l
Kepada Yth,
Majelis Hakim Pemeriksa
Perkara Nomor
64/Pdt.G/2022/PN.Ktg
di
Pengadilan Negeri Kotamobagu
Dengan Hormat
Yang bertanda tangan di bawah ini:
1. Rendra S Dilapanga, S.H., M.Si.
2. Sultan Permana Tawil, S.H.
3. Nugroho Bayuaji, S.H.
4. Afri M. Mokoginta, S.H.
Berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 30 Mei 2022 dengan Nomor register
171/SK.Pdt/6/2022/PN.Ktg Tanggal 06 Juni 2022, bertindak untuk dan atas
nama serta mewakili kepentingan hukum Pemerintah Daerah Kota Kotamobagu
selaku pemberi kuasa sebagai Penggugat, melawan Hj. Lusye H Manoppo, dkk
sebagai Tergugat dalam perkara perdata Nomor 64/Pdt.G/2022/PN.Ktg;
DALAM KONVENSI
1. Bahwa, pada dasarnya Penggugat Konvensi bertetap dengan dalil gugatan
konvensi yang telah disampaikan sebelumnya, serta hal-hal yang telah
disampaikan dalam gugatan konvensi secara mutatis mutandis menjadi
bagian yang tidak terpisahkan dengan Replik ini;
2. Bahwa, Penggugat dengan tegas menolak seluruh dalil eksepsi dan jawaban
dari tergugat konvensi untuk seluruhnya, kecuali terhadap hal-hal yang
secara tegas diakui kebenarannya dalam Replik ini;
DALAM EKSEPSI
A. TANGGAPAN ATAS EKSEPSI GUGATAN KURANG PIHAK
1. Terhadap Eksepsi Gugatan Salah Pihak (Gemis Aanhoeda Nigheid) Penggugat
Konvensi menanggapinya sebagai berikut:
1.1. Bahwa sebagaimana diketahui, gugatan a quo diajukan/didaftarkan
melalui sistem e-court pada tanggal 6 Juni 2022, dan oleh Pengadilan
Negeri Kotamobagu tel;ah memberikan Nomor Perkara
64/Pdt.G/2022/PN Ktg pada tanggal 8 Juni 2022;
1.2. Bahwa, terhadap Turut Tergugat VIII a.n. Remon Manoppo telah wafat
pada tanggal 27 Juli 2022;
Page 1 of 12
1.3. Bahwa, terhadap Turut Tergugat XL a.n. Nanses Manoppo telah wafat
pada tanggal 13 Juni 2022;
1.4. Bahwa, berdasarkan dalil-dalil tersebut di atas, maka dapat
disimpulkan yakni, Pengajuan gugatan oleh Penggugat Konvensi a quo
diajukan saat keduanya masih hidup, dengan kata lain keduanya
wafat pada saat proses pemeriksaan perkara sedang berjalan;
1.5. Bahwa, berdasarkan Yurisprudensi Putusan Mahkamah Agung RI,
yakni:
- Putusan Mahkamah Agung R.I. Nomor 27 K/Sip/1975 tanggal
20 Oktober 1975, Menyebutkan:
“Karena Tergugat I pada akhir proses perkara telah meninggal dunia
dan kedudukannya digantikan atas kehendak sendiri oleh jandanya
Tetap br. Karo dan anak kandungnya Richard Pelawi, maka
keputusan terhadap diri Tergugat I dengan sendirinya berlaku
terhadap janda dan anaknya tersebut.”
1.6. Bahwa selain itu, terdapat pula pendapat dari para ahli hukum, yaitu:
a. M. Yahya Harahap, S.H., dalam bukunya Hukum Acara Perdata
tentang Gugatan, Persidangan, Penyitaan, Pembuktian, dan
Putusan Pengadilan, Sinar Grafika, Edisi Kedua, Cetakan Pertama,
Jakarta, September 2017, halaman 139 s/d 140, huruf n, angka 1.
Menerangkan: “Tergugat meninggal dunia digantikan oleh ahli
warisnya.”
b. Dr. Sudikno Mertokusumo, SH., dalam bukunya Hukum Acara
Perdata Indonesia; Liberty, Yogyakarta, 1981 halaman 42 dan 43
Menyebutkan: “bahwa gugatan terhadap almarhum Tergugat asal
dianggap diteruskan para ahli warisnya, bilamana pihak penggugat
tidak menaruh keberatan terhadap kemauan para ahli waris
almarhum untuk meneruskan perkara dari almarhum Tergugat asal.
Jadi, kedudukan sebagai pihak dapat diwariskan.”
Page 2 of 12
tergugat XL, dapat digantikan oleh ahli-warisnya, tanpa harus
dilakukan perubahan dan/atau perbaikan gugatan, oleh karena itu
Eksepsi Gugatan Salah Pihak (Gemis Aanhoeda Nigheid) dari Para
Tergugat Konvensi tidaklah beralasan hukum, sehingga sudah
sepatutnya dikesampingkan;
Page 3 of 12
Konvensi/Trut tergugat Konvensi beralasan hukum untuk
dikesampingkan;
Page 4 of 12
Bahwa, penggugat tidak menafikkan bahwa sertifikat pengelolaan a quo
telah dibatalkan oleh Putusan PTUN, sehingga pengaitan perkara in cassu
dengan sertifikat pengelolaan a quo tidak lagi relevan;
Bahwa, konteks perkara a quo adalah mengenai Dasar Kepemilikan
objek sengketa konvensi berdasarkan Pembebasan tanah untuk Proyek
Pasar Inpres, berdasarkan Instruksi Presiden No. 7 Tahun 1976-1977 dan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 15 Tahun 1975 tentang Ketentuan-
Ketentuan Mengenai Tata Cara Pembebasan Tanah serta Surat Keputusan
Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sulawesi Utara Nomor 53 Tahun 1976,
Tanggal 11 Maret 1976, sementara sertifikat pengelolaan a quo dikeluarkan
Oleh Kepala Badan Pertanahan Nasional. Bahwa berdasarkan hal tersebut,
maka dapat diketahui, antara keputusan dan/atau ketentuan mengenai
Pembebasan lahan dan Keputusan dan/atau ketentuan penerbitan sertifikat
pengelolaan a quo dikeluarkan oleh Pejabat Tata Usaha Negara yang
berbeda, oleh karena itu, haruslah dipahami bahwa pembatalan sertifikat
pengelolaan a quo oleh Putusan PTUN Manado tidaklah serta merta
membatalkan seluruh keputusan dan/atau peraturan mengenai
Pembebasan tanah Pasar Inpres di tahun 1976-1977 tersebut;
Bahwa selain itu, dalam Perkara Nomor 03/G.TUN/2012/PTUN.Mdo,
yang menjadi pihak-pihaknya adalah Sam Manoppo, dkk (Penggugat) dan
Kepala Kantor Pertanahan Nasional Kabupaten Bolaang Mongondow
(Tergugat), sementara baik Pemerintah Kabupaten Bolaang Mongondow
dan/atau Pemerintah Kota Kotamobagu yang secara Administratif sebagai
Pejabat Tata Usaha Negara yang melaksanakan Pembebasan tanah, tidak
menjadi pihak dalam perkara tersebut, sehingga dalam perkara tersebut,
tidak diperiksa proses Pembebasan Tanah objek sengketa a quo;
Bahwa, Sertifikat Hak Pengelolaan a quo adalah sebagai bukti
kepemilikan yang dikeluarkan oleh Pejabat Tata Usaha Negara Yang
berwenang berdasarkan Prosedur dan substansi yang diatur dalam
Peraturan Perundang-undangan yang berlaku, sehingga dalam Konteks
Perkara Administrasi Negara di PTUN adalah mengenai Wewenang, Prosedur
dan Substansi Penerbitan (Vide Pasal 52 ayat (1) Undang-Undang
Administrasi Pemerintahan), bukan dalam kontek sengketa keperdataan
mengenai hak kepemilikan;
Bahwa, selain dan selebihnya akan Penggugat Konvensi buktikan
dalam Persidangan;
Page 5 of 12
Bahwa, berdasarkan hal tersebut, maka dalil jawaban para
tergugat/turut tergugat konvensi tersebut patutlah untuk dikesampingkan;
Bahwa selanjutnya, para tergugat/turut tergugat konvensi dalam
menanggapi Program Pembebasan Lahan in cassu telah salah merujuk
aturan yakni UU Nomor 20 tahun 1961 tentang Pencabutan Hak-hak atas
Tanah dan Benda-Benda yang ada Di Atasnya. Bahwa anatara pencabutan
hak-hak atas tanah dan Pembebasan Lahan untuk pembangunan itu adalah
berbeda satu dengan yang lainnya;
Bahwa, Dasar hukum pelaksanaan Pembebasan lahan adalah Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria
jo Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 15 Tahun 1975 Tentang
Ketentuan-Ketentuan Mengenai Tata Cara Pembebasan Tanah dan Instruksi
Presiden Nomor 7 Tahun 1976 tentang Program Bantuan Kredit
Pembangunan dan Pemugaran Pasar;
Bahwa, Pasal 1 dan Pasal 2 ayat (1), UU Nomor 20 tahun 1961 tentang
Pencabutan Hak-hak atas Tanah dan Benda-Benda yang ada Di Atasnya,
menjelaskan, sbb:
Pasal 1
Untuk kepentingan umum, termasuk kepentingan Bangsa dan Negara
serta kepentingan bersama dari rakyat, sedemikian pula kepenngan
pembangunan, maka Presiden dalam keadaan yang memaksa setelah
mendengar Menteri Agraria, Menteri Kehakiman dan Menteri yang
bersangkutan dapat mencabut hak-hak atas tanah dan benda-benda
yang ada diatasnya.
Page 6 of 12
Ketentuan Mengenai Tata Cara Pembebasan Tanah sebagai bentuk
pelaksanaan Instruksi Presiden untuk Pembangunan Pasar;
Bahwa secara singkat dapat penggugat konvensi jelaskan yakni:
- Presiden Meng-Instruksikan (memerintahkan) Bank BRI untuk
menyediakan dana Kredit sebesar Rp. 20.000.000.000,- (dua pulu
miliar Rupiah) dan meng-instruksikan kepada Pemerintah Daerah
Tingkat II untuk Pembangunan Pasar, maka berdasarkan hal
tersebut Pemerintah Daerah Tingkat II telah memiliki dana Untuk
pembangunan Pasar:
- Bahwa, dalam rangka melaksanakan Instruksi Presiden mengenai
Pembangunan Pasar dengan menggunakan dana tersebut, maka
Pemerintah Daerah Tingkat II, melakukan Pembebasan/pengadaan
tanah untuk pembangunan pasar yang dilaksanakan berdasarkan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 15 Tahun 1975;
Page 7 of 12
karenanya dalil eksepsi dan jawaban pokok perkara dari para tergugat/turut
tergugat mengenai hal tersebut patutlah untuk dikesampingkan;
Page 8 of 12
lahan, dikarenakan surat-surat tersebut dipengang oleh Pemda Bol-Mong
dan/atau Pemkot Kotamobagu yang tidak menjadi pihak dalam perkara
tersebut, sehingga untuk menjawab pertanyaan dari pertimbangan tersebut,
apakah objek sengketa konvensi telah menjadi tanah negara yang dikuasai
oleh penggugat konvensi melalui pembebasan lahan, maka diajukanlah
gugatan a quo untuk diperiksa;
Bahwa selanjutnya, terkait dengan aspek kewenangan dari Badan
Pertanahan Nasional dalam Menerbitkan Sertifikat Hak Pengelolaan,
penggugat konvensi berpendapat, sbb:
- Pasal 37 Keputusan Presiden Nomor 26 Tahun 1988 Tentang Badan
Pertanahan Nasional, menyebutkan, “Dengan terbentuknya
organisasi Badan Pertanahan berdasarkan Keputusan Presiden
ini, ketentuan tentang organisasi Departemen Dalam Negeri yang
berkaitan dengan bidang keagrariaan sebagaimana ditetapkan dalam
Keputusan Presiden Nomor 15 Tahun 1984 yang telah beberapa kali
diubah, terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 36 Tahun 1987
dinyatakan tidak berlaku.”
Page 9 of 12
Bahwa, terhadap dalil-dalil jawaban pokok perkara dari para
tergugat/turut tergugat konvensi yang lainnya penggugat konvensi dengan
tegas menolaknya, maka demi tidak mengulangi dalil-dalil yang telah
dikemukakan sebelumnya, untuk itu tidak akan ditanggapi lebih lanjut;
DALAM REKONVENSI
1. Bahwa, dalam rekonvensi ini kedudukan Penggugat Konvensi senjutnya akan
disebut sebagai Tergugat Rekonvensi sedangkan Para tergugat/turut tergugat
konvensi akan disebut sebagai Para Penggugat Rekonvensi;
2. Bahwa, hal-hal yang telah diuraikan dalam konvensi di atas, mohon dianggap
terulang kembali dalam rekonvensi ini;
3. Bahwa, seluruh dalil-dalil rekonvensi dari para penggugat rekonvensi, dengan
tegas tergugat rekonvensi tolak, kecuali terhadap hal-hal yang secara tegas
diakui kebenarannya dalam jawaban rekonvensi ini;
4. Taanggapan terhadap dalil rekonvensi angka 2 dan angka 3:
Bahwa, sebagaimana telah tergugat rekonvensi jelaskan dalam konvensi
di atas, yakni Hak Penguasaan atas Tanah Negara dari Balangket
Mokodompit Sesuai Peta Tanah No. 268 Persil12/No 1 tahun 1964, Luas
18.155 M2 terletak di Desa Gogagoman Kecamatan Kotamobagu, telah
dilakukan pembagian harta berdasarkan Penetapan Pengadilan Nomor
44/1971 tanggal 10 Oktober 1971, yang kemudian telah dilakukan
pembebasan lahan untuk pembangunan Pasar Inpres di tahun 1976-1977,
yang luasnya 9.730 M2 (Sembilan ribu tujuh ratus tiga puluh meter persegi);
Bahwa, berdsarkan hal tersebut, maka objek sengketa rekonvensi yang
telah dibagi berdasarkan Penetapan Pengadilan Nomor 44/1971 tanggal 10
Oktober 1971, serta telah dilakukan pembebasan lahan di tahun 1976-1977,
sehingga objek sengketa rekonvensi sudah tidak lagi utuh sebagaimana dalil
gugatan rekonvensi, oleh karena itu sudah sepatutnya gugatan rekonvensi
dinyatakan ditolak karena sudah tidak relevan/tidak memiliki dasar hukum;
Bahwa selain itu, menjadi pertanyaan jika memang para penggugat
rekonvensi bersikeras menyatakan objek sengketa rekonvensi tidak pernah
dipindah tangankan kepada pihak manapun, maka kenapa sepanjang tahun
1977 s/d 2011 tidak ada keberatan ataupun gugatan dari para penggugat
rekonvensi ataupun ahli waris lainnya dari alm. Balangket Mokodompit,
padahal diketahuinya diatas objek sengketa rekonvensi/konvensi telah berdiri
bangunan Pasar Inpres/Serasi sejak tahun 1977- sekarang Milik tergugat
rekonvensi ?;
Page 10 of 12
- Yurisprudensi Mahkamah Agung No.492K/Sip/1970, tanggal 16
Desember 1970 dan Putusan Mahkamah Agung Rl No.1720 K/PDT/1986,
tanggal 18 Agustus 1988 dengan tegas menyatakan: “Setiap tuntutan ganti
rugi harus disertai perincian kerugian dalam bentuk apa yang menjadi
dasar tuntutannya,tanpa perincian dimaksud, maka tuntutan ganti rugi
harus dinyatakan tidak dapat diterima karena tuntutan tersebut tidak
jelas/ tidak sempurna.”
- Yurisprudensi Mahkamah Agung No.864 K/Sip/1973, tanggal 13 Mei
1975 yang menyatakan: “Karena Penggugat (Para Pelawan) tidak dapat
membuktikan dalam bentuk apa sebenarnya kerugian yang dimaksud itu,
tuntutan tersebut harus ditolak”;
MENGADILI
DALAM KONVENSI
DALAM EKSEPSI
- Menyatakan eksepsi dari para tergugat/para turut tergugat Konvensi
tidak dapat diterima;
Page 11 of 12
6. Menghukum para tergugat atau siapapun yang mendapatkan hak dari
padanya untuk keluar dari objek sengketa dan menyerahkannya kepada
penggugat secara suka rela;
7. Menghukum Para Tergugat untuk membayar ganti kerugian kepada
penggugat yang totalnya sebesar Rp. 6.800.325.000,- (enam miliar delapan
ratus juta tiga ratus dua puluh lima ribu rupiah);
8. Menghukum Para turut tergugat untuk tunduk dan taat atas putusan
perkara ini;
9. Menghukum para tergugat untuk membayar biaya yang timbul dalam
perkara ini;
DALAM REKONVENSI
- Menyatakan, menolak gugatan rekonvensi dari para penggugat rekonvensi
untuk seluruhnya;
Mohon Putusan yang seadil-adilnya (Ex Aequo Et Bono)
HORMAT KAMI
KUASA HUKUM PENGGUGAT
Page 12 of 12