Rujukan
Makroskopik
Warna Kuning kecoklatan Kuning kehijauan
Bau asam Indol, scatol, dan asam butirat
Konsistensi Cair Agak lunak dan berbentuk
Volume 800 gram/hari 100-300 gram/hari
Lendir - -
Darah - -
Mikroskopik
Sel epitel Banyak Sedikit
Leukosit dan makrofag Dominasi limfosit Sedikit
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 120

Darah - -
Telur cacing - -
Protozoa - -
Bilirubin - -

Tatalaksana
• NON FARMAKOLOGI
• Edukasi diare pada anak dan pentingnya terapi rehidrasi
• Edukasi sosialisasi penggunaan oralit yang benar
• ASI dilanjutkan seperti biasa, makanan rendah lemak dan serat
• Kenali tanda bahaya pada diare khususnya anak-anak:
• Tidak bisa minum/menyusu, muntah terus menerus
• Darah pada tinja dan demam
• FARMAKOLOGI
• Rehidrasi dengan oralit per oral sebanyak 75 cc/kgBB habis dalam 3 jam. Aplikasi
pada skenario: 8.5 kg x 75 cc = + 640 cc
• Tablet zinc 20 mg (diatas 6 bulan) selama 10-14 hari
• Jika mual dan muntah hebat dapat ditambahkan domperidon 0.2-0.4
mg/kgBB/kali, 15-30 menit sebelum makan. Aplikasi pada skenario: 8.5 kg x 0.2-
0.4 mg = + 2-3 mg/kali
• Tidak diperlukan antibiotik
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 121

Special Sensory
Pengantar untuk pengajar
Pos special sensory ini terdiri atas dua bagian, yaitu mata dan kulit:
1. Mampu melakukan pendekatan terhadap kasus gangguan mata:
a. Mata merah
b. Mata tenang
2. Mampu melakukan pendekatan pada kelainan kulit
a. Infeksi
b. Non infeksi
3. Mampu menulis resep untuk mata, telinga, kulit (lihat lampiran bagian akhir buku)

Tips and Tricks


Fokus pos special sensory adalah pemeriksaan fisis dan penggunaan alat-alat. Bukan
anamnesis tidak penting, tapi waktunya yang tidak cukup.

Untuk mata, berikan perhatian ekstra pada keempat hal berikut ini: pemeriksaan visus
dengan Snellen chart, refleks cahaya langsung/tak langsung, pemeriksaan kedalaman bilik
mata depan, dan shadow test. Keempat pemeriksaan ini dianggap mudah, tapi jarang ada
murid yang bisa melakukannya dengan benar. Tutor pun kebanyakan salah. Jadi jangan
meremehkan, pelajari betul-betul checklist dan langkah-langkah melakukan pemeriksaan-
pemeriksaan tersebut.

Kami menemukan bahwa lebih baik meminta murid mempraktikkan dulu pemeriksaan-
pemeriksaan di atas, baru tutor mengkoreksi dan memeragakan yang benar. Proses
pengajaran seperti ini membuat murid lebih aware akan kesalahan-kesalahan dia, dibanding
tutor memeragakan dahulu di awal.

Beberapa murid dari universitas-universitas tertentu suka menanyakan tentang koreksi visus
untuk membuat resep kacamata. Ini tidak vital, karena di luar ranah kompetensi dokter
umum, dan juga menghabiskan waktu. Meskipun demikian, kami tidak menyalahkan bila
ada tutor yang berniat mempelajari dan mengajarkan hal tersebut, selama tidak memakan
waktu berlebihan.

Kami menganggap funduskopi cukup penting, dan murid sebaiknya setidaknya mengetahui
cara melakukannya dengan benar. Kalau sempat, ajarkan funduskopi di akhir pos mata,
terutama bila murid sudah mahir dalam pemeriksaan mata yang lain. Namun, bila tidak ada
waktu, atau Anda merasa lebih baik mengajarkan hal lain yang lebih mendasar, silahkan skip
funduskopi.

Untuk kulit, cuma ada satu kata yang penting: efloresensi. Berikan gambar, dan ajak murid
untuk bersama-sama mendeskripsikan kelainan kulit yang dilihat DENGAN LENGKAP, jangan
langsung ke diagnosis.
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 122

MATA – KONJUNGTIVITIS AKUT

1 JUDUL Mata - Konjungtivitis Akut


2 KOMPETENSI 1) Anamnesis
DIUJIKAN (bold 2) Pemeriksaan fisik/psikiatri
yang berhubungan) 3) Interpretasi data/kemampuan prosedural pemeriksaan
penunjang
4) Penegakan diagnosis dan diagnosis banding
5) Tatalaksana nonfarmakoterapi
6) Tatalaksana farmakoterapi
7) Komunikasi dan edukasi pasien
8) Perilaku professional
3 SKENARIO DAN SKENARIO KLINIK
INSTRUKSI Seorang perempuan 25 tahun datang dengan keluhan mata merah berair
PESERTA sejak 3 hari yang lalu.
TUGAS
1. Lakukan anamnesis pada pasien
2. Lakukan pemeriksaan fisis yang diperlukan pada kasus pasien
3. Tentukan diagnosis kerja dan diagnosis banding kasus pasien
4. Jelaskan penatalaksanaan farmakologi dan nonfarmakologi untuk
pasien
4 PASIEN
Identitas
Nama Christina
Usia 25 tahun
Jenis Kelamin Perempuan
Pekerjaan Akuntan
Status Nikah Menikah
Pendidikan S1
Keluhan
Keluhan utama Mata merah

Riwayat penyakit sekarang


Sejak kapan Tiga hari yang lalu
Lokasi, durasi, Kedua mata merah berair sejak 3 hari yang lalu. Awalnya merah
frekuensi, dirasakan pada mata kanan, tetapi keesokan harinya mata kirinya juga
karakteristik, mengalami hal yang sama. Penglihatan pasien dirasakan tidak menjadi
memberat/ ringan lebih kabur dibanding sebelumnya. Riwayat keluar kotoran mata (+),
dengan apa, dll tetapi tidak banyak. Mata pasien masih dibuka dengan mudah pada pagi
hari, tidak lengket karena kotoran mata. Mata tidak terlalu dirasakan
gatal dan tidak nyeri, tetapi sangat berair. Pasien juga merasa ada
sesuatu yang mengganjal pada kelopak matanya. Riwayat merasa silau
bila melihat lampu biasa disangkal. Pasien batuk pilek sejak 4 hari yang
lalu.
Sudah diobati? Belum
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 123

Lainnya
Riwayat Penyakit Tidak ada
Dahulu
Riwayat Keluarga Tidak ada
Riwayat Sosial, Tidak ada
lingkungan,
kebiasaan
Riwayat Tumbuh Tidak ada
Kembang (anak)

5 MANEKIN+ALAT
Manekin (-)
Alat 1. Foto konjungtivitis akut
2. Lup
3. Penlight

PEMBAHASAN

Anamnesis
 Menyapa pasien, memperkenalkan diri
 Menanyakan identitas pasien (terutama nama dan usia)
 Membangun raport
 Meyakinkan pasien bahwa kerahasiaan informasi yang diberikan pasien terjamin
 Menanyakan keluhan utama: mata merah sejak 3 hari yang lalu
 Menanyakan riwayat penyakit sekarang untuk memperoleh diagnosis kerja dan
diagnosis banding. TIPS: Pertama-tama perlu dikelompokkan dahulu kelompok
penyakit mata (mata merah visus normal, mata merah visus turun, mata tenang visus
turun mendadak, mata merah visus turun perlahan) yang dialami pasien sehingga
pertanyaan dapat lebih terarah ke diagnosis dan diagnosis banding yang paling
mungkin. Jadi, tanyakan pasien apakah matanya benar dirasakan lebih merah, lalu
apakah penglihatan menurun dibanding sebelumnya, mendadak atau perlahan. Setelah
didapatkan kelompok penyakit mata yang sesuai, barulah tanyakan satu per satu
gejala penyakit-penyakit yang ada pada kelompok mata tersebut (setidaknya 3 buah
yang paling sering) untuk menentukan diagnosis yang dialami pasien.
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 124

Mata merah Mata


tenang

Visus Visus turun Visus ↓mendadak Visus ↓perlahan


normal
-konjungtivitis -keratitis -ablasio retina -katarak
(alergi,bakteri,virus)-glaukoma akut -oklusi vena/arteri -glaukoma
-pterigium -endoftalmitis retina sentralis- kronik
-perdarahan -hifema -perdarahan vitreus -retinopati diabetik
subkonjungtiva -uveitis -retinopati
o Gejala yang menyertai: mata merah, penurunan penglihatan,hipertensif
mata berair,
gatal, rasa mengganjal, nyeri, silau melihat lampu, nyeri melihat cahaya,
kotoran mata terutama pada pagi hari (konsistensi dan jumlah banyak/sedikit),
demam, ISPA (konjungtivitis viral)
o Onset kejadian: 3 hari yang lalu (<4 minggu konjungtivitis akut)
o Rekurensi gejala: apakah sudah sering berulang, apa pencetusnya (lebih ke
alergi)
o Riwayat pengobatan: apa dan bagaimana responsnya
o Progresivitas gejala: tadinya satu mata lalu menular ke mata sebelahnya
o Riwayat kontak: orang di tempat kerja atau rumah
o Riwayat trauma: kelilipan, tercolok sesuatu, materinya apa (misalnya bila
tertusuk ranting/daun/benda organik lain biasanya infeksi jamur)
 Menanyakan riwayat penyakit dahulu: atopi (alergi, asma, bersin-bersin pagi hari),
riwayat operasi mata (risiko endoftalmitis)/lainnya, riwayat seperti ini sebelumnya,
kencing manis, tekanan darah tinggi
 Menanyakan riwayat penyakit keluarga dan lingkungan sekitar: riwayat penyakit
serupa
 Riwayat sosial, ekonomi, dan budaya: pendidikan, pekerjaan, asuransi, jaminan
kesehatan, rumah tangga
 Pernyataan penutup: kesimpulan, izin melanjutkan pemeriksaan

Pemeriksaan Fisis
 Menjelaskan dan meminta izin pasien untuk melalukan pemeriksaan
 Mencuci tangan
 Mengukur tanda vital dan peeriksaan generalis singkat terutama KGB submandibular
dan preaurikular (membesar pada kasus konjungtivitis viral adenoviral)
 Pemeriksaan status lokalis/mata
o Inspeksi dengan lup dan penlight segmen anterior
 Palpebra superior dan inferior: tanda radang merah dan bengkak
 Konjungtiva tarsal (superior dan inferior) dan bulbi: injeksi
konjungtiva, injeksi siliar
 Kornea: lihat kejernihan, apa ada infiltrat
 Iris: regular/iregular (bisa pada trauma), atrofi (riwayat glaukoma akut)
 Pupil: refleks cahaya langsung dan tak langsung, RAPD
 Bilik mata depan: dangkal/dalam (periksan kedalaman dengan
penlight)
 Lensa: kesan keruh/jernih, shadow test
o Pemeriksaan visus/fungsi penglihatan dengan snellen chart
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 125

Diagnosis : Konjungtivitis viral akut

Diagnosis Banding:
Gejala & Konj Konj Konj Gonore Konj Keratitis
Tanda Viral Bakteri Alergi
Rasa gatal Minimal Minimal + +++ -
Mata berair +++ ++ + +++ +
Sekret +/- ++ ++++ (profus, + (watery) +/-
(purulen) purulen)
Penurunan - - +/- (+ bila - +
visus keratokonjungtivitis)
Fotofobia - - - - +
Nyeri okular - - - - +
Pembesaran + Jarang + (biasanya Jarang Jarang
KGB preaurikular)
Penampakan Injeksi Injeksi Injeksi konj, Injeksi Injeksi
konj konj, konj, papil kemosis, papil (+), konj, papil siliar
folikel (+) (+) palpebra edema (+),
kemosis

Pemeriksaan penunjang : Pemeriksaan sekret pewarnaan gram terutama bila dicurigai


konjungtivitis gonore. Kultur swab konjungtiva tidak diindikasikan kecuali sekret berlebih
atau kondisinya menjadi kronik.

Tatalaksana farmakologik
 Pemberian tetes air mata artifisial 4-8 kali per hari selama 1-3 minggu untuk
memperbaiki keadaan mata kering yang terjadi pada konjungtivitis
 Tetes mata antihistamin (antazoline 0.5% atau naphzoline 0.05% dua kali per hari)
bila terasa sangat gatal
 Penggunaan rutin antibiotik atau steroid topikal untuk konjungtivitis viral tidak
dianjurkan

Tatalaksana nonfarmakologik
 Edukasi pasien bahwa konjungtivitis viral bersifat self-limited yang memburuk
selama 4-7 hari setelah onset dan mungkin reda dalam 2-3 minggu atau lebih bila
terdapat keterlibatan kornea
 Konjungtivitis viral sangat menular biasanya 10-12 hari setelah onset selama mata
merah (jika tak diberi steroid). Pasien sebaiknya menghindari memegang mata
mereka, berjabat tangan, memakai handuk bersama orang lain, dll. Batasi kegiatan
bersama dengan orang lain selama mata masih berair.
 Sering mencuci tangan
 Kompres dingin beberapa kali per hari untuk mengurangi edema dan injeksi
konjungtiva
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 126

MATA – GLAUKOMA KRONIK

1 JUDUL Mata - Glaukoma Kronik


2 KOMPETENSI 1) Anamnesis
DIUJIKAN (bold 2) Pemeriksaan fisik/psikiatri
yang berhubungan) 3) Interpretasi data/kemampuan prosedural pemeriksaan
penunjang
4) Penegakan diagnosis dan diagnosis banding
5) Tatalaksana nonfarmakoterapi
6) Tatalaksana farmakoterapi
7) Komunikasi dan edukasi pasien
8) Perilaku professional
3 SKENARIO DAN SKENARIO KLINIK
INSTRUKSI Seorang laki-laki berusia 53 tahun mengeluh penglihatan memburuk
PESERTA sejak satu tahun yang lalu.
TUGAS
1. Lakukan anamnesis pada pasien
2. Lakukan pemeriksaan fisis yang diperlukan pada kasus pasien
3. Tentukan diagnosis kerja dan diagnosis banding kasus pasien
4. Jelaskan penatalaksanaan farmakologi dan nonfarmakologi untuk
pasien
4 PASIEN
Identitas
Nama Markus Tan
Usia 53 tahun
Jenis Kelamin Laki-laki
Pekerjaan Wiraswasta
Status Nikah Menikah
Pendidikan SMA
Keluhan
Keluhan utama Susah melihat

Riwayat penyakit sekarang


Sejak kapan Satu tahun yang lalu
Lokasi, durasi, Penglihatan menurun sejak satu tahun yang lalu. Hal ini menyebabkan
frekuensi, pasien sering tersandung kalau berjalan, dan sering menabrakkan
karakteristik, bahunya kalau melewati pintu. Pasien juga kesulitan saat menyetir
memberat/ ringan mobil, karena dia harus menoleh jauh untuk dapat melihat mobil di
dengan apa, dll samping kiri atau kanan. Penurunan penglihatan terjadi secara perlahan.
Mata merah atau nyeri disangkal. Penglihatan seperti awan disangkal.

Sudah diobati? Belum

Lainnya
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 127

Riwayat Penyakit Pasien sejak kecil memakai kacamata karena rabun jauh, dengan visus
Dahulu kacamata -6.00 kiri dan kanan. Namun, pasien terakhir memeriksakan
matanya ke dokter hampir 20 tahun yang lalu.
Riwayat Keluarga Orang tua pasien dulu juga saat tua mengalami gangguan penglihatan
serupa.
Riwayat Sosial, Tidak ada
lingkungan,
kebiasaan
Riwayat Tumbuh Tidak ada
Kembang (anak)
5 MANEKIN+ALAT
Manekin (-)
Alat 1. Lup
2. Penlight
3. Snellen chart
4. Oftalmoskop
5. Foto papil glaukoma
6. Tonometer Schiotz
7. Swab alkohol
8. Tetes mata anestetik

PEMBAHASAN

Skenario
Pada pemeriksaan mata, ditemukan OD dan OS BMD dalam, visus OD 2/60 OS 3/60, lapang
pandang OD dan OS lebih buruk dari pemeriksa, TIO OD 25 mmHg OS 26 mmHg, dan CDR
OD 0,6 OS 0,7.

Anamnesis:
 Menyapa pasien, memperkenalkan diri
 Menanyakan identitas pasien (terutama nama dan usia)
 Membangun raport
 Meyakinkan pasien bahwa kerahasiaan informasi yang diberikan pasien terjamin
 Menanyakan keluhan utama: penurunan penglihatan sejak setahun yang lalu
 Menanyakan riwayat penyakit sekarang untuk memperoleh diagnosis kerja dan
diagnosis banding. Pasien ini masuk dalam kategori Mata Tenang, Visus Turun
Perlahan. (Lihat TIPS pada skenario A)
o Gejala yang menyertai: Apakah mata merah atau nyeri? Sejak kapan
penglihatan menurun? Apakah bayangan kabur seperti melihat awan-awan?
Apakah ada gangguan penglihatan perifer (mudah tersandung, bahu sering
menabrak dinding, harus menoleh jauh untuk melihat sesuatu di samping
badan)? Adakah pencetusnya?
o Rekurensi gejala: Apakah keluhan ini terus menerus atau hilang timbul?
o Progresivitas gejala: Apakah penglihatan terus menurun selama setahun ini
atau konstan?
 Menanyakan riwayat penyakit dahulu: myopia (faktor risiko glaukoma kronik),
kencing manis, tekanan darah tinggi
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 128

 Menanyakan riwayat pengobatan: apakah pernah ke dokter sebelumnya


 Menanyakan riwayat penyakit keluarga dan lingkungan sekitar: riwayat penyakit
serupa, riwayat keluhan serupa pada pada keluarga
 Riwayat sosial, ekonomi, dan budaya: pendidikan, pekerjaan, asuransi, jaminan
kesehatan, rumah tangga
 Pernyataan penutup: kesimpulan, izin melanjutkan pemeriksaan

Pemeriksaan Fisis
 Menjelaskan dan meminta izin pasien untuk melakukan pemeriksaan
 Mencuci tangan
 Mengukur tanda vital dan pemeriksaan generalis singkat
 Pemeriksaan status lokalis/mata
o Inspeksi dengan lup dan penlight segmen anterior
 Palpebra superior dan inferior: tanda radang merah dan bengkak
 Konjungtiva tarsal (superior dan inferior) dan bulbi: injeksi
konjungtiva, injeksi siliar, hordeolum, kalazion
 Kornea: lihat kejernihan, apa ada infiltrat
 Iris: regular/iregular (bisa pada trauma), atrofi (riwayat glaukoma akut)
 Pupil: refleks cahaya langsung dan tak langsung, RAPD (lihat
checklist)
 Bilik mata depan: dangkal/dalam (periksan kedalaman dengan
penlight) (lihat checklist)
 Lensa: kesan keruh/jernih, shadow test (lihat checklist)
o Pemeriksaan tekanan bola mata dengan palpasi digital: Gunakan jari telunjuk
untuk menekan palpebral superior mata yang ditutup. Mata dengan TIO
normal akan terasa seperti ujung hidung, sementara mata dengan TIO tinggi
akan terasa seperti ujung dagu. Mata dengan TIO terlalu rendah akan terasa
seperti pipi.
o Pemeriksaan tekanan bola mata dengan tonometri Schiotz bila tersedia (lihat
checklist)
o Pemeriksaan ketajaman penglihatan/visus (lihat checklist pemeriksaan)
o Pemeriksaan konfrontasi/lapang pandang (lihat checklist pemeriksaan)
o Pemeriksaan segmen posterior/fundus mata dengan funduskopi (lihat
checklist pemeriksaan). Yang perlu dilaporkan setelah pemeriksaan:
 Refleks fundus (+)/ (-)
 Papil nervus optik
 Cup-Disc Ratio (CDR): normalnya 0.3-0.5
 Warna: pucat/tidak pucat (pucat pada glaukoma)
 Batas: tegas/tidak tegas (tidak tegas pada papiledema)
 Pembuluh darah retina:
 Arteri-Vena Ratio (AV ratio): normalnya 2:3 (menurun pada
hipertensi)
 Adanya perdarahan superfisial retina (flame-shaped
hemorrhage) dan perdarahan profunda (dot & blot hemorrhage)
 Adanya mikroaneurisma (pada retinopati diabetik stadium
awal)
 Adanya neovaskularisasi (pada retinopati diabetik stadium
proliferatif)
 Adanya cotton wool spot, hard exudate (pada retinopati
diabetik)
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 129

 Refleks makula: (+)/(-) normalnya positif

Diagnosis: glaukoma sudut terbuka kronik

Diagnosis banding: katarak, retinopati diabetik, retinopati hipertensi, gangguan refraksi

Tatalaksana farmakologis
 Tetes mata timolol 2 dd gtt 1; kontrol setelah 1 bulan

Tatalaksana nonfarmakologis
 Rujuk pasien segera ke dokter mata untuk tatalaksana lebih lanjut
 Pemeriksaan tekanan bola mata dan kedalaman bilik mata pada keluarga inti untuk
mencegah glaukoma akut maupun kronik
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 130

KULIT – TINEA KRURIS

1 JUDUL KULIT - TINEA KRURIS


2 KOMPETENSI 1) Anamnesis
DIUJIKAN 2) Pemeriksaan fisik/psikiatri
(bold yang 3) Interpretasi data/kemampuan prosedural pemeriksaan
berhubungan) penunjang
4) Penegakan diagnosis dan diagnosis banding
5) Tatalaksana nonfarmakoterapi
6) Tatalaksana farmakoterapi
7) Komunikasi dan edukasi pasien
8) Perilaku professional
3 SKENARIO SKENARIO KLINIK
DAN Seorang perempuan 27 tahun datang dengan keluhan gatal pada
INSTRUKSI lipat paha yang memberat sejak 1 minggu yang lalu.
PESERTA
TUGAS
1. Lakukan anamnesis pada pasien!
2. Sebutkan efloresensi pada kasus ini!
3. Sebutkan diagnosis dan diagnosis banding!
4. Pemeriksaan penunjang apakah yang diperlukan pada kasus ini?
5. Berikan tatalaksana farmakologis dan nonfarmakologis untuk
pasien!
4 PASIEN
Identitas
Nama Jennifer
Usia 27
Jenis Kelamin Perempuan
Pekerjaan Sales mobil
Status Nikah Belum menikah
Pendidikan D3
Keluhan
Keluhan utama Selangkangan gatal

Riwayat penyakit sekarang


Sejak kapan 1 minggu yang lalu
Lokasi, durasi, Gatal pada lipat paha memberat sejak 1 minggu yang lalu. Gatal
frekuensi, dirasakan memberat terutama bila pasien sedang bekerja dan
karakteristik, berkeringat. Timbul bentol-bentol kecil dan kemerahan, serta sisik
memberat/ pada daerah lipatan paha sejak timbul dan semakin meluas.
ringan dengan
apa, dll
Sudah diobati? Belum.

Lainnya
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 131

Riwayat Tidak ada.


Penyakit
Dahulu
Riwayat Tidak ada.
Keluarga
Riwayat Sosial, Pasien sering memakai celana ketat dalam kesehariannya.
lingkungan,
kebiasaan
5 MANEKIN+ALAT
Manekin (-)
Alat 1. Foto kasus tinea kruris
2. Object glass
3. Skalpel
4. Kapas alkohol
5. Larutan KOH 10%
6. Kaca penutup
7. Foto gambaran mikroskopis jamur

PEMBAHASAN

Anamnesis:
 Menyapa pasien, memperkenalkan diri
 Menanyakan identitas pasien (terutama nama dan usia)
 Membangun raport
 Meyakinkan pasien bahwa kerahasiaan informasi yang diberikan pasien terjamin
 Menanyakan keluhan utama: gatal pada daerah lipat paha sejak 1 minggu
 Menanyakan riwayat penyakit sekarang:
o Lokasi, penyebaran, onset, pemicu
o Gejala yang menyertai
o Riwayat pengobatan: apa dan bagaimana responsnya
o Progresivitas gejala sejak onset
 Menanyakan riwayat penyakit dahulu: atopi (alergi, asma, bersin-bersin pagi hari),
riwayat seperti ini sebelumnya, kencing manis, tekanan darah tinggi, penyakit lain
yang pernah diderita
 Menanyakan riwayat penyakit keluarga dan lingkungan sekitar: riwayat penyakit
serupa
 Riwayat sosial, ekonomi, dan budaya: pendidikan, pekerjaan, asuransi, jaminan
kesehatan, rumah tangga, riwayat kebiasaan berolahraga, higiene pribadi (yang
berhubungan dengan kasus misalnya memakai pakaian menyerap keringat, ketat,
kelembaban daerah lesi, ganti pakaian)
 Pernyataan penutup: kesimpulan, izin melanjutkan pemeriksaan

Pemeriksaan Fisis
 Menjelaskan dan meminta izin pasien untuk melalukan pemeriksaan
 Mencuci tangan
 Mengukur tanda vital dan pemeriksaan generalis singkat
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 132

 Pemeriksaan status lokalis/penilaian efloresensi kulit (lihat checklist efloresensi):


lokasi, efloresensi primer (makula, vesikel, papul, dll), warna, jumlah, penyebaran,
bentuk, batas, ukuran, gejala spesifik (contoh lesi aktif pada tepi, central healing,
skuama berlapis-lapis, dll), efloresensi sekunder (erosi, ekskoriasi, dll)

Pada regio skrotum sampai lipatan paha kanan dan kiri, terdapat plak eritem
berukuran plakat, berbatas tegas dengan tepi lebih hiperemis dan berskuama,
terdapat central healing dengan erosi dan ekskoriasi di sekitarnya.

Diagnosis : tinea kruris

Diagnosis banding : kandidosis intertriginosa, dermatitis kontak ec. celana

Pemeriksaan penunjang
 Wood’s lamp: tinea kruris berpendar kuning kehijauan, pitiriasis versikolor berwarna
kuning keemasan, eritrasma berwarna koral merah
 Pemeriksaan kerokan kulit dengan KOH 20%:
o Tinea kruris ditemukan artrospora dan hifa panjang bersekat
o Kandidosis ditemukan blastospora dan pseudohifa/hifa semu
o Pitiriasis versikolor ditemukan spora bulat bergerombol dan hifa pendek
melengkung (spaghetti & meatball appearance)

Tatalaksana farmakologis:
 Obat topikal diindikasikan pada lesi tidak luas:
o Krim mikonazol 2x/hari minimal 3 minggu (2 minggu sesudah KOH
negatif/klinis membaik) untuk mencegah kekambuhan, dioleskan sampai 1 cm
setelah batas lesi
 Obat oral diindikasikan pada tinea kruris yang berat/luas/sering kambuh/tidak sembuh
dengan obat topikal/mengenai daerah berambut:
o Ketokonazol 1x200 mg selama 3-4 minggu
atau
o Griseofulvin 50 mg/hari selama 3-4 minggu

Tatalaksana nonfarmakologis:
 Menjaga higiene daerah infeksi, memakai pakaian longgar/menyerap keringat,
menjaga daerah tersebut tidak lembab/kering
 Edukasi: memakai obat sampai waktu yang ditentukan untuk mencegah kekambuhan
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 133

KULIT – DERMATITIS KONTAK ALERGIK

1 JUDUL Kulit - Dermatitis Kontak Alergik


2 KOMPETENSI 1) Anamnesis
DIUJIKAN 2) Pemeriksaan fisik/psikiatri
(bold yang 3) Interpretasi data/kemampuan prosedural pemeriksaan
berhubungan) penunjang
4) Penegakan diagnosis dan diagnosis banding
5) Tatalaksana nonfarmakoterapi
6) Tatalaksana farmakoterapi
7) Komunikasi dan edukasi pasien
8) Perilaku professional
3 SKENARIO SKENARIO KLINIK
DAN Seorang perempuan berusia 21 tahun datang dengan keluhan
INSTRUKSI tangan merah dan gatal sejak 1 hari yang lalu.
PESERTA TUGAS
1. Lakukan anamnesis pada pasien!
2. Sebutkan efloresensi pada kasus ini!
3. Sebutkan diagnosis, diagnosis banding, dan pemeriksaan
penunjang!
4. Berikan tatalaksana farmakologis dan nonfarmakologis untuk
pasien!
4 PASIEN
Identitas
Nama Veronica
Usia 21 tahun
Jenis Kelamin Perempuan
Pekerjaan Mahasiswi keperawatan
Status Nikah Belum menikah
Pendidikan SMA
Keluhan
Keluhan Kedua tangan merah dan gatal
utama
Riwayat penyakit sekarang
Sejak kapan Satu hari yang lalu
Lokasi, durasi, Kedua tangan merah dan gatal, disertai bintil-bintil berisi cairan
frekuensi, yang mudah pecah. Ruam memenuhi seluruh tangan, baik telapak
karakteristik, maupun punggung. Dua hari sebelumnya pasien memakai sarung
memberat/ tangan karet. Satu bulan yang lalu, tangan pasien juga pernah
ringan dengan merah dan gatal tapi tidak seberat sekarang, dan sembuh sendiri
apa, dll setelah satu hari.

Sudah Belum
diobati?
Lainnya
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 134

Riwayat Tidak ada


Penyakit
Dahulu
Riwayat Tidak ada
Keluarga

Riwayat Tidak ada


Sosial,
lingkungan,
kebiasaan
5 MANEKIN+ALAT
Manekin (-)
Alat 1. Foto dermatitis kontak alergik

PEMBAHASAN

Pemeriksaan Fisis
 Menjelaskan dan meminta izin pasien untuk melalukan pemeriksaan
 Mencuci tangan
 Mengukur tanda vital dan pemeriksaan generalis singkat
 Pemeriksaan status lokalis/penilaian efloresensi kulit: lokasi, efloresensi primer
(makula, vesikel, papul, dll), warna, jumlah, penyebaran, bentuk, batas, ukuran,
gejala spesifik (contoh lesi aktif pada tepi, central healing, skuama berlapis-lapis, dll),
efloresensi sekunder (erosi, ekskoriasi, dll).

Pada manus dextra et sinistra terdapat makula eritema yang memenuhi seluruh
manus sampai pergelangan tangan, disertai papul dan vesikel milier multipel.

Diagnosis: dermatitis kontak alergik ec. susp. lateks

Diagnosis banding: dermatitis kontak iritan

Pemeriksaan penunjang: patch test (pada DKA, akan menunjukkan reaksi crescendo), skin
prick test

Tatalaksana farmakologis
 Kortikosteroid topikal: krim clobetasol 0,05%, 2 kali sehari, selama 1 minggu
 Antihistamin: untuk mengurangi rasa gatal yang hebat terutama malam hari gunakan
yang berefek sedatif misalnya difenhidramin

Tatalaksana nonfarmakologis
 Gunakan sarung tangan yang berbahan non-lateks
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 135

THT, Kepala, Leher


Pengantar untuk pengajar
Setelah melalui pos THT, Kepala, dan Leher ini, ada beberapa hal yang harus bisa dicapai
oleh siswa:
1. Mampu melakukan pendekatan terhadap kasus infeksi telinga, termasuk penurunan
pendengaran
2. Mampu melakukan pendekatan pada penyakit alergi (rhinitis alergi)
3. Mampu menulis resep untuk kasus THT (lihat lampiran bagian akhir buku)

Tips and Tricks


Sama seperti mata, fokus pos THT adalah pemeriksaan fisis dan penggunaan alat. Namun,
jangan lupa untuk mengajarkan anamnesis, meskipun hanya singkat.

Pemeriksaan THT ada banyak dan lama, murid juga banyak, sementara waktu sedikit.
Karena itu, kami menyarankan mulai setiap pemeriksaan dengan memeragakan terlebih
dahulu cara melakukan yang benar. Setelah itu, beri waktu bebas kepada murid untuk
mencobakan ke satu sama lain. Anda jangan santai; perhatikan apakah mereka melakukan
dengan benar. Rajin-rajinlah mengkoreksi dan memberi input, karena biasanya murid tidak
sadar bila mereka salah melakukan.

Sekali lagi kami ingatkan untuk jangan meremehkan. Pemeriksaan THT tidak semudah yang
dibaca. Pelajari dan kuasai checklist yang sudah Anda miliki, pahami langkah demi langkah,
agar tidak menjadi batu sandungan bagi murid.

Pemeriksaan THT juga mengotori alat-alat (karena masuk ke orifisium-orifisium wajah), jadi
pastikan jumlah swab alcohol Anda cukup dan tersedia tempat sampah. Selalu ingatkan
murid untuk membuang sampah ke tempatnya dan membersihkan alat sebelum
mengembalikan ke tempatnya.
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 136

OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK

1 JUDUL THT - OMSK


2 KOMPETENSI 1) Anamnesis
DIUJIKAN (bold 2) Pemeriksaan fisik/psikiatri
yang 3) Interpretasi data/kemampuan prosedural pemeriksaan
berhubungan) penunjang
4) Penegakan diagnosis dan diagnosis banding
5) Tatalaksana nonfarmakoterapi
6) Tatalaksana farmakoterapi
7) Komunikasi dan edukasi pasien
8) Perilaku professional
3 SKENARIO DAN SKENARIO KLINIK
INSTRUKSI Seorang anak laki-laki 12 tahun datang karena kedua telinganya
PESERTA keluar cairan sejak tiga bulan yang lalu.

TUGAS
1. Lakukan anamnesis pada pasien!
2. Lakukan pemeriksaan fisis yang diperlukan pada pasien!
3. Sebutkan diagnosis dan diagnosis banding kasus ini!
4. Pemeriksaan penunjang apakah yang diperlukan pada kasus
ini?
5. Berikan tatalaksana farmakologis dan nonfarmakologis untuk
pasien!
4 PASIEN
Identitas
Nama Suryadi
Usia 12 tahun
Jenis Kelamin Laki-laki
Pekerjaan Siswa SMP
Status Nikah Belum menikah
Pendidikan SD
Keluhan
Keluhan utama Keluar cairan dari telinga kana

Riwayat penyakit sekarang


Sejak kapan Tiga bulan yang lalu
Lokasi, durasi, Cairan kental berwarna kekuningan, berbau tidak enak. Keluhan
frekuensi, tersebut juga disertai dengan penurunan pendengaran, tapi tidak
karakteristik, disertai nyeri. Awalnya, tiga bulan lalu, pasien merasakan telinga
memberat/ kanan nyeri selama tiga hari. Kemudian, keluar cairan dari telinga
ringan dengan dan nyeri mereda.
apa, dll
Sudah diobati? Belum
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 137

Lainnya
Riwayat Semenjak kecil sering batuk pilek
Penyakit
Dahulu
Riwayat Tidak ada
Keluarga
Riwayat Sosial, Sering membersihkan telinga dengan cotton bud
lingkungan,
kebiasaan
Riwayat Tidak ada
Tumbuh
Kembang
(anak)
5 MANEKIN+ALAT
Manekin (-)
Alat 1. Headlamp
2. Otoskop
3. Alcohol swab
4. Foto membran timpani OMSK
5. Garpu tala

PEMBAHASAN

Skenario
Pasien anak laki-laki 12 tahun datang karena keluar cairan dari telinga kanan sejak tiga bulan
yang lalu. Cairan kental berwarna kekuningan, berbau tidak enak. Keluhan tersebut juga
disertai dengan penurunan pendengaran, tapi tidak disertai nyeri. Awalnya, tiga bulan lalu,
pasien merasakan telinga kanan nyeri selama tiga hari. Kemudian, keluar cairan dari telinga
dan nyeri mereda. Pasien tidak berobat ke dokter. Semenjak kecil pasien sering batuk pilek,
tidak memiliki riwayat alergi. Pasien sering membersihkan telinganya dengan cotton bud.
Keluhan gangguan penglihatan, mulut mencong, nyeri kepala, dan nyeri di belakang telinga
disangkal.

Pada pemeriksaan fisis didapatkan nadi 90 x/menit, suhu 36,60C. Pemeriksaan otoskopik
didapatkan AD: daun telinga tenang, nyeri tekan mastoid (-), dinding meatus akustikus
eksternus tenang, sekret (+), membran timpani perforasi sentral, refleks cahaya (-), jaringan
granulasi (+), kolesteatoma (-). AS: dinding telinga tenang, nyeri tekan mastoid (-), meatus
akustikus eksternus tenang, membran timpani intak, bulging (-), refleks cahaya (+). Pada
pemeriksaan pendengaran didapatkan tes rinne AD (-) AS (+); tes weber lateralisasi ke
telinga kanan; tes swabach AD memanjang AS sama dengan pemeriksa.

Anamnesis
 Menyapa pasien, memperkenalkan diri
 Menanyakan identitas pasien (terutama nama dan usia)
 Membangun raport
 Meyakinkan pasien bahwa kerahasiaan informasi yang diberikan pasien terjamin
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 138

 Menanyakan keluhan utama: keluar cairan dari telinga kanan sejak 3 bulan yang lalu
 Menanyakan riwayat penyakit sekarang:
o Mendalami keluhan utama: konsistensi, bau, warna, jumlah banyak/sedikit
o Gejala yang menyertai:
 Apakah ada nyeri? Jika ada, kapan terjadinya? Saat ini atau di masa
lalu?
 Penurunan pendengaran? Jika ya, onset? Progresivitas? Apakah ada
tinitus?
 Apakah ada pusing berputar?
 Gejala lain: Demam, batuk, pilek, nyeri tenggorok?
 Khusus suspek OMSK: Apakah ada gejala malignan? (Gangguan
penglihatan, muka mencong, nyeri kepala, nyeri di belakang telinga)
o Riwayat pengobatan: apa dan bagaimana responsnya
o Rekurensi
 Menanyakan riwayat penyakit dahulu: batuk pilek, atopi (alergi, asma, bersin-bersin
pagi hari), riwayat seperti ini sebelumnya, kencing manis, tekanan darah tinggi,
penyakit lain yang pernah diderita
 Menanyakan riwayat penyakit keluarga dan lingkungan sekitar: riwayat penyakit
serupa, riwayat atopi keluarga
 Riwayat sosial, ekonomi, dan budaya: pendidikan, pekerjaan, asuransi, jaminan
kesehatan, rumah tangga, riwayat kebiasaan berolahraga, kebiasaan (khusus telinga
bisa tanyakan kebiasaan mengorek kuping)
 Pernyataan penutup: kesimpulan, izin melanjutkan pemeriksaan

Pemeriksaan Fisis
 Menjelaskan dan meminta izin pasien untuk melalukan pemeriksaan
 Mencuci tangan
 Mengukur tanda vital dan pemeriksaan generalis singkat
 Pemeriksaan status lokalis telinga (lihat checklist)
o Memakai lampu kepala, duduk di samping pasien, depan telinga yang akan
diperiksa
o Inspeksi telinga luar
 Preaurikular: tanda radang, eritema, edema, fistula preaurikular
 Aurikular: bentuk telinga normal/mikrotia, sekret (warna, konsistensi,
jumlah), liang telinga luar lapang/sempit, edema, eritema
 Retroaurikular: edema, eritema, fistula
o Palpasi telinga luar
 Preaurikular: nyeri tekan, pembesaran KGB preaurikular
 Auricular: nyeri tekan tragus, nyeri pada pelipatan daun telinga (tanda
perikondritis)
 Retroaurikular: nyeri tekan, pembesaran KGB retroaurikular?
o Inspeksi dengan otoskopi
 Liang telinga luar lapang/sempit, edema, eritema, sekret
 Liang telinga dalam lapang/sempit, edema, eritema, sekret
 Membran timpani: intak/perforasi (letak marginal/atik/sentral),
refleks cahaya (pada jam?), bulging/retraksi,
hiperemis/suram/normal, kolesteatoma/tidak, jaringan granulasi (-/+)
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 139

 Pemeriksaan fungsi pendengaran dengan garpu tala (lihat checklist)

Diagnosis : Otitis media supuratif kronik tipe benigna

Diagnosis banding
Gejala & Tanda OE OE OMA std OMA std OMSK
Sirkumskripta difus supurasi perforasi maligna
Keluhan nyeri + + + - -
telinga
Gangguan Dapat (+) bila + + + +
pendengaran folikulitis besar
Sekret - + - + +
Nyeri tekan tragus + + - - -
Liang telinga edem - + - - -
difus/sempit
Bisul/folikulitis + - - - -
Membran timpani Intak Intak Hiperemis, Perforasi Perforasi
membonjol
Gejala lain - - - - Pandangan
ganda, mulut
mencong
Tanda lain Kolesteatoma

Pemeriksaan penunjang
Diagnosis otitis media supuratif kronik ditegakkan dengan anamnesis dan pemeriksaan fisis.
Pemeriksaan audiometri umumnya tidak perlu, kecuali ditemukan gangguan pendengaran
yang menetap setelah pasien sembuh. Bila ada kecurigaan ke arah maligna, bisa dilakukan
pemeriksaan imejing seperti CT-Scan.

Tatalaksana farmakologis
1. Berikan tetes telinga antibiotik (neomycin + polymyxin B atau ciprofloxacin)
2. Lakukan cuci telinga rutin dengan H202 3%
3. Kauter jaringan granulasi dengan AgNO3 (rujuk ke spesialis THT)

Tatalaksana nonfarmakologis
Edukasi mengenai penyakit, terapi, komplikasi. Yang penting adalah menjaga kebersihan
telinga.
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 140

RHINITIS ALERGI

1 JUDUL THT - Rhinitis Alergi


2 KOMPETENSI 1) Anamnesis
DIUJIKAN (bold 2) Pemeriksaan fisik/psikiatri
yang 3) Interpretasi data/kemampuan prosedural pemeriksaan penunjang
berhubungan)
4) Penegakan diagnosis dan diagnosis banding
5) Tatalaksana nonfarmakoterapi
6) Tatalaksana farmakoterapi
7) Komunikasi dan edukasi pasien
8) Perilaku professional
3 SKENARIO DAN SKENARIO KLINIK
INSTRUKSI Seorang perempuan 16 tahun datang dengan keluhan hidung tersumbat dan
PESERTA bersin-bersin hampir setiap pagi hari sejak 3 bulan terakhir.
TUGAS
1. Lakukan anamnesis pada pasien!
2. Lakukan pemeriksaan fisis yang diperlukan pada pasien!
3. Sebutkan diagnosis dan diagnosis banding kasus ini!
4. Pemeriksaan penunjang apakah yang diperlukan pada kasus ini?
5. Berikan tatalaksana farmakologis dan nonfarmakologis untuk pasien!

4 PASIEN
Identitas
Nama Devita
Usia 16 tahun
Jenis Kelamin Perempuan
Pekerjaan Siswa
Status Nikah Belum menikah
Pendidikan SMP
Keluhan
Keluhan utama Hidung mampet dan pilek

Riwayat penyakit sekarang


Sejak kapan Tiga bulan yang lalu
Lokasi, durasi, Hidung tersumbat dan bersin-bersin hampir setiap pagi hari sejak 3 bulan
frekuensi, terakhir. Hidung juga dirasakan gatal terutama bila pasien terpapar debu.
karakteristik, Pasien merasa tidak nyaman, tetapi aktivitasnya tidak terganggu.
memberat/
ringan dengan
apa, dll
Sudah diobati? Gejala membaik setelah pasien minum obat dari dokter 1 bulan yang lalu,
tapi kemudian kambuh lagi
Lainnya
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 141

Riwayat Gatal-gatal bila makan telur


Penyakit
Dahulu
Riwayat Ibu pasien memiliki asma
Keluarga

Riwayat Sosial, Tidak ada


lingkungan,
kebiasaan
5 MANEKIN+ALAT
Manekin (-)
Alat 1. Headlamp
2. Spekulum nasi
3. Spatel tongue
4. Alcohol swab
5. Foto mukosa nasi rinitis alergi

PEMBAHASAN

Anamnesis
 Menyapa pasien, memperkenalkan diri
 Menanyakan identitas pasien (terutama nama dan usia)
 Membangun raport
 Meyakinkan pasien bahwa kerahasiaan informasi yang diberikan pasien terjamin
 Menanyakan keluhan utama: hidung tersumbat dan bersin-bersin hampir setiap pagi
hari sejak 3 bulan terakhir
 Menanyakan riwayat penyakit sekarang:
o Gejala yang menyertai:
 Sekret? JKonsistensi? Bau? Warna? Jumlah banyak/sedikit?
 Onset? Progresivitas?
 Gejala lain: Demam, batuk , pilek, nyeri tenggorok, sakit kepala, nyeri
daerah sinus? (gejala organ THT)
o Riwayat pengobatan: apa dan bagaimana responsnya
o Rekurensi: untuk menentukan klasifikasi rhinitis alergi intermiten vs
persisten
o Tingkat serangan: ringan/sedang-berat
 Menanyakan riwayat penyakit dahulu: atopi (alergi, asma, bersin-bersin pagi hari),
riwayat seperti ini sebelumnya, kencing manis, tekanan darah tinggi, penyakit lain
yang pernah diderita
 Menanyakan riwayat penyakit keluarga dan lingkungan sekitar: riwayat penyakit
serupa, riwayat atopi keluarga
 Riwayat sosial, ekonomi, dan budaya: pendidikan, pekerjaan, asuransi, jaminan
kesehatan, rumah tangga, riwayat kebiasaan berolahraga, kebiasaan (merokok,
olahraga)
 Pernyataan penutup: kesimpulan, izin melanjutkan pemeriksaan

Pemeriksaan Fisis
 Menjelaskan dan meminta izin pasien untuk melalukan pemeriksaan
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 142

 Mencuci tangan, memakai sarung tangan


 Mengukur tanda vital dan pemeriksaan generalis singkat
 Pemeriksaan status lokalis hidung dan sinus paranasalis
o Memakai lampu kepala dan duduk berhadapan pasien dengan posisi kedua
kaki pemeriksa tertutup di samping kaki kiri atau kanan pasien
o Inspeksi
 Hidung luar: tanda radang, eritem, edema, deviasi septum
 Daerah sinus: tanda radang, eritem, edema,
 Lubang hidung (memakai jari, tanpa rinoskopi anterior, mendorong
cuping hidung ke atas, posisi kepala pasien agak tengadah): Kavum
nasi lapang/sempit? Edema? Eritem? Sekret (warna, konsistensi,
jumlah)?
o Palpasi
 Hidung luar: nyeri tekan, diskontinuitas, krepitasi
 Daerah sinus (maksilaris, ethmoidalis, frontalis): nyeri tekan sinus
o Inspeksi kavum nasi/rinoskopi anterior dengan spekulum hidung
 Inspeksi septum, konka inferior, meatus inferior, konka media, meatus
media, dasar hidung: Apakah konka hipertrofi, hiperemis, atau livide?
Apa ada sekret di meatus (konsistensi, warna, jumlah)?
 Pemeriksaan tenggorok
o Minta pasien membuka mulut, inspeksi lidah dengan spatel tounge dan
penlight (geographic tongue --> rhinitis alergi), mukosa, palatum durum,
palatum mole, uvula (di tengah atau tidak), arkus faring anterior, arkus faring
posterior, tonsil (detritus, kripta, ukuran), dinding faring posterior
(cobblestone appearance, hiperemis, post nasal drip)

Diagnosis : Rhinitis alergika persisten ringan

Diagnosis banding: Common cold

Pemeriksaan penunjang: Uji cukit kulit untuk mengidentifikasi alergen penyebab

Tatalaksana nonfarmakologis : Edukasi pasien bahwa terapi utama adalah menghindari


alergen dan eliminasi

Tatalaksana farmakologis : Antihistamin oral ATAU kortikosteroid topikal. Evaluasi


setelah 2-4 minggu.
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 143

EPISTAKSIS

1 JUDUL Hidung - Epistaksis


2 KOMPETENSI 1) Anamnesis
DIUJIKAN (bold 2) Pemeriksaan fisik/psikiatri
yang 3) Interpretasi data/kemampuan prosedural pemeriksaan penunjang
berhubungan)
4) Penegakan diagnosis dan diagnosis banding
5) Tatalaksana nonfarmakoterapi
6) Tatalaksana farmakoterapi
7) Komunikasi dan edukasi pasien
8) Perilaku professional
3 SKENARIO DAN SKENARIO KLINIK
INSTRUKSI Seorang laki-laki 18 tahun datang dengan keluhan mimisan luar darah
PESERTA dari hidung sejak 10 menit yang lalu

TUGAS
1. Lakukan anamnesis pada pasien!
2. Lakukan pemeriksaan fisis yang diperlukan pada pasien!
3. Sebutkan diagnosis dan diagnosis banding kasus ini!
4. Pemeriksaan penunjang apakah yang diperlukan pada kasus ini?
5. Berikan tatalaksana farmakologis dan nonfarmakologis untuk pasien!

4 PASIEN
Identitas
Nama Jatmiko
Usia 18 tahun
Jenis Kelamin Laki-laki
Pekerjaan Belum bekerja
Status Nikah Belum menikah
Pendidikan SMA
Keluhan
Keluhan utama Mimisan

Riwayat penyakit sekarang


Sejak kapan 10 menit yang lalu
Lokasi, durasi, Pasien keluar darah dari lubang hidung kanan sejak 10 menit yang lalu.
frekuensi, Darah tidak mengalir, hanya menetes, jumlah sekitar 50 cc. Dari lubang
karakteristik, hidung kiri tidak ada darah. Awalnya keluar darah saat pasien sedang
memberat/ mengorek. Hari ini sudah mimisan sebanyak tiga kali, dengan durasi
ringan dengan masing-masing sekitar 10-15 menit, tidak banyak, dan berhenti sendiri.
apa, dll Tidak ada keluar darah dari mulut. Pasien tidak sedang batuk pilek, dan
tidak ada cairan lain yang keluar dari hidung.

Sudah diobati? Belum

Lainnya
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 144

Riwayat Dari dulu sudah beberapa kali mengalami mimisan serupa


Penyakit
Dahulu
Riwayat Tidak ada
Keluarga
Riwayat Sosial, Kebiasaan mengorek hidung
lingkungan,
kebiasaan
5 MANEKIN+ALAT
Manekin 1. Manekin hidung
Alat 1. Headlamp
2. Spekulum nasi
3. Spatel tongue
4. Epistaksis set (dengan forceps bayonet)
5. Kassa, kapas
6. Lidocaine dan epinefrin

PEMBAHASAN

Anamnesis
 Menyapa pasien, memperkenalkan diri
 Menanyakan identitas pasien (terutama nama dan usia)
 Membangun raport
 Meyakinkan pasien bahwa kerahasiaan informasi yang diberikan pasien terjamin
 Menanyakan keluhan utama: mimisan sejak 15 menit yang lalu
 Menanyakan riwayat penyakit sekarang:
o Mendalami keluhan utama: Berapa banyak darah yang keluar? Dari kedua
lubang hidung apa hanya satu? Mengalir atau menetes? Apa pencetusnya
(trauma, olahraga, migren, benda asing)? Apa keluar darah dari mulut?
o Gejala yang menyertai:
 Sekret? Jika ya, konsistensi? Bau? Warna? Jumlah banyak/sedikit?
 Onset? Progresivitas?
 Gejala lain: demam, batuk, pilek, nyeri tenggorok, sakit kepala, nyeri
daerah sinus (gejala organ THT)
o Riwayat pengobatan: apa dan bagaimana responsnya
 Menanyakan riwayat penyakit dahulu: riwayat mimisan sebelumnya, riwayat
mudah memar, penyakit lain yang pernah diderita
 Menanyakan riwayat penyakit keluarga dan lingkungan sekitar: riwayat penyakit
serupa
 Riwayat sosial, ekonomi, dan budaya: riwayat kebiasaan mengorek hidung,
pendidikan, pekerjaan, asuransi, jaminan kesehatan, rumah tangga, riwayat kebiasaan
berolahraga, kebiasaan (merokok, olahraga)
 Pernyataan penutup: kesimpulan, izin melanjutkan pemeriksaan

Pemeriksaan fisis
 Menjelaskan dan meminta izin pasien untuk melalukan pemeriksaan
 Mencuci tangan, memakai sarung tangan
 Mengukur tanda vital dan pemeriksaan generalis singkat
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 145

 Pemeriksaan status lokalis hidung dan sinus paranasalis


o Memakai lampu kepala dan duduk berhadapan pasien dengan posisi kedua
kaki pemeriksa tertutup di samping kaki kiri atau kanan pasien
o Inspeksi
 Hidung luar: Apakah ada darah, tanda radang, eritema, edema, deviasi
septum?
 Daerah sinus: Tanda radang, eritema, edema
 Lubang hidung (memakai jari, tanpa rinoskopi anterior, mendorong
cuping hidung ke atas, posisi kepala pasien agak tengadah): Apakah
ada darah? Kavum nasi lapang/sempit? Edema? Eritem? Sekret
(warna, konsistensi, jumlah)?
o Palpasi
 Hidung luar: Nyeri tekan? Diskontinuitas, krepitasi (bila fraktur)?
 Daerah sinus (maksilaris, ethmoidalis, frontalis): Nyeri tekan sinus?
o Inspeksi kavum nasi/rinoskopi anterior dengan speculum hidung (lihat
checklist)
 Inspeksi septum, konka inferior, meatus inferior, konka media, meatus
media, dasar hidung: Apakah ada darah, dan apakah titik
perdarahannya terlihat? Apakah konka hipertrofi, hiperemis, atau
livide? Ada apa sekret di meatus (konsistensi, warna, jumlah)? Apakah
ada deviasi septum?
 Pemeriksaan tenggorok
o Minta pasien membuka mulut, tekan lidah ke bawah dengan spatel tounge,
terangi mulut dengan penlight: Periksa mukosa, palatum durum, palatum
molle, uvula (di tengah atau tidak), arkus faring anterior, arkus faring
posterior, tonsil (detritus, kripta, ukuran), dinding faring posterior (apakah ada
darah?)

Diagnosis : Epistaksis anterior ec. trauma minor

Diagnosis banding : tidak ada

Pemeriksaan penunjang : tidak perlu

Edukasi : Edukasi pasien bahwa untuk mencegah rekurensi, tidak boleh mengorek hidung di
masa depan

Tatalaksana:
Kauter titik perdarahan dengan menggunakan AgNO3. Bila tidak berhasil, pasang tampon
anterior (lihat checklist).
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 146

Pos Tindakan/Skill
Pengantar untuk pengajar

Perhitungan waktu untuk pos ini (tersedia waktu 2 jam):


 Peragaan sirkum: 15 menit
 Peragaan resusitasi neonatus: 10 menit
 Peragaan pasang infus: 5 menit
 Peragaan insersi NGT: 5 menit
 Peragaan insersi kateter: 10 menit
 Total untuk peragaan: 45 menit

Masing-masing murid melakukan semua tindakan dalam waktu 55 menit:


 Sirkum: 15 menit
 Resusitasi neonatus: 10 menit
 Pasang infus: 10 menit
 Insersi NGT: 10 menit
 Insersi kateter: 10 menit
 Total untuk murid melakukan: 55 menit

20 menit sisa: antisipasi keterlambatan, persiapan perpidahan, tanya-jawab

Saran:
Murid latihan sirkum paralel dengan resusitasi neonatus (2 orang), intubasi (2 orang), pasang
infus (2 orang), dan insersi NGT (2 orang) agar tidak saling menunggu karena keterbatasan
alat

Share periode sebelumnya


Oleh Ngabila Salama
1. Gw mulai dgn penjelasan umum ttg sirkumsisi pakai slide khusus yang gw buat (10
menit)
2. Video dan slide sirkum gw copy-in utk murid biar video bs dia tonton sendiri dirumah
3. Gw lgsg mulai simulasi sirkum: baca pemicu, simulasi lgsg anamnesis, PF, sampai
tindakan yg lege artis selesai dan edukasi (sesuai list pertanyaan pemicu) (20 menit)
4. Jelasin teknik jahit simpul jam 6 yg lain, bs pakai "Nol" atau "Figure of Eight" tergantung
univnya pakai yg mana

Oleh Steven Andreas


Untuk tindakan saya contohkan dulu (terutama sirkum), kemudian secara serentak murid
berdua berdua mempraktikan pada 1 alat (kemudian kedua murid tersebut bergantian), dan
saya akan melihat bagaimana murid tersebut melakukan. Murid boleh bertanya jika
bingung.
Untuk tindakan yang lain juga demikian, hanya lebih singkat karena waktu tidak terlalu
banyak

Yang harus didapat di post ini:


- Sebisa mungkin tiap anak dapat nyobain sirkum ke manekin, satu kali aja.
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 147

Skenario A: Sirkumsisi
Seorang pasien, anak berusia 6 tahun (BB: 20 Kg), datang diantar oleh orang tuanya karena
pasien dan kedua orang tuanya ingin pasien di sunat karena bertepatan dengan liburan
sekolah. Pasien jika BAK memancar dan tidak menetes, jika jatuh/terluka darah tidak sukar
berhenti.
- Lakukan teknik sirkumsisi!
- Edukasi setelah dilakukan tindakan sirkumsisi!

Untuk pengajar:
- Indikasi:
Agama, Sosial/Adat Istiadat
Medis (WHO): fimosis, parafimosis, pencegahan karsinoma penis (seringkali KSS),
kondiloma akuminata/infeksi menular seksual lainnya, kelainan/infeksi lokal lainnya
- Kontraindikasi:
Rujuk ke ahli urologi bila ditemukan: hipospadia/epispadia, Chordee (kurvatura)
penis, Webbed penis, Penis yang terbenam (buried/hidden penis), Mikropenis, disorders
of sex development (DSD), hemofilia atau gangguan perdarahan lainnya, kelainan
bentuk penis lain yang menyulitkan proses atau meragukan.
Relatif untuk di rujuk ke ahli urologi: infeksi lokal, infeksi umum.
- Komplikasi: perdarahan, hematoma, infeksi, nyeri, edema, dan dapat terjadi fimosis
sekunder.

Teknik dan Langkah


- Persiapkan alat-alat
- Anestesi
- Dorsumsisi dan sirkumsisi
- Teknik membalut kassa

Alat
Manekin sirkumsisi Lidocaine 2 %
Duk Epinefrin 1 %
Nierbecken Aquades
Gunting (1) Handschoen
Klem lurus (3) Kassa
Klem bengkok (1) Plester
Needle holder (1) Povidone iodine 10%
Pinset (1) Alkohol 70 %
Spuit 3 cc (1) dan 1 cc (1) Salep antibiotik
Benang (catgut) Amoxicillin 500 mg
Jarum Paracetamol 500 mg

No. Langkah-langkah
1. Perkenalan diri
2. Jelaskan tindakan yang akan dilakukan
3. Informed consent
4. Anamnesis
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 148

- Identitas
- Penyakit pernah/sedang diderita
- Cari kontraindikasi
a. Relatif: anak sedang sakit
b. Absolut: hemofilia, hipospadia, epispadia
- Riwayat alergi (makanan/obat)
5. Pemeriksaan fisik (status generalis dan lokalis)
- Keadaan Umum
- Berat Badan
- Tanda Vital :
a. Frekuensi napas
b. Frekuensi nadi
c. Suhu
d. Kesadaran
- Jantung/paru
- Status Lokalis
6. Menyiapkan peralatan
- Steril  Sirkum set, catgut, handscoen, duk, jarum.
- Tidak steril  Spuit 3 cc, kassa, lidocaine HCL 2%, salep antibiotik, kapas, povidone iodine,
plester, adrenalin 1:1000 (untuk syok anafilatik)
7. Asepsis dan antisepsis
- Mandi bersih & pakai pakaian bersih
- Cuci tangan
- Gunakan sarung tangan steril
- Peralatan steril
- Usap penis, skrotum, perineum, dan daerah sekitarnya dengan povidone iodine 10%
a. Sentrifugal
b. 1 arah
8. Pasang duk steril
9. Lakukan anastesi blok dan infiltrasi
10. Bersihkan sulcus coronarius
11. Klem preputium di arah jam 1, 11, dan 6
12. Lakukan dorsumsisi
13. Lakukan sirkumsisi
14. Evaluasi perdarahan  tekan dgn kassa steril/jepit pakai klem bengkok/ligasi
16. Jahit kulit dan mukosa (arah jam 9, 12, dan 3)  simple interupted
Jahit frenulum (arah jam 6)  jahit “0” atau “8”
17. Balut dengan kassa dan antibiotik
18. Alat-alat dirapikan dan/atau dibuang sesuai tempatnya.
19. Edukasi keluarga pasien  cara minum obat, BAK, kapan buka verban
Tunggu 30 menit dulu di ruang pemulihan
20. Pemberian obat  antibiotik, analgetik, vitamin

- Konseling dan Edukasi


- Rawat terbuka atau pun tertutup
- Antibiotik harus diminum sampai habis
- Analgesik: parasetamol (diminum bila nyeri)
- Edukasi: jangan banyak aktivitas dahulu, tidak memakai celana dahulu, cara BAK
seperti rukuk/agak menunduk kebawah, jangan terkena air terlebih dahulu, jaga
higiene agar tetap bersih.
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 149

Skenario B: Resusitasi neonatus


Seorang anak perempuan lahir pada persalinan kala I memanjang. APGAR Skor 5/6. Pasien
lahir cukup bulan. Sampai 15 menit setelah lahir pasien belum menangis/bernafas.
- Lakukan pertolongan pada pasien!

Untuk Pengajar
Alat :
- Manekin Resusitasi neonatus
- Stetoskop
- Bagging
- Suction 12/14F
- Handuk basah dan handuk kering
- Meja resusitasi hangat
- Skema Neonatal Resuscitaiton – AHA 2010
- Epinefrin 1% (ampul 1 cc)
- Spuit 1 cc
- Aquades

Langkah Resusitasi Neonatus


Penilaian awal bayi baru lahir:
a. Cukup bulan?
b. Menangis/bernapas?
c. Tonus otot?

Bila salah satu jawaban adalah “Tidak”, perlu dilakukan penanganan sebagai berikut:
1. Langkah awal (hangatkan, bersihkan jalan nafas, keringkan, reposisi jalan nafas,
stimulasi)
2. Ventilasi dengan tekanan positif (VTP)
3. Kompresi dada
4. Pemberian epinefrin dan volume expander (bila perlu)

Penilaian awal neonatus  30 detik. Bila terdapat mekonium dan bayi tidak bugar, resusitasi
boleh dilakukan sampai dengan 60 detik untuk menghisap mekonium. Setelah 60 detik 
ventilasi tekanan positif harus dilakukan.

Syarat penghisapan mekonium  bayi tidak bugar. Kriteria bayi tidak bugar meliputi : usaha
nafas kurang baik, tonus otot kurang baik, dan frekuensi denyut jantung <100 kali/menit.
Penghisapan mekonium langsung dilakutkan setelah bayi dihangatkan tanpa mengeringkan
ataupun merangsangnya terlebih dahulu. Penghisapan mekonium dapat dilakukan dengan
kateter penghisap nomor 12/14F.

VTP dilakukan bila frekuensi denyut jantung <100 dpm. VTP yang adekuat  40-60
kali/menit. Evaluasi denyut jantung dilakukan tiap 30 detik. VTP diberikan sesegera mungkin
bila frekuensi denyut jatung < 100 kali/menit.

Bila frekuensi denyut jantung < 60 kali/menit lakukan kompresi dada bersamaan dengan VTP.
Kompresi dada dilakukan dengan menekan 1/3 bawah sternum sebanyak 100 kali per menit
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 150

menggunakan ibu jari atau 2 jari. Rasio kompresi dengan ventilasi adalah 3 kompresi : 1
ventilasi. Setelah 30 detik dilakukan evaluasi resusitasi. Pertimbangkan pemberian epinefrin
IV (0,1-0,3 cc/kgBB diencerkan 1:10.000) dan intubasi bila tidak ada perbaikan keadaan.

Bila frekuensi denyut jantung 60-100 kali/menit  lakukan VTP 40-60 kali/menit, evaluasi
ulang dalam 30 detik. Bila frekuensi denyut jantung > 100 kali/menit perawatan observasi
atau perawatan pasca resusitasi (bila pada neonatus dilakukan VTP dan kompresi dada)

RESUSITASI NEONATUS
1 Pertanyaan evaluasi:
 Usia kehamilan cukup bulan?
 Tonus otot baik?
 Menangis/bernafas adekuat?
2 Langkah awal resusitasi (dalam 30 detik)
 Letakkan bayi di tempat hangat
 Posisikan bayi dengan kepala setengah ekstensi
 Suction mulut dan hidung
 Keringkan bayi (handuk basah diganti dengan yang kering)
 Posisikan ulang
 Rangsang taktil
3 Langkah ventilasi (dalam 30 detik)
 Bila bayi apnea/frekuensi denyut jantung < 100 kali/menit  VTP
 Posisikan kepala bayi setengah ekstensi
 Ventilasi 40-60 kali/menit
 Evaluasi
4 Langkah Kompresi (dalam 30 detik)
 Frekuensi denyut jatung < 60 kali/menit  kompresi dada bersamaan dengan
VTP
 Kompresi dada dilakukan dengan menekan 1/3 bawah sternum sebanyak 100
kali per menit menggunakan ibu jari atau 2 jari.
Rasio kompresi dengan ventilasi adalah 3 kompresi : 1 ventilasi.
 Evaluasi resusitasi.
Pertimbangkan pemberian epinefrin IV (0,1-0,3 cc/kgBB diencerkan 1:10.000)
dan intubasi bila tidak ada perbaikan keadaan
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 151
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 152

Skenario C: NGT
Tn. Z, laki-laki berusia 80 tahun, dengan kondisi medis stroke sejak 2 tahun yang lalu. Pasien
mengeluhkan sulit menelan.
- Tentukan tatalaksana pada pasien ini!
Untuk pengajar
Indikasi
1. Bilas lambung
2. Mencegah aspirasi
3. Pemberian nutrisi
4. Dekompresi gastrointestinal (pada ileus atau pasca-operasi)
Kontraindikasi
1. Kecurigaan fraktur basis cranii
Komplikasi
1. False route (masuk ke trakea)
2. Insersi gagal
3. Selang menggulung di nasofaring
4. Perdarahan
Alat
Selang nasogastrik Stetoskop
Pelumas Plester
Spuit 50 cc Handuk
Segelas air

No. Keterampilan
1 Perkenalkan diri, bina rapport, dan jelaskan prosedur tindakan
2 Bantu pasien dalam posisi duduk tegak dan pastikan pasien nyaman (bila pasien sadar)
3 Persiapkan alat
4 Letakkan handuk di dada pasien (apabila muntah)
5 Periksa lubang hidung yang akan digunakan untuk insersi selang nasogastrik
6 Cuci tangan dan gunakan sarung tangan
Ukur panjang selang yang dibutuhkan (ukur jarak dari ujung lubang hidung ke telinga
7
ditambah jarak dari lubang hidung ke processus xiphoideus). Beri tanda
8 Lumuri selang nasogastrik dengan air atau pelumas sepanjang lebih kurang 15 sentimeter
9 Masukkan selang nasogastrik dengan perlahan-lahan. Dorong ke arah oksipital.
Bila perlu minta pasien untuk minum air (menelan). Berhenti melakukan insersi bila pasien
10
batuk. Kemudian lanjutkan kembali insersi
Bila panjang selang nasogastrik yang dibutuhkan sudah tercapai, periksa apakah selang
11 nasogastrik sudah berada di lambung. Lakukan pemeriksaan dengan meniupkan udara
menggunakan spuit 50 cc, dengarkan suara di lambung (akan terdengar suara “plop”)
12 Bila ujung selang nasogastrik tidak berada di lambung, tarik selang dan ulangi prosedur
13 Fiksasi selang nasogastrik pada hidung dan sisi wajah
14 Ujung pipa ditutup bila tidak digunakan
15 Rapikan peralatan dan buang sampah di tempatnya
16 Cuci tangan
17 Jelaskan kepada pasien prosedur sudah selesai
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 153

Skenario D: Hecting
Seorang pria datang ke IGD dengan keluhan perdarahan aktif di lengan kanan setelah
terkena pecahan kaca. Pasien masih sadar. Kepala pasien tidak terbentur. Pada pemeriksaan
fisik didapatkan TD 130/80, nadi 98 kali per menit, frekuensi nafas 20x per menit
- Lakukan pemeriksaan dan penanganan luka
- Tentukan diagnosis pada pasien ini
- Lakukan edukasi pada pasien ini
Alat :
- Foto luka (tangan robek)
- Set hecting
- Spons

Pemeriksaan fisik
- Menyapa pasien
- Memperkenalkan diri
- Menjelaskaan bahwa kita akan melakukan pemeriksaan
- Mencuci tangan dan memakai handschoen
- Inspeksi (bebat dibuka): pada region antebrachii dextra tampak luka terbuka dengan
dasar luka bersih, dasar subkutan, perdarahan (-), berukuran 4x2 cm. tidak tampak
deformitas
- Palpasi: krepitasi (-), teraba vaskularisasi distal dan tidak ada parese

Penanganan luka
- Siapkan alat-alat (hecting set, NaCl 0.9%, duk, lidokain, spuit, kassa steril)
- Pastikan perdarahan sudah berhenti
- Bersihkan luka dengan NaCl 09%
- Lakukan hecting (simple interrupted)
o Persiapkan hecting set
o Pasang duk steril
o Gunakan handscoen steril
o Anestesi local lakukan teknik infiltrasi ke-4 sisi (bentuk wajik)
o Lakukan hecting
o Jika selesai, tutup luka dengan kasa steril dan diplester
o Meletakkan kembalik alat-alat dan sampah pada tempatnya (tempat sampah
medis dan non-medis)
o Lepas handschoen, buang ke tempat sampah medis
o Cuci tangan
Diagnosis
- Vulnus laceratum at region antebrachii dextra
Edukasi
- Edukasi pasien mengenai perawatan luka (cara mengganti kassa) setiap hari
- Memberi tahu pasien bahwa luka jangan terkena air dahulu
- Edukasi bahwa pasien perlu kontrol ulang untuk evaluasi setelah 3 hari penjahitan,
dan benang yang digunakan tidak diserap sehingga perlu dicabut setelah 5-7 hari
penjahitan dan jahitan sudah kering.
- Memberi tahu pasien hal apa saja yang perlu diperhatikan dan perlu segera diperiksa
dokter (adanya tanda infeksi seperti nanah atau pasien menjadi demam)
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 154

DAFTAR TILIK KETERAMPILAN MELAKUKAN PENJAHITAN LUKA


DENGAN TEKNIK HORIZONTAL MATTRESS
No. Aspek Penilaian 0 1
1 Memperkenalkan diri
2 Menanyakan identitas pasien
3. Menanyakan mekanisme kajadian (luka terkena apa, berkarat atau tidak, terkena tanah atau tidak,
sudah dilakukan apa saja)
4 Menanyakan riwayat alergi obat dan penyakit dahulu
Prosedur Tindakan Baku
5 Melakukan informed consent lisan dan tertulis
6 Memperagakan teknik cuci tangan yang benar
7 Memperagakan teknik memakai sarung tangan steril
8 Melakukan tindakan asepsis dan antisepsis, pemasangan duk serta anestesi lokal
Melakukan penjahitan dengan teknik horizontal mattress
9 Tusukan jarum 5mm-1cm dari tepi luka. Lengan bawah dalam posisi pronasi selanjutnya lakukan
gerakan rotasi lengan bawah sampai posisi supinasi dengan disertai dorongan pada needle holder oleh
jari kedua dan jari keempat.
10 Tembuskan jarum sampai kurang lebih pertengahan lengkung, jepit jarum dengan pinset. Lepaskan
needle holder dari jarum, jepit kembali jarum pada permukaan dalam tepi luka dengan needle holder
pada posisi pronasi, tarik sambil mempertahankannya dalam rotasi. Siapkan jarum pada posisi semula
(forehand, ujung needle holder, 1/3 bagian distal jarum) untuk memulai maneuver selanjutnya.
11 Tusukan jarum pada permukaan dalam tepi luka sebelahnya yang sejajar. Rotasi lengan bawah seperti
sebelumnya, sasaran keluar jarum 5mm-1cm tepi luka, jepit jarum dengan pinset. Lepaskan needle
holder dari jarum, jepit kembali jarum dan siapkan pada posisi semula (backhand, ujung needle holder,
sepertiga distal jarum).
12 Tusukan kembali jarum pada sisi luka yang sama dengan titik keluar tadi, berjarak 5mm-1cm lateral dari
titik keluarnya. Lengan bawah dalam posisi supinasi selanjutnya lakukan gerakan rotasi lengan bawah
sampai posisi pronasi dengan disertai dorongan pada needle holder oleh jari kedua dan jari kesatu.
14 Tembuskan jarum sampai kurang lebih pertengahan lengkung, jepit jarum dengan pinset. Lepaskan
needle holder dari jarum, jepit kembali jarum pada permukaan dalam tepi luka dengan needle holder
pada posisi pronasi, tarik sambil mempertahankannya dalam rotasi. Siapkan jarum pada posisi semula
(backhand, ujung needle holder, 1/3 bagian distal jarum) untuk memulai maneuver selanjutnya.
15 Tusukan jarum pada permukaan dalam tepi luka sebelahnya yang sejajar. Rotasi lengan bawah seperti
sebelumnya, sasaran keluar jarum 5mm-1cm tepi luka (5mm-1cm sebelah lateral tusukan pertama),
jepit jarum dengan pinset. Lepaskan needle holder dari jarum, jepit kembali jarum. Tarik benang hingga
pangkal, seseuaikan tension untuk merapatkan luka.
16 Buat simpul bedah
Tindakan Pasca Penjahitan
17 Pemberian serum anti tetanus (dan tetanus toksoid bila perlu, sesuai riwayat imunisasi)
18 Pemberian obat-obatan post tindakan
Analgetik dan antibiotik
19 Edukasi kepada pasien kapan kontrol dan bagaimana cara membersihkan luka
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 155

DAFTAR TILIK KETERAMPILAN MELAKUKAN PENJAHITAN LUKA


DENGAN TEKNIK VERTICAL MATTRESS
No. Aspek Penilaian 0 1
1. Memperkenalkan diri
2. Menanyakan identitas pasien
3. Menanyakan mekanisme kejadian (luka terkena apa, berkarat atau tidak, terkena tanah atau tidak,
sudah dilakukan apa saja)
4. Menanyakan riwayat alergi obat dan penyakit dahulu
Prosedur Tindakan Baku
5 Melakukan informed consent lisan dan tertulis
6 Mempersiapkan dan menyebutkan instrumen
7 Memperagakan teknik cuci tangan yang benar
8 Memperagakan teknik memakai sarung tangan steril
9 Melakukan tindakan asepsis dan antisepsis, pemasangan duk serta anestesi lokal
Melakukan penjahitan dengan teknik vertical mattress
10 Tusukan jarum 1cm dari tepi luka. Lengan bawah dalam posisi pronasi selanjutnya lakukan gerakan
rotasi lengan bawah sampai posisi supinasi dengan disertai dorongan pada needle holder oleh jari
kedua dan jari keempat.
11 Tembuskan jarum sampai kurang lebih pertengahan lengkung, jepit jarum dengan pinset. Lepaskan
needle holder dari jarum, jepit kembali jarum pada permukaan dalam tepi luka dengan needle holder
pada posisi pronasi, tarik sambil mempertahankannya dalam rotasi. Siapkan jarum pada posisi semula
(forehand, ujung needle holder, sepertiga bagian distal jarum) untuk memulai maneuver selanjutnya.
12 Tusukan jarum pada permukaan dalam tepi luka sebelahnya yang sejajar. Rotasi lengan bawah seperti
sebelumnya, sasaran keluar jarum 1cm tepi luka, jepit jarum dengan pinset. Lepaskan needle holder
dari jarum, jepit kembali jarum dan siapkan pada posisi semula (backhand, ujung needle holder,
sepertiga bagian distal jarum).
13 Tusukan kembali jarum pada sisi luka yang sama dengan titik keluar tadi, berjarak 5mm dari tepi luka
(tepat ditengah antara titik keluar dan tepi luka). Lengan bawah dalam posisi supinasi selanjutnya
lakukan gerakan rotasi lengan bawah sampai posisi pronasi dengan disertai dorongan pada needle
holder oleh jari kedua dan jari kesatu.
14 Tembuskan jarum sampai kurang lebih pertengahan lengkung, jepit jarum dengan pinset. Lepaskan
needle holder dari jarum, jepit kembali jarum pada permukaan dalam tepi luka dengan needle holder
pada posisi pronasi, tarik sambil mempertahankannya dalam rotasi. Siapkan jarum pada posisi semula
(backhand, ujung needle holder, sepertiga bagian distal jarum) untuk memulai maneuver selanjutnya.
15 Tusukan jarum pada permukaan dalam tepi luka sebelahnya yang sejajar. Rotasi lengan bawah seperti
sebelumnya, sasaran keluar jarum 5mm tepi luka (tepat ditengah garis antara tusukan pertama dan
tepi luka), jepit jarum dengan pinset. Lepaskan needle holder dari jarum, jepit kembali jarum. Tarik
benang hingga pangkal, seseuaikan tension untuk merapatkan luka.
16 Buat simpul bedah
Tindakan Pasca Penjahitan
17 Pemberian serum anti tetanus (dan tetanus toksoid bila perlu, sesuai riwayat imunisasi)
18 Pemberian obat-obatan post tindakan
Analgetik dan antibiotik
19 Edukasi kepada pasien kapan kontrol dan bagaimana cara membersihkan luka
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 156

Skenario E: Pemasangan kateter urin

DAFTAR TILIK KETERAMPILAN PEMASANGAN KATETER URETRA LAKI-LAKI


No. Aspek Penilaian 0 1
1. Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri kepada pasien dan memastikan identitas pasien
2. Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan kepada pasien termasuk tujuan, risiko, dan komplikasinya
dengan bahasa awam
3. Meminta persetujuan pasien dan menandatangani informed consent tertulis
4. Mempersiapkan (menyebutkan) peralatan kateterisasi
5. Menginstruksikan pasien untuk membuka calana, berbaring dalam posisi terlentang dengan kedua kaki
terbuka dan rileks
6. Memasang perlak dibawah bokong pasien
7. Mempersiapkan plester, kemudian membuka peralatan kateterisasi yang berada dalam duk steril dan
mempersiapkan daerah steril
8. Dengan korentang, mempersiapkan cawan-cawan yang akan diisi dengan aquades dan betadin
9. Mengisi cawan masing-masing dengan aquades dan betadin
10. Membuka bungkus kateter dan urine bag, kemudian meletakkannya di daerah steril
11. Mencuci tangan dengan sabun antiseptik
12. Memakai sarung tangan steril dengan benar
13. Mempersiapkan aqua steril dalam spuit
14. Mendisinfeksikan daerah sekitar meatus uretra eksterna dari atas ke bawah; glands penis melingkar,
dorsal penis, ventral penis, skrotum, perineum, melingkar dari dalam ke luar, dalam satu arah dan
tidak diulang-ulang memakai kasa yang direndam antiseptic yang dijepit dengan klem dipegang dengan
tangan kanan.
15. Memasang duk steril
16. Meletakkan nier bekken di dekat kaki pasien
17. Mengambil spuit lidocain dengan tangan dominan/kanan kemudian memegang batang penis kea rah
umbilicus dengan tangan yang tidak dominan/kiri dengan kemiringan 30-50 derajat dan jangan dilepas
18. Memasukkan lidocain gel 3 cc ke dalam orificium uretra eksterna dan menekan sedikit uung glands
penis untuk mempertahankan lidocaine gel dalam uretra dengan tangan tidak dominan/kiri dan
memperhatikan kenyamanan pasien selama 30-60 detik
19. Memegang kateter dengan tangan kanan 5 cm dari ujung kateter sedangkan pangkalnya diletakkan di
nierbekken
20. Memasukkan ujung katater perlahan dengan tangan yang dominan sampai ada urin yang keluar dari
pangkal kateter dan memperhatikan kenyamanan pasien (empati)
21. Memasukkan kateter kembali sampai pangkal kateter
22. Menghubungkan kateter dengan urune bag secara asepsis
23. Memasukkan aqua steril perlahan untuk mengembangkan balon sesuai dengan jumlah yang tertulis di
pangkal kateter (±3cc)
24. Menarik kateter perlahan agar balon yang dikembangkan menutupi orificium uretra internum
25. Memindahkan nier bekken dan melepaskan duk
26. Melakukan fiksasi kateter diatas lipat paha
27. Meletakkan/menggantung urine bag lebih rendah dari kandung kemih
28. Melepaskan perlak, sarung tangan dan mencuci tangan
29. Berpamitan kepada pasien dan menjelaskan bahwa prosedur telah selesai

PELEPASAN KATETER URETRA LAKI-LAKI


No. Aspek Penilaian 0 1
1. Mengucapkan salam dan menjelaskan tindakan yang akan dilakukan dengan bahasa awam
2. Memasang perlak dibawah bokong pasien
3. Memakai sarung tangan kemudian melepaskan fiksasi kateter
4. Mengeluarkan aquades dalam balon kateter perlahan mengunakan spuit sampai benar-benar habis
5. Menarik kateter keluar perlahan-lahan sambil memperhatikan kenyamanan pasien (empati) lalu
membuang kateter bekas pakai ke tempat sampah infeksius
6. Melepas perlak, sarung tangan dan mencuci tangan
7. Berpamitan pada pasien dan menjelaskan prosedur sudah selesai
8. Merapikan peralatan dan mengembalikan ke tempat semula
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 157

DAFTAR TILIK KETERAMPILAN PEMASANGAN KATETER URETRA PEREMPUAN

No. Aspek Penilaian 0 1


1. Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri kepada pasien dan memastikan identitas pasien
2. Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan kepada pasien termasuk tujuan, risiko, dan komplikasinya
dengan bahasa awam
3. Meminta persetujuan pasien dan menandatangani informed consent tertulis
4. Mempersiapkan (menyebutkan) peralatan kateterisasi
5. Menginstruksikan pasien untuk membuka calana, berbaring dalam posisi terlentang dengan kedua kaki
terbuka dan rileks
6. Memasang perlak dibawah bokong pasien
7. Mempersiapkan plester, kemudian membuka peralatan kateterisasi yang berada dalam duk steril dan
mempersiapkan daerah steril
8. Dengan korentang, mempersiapkan cawan-cawan yang akan diisi dengan aquades dan betadin
9. Mengisi cawan masing-masing dengan aquades dan betadin
10. Membuka bungkus kateter dan urine bag, kemudian meletakkannya di daerah steril
11. Mencuci tangan dengan sabun antiseptik
12. Memakai sarung tangan steril dengan benar
13. Mempersiapkan aqua steril dalam spuit
14. Mendisinfeksikan daerah sekitar meatus uretra eksterna, labia, dan perineum (masing-masing 1 kassa)
dari atas ke bawah, dari dalam ke luar, dalam satu arah, tidak diulang-ulang, memakai kasa yang
direndam antiseptic yang dijepit klem, dipegang dengan tangan kanan
15. Memasang duk steril
16. Meletakkan nier bekken di dekat kaki pasien
17. Mengambil spuit lidocain dengan tangan dominan/kanan kemudian membuka labia mayora dengan
kanan tidak dominan/kiri untuk mencari meatus uretra eksterna
18. Memasukkan lidocain gel 3 cc ke dalam orificium uretra eksterna dan merapatkan labia mayora untuk
mempertahankan lidocaine gel dalam uretra dengan tangan tidak dominan/kiri dan memperhatikan
kenyamanan pasien selama 30-60 detik
19. Memegang kateter dengan tangan kanan 5 cm dari ujung kateter sedangkan pangkalnya diletakkan di
nierbekken
20. Memasukkan ujung katater perlahan dengan tangan yang dominan sampai ada urin yang keluar dari
pangkal kateter dan memperhatikan kenyamanan pasien (empati)
21. Memasukkan kateter kembali sampai setengah panjang kateter
22. Menghubungkan kateter dengan urune bag secara asepsis
23. Memasukkan aqua steril perlahan untuk mengembangkan balon sesuai dengan jumlah yang tertulis di
pangkal kateter (±3cc)
24. Menarik kateter perlahan agar balon yang dikembangkan menutupi orificium uretra internum
25. Memindahkan nier bekken dan melepaskan duk
26. Melakukan fiksasi kateter diatas lipat paha
27. Meletakkan/menggantung urine bag lebih rendah dari kandung kemih
28. Melepaskan perlak, sarung tangan dan mencuci tangan
29. Berpamitan kepada pasien dan menjelaskan bahwa prosedur telah selesai

PELEPASAN KATETER URETRA PEREMPUAN

No. Aspek Penilaian 0 1


1. Mengucapkan salam dan menjelaskan tindakan yang akan dilakukan dengan bahasa awam
2. Memasang perlak dibawah bokong pasien
3. Memakai sarung tangan kemudian melepaskan fiksasi kateter
4. Mengeluarkan aquades dalam balon kateter perlahan mengunakan spuit sampai benar-benar habis
5. Menarik kateter keluar perlahan-lahan sambil memperhatikan kenyamanan pasien (empati) lalu
membuang kateter bekas pakai ke tempat sampah infeksius
6. Melepas perlak, sarung tangan dan mencuci tangan
7. Berpamitan pada pasien dan menjelaskan prosedur sudah selesai
8. Merapikan peralatan dan mengembalikan ke tempat semula
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 158

Skenario F: Intubasi
Pasien laki-laki, berusia 30 tahun, datang dengan penurunan kesadaran pasca kecelakaan
lalu lintas 30 menit yang lalu. GCS 7.

Untuk pengajar
Indikasi
1. Pasien dengan penurunan kesadaran (GCS < 8)
2. Pasien dengan kemungkinan aspirasi
3. Pasien dengan kemungkinan obstruksi jalan nafas
4. Pasien dengan usaha nafas yang tidak adekuat
5. Apnea
6. Pasien yang memerlukan anestetik umum
Kontraindikasi relatif
1. Trauma maksilofasial
2. Kecurigaan cedera servikal
Kontraindikasi absolut
1. Fraktur laring
Persiapan Intubasi Endotrakea
 Penilaian derajat kesulitan intubasi
 Ventilasi dan oksigenasi yang optimal
 Kosongkan isi lambung
 Obat analgesia, sedasi, amnesia, pelumpuh otot (sesuai kebutuhan)

Skor Mallampati Jarak Savva dan Patil  menggambarkan ekstensi


kepala

Prediksi Kesulitan Intubasi


• Anamnesis : Riwayat kesulitan intubasi
• Pemeriksaan Fisik
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 159

– Buka Mulut
– Pergerakan rahang
– Inspeksi bagian dalam mulut
– Pergerakan C-Spine
• Pengukuran
– Jarak Patil, jarak Savva
• Pemeriksaan Radiologi

Premedikasi, Induksi, & Pelumpuh Otot


 Premedikasi
o Fentanyl: 1 - 2 g/Kg IV bolus
o Lidocaine: 1.5 mg/Kg IV bolus
 Induksi
o Propofol: 2-3 mg/Kg IV bolus
 Pelumpuh otot
o Succinylcholine: 0,3 - 2 mg/Kg IV bolus
o Rocuronium: 0.6 – 1 mg/Kg IV bolus

Komplikasi Intubasi Endotrakea


Saat Intubasi Saat ekstubasi
o Trauma, o Trakeomalasia,
o Perdarahan, o Kesulitan ekstubasi,
o Fraktur/subluksasi C-Spine, o Aspirasi isi lambung
o Aspirasi isi lambung, o Obstruksi jalan nafas,
o Emfisema mediastinum/pneumothoraks,
o Falls route
Selama terintubasi Pasca ekstubasi
o Perubahan posisi ETT o Kerusakan nervus
o Obstruksi jalan nafas o Sakit tenggorokan
o Aspirasi isi lambung o Paralisis pita suara
o Ruptur trakea/bronkus o Edema glotis
o Perubahan suara

Perlengkapan:
1. Boneka intubasi
2. Pulse Oksimetri
3. Bag valve mask
4. Tabung oksigen
5. Gunting

S: scope (stetoskop dan laringoskop dengan bilahnya) 


sambungkan dan periksa apakah berfungsi dengan baik
dan sumber cahaya adekuat.
T: tube (ETT, persiapkan nomor 7 serta setegah ukuran
di atasnya dan dibawahnya  6,5 dan 7,5)
A: airway (oropharyngeal airway/OPA)
T: tape (Plester)
I: introducer (stylet)
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 160

C: connector (mandrain)
S: suction

No. Aktivitas
Posisikan pasien supinasi. Pada keadaan trauma kepala dan leher harus dipertahankan
1
dalam 1 garis lurus (in-line immobilization)
2 Persiapkan alat
3 Cuci tangan dan pakai sarung tangan
4 Operator berdiri di bagian kepala tempat tidur. Tempat tidur posisi datar.
5 Memegang laringoskop pada tangan kiri
Preoksigenasi 30 detik dengan oksigen 100%. Kemudian ventilasi selama 30 detik
6
menggunakan bag balve mask
Lakukan penekanan pada krikoid untuk mencegah aspirasi. Apabila pasien sadar lakukan
7
induksi dengan pelemas otot.
8 Bersihkan rongga mulut dari cairan/benda asing. Bila perlu gunakan suction.
Buka mulut pasien perlahan dengan tangan kanan menggunakan cross finger technique (ibu
9 jari tangan kanan ditempatkan di depan gigi bawah mandibula dan jari telunjuk di depan gigi
atas maksila).
10 Masukkan laringoskop ke dalam mulut
Posisikan lidah pasien ke sisi kiri dorong hingga mencapai posisi yang tepat.
Posisi yang tepat:
11
o Bilah lurus di bawah epiglotis
o Bilah lengkung dimasukkan ke dalam vallecula epiglotica di atas epiglotis
12 Visualisasikan pita suara dan pembukaan epiglotis
13 Dengan tangan kanan masukan pipa endotrakea melalui pita suara dengan lembut
14 Angkat stylet dan laringoskop dengan hati-hati. ETT dipertahankan pada posisinya
15 Kembangkan balin untuk menciptakan sekat
16 Lepaskan tekanan pada krikoid
Lakukan ventilasi dengan kantung udara pada pasien dan perhatikan gerakan simteris pada
dinding dada. Auskultasi pada lima titik untuk memeriksa masuk/tidaknya udara
17
(epigastrium, apeks paru kanan, apeks paru kiri, lobus bawah paru kanan, dan lobus bawah
paru kiri). Periksa adanya pengembunan pada pipa endotrakea saat pasien ekshalasi.
18 Fiksasi posisi pipa endotrakea dengan plester pada posisi setinggi bibir.
19 Rapikan peralatan dan buang sampah di tempatnya
20 Cuci tangan
*jangan terlalu lama membiarkan pasien tanpa ventilasi. Usahakan melakukan intubasi
dalam 1 kali menahan nafas. Jika upaya intubasi gagal dilakukan dalam waktu tersebut,
pasien harus segera mendapat ventilasi dengan kantung udara sebelum usaha intubasi
kembali dilakukan
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 161

Radiologi
Pengantar untuk pengajar
Setelah melalui pos radiologi ini, ada beberapa hal yang harus bisa dicapai oleh siswa:
1. Mampu mengenali foto toraks, abdomen, dan muskuloskeletal yang normal
2. Mampu mengenali kelainan foto toraks seperti TB, pneumonia, emfisema, dll.
3. Mampu mengenali kelainan foto abdomen seperti ileus, pneumoperitoneum, dll.
4. Mampu mengenali kelainan muskulo seperti fraktur

Lupakan anamnesis, pemeriksaan fisis, dan tatalaksana; fokus pos radiologi adalah
pembacaan foto. Tidak usah mengintimidasi murid dengan cara menilai kelayakan foto.
Bahas saja sekilas sebagai pengetahuan yang nice-to-know. Setelah itu, terangkan dengan
singkat langkah-langkah membaca foto. Tujuan adanya langkah demi langkah adalah supaya
tidak ada bagian organ atau kelainan yang terlewat, jadi jangan diremehkan. Meskipun
begitu, jangan terlalu lama membahas sebuah langkah. Selalu fokus kepada kelainan-
kelainan yang langsung dan jelas terlihat dalam foto.

Telah disediakan bermacam-macam foto kelainan radiologis yang sering ditemukan. Ajak
murid untuk bersama-sama menebak apa kelainan yang ada dalam foto, satu demi satu.
Jangan puas apabila murid menebak benar: terangkan kembali kekhasan setiap kelainan,
apa yang membedakannya dengan kelainan lain, dan apa yang harus dicari untuk
menemukan kelainan tersebut.

Tidak usah menyuruh murid menghapalkan syair-syair normal radiologi. Sekali lagi, yang
penting adalah murid tidak melewatkan kelainan-kelainan yang tidak langsung terlihat.
Syair-syair tersebut cukup tersirat, tidak perlu dihapalkan.
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 162

Sebagai dokter umum, Anda tidak perlu menulis deskripsi semua yang Anda temukan dalam
foto secara detil. Namun, evaluasi suatu foto harus dilakukan secara sistematis, supaya tidak
ada kelainan yang terlewat. Ingatlah bahwa tidak semua kelainan terlihat dengan mencolok.
Kelainan yang halus sulit dilihat, dan hanya akan ditemukan apabila dicari dengan teliti.

Urutan Membaca Foto Rontgen yang Baik


Lihatlah:
1. Identitas pasien (nama, jenis kelamin, umur)
2. Foto organ/bagian tubuh apa (toraks, abdomen, cruris, bahu, antebrachii, schaedel, dll.)
3. Proyeksi apa (PA, AP, lateral, lateral dekubitus, oblik, berbagai proyeksi khusus pada tulang)
 Proyeksi PA/posteroanterior artinya kaset ada di bagian anterior tubuh, dan sinar x-
ray ditembakkan dari arah posterior tubuh menuju ke kaset di bagian anterior.
 Proyeksi lateral dekubitus kiri artinya pasien berbaring ke sisi kiri (sisi kiri tubuh ada
dibawah/menempel ke meja pemeriksaan), sinar x-ray ditembakkan secara
horizontal.

3. Posisi pasien (tegak/erect, telentang/supine, tengkurap/prone, dekubitus kiri/kanan)


4. Apakah foto layak baca atau tidak (setiap foto bagian tubuh ada ketentuannya masing-
masing, akan dibahas per sub bahasan)
5. Baru masuk ke interpretasi foto

Foto Polos Toraks

Kelayakan Baca
Ada 5 faktor teknis yang menentukan apakah suatu foto polos toraks layak baca atau tidak.
Ingat mnemonic PRIMA.
P : Penetrasi
R : Rotasi
I : Inspirasi
M : Magnifikasi
A : Angulasi

Penetrasi
Ditentukan oleh penggunaan kV x-ray yang terlalu besar atau terlalu kecil. Tanda penetrasi
yang cukup adalah masih dapat terlihatnya vertebra melalui area jantung.

Foto dengan penetrasi yang kurang (struktur vertebra tidak terlihat di belakang jantung)
gambarannya akan terlihat lebih terang/opak. Anda bisa mengira ada infiltrat pada paru,
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 163

padahal sebenarnya tidak. Foto dengan penetrasi yang berlebihan gambarannya akan terlihat
terlalu gelap/lusen, sehingga corakan bronkovaskular paru sulit dinilai.

Rotasi
Menentukan simetris atau tidaknya suatu foto. Pada foto yang simetris, jarak dari ujung
medial clavicula kiri dan kanan terhadap processus spinosus vertebra thoracal yang selevel
relatif sama.
Foto yang tidak simetris bisa menyebabkan jantung terlihat membesar ke satu arah, dan
membuat pergeseran struktur-struktur mediastinum sulit dinilai.

Inspirasi
Inspirasi yang dikatakan cukup adalah bila sejumlah 9-10 costae posterior dapat tervisualisasi.
(Costae posterior kanan-kiri membentuk huruf V terbalik, costae anterior kanan-kiri
membentuk huruf V). Jika inspirasi tidak cukup, jantung dapat terlihat lebih besar, dan
corakan paru di bagian basal dapat terlihat meningkat (seakan-akan ada infiltrat).

Magnifikasi
Foto toraks yang baik dilakukan pada proyeksi PA, karena pada proyeksi AP jantung terlihat
lebih besar dari normal. Namun, pada kasus tertentu (misalnya pasien yang hanya bisa
berbaring), mau tidak mau hanya bisa dilakukan foto AP. Dalam keadaan seperti ini foto AP
masih layak dibaca, namun hati-hati menginterpretasikan ukuran jantung.

Angulasi
Secara normal, sinar x-ray berjalan horizontal (paralel terhadap lantai) pada foto polos
proyeksi PA dengan pasien pada posisi berdiri. Jika sudut sinar tidak tepat, foto bisa terlihat
asimetris. Hal ini bisa menyebabkan pembesaran struktur tertentu pada foto toraks.

Pembacaan Foto
Setelah memastikan foto layak baca, dilanjutkan dengan pembacaan foto secara sistematis.
Foto toraks dibaca dengan urutan :
Jantung-aorta-mediastinum-trakea-hilus-paru-diafragma-sinus kostofrenikus-tulang dan
jaringan lunak-alat tambahan

Jantung
Nilai pembesaran jantung dengan mengukur cardio-thoracic ratio (hanya bisa pada foto PA).
Nilai normalnya adalah ≤50%.

Aorta
Dilihat tanda-tanda degenerasi dan atherosclerosis, yaitu apakah ada elongasi, kalsifikasi,
atau dilatasi.

Mediastinum
Dilihat apakah mediastinum melebar atau tidak. Mediastinum disebut melebar jika lebarnya
lebih dari 6 cm. Yang sering menyebabkan pelebaran mediastinum adalah limfadenopati,
struma (tiroid) intratorakal, dan timoma.
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 164

Trakea
Dalam kondisi normal posisi trakea seharusnya di garis tengah. Ini dinilai dengan melihat
prosesus spinosus vertebra—ia harus berada di tengah-tengah trakea. Deviasit trakea akan
terlihat jika ada pendorongan, misalnya oleh sebuah massa mediastinum, atau penarikan,
misalnya akibat ateletaksis paru.

Hilus
Hilus paru terdiri dari pembuluh darah (terutama arteri pulmonalis), KGB, dan bronkus.
Normalnya lebar masing-masing hilus tidak lebih besar dari lebar trakea. Jika ada kesuraman
atau pelebaran di daerah hilus, berarti ada kelainan dari salah satu komponen hilus tersebut,
misalnya limfadenopati, massa bronkus, atau yang tersering adalah arteri pulmonalis yang
prominen akibat hipertensi pulmonal atau edema paru.

Paru
Nilai dulu corakan bronkovaskular. Corakan bronkovaskular normal bentuknya dikotom
(bercabang-cabang), ramai di 2/3 hemitoraks, mulai menurun di 1/3 hemitoraks, dan tidak
mencapai batas paru-pleura. Bisa terjadi peningkatan corakan bronkovaskular (misalnya pada
edema paru), maupun penurunan (misalnya pada PPOK).
Setelah itu, lihat parenkim paru. Ada berbagai kelainan yang bisa ditemukan pada paru :
infiltrat, nodul, kavitas, bullae, abses, fibrosis, kalsifikasi, konsolidasi, ateletaksis, emfisema,
massa.
Jangan lupa perhatikan pula komponen pleura. Pada keadaan normal, garis pleura tidak dapat
dilihat, karena menempel pada dinding dada. Bila garis pleura bisa terlihat, berarti ada udara
di dalam rongga pleura (pneumotoraks). Udara dalam rongga pleura akan terlihat sebagai
suatu daerah hemitoraks yang avaskuler. Pleura juga bisa menebal, misalnya pada pleuritis.

Diafragma
Normalnya diafragma kanan terletak lebih tinggi dari diafragma kiri (karena ada hepar), tapi
bisa juga kiri lebih tinggi. Perbedaan tinggi antara diafragma kiri dan kanan tidak boleh lebih
dari 2 korpus vertebra. Jika lebih dari itu maka dikatakan salah satu diafragma letak tinggi.
Penyebab tersering dari diafragma letak tinggi adalah adanya proses subdiafragma seperti
asites mendorong diafragma kanan ke kranial.
Bila ada udara dalam rongga peritoneum (pneumoperitoneum), maka di bawah diafragma
kanan dapat ditemukan gambaran udara bebas (radiolusen). Diafragma normalnya berbentuk
seperti kubah; pada PPOK ia akan terlihat mendatar.

Sinus kostofrenikus
Normalnya kedua sinus kostofrenikus adalah lancip. Jika tumpul dengan gambaran meniscus
sign maka terdapat efusi pleura.

Tulang dan jaringan lunak


Tulang dan jaringan lunak sering lupa dinilai pada foto toraks. Lihat secara umum, apakah ada
fraktur, destruksi tulang, penebalan jaringan lunak, kalsifikasi, atau emfisema subkutis.

Alat-alat tambahan
Berbagai alat bantu medis dapat tampak pada foto toraks, misalnya ETT atau CVC. Pada pasien
dengan riwayat operasi juga bisa terlihat surgical clips.
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 165

Contoh Kasus
1. Klinis : Pro operasi hernia
Foto toraks proyeksi PA :
Jantung besar dan bentuk dalam batas normal, CTR
<50%.
Aorta dan mediastinum superior tidak melebar.
Trakea di tengah.
Kedua hilus tidak menebal.
Corakan bronkovaskular kedua paru baik.
Tidak tampak infiltrat/nodul pada kedua paru.
Lengkung diafragma licin dan kedua sinus
kostofrenikus lancip.
Tulang dan jaringan lunak kesan baik.
Kesan : Jantung dan paru dalam batas normal

2. Klinis : Post trauma tajam toraks (tertusuk pisau)


Foto toraks proyeksi AP :
Jantung tampak terdorong ke sisi kiri. Ukuran kesan
tidak membesar.
Aorta sulit dievaluasi.
Tampak pendorongan trakea dan struktur
mediastinum ke sisi kiri.
Hilus kiri tidak menebal, hilus kanan sulit dievaluasi.
Tampak area lusensi avaskular yang memenuhi
seluruh hemidiafragma kanan, menyebabkan
pendorongan trakea, jantung, dan struktur
mediastinum ke sisi kiri.
Diafragma kanan scalloping, diafragma kiri licin.
Kedua sinus kostofrenikus kesan lancip.
Tulang-tulang tampak intak.
Kesan :
Pneumotoraks kanan yang menyebabkan pendorongan trakea, jantung, dan struktur
mediastinum ke sisi kiri

3. Klinis : Batuk, sesak


Buku OSCE Pengajar PADI -- November 166

Foto toraks proyeksi PA :


Batas jantung kiri tertutup bayangan
perselubungan. Jantung kesan tidak membesar.
Aorta dan mediastinum superior tidak melebar.
Trakea di tengah.
Kedua hilus tidak menebal.
Tampak perselubungan homogen di laterobasal
paru kiri yang menutupi sebagian batas jantung
kiri, hemidiafragma, dan sinus kostofrenikus kiri
disertai dengan gambaran meniscus sign.
Corakan bronkovaskular paru kanan tampak baik.
Lengkung diafragma kanan, sinus kostofrenikus
kanan lancip.
Tulang dan jaringan lunak kesan baik.
Kesan :
Efusi pleura kiri

Foto Polos Abdomen

Ada dua macam foto polos abdomen yang sering diminta:


1. BNO 3 posisi (posisi supine, erect, dan lateral decubitus). Mintalah foto ini bila Anda
mencuriga suatu kegawatan abdomen seperti ileus atau peritonitis.
2. BNO AP tunggal untuk menilai batu pada traktus urinarius, dengan atau tanpa IVP. Mintalah
IVP bila batu tidak terlihat dengan foto BNO AP saja.

Kelayakan Baca
Suatu foto BNO yang baik memiliki persyaratan :
 Batas atas foto melewati diafragma, dengan sedikit parenkim paru dan struktur
jantung tervisualisasi. Tujuannya adalah memastikan abdomen bagian atas
tervisualisasi semua, dan membantu melihat apakah ada udara bebas di bawah
diafragma.
 Batas bawah foto memvisualisasikan hingga rongga pelvis minor. Jika dibuat foto IVP
maka batas bawah harus lebih jauh lagi sehingga batas antara rongga pelvis minor dan
organ genital terlihat.
 Posisi foto sedapat mungkin simetris dengan jarak antara pinggir film ke masing-
masing preperitoneal fat line relatif sama.
 Penetrasi sinar atau ketajaman foto cukup baik, sehingga kita dapat melihat
perbedaan densitas antara tulang, kalsifikasi, penebalan jaringan lunak, jaringan lunak
normal, cairan, dan udara.

Pembacaan Foto
Langkah-langkah untuk melihat patologi abdomen pada foto polos:

1. Nilai gambaran udara usus secara keseluruhan


Buku OSCE Pengajar PADI -- November 167

Ada dua hal yang dinilai. Pertama, apakah distribusi udara usus mencapai distal (rektum)
atau tidak. Kedua, adakah dilatasi segmen-segmen usus. Dalam keadaan normal, udara
hanya akan terlihat di lambung dan rektum. Udara boleh terlihat dalam usus, selama tidak
banyak (hanya 2-3 segmen) dan tidak membuat lumen usus melebar melebihi normal.

Bila udara tidak terlihat mencapai rektum, atau ada pelebaran segmen usus multipel yang
melebih normal (dilatasi), berarti ada ileus. Sulit membedakan usus halus dan usus besar
pada dilatasi, tapi ada dua hal yang bisa mengarahkan. Pertama, usus halus letaknya akan
lebih di sentral, sementara usus besar di perifer. Kedua, gambaran lumen usus halus adalah
valvulae conniventes (garis-garis panjang yang jaraknya dekat satu sama lain), sementara
gambaran lumen usus besar adalah haustrae (garis-garis pendek yang jaraknya berjauhan).

Ileus obstruktif jarang menyebabkan dilatasi berbarengan usus halus dan besar, karena ada
katup ileocaecal yang mencegah udara pindah dari usus halus ke usus besar dan sebaliknya.
Bila Anda melihat kedua usus membesar, kemungkina besar terjadi ileus paralitik. Ciri khas
ileus paralitik yang lain adalah udara masih mencapai rektum.

2. Ada/tidaknya udara bebas ekstralumen


Udara bebas ekstralumen menggambarkan adanya keadaan pneumoperitoneum/perforasi
organ. Gambaran udara bebas ini paling mudah dievaluasi di subdiafragma kanan, karena
di subdiafragma kiri secara normal terdapat udara gaster sehingga menyulitkan identifikasi
udara bebas. Udara bebas subdiafragma akan terlihat seperti area radiolusen berbentuk
seperti bulans sabit.

3. Kalsifikasi abnormal
Bentuk kalsifikasi yang paling sering ditemukan adalah batu traktus urinarius. Karena itu,
telusurilah dengan teliti proyeksi traktus urinarius, yaitu di proyeksi ginjal, ureter, buli, dan
terkadang urethra. Hanya batu radioopak yang akan terlihat dengan foto polos biasa.
Untuk batu radiolusen hanya akan terlihat dengan pemeriksaan BNO IVP.

4. Lain-lain
Jika terdapat kesuraman di preperitoneal fat line (batas antara jaringan lemak
preperitoneal dengan jaringan lunak di sekitarnya) dapat dicurigai suatu peritonitis. Jika
kontur psoas line tidak tegas dan asimetris dapat dicurigai suatu massa / infeksi di rongga
retroperitoneal.

Pada gambaran asites dijumpai kesuraman di seluruh rongga abdomen, sehingga psoas line
dan kontur ginjal sulit dievaluasi. Asites dapat mendorong usus-usus ke sentral, sehingga
gambaran distribusi udara usus terpusat di area sentral.

Pada foto abdomen 3 posisi, sebutkan juga ada/tidaknya gambaran air-fluid level di dalam
lumen usus, karena merupakan tanda ileus paralitik dan ileus obstruktif usus halus. Pada
obstruksi usus besar jarang ada air-fluid level, karena usus besar menyerap air. Tanda ileus
obstruktif usus halus lain yang dapat ditemukan adalah herringbone atau stepladder
appearance.
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 168

Contoh Kasus
1. Klinis : Dispepsia
Radiografi BNO proyeksi AP :
Preperitoneal fat line kanan kiri baik.
Psoas line tegas, simetris.
Kontur kedua ginjal kesan baik.
Distribusi udara usus mencapai distal.
Tidak tampak dilatasi/penebalan dinding-dinding usus.
Tidak tampak udara bebas ekstralumen.
Tidak tampak bayangan batu radioopak sepanjang
proyeksi traktus urinarius.
Tulang-tulang dan jaringan lunak kesan baik.
Kesan :
Tak tampak tanda-tanda ileus maupun udara bebas
ekstralumen.
Tak tampak bayangan batu radioopak di sepanjang traktus urinarius.

2. Klinis : Nyeri pinggang dan suprapubis, sulit BAK


Radiografi BNO proyeksi AP :
Preperitoneal fat line kanan kiri baik.
Psoas line tegas, simetris.
Kontur kedua ginjal tidak jelas tervisualisasi.
Distribusi udara usus mencapai distal.
Tidak tampak dilatasi/penebalan dinding-dinding usus.
Tidak tampak udara bebas ekstralumen.
Tampak bayangan batu radioopak di hemiabdomen
kanan setinggi vertebra Th12-L3 yang sebagian mengikuti
bentuk sistem pelviokalises, proyeksi ginjal kanan.
Tampak bayangan batu radioopak di hemiabdomen kiri
setinggi vertebra Th12-L3 yang sebagian mengikuti
bentuk sistem pelviokalises, proyeksi ginjal kiri.
Tampak bayangan batu radioopak berbentuk bulat
dengan gambaran double layer di rongga pelvis minor proyeksi buli.
Tulang-tulang dan jaringan lunak kesan baik.
Kesan : Batu cetak ginjal kanan kiri. Batu buli.
Saran : Radiografi BNO-IVP untuk melihat fungsi sekresi dan ekskresi traktus urinarius

3. Klinis : Perut kembung, tidak BAB sejak 2 hari


Buku OSCE Pengajar PADI -- November 169

Radiografi abdomen 3 posisi:


Preperitoneal fat line kanan kiri baik.
Psoas line dan kontur kedua ginjal tertutup bayangan prominent udara usus.
Distribusi udara usus tidak mencapai distal.
Tampak dilatasi dan penebalan dinding sebagian segmen usus halus dengan gambaran
multipel air fluid level.
Tidak tampak udara bebas ekstralumen.
Tidak tampak bayangan batu radioopak sepanjang proyeksi traktus urinarius.
Tulang-tulang dan jaringan lunak kesan baik.

Kesan :
Gambaran small bowel obstruction/ileus obstruktif letak tinggi.
Tidak tampak udara bebas ekstralumen.
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 170

Foto Polos Muskuloskeletal

Kelayakan Baca
Suatu foto polos muskuloskeletal yang baik harus selalu memperhatikan aturan the rule of
two:
- 2 sendi : sebuah foto tulang harus memvisualisasikan 2 sendi yaitu sendi di bagian proksimal
dan di bagian distal dari tulang
- 2 proyeksi : Minimal 2 foto dengan 2 proyeksi harus dibuat untuk dapat menginterpretasi
suatu foto tulang dengan baik. Hal ini dikarenakan kelainan yang terlihat pada satu proyeksi
belum tentu terlihat pada proyeksi lainnya. Proyeksi yang paling sering digunakan adalah
proyeksi AP dan lateral.
- 2 ekstremitas : Bandingkan dengan tulang di sisi yang sehat. Ini penting terutama pada
kelainan sendi.

Pembacaan Foto
Urutan pembacaan pada foto polos musculoskeletal adalah :

Aligment – Bone – Cartilage – Soft tissue (Ingat ABC’S)

A: Alignment
Pertama-tama lihat dulu kedudukan tulang terhadap sendi proksimal dan distal serta
terhadap tulang-tulang lain disekitarnya. Jika terdapat pergeseran diinterpretasi sebagai
subluksasi/dislokasi (pada tulang vertebra disebut sebagai listhesis). Jika pergeseran tersebut
terjadi di 1 struktur tulang yang menjadi terpisah (misalnya pada kasus fraktur), disebutkan
posisi pergeseran fragmen distal terhadap fragmen proksimal.

Pada tulang-tulang vertebra dilihat juga kesegarisan tulang, ada/tidaknya skoliosis, kifosis,
lordosis.

B : Bone
Dilihat densitas, struktur tulang, dan kelainan yang ada pada tulang. Densitas tulang yang
menurun secara difus menggambarkan suatu osteoporosis. Jika terjadi penurunan densitas
yang bersifat fokal dapat mengarahkan ke suatu diagnosis tertentu (juxtaarticular
osteoporosis pada rheumatoid arthritis, osteoporosis kaput femur pada nekrosis avaskular).

Struktur tulang seharusnya intak. Jika terdapat diskontinuitas berarti ada proses patologi yang
terjadi, mulai dari fraktur, destruksi akibat infeksi/tumor, sampai erosi pada kasus
infeksi/arthritis. Lesi patologis seperti lesi litik/lesi blastik dan reaksi periosteal pada tulang
juga harus betul-betul diperhatikan. Lesi litik dan reaksi periosteal dapat menggambarkan
suatu infeksi atau tumor, sementara lesi blastik menggambarkan adanya tumor, terutama
metastasis.

C : Cartilage
Lihatlah apakah ada penyempitan celah sendi yang menggambarkan suatu proses arthritis.
Osteoartritis akan disertai formasi spur pada bagian tulang yang berada di dalam sendi.

S : Soft tissue
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 171

Lihat apakah ada penebalan dan peningkatan densitas yang menggambarkan suatu
penebalan jaringan lunak. Lihat juga apakah ada gambaran udara disertai defek di jaringan
lunak yang menggambarkan suatu emfisema subkutis. Penebalan jaringan lunak dan
emfisema subkutis dapat ditemui pada kasus trauma atau infeksi, misalnya gangren pedis
pada DM.

Tipe-tipe fraktur

Diagnosis banding artritis


Buku OSCE Pengajar PADI -- November 172
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 173

Contoh Kasus
1. Klinis : Post trauma, tangan kanan nyeri dan tidak dapat
digerakkan
Radiografi antebrachii kanan proyeksi AP-lateral :
Tampak fraktur komplit oblik 1/3 medial diafisis os radius
kanan dengan pergeseran fragmen distal fraktur ke
superolateral.
Tampak dislokasi os ulna kanan ke superomedial dengan
pelebaran celah sendi radioulnar distal.
Densitas tulang-tulang kesan baik.
Celah sendi humeroulnar, humeroradial, radiocarpalia,
intercarpalia, dan carpometaphalangeal kesan baik. Tak
tampak dislokasi, subluksasi, maupun penyempitan.
Tampak peningkatan densitas dan penebalan jaringan lunak disekitar regio fraktur.
Kesan :
Fraktur komplit oblik 1/3 medial diafisis os radius kanan dengan pergeseran fragmen distal
fraktur ke superolateral.
Dislokasi os ulna kanan ke superomedial dengan pelebaran celah sendi radioulnar distal.

2. Klinis : Nyeri lutut bilateral, krepitasi (+)


Radiografi genu bilateral, proyeksi AP :
Tampak subluksasi ringan sendi femorotibial kanan
dengan pergeseran os femur ke medial terhadap tibia.
Kedudukan sendi femorotibial kiri masih relatif baik.
Densitas tulang-tulang kesan baik.
Tak tampak fraktur, destruksi, lesi litik maupun blastik.
Tampak formasi osteofit di kondilus medial dan lateral
os femur dan tibia bilateral, dan eminensia
interkondilar bilateral dengan gambaran sklerosis
subkondral.
Celah sendi femorotibial sisi medial bilateral tampak menyempit.
Jaringan lunak kesan baik.
Kesan :
Osteoarthritis genu kanan dan kiri.
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 174

3. Klinis : Nyeri dan bengkak di jempol kaki kanan sejak 2


minggu
Radiografi pedis kanan proyeksi AP :
Kedudukan tulang-tulang pedis baik. Tak tampak
dislokasi/subluksasi.
Densitas tulang-tulang tampak baik.
Tampak erosi distal metatarsal digiti 1 pedis kanan dengan
gambaran overhanging edge.
Tampak pula erosi distal phalang digiti 1 dan basis metatarsal
digiti 4 dan digiti 5 pedis kanan.
Penyempitan celah sendi metatarsophalangeal 1 pedis kanan
dengan gambaran erosi subartikuler dengan penebalan dan
peningkatan densitas jaringan lunak disekitarnya (tofus).
Kesan :
Sesuai dengan gambaran artritis gout pedis kanan.
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 175

SPECIAL SECTION: SCRIPT PERTANYAAN SENSITIF


Salah satu hal yang menjadi kendala dalam psikiatri adalah adanya kasus-kasus sensitif yang
mungkin sulit ditanyakan dengan cara biasa (contoh: halusinasi, ide bunuh diri, waham). Di
sini, kami akan memberikan contoh naskah yang bisa diucapkan dalam wawancara.

Menanyakan kehilangan minat


Formula: tanya dulu hobi/kesenangannya, tanyakan apakah masih dilakukan
“Tadi Bapak mengatakan hobi memancing. Sekarang apakah hobi itu masih dilakukan,
Pak?”

Menanyakan halusinasi/waham
Formula: berangkat dari perilaku anehnya, tanya halusinasi/waham terkait hal tersebut
“Kata istri Bapak, akhir-akhir ini Bapak sering diam saja di kamar dan seperti bengong lama
sekali. Apa sebenarnya yang terjadi Pak? Apa saat itu Bapak sedang mendengar suara-suara
atau berkomunikasi dengan seseorang?”
“Bapak mengatakan tidak mau lagi bertemu tetangga-tetangga Bapak. Kenapa Pak? Apa
Bapak mencurigai akan disakiti atau diperlakukan buruk oleh mereka?”
“Mengapa akhir-akhir ini Bapak suka membanting barang-barang di rumah? Apakah Bapak
kesal akan sesuatu? Atau apakah ada seseorang yang menyuruh Bapak melakukannya?”

Menanyakan gambaran umum pasien (misal pasien berpakaian aneh)


Formula: jangan men-judge apa yang dilakukan pasien adalah aneh/tidak normal
“Apakah ada yang pernah berkomentar tentang penampilan Bapak?”
“Menurut Bapak, dengan berpakaian seperti ini, Bapak terlihat seperti apa?
“Mengapa Bapak memilih berpenampilan seperti ini?”
Menanyakan keinginan bunuh diri pada depresi
Formula: normalisasi (tindakan pasien dapat dilakukan oleh siapa pun yang berada dalam
kondisinya)
“Pak, biasanya orang yang sedang dalam banyak masalah seperti ini pernah terpikir untuk
bunuh diri saja. Apa Bapak pernah juga mengalaminya?”

Bisa juga untuk menanyakan halusinasi/waham:


“Pak, pasien saya dengan keluhan seperti bapak ini (misal: mengurung diri di rumah),
biasanya ada yang mendengar suara yang menyuruh atau menakut-nakuti. Apa Bapak
mengalami hal sama?”

Menanyakan tilikan
Formula: jangan mengatakan kondisi pasien saat ini sedang mengalami gangguan
“Menurut Bapak bagaimana kondisi Bapak saat ini?”
“Apa pemahaman Bapak mengenai apa yang terjadi pada Bapak saat ini, terutama bila
dibandingkan dengan kehidupan Bapak sebelumnya? Apakah sama saja, atau ada yang
berbeda?”
“Kalau dari Bapak sendiri, apa yang bapak inginkan?” (cari tahu apakah dia ingin berobat
agar bisa kembali seperti dulu lagi, atau ingin mati saja, atau malah menyalahkan orang lain)
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 176

SPECIAL SECTION: BAHASA RESEP

a.c.: ante cibum (sebelum makan) m.f.: misce fac (buatlah)


a.d.: auricula dextra m.f.l.a: buatlah dengan dosis di atas
ad.lib: ad libitum (use as much as one mane: pagi hari
desires) noct.: nocte (malam hari)
a.m.: ante meridiem (pagi) o.d.: oculus dester
applic part dol: oleskan di tempat yang sakit o.m.: omne mane (setiap pagi)
a.s.: auricula sinistra o.n.: omne nocte (setiap malam)
a.u.: auris utraque (kedua telinda) o.s.: oculus sinister
bis: dua kali sehari o.u.: oculus uterque (kedua mata)
b.d./b.i.d.: bis in die (dua kali sehari) p.c.: post cibum (setelah makan)
i.m.m: in manu medicae (berikan pada p.m.: post meridiem (malam)
petugas medis) p.o.: per os (per oral)
cap./caps.: capsula (kapsul) p.r.: per rectum
dd: de die (kali sehari) prn: pro re nata (bila perlu)
d.t.d.: dentur tales doses (berikan dosis pulv: pulvus (puyer)
tersebut) PV: per vaginam
flc.: flacon q: quaque (setiap)
fls.: botol q.a.d.: quaque alternis die (setiap hari)
gtt: gutta(e) (tetes) q.a.m.: quaque die ante meridiem (setiap
IM: intra muscular hati sebelum malam)
Inf.: infus q.d.s.: quater die sumendus (empat kali
Inj.: injeksi sekali)
IU: international unit
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 177

SPECIAL SECTION: PENULISAN RESEP SPECIAL SENSORY

Kasus Mata :
dr. Pernando Alberto Desperado Italiano
SIP 07096259223
Klinik PADI - Jl. Matraman Raya No. 119, Jakarta Pusat

Jakarta, 1 Mei 2014


R/ Sol emedastine eyedrops 0,05% fls. No.I
S 4 gtt I o.d.s

R/loratadine tablet 10 mg No. X


S 1 dd 1 tab

Pro : Ny. Ani


Usia : 25 tahun

Kasus THT :
dr. Pernando Alberto Desperado Italiano
SIP 07096259223
Klinik PADI - Jl. Matraman Raya No. 119, Jakarta Pusat

Jakarta, 1 Mei 2014


R/ Sol efedrin HCL 5% fls No.I
S 3 gtt II kavum nasi dekstra sinistra

R/paracetamol tablet 500 mg No. X


S 3 dd 1 tab, prn demam/nyeri

Pro : Tn. Amir


Usia : 30 tahun

Kasus Kulit:
dr. Pernando Alberto Desperado Italiano
SIP 07096259223
Klinik PADI - Jl. Matraman Raya No. 119, Jakarta Pusat

Jakarta, 1 Mei 2014


R/ Krim hidrokortison 2,5% tube 10 gram No.I
S u.e. 2 dd applic part dol, m.et.v

R/Cetirizine tablet 10 mg No. X


S 1 dd 1 tab

Pro : Ny. Tukinem


Usia : 39 tahun
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 178

SPECIAL SECTION: CHECKLIST SPECIAL SENSORY


Pemeriksaan visus
1. Persiapkan kelengkapan alat snellen chart, trial frame, pinhole, kursi, ruangan panjang 6
meter minimal/3 meter dengan cermin
2. Berikan penjelasan pemeriksaan dan informed consent kepada pasien
3. Pemeriksaan dimulai dari mata kanan dahulu. Tutup mata kiri pasien dengan telapak
tangannya (jangan ditekan) atau dengan occluder pada trial lens set yang dipasang pada
trial frame
4. Perintahkan pasien untuk membaca huruf yang ditunjuk pemeriksa. Pemerika mulai
menunjuk huruf dari atas ke bawah sampai pasien salah membaca. Hasil ketajaman
penglihatan pasien adalah pada baris di mana pasien dapat membaca lebih dari
setengah jumlah huruf pada baris tersebut. Notasi ketajaman penglihatan/uncorrected
visual acuity/UCVA OD-OS ditulis dengan bentuk pecahan. Pembilangnya adalah jarak
pemeriksaan, yaitu 6 meter, atau 20 kaki. Penyebutnya adalah jarak pembacaan yang
masih dapat dilakukan orang dengan penglihatan emetrop (besar jarak tersebut tertulis
pada samping kanan barisan huruf pada Snellen chart). Contoh notasi: UCVA OD 6/15
5. Apabila pasien tidak dapat membaca huruf paling atas pada Snellen chart, pemeriksa
memerintahkan pasien untuk menghitung jari pemeriksa pada jarak mulai jarak 5 meter,
lalu 4 meter, dst sampai 1 meter. Penyebutnya menjadi 60.
6. Apabila pada jarak 1 meter pasien masih belum bisa menghitung jari pemeriksa,
pemeriksa melambaikan tangan ke kanan dan kiri, ke atas dan ke bawah dari jarak 1
meter. Pasien diperintahkan untuk mengidentifikasi adanya lambaian tangan.
Penyebutnya menjadi 300.
7. Apabila pasien tidak dapat mengidentifikasi lambaian tangan, pemmeriksa
memerintahkan pasien untuk mengidentifikasikan adanya cahaya dari penlight dan
memeriksa proyeksinya pada keempat kuadran penglihatan pasien. Penyebut notasi
UCVA menjadi ~, sedangkan pembilangnya 1. Contoh UCVA OD 1/~ proyeksi baik pada
keempat kuadran
8. Apabila pasien tidak dapat mengidentifikasi cahaya, maka visus pasien NLP (no light
perception)
9. Apabila pasien tidak mencapai visus 6/6, maka dilakukan pemeriksaan pinhole untuk
menentukan adanya unsur kelainan refraksi.
10. Setelah selesai memeriksa mata kanan, dilakukan peeriksaan terhadap mata kiri.

Pemeriksaan oftalmoskopi
1. Dilatasi Pupil dengan tetes mata: tropicamide 1% dan phenylephrine hydrochloride 2.5%.
Kontraindikasi: bilik mata depan dangkal, riwayat trauma kepala, berada dalam
pengawasan neurologis. (efek samping: menjadi silau)
2. Dengan posisi duduk, pasien diminta melihat lurus ke depan dan usahakan tidak
menggerakkan mata.
3. Atur fokus oftalmoskop hingga pupil terlihat jelas, set diafragma untuk mendapatkan
cahaya yang cukup
4. Pemeriksaan mata kana pasien, gunakan mata kanan pemeriksa dangan oftalmoskop
dipegang di tangan kanan. Pemeriksaan dimulai dengan jarak 30 cm. Tangan pemeriksa
yang bebas, dapat memegang dahi/bahu pasien agar pemeriksa tetap stabil saat
mendekatkan oftalmoskop ke pasien.
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 179

5. Dekatkan oftalmoskop ke arah pasien dengan sudut 15° Temporal dari sumbu
penglihatan pasien dan fokus agar dapat melihat retina secara jelas.
6. Carilah pembuluh darah retina, kemudian telusuri ke arah nasal sampai terlihat papil
saraf optik.
7. Nilai pembuluh darah retina, papil saraf optik dan makula
8. Ulangi prosedur untuk mata kiri pasien

Pemeriksaan lapang pandang


1. Pemeriksa duduk berhadapan tepat di depan pasien dengan jarak kira-kira 1 meter
2. Untuk memeriksa mata kanan, minta pasien menutup mata kirinya, sedangkan pemeriksa
menutup mata kanannya.
3. Instruksikan pasien untuk memfiksasi pandangan ke mata kiri pemeriksa
4. Gerakkan jari/ benda lain dari sisi perifer lapang pandang ke tengah. Bila sudah melihat
pasien diminta menyebutkan. (Lakukan dari 4 arah: atas, bawah, temporal dan nasal)
5. Jika Pasien melihat pada saat yang bersamaan dengan pemeriksa, maka lapang pandang
pasien diasumsikan normal (Syarat: Lapang pandang pemeriksa normal)
6. Ulangi prosedur untuk mata kiri pasien

Check list pemeriksaan Rinne


1. Pemeriksa dan pasien duduk berhadapan dengan kedua kaki tertutup di samping kiri atau
kanan
2. Getarkan garpu tala 512 Hz dengan ibu jari dan telunjuk tangan kiri
3. Letakkan garpu tala di prosesus mastoideus telinga kanan hingga pasien tidak mendengar
bunyi lagi (saat sudah tidak terdengar, pasien diminta mengangkat tangan atau berbicara)
4. Pindahkan garpu tala ke depan liang telinga dengan jarak 2.5 cm, tanyakan apakah masih
mendengar bunyi atau tidak.
5. Ulangi prosedur untuk telinga kanan pasien

Checklist Pemeriksaan Weber


1. Getarkan garpu tala, kemudian letakkan di garis tengah kepala (vertex/ dahi/ pangkal
hidung/ dagu) atau di pertengahan gigi seri
2. Tanyakan pasien, bunyi terdengar lebih kuat di sisi kanan/kiri atau terdengar sama kuat.
Bila terdengar lebih keras pada salah satu telinga maka weber lateralisasi ke telinga
tersebut

Checklist Pemeriksaan Swabach


1. Getarkan garpu tala, kemudian letakkan di prosesus mastoideus telinga kanan, diamkan
hingga bunyi tidak terdengar (instruksikan pasien untuk memberi tanda bila sudah tidak
terdengar). Segera pindahkan penala ke prosesus mastoideus pemeriksa.
Syarat: Pendengaran pemeriksa harus normal. Bila pemeriksa masih dapat mendengar
saat dipindahkan, maka disebut swabach memendek
2. Getarkan garpu tala, kemudian letakkan di prosesus mastoideus pemeriksa terlebih
dahulu. Saat sudah tidak terdengar, segera pindahkan ke prosesus mastoideus pasien.
Bila pasien masih dapat mendengar bunyi saat dipindahkan disebut swabach
memanjang. Bila setelah langkah 1 dan 2 sama-sama tidak terdengar maka swabach
sama dengan pemeriksa
Buku OSCE Pengajar PADI -- November 180

Checklist Pemeriksaan KOH pada kulit


1. Bersihkan bagian kulit yang akan diperiksa dengan kapas alkohol 70% untuk
menghilangkan lemak, debu dan kotoran lainnya
2. Kerok pada bagian lesi yang aktif dengan skalpel dengan arah dari atas ke bawah (pegang
skalpel secara miring membentuk sudut 45 derajat ke atas)
3. Letakan hasil kerokan pada wadah atau langsung letakkan pada kaca objek
4. Teteskan 1-2 tetes larutan KOH 10% pada kaca objek
5. Tutup dengan kaca penutup
6. Biarkan kurang lebih 15 menit atau dihangatkan diatas nyala api selama beberapa detik
untuk mempercepat lisis
7. Periksa sediaan dibawah mikroskop. Diawali dengan pembesaran objektif 10x, kemudian
dengan pembesaran 40x untuk mencari gambaran hifa atau spora.

Anda mungkin juga menyukai