Anda di halaman 1dari 4

Rumah Adat Karo, Sumatera Utara

Salah satu rumah adat yang menarik ialah rumah adat Karo. Rumah adat ini dikenal
juga sebagai rumah adat Siwaluh Jabu. Siwaluh Jabu memiliki pengertian sebuah
rumah yang didiami delapan keluarga. Masing-masing keluarga memiliki peran
tersendiri di dalam rumah tersebut.
Rumah adat Karo ini berbeda dengan rumah adat suku lainnya dan kekhasan itulah
yang mencirikan rumah adat Karo. Bentuknya sangat megah diberi tanduk. Proses
pendirian sampai kehidupan dalam rumah adat itu diatur oleh adat Karo, dan karena
itulah disebut rumah adat.
Penempatan keluarga-keluarga dalam rumah adat Karo ditentukan oleh adat Karo.
Secara garis besar rumah adat ini terdiri atas jabu jahe (hilir) dan jabu julu (hulu).
Jabu jahe juga dibagi menjadi dua bagian, yaitu jabu ujung kayu dan jabu rumah
sendipar ujung kayu.
Tetapi, ada kalanya rumah adat Karo terdiri atas delapan ruang dan dihuni oleh
delapan keluarga. Sementara dalam rumah ini hanya ada empat dapur. Masing-masing
jabu dibagi dua sehingga terbentuk jabu-jabu sedapuren bena kayu, sedapuren ujung
kayu, sedapuren lepar bena kayu, dan jabu sedapuren lepar ujung kayu.

TRADISI SUKU KARO


1. KERJA TAHUN

Kerja Tahun atau dalam bahasa Karo Merdang merdem merupakan suatu


pesta adat yang dilakukan secara turun temurun oleh kalak Karo/Masyarakat
Karo di seluruh wilayah taneh Karo dengan tujuan menjaga ketentraman dan
keseimbangan bermasyarakat serta membangun komunikasi dengan
keluarga yang sudah lama tidak bertemu.

2. Upacara Tradisional

Erpangir kulau adalah upacara mandi untuk mengusir roh jahat atau
menyucikan diri dari pengaruh roh jahat, memberi sesajian kepada yang
kuasa supaya diberikan rejeki.
3. Alat Musik Tradisional Karo
4. Pakaian Adat Karo

Uis Gara atau Uis Adat Karo adalah pakaian adat yang digunakan dalam


kegiatan adat dan budaya Suku Karo dari Sumatra Utara. Disebut sebagai
"kain merah" karena pada uis gara warna yang dominan adalah merah, hitam,
dan putih, serta dihiasi pula berbagai ragam tenunan dari benang emas dan
perak.

5. Tari-tarian Tradisional
Tari Ndurung

Zaman dahulu kala, di dataran tinggi Karo Prop. Sumut. tinggalah seorang raja
dengan istrinya beserta putri mereka yang sangat cantik. Pada suatu hari, putri
raja sakit. Maka ratu menanyakan putrinya apa yang diinginkannya supaya dia
cepat sembuh, kemudian putri raja tersebut mengatakan bahwa dia
menginginkan seekor ikan dari perkebunan padi dan buah palma. Setelah itu raja
memerintahkan rakyat supaya mencari apa yang diinginkan putrinya. Tarian ini
menggambarkan bagaimana masyarakat Karo melakukan kegiatan mereka
sehari-hari seperti bekerja di perkebunan padi, di lapangan dan mengambil buah
palma dari hutan.

Tari Ndikkar

Ndikkar adalah bentuk pertahanan diri tradisional Karo atau Pencak Silat yang tumbuh dan
berkembang bersama-sama dengan kebudayaan masyarakat Karo. Ndikkar memiliki ciri-ciri :
gerakan yang sangat lambat dan lembut tetapi di saat-saat tertentu gerakan tarian ini akan
terlihat keras dan cepat. Khususnya masyarakat Karo, mereka mempelajari Pencak Silat
hanya untuk pertahanan diri sendiri, tetapi sekarang tarian Ndikkar sebagian besar telah
menjadi tarian kebudayaan.

Anda mungkin juga menyukai