Anda di halaman 1dari 21

Catatan TPA

1. Penalaran Verbal
dddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddd
ddddd

A. Sinonim (Persamaan kata)


dddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddd
dd

B. Antonim (Lawan kata)


dddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddd
dd

C. Analogi (Padanan kata)


dddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddd
dd

D. Klasifikasi (Pengelompokan kata)


dddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddd
dd

E. Pemahaman Teks

Adapun materi-materi yang termasuk kedalam pemahaman teks diantaranya yakni sebagai
berikut:

1.) Tanda Baca


Adapun jenis-jenis tanda baca yang biasa digunakan dalam suatu kalimat ataupun
paragraf antara lain yakni sebagai berikut:

A.) Tanda Baca Koma (,)


Terdapat beberapa fungsi tanda baca koma dalam suatu kalimat ataupun paragraf
yang antara lain yakni sebagai berikut:

(1) Digunakan di Tengah Kalimat 


Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau
pembilang, dimana penempatan nya berada dibelakang kata yang
mengikutinya. Adapun contohnya yakni sebagai berikut:

- Shinta membeli garam, gula, penyedap rasa, dan cuka di warung sebelah
- Indra, Indri, dan Indro adalah anak kembar tiga
(2) Perbandingan Kalimat
Tanda baca koma dapat digunakan untuk memisahkan kalimat setara
yang satu dengan kalimat setara lainnya dengan didahului oleh kata
seperti (tetapi, walau, namun, melainkan). Adapun contoh penggunaannya
yakni sebagai berikut:

- Pertunjukkan itu sungguh menarik, tetapi membahayakan penonton


disekitarnya
- Mereka tidak berasal dari Kalimantan Timur, melainkan Kalimantan
Tengah

(3) Memisahkan Anak dan Induk Kalimat


Digunakan untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat,
dimana anak kalimat mendahului induk kalimatnya (Konteksnya sama
kayak dependent clause & independent clause yang harus pakai conjunction).
Adapun contoh penggunaannya yakni sebagai berikut:

- Karena sudah bekerja, dia akan lupa dengan kampusnya


- Kalau tempat itu cukup luas (anak kalimat), kita akan pakai tempat itu
(induk kalimat)

(4) Di belakang Kata Penghubung Antar kalimat


Tanda koma digunakan di belakang kata atau ungkapan penghubung
antarkalimat (oleh karena itu, maka dari itu, lagi pula, meskipun begitu,
namun, akan tetapi, walaupun begitu) yang terdapat pada awal kata. Adapun
contoh penggunaannya yakni sebagai berikut:
- .....jadi, kita sebaiknya pergi secepatnya
- .....lagi pula, mereka sudah tidak punya kekuatan untuk melawan

(5) Pemisah Partikel


Digunakan sebagai pemisah partikel (o, ya, oiya, hmm, wah, aduh,
kasian, hati-hati, dan sebagainya) dengan inti kalimat. Adapun contoh
penggunaannya yakni sebagai berikut:

- Wow, ternyata kacamata itu sangat canggih!


- Oh, aku kira kamu makan batu

(6) Pada Kalimat Bertingkat


Kalimat majemuk bertingkat (kalimat kompleks / complex sentence) adalah
kalimat yang memiliki anak kalimat (kalimat yang bergantung pada kalimat
lainnya) dan induk kalimat (kalimat yang tidak bergantung pada kalimat
manapun) dimana kedua kalimat tersebut dihubungkan dengan konjungsi
(kata hubung) yang tidak setara (meskipun, walaupun, supaya, agar, karena,
sehingga, sebab, maka, ketika, apabila, bahwa, dan sebagainya). Tanda koma
dibutuhkan dalam kalimat majemuk bertingkat untuk mengapit keterangan
tambahan yang sifatnya tidak membatasi. Adapun contoh penggunaan tanda
koma tersebut yakni sebagai berikut:
- Temanku, Irfan, adalah orang yang sangat rajin.
- Di daerah kami, misalnya, masih banyak orang-orang berkonsultasi
dengan dukun.
- Semua siswa, baik laki-laki maupun yang perempuan, diberi hukuman
untuk berlari setengan lapangan sebanyak 5 kali.

Secara garis besar kalimat majemuk dalam bahasa indonesia dikelompokkan


kedalam 4 jenis yang antara lain adalah sebagai berikut:

(A) Kalimat Majemuk Setara  Compound Sentence


Kalimat majemuk setara adalah kalimat yang terdiri dari 2 induk
kalimat yang dihubungkan oleh konjungsi koordinatif. Kata
penghubung atau konjungsi yang biasanya digunakan pada kalimat
majemuk setara adalah konjungsi koordinatif, seperti dan, atau, tetapi,
sedangkan, lalu, kemudian

(B) Kalimat Majemuk Rapatan


dsdddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddd
ddddddddd

(C) Kalimat Majemuk Campuran (Compound-Complex Sentence)


Merupakan gabungan dari kalimat majemuk setara dan kalimat
majemuk bertingkat. Kalimat ini dapat ditandai dengan adanya 3 klausa
dalam 1 kalimat. Adapun contohnya yakni sebagai berikut

- Keinginan itu selalu tertunda karena Dedi lebih berkonsentrasi ke


lembaga pendidikan di luar negeri (majemuk bertingkat), sedangkan
orang tuanya memilih pendidikan di dalam negeri (majemuk setara)
- Ketika malam mulai mencekam, kutarik selimut itu dan kupejamkan
mata ini, tetapi rasa takut itu tidak juga pergi dari hati dan pikiranku.

(D) Kalimat Majemuk Bertingkat (Complex Sentence)


Kalimat majemuk bertingkat adalah kalimat yang terdiri dari induk
kalimat dan anak kalimat yang dihubungkan oleh konjungsi.
Konjungsi yang digunakan pada kalimat majemuk bertingkat adalah
konjungsi yang tidak setara, seperti meskipun, walaupun, supaya,
agar, karena, sehingga, sebab, maka, ketika, apabila, bahwa, dan
sebagainya.

dsdsdsdsddsdds

(7) Menghindari Salah Baca


Digunakan untuk menghindari salah di belakang keterangan yang
terdapat pada awal kalimat. Adapun contoh penggunaannya yakni sebagai
berikut:

- Kita memerlukan sikap yang bersungguh-sungguh dalam pembinaan dan


pengembangan bahasa (salah)
- Dalam pembinaan dan pengembangan bahasa, kita memerlukan sikap
yang bersungguh (betul)

(8) Memisahkan Petikan Langsung 


(9) Tidak Digunakan untuk Memisahkan Petikan Langsung Yang Diakhiri
Dengan Tanda Tanya / Tanda Seru
(10) Di Identitas yang Ditulis Berurutan
(11) Penulisan Daftar Pustaka
(12) Pada Catatan Kaki
(13) Penulisan Gelar 
(14) Dalam Penulisan Bilangan

B.) Tanda Baca Titik Koma (;)

Terdapat beberapa fungsi tanda baca titik koma dalam suatu kalimat ataupun
paragraf yang antara lain yakni sebagai berikut:

(1) Memisahkan Bagian Kalimat yang Setara

Titik koma dapat digunakan untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang


sejenis dan setara. Adapun contoh penggunaannya yakni sebagai berikut:

- Malam makin larut; pekerjaan belum selesai juga


- Semuanya merasa terhibur; penonton melakukan standing applause

(2) Pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat setara di dalam


kalimat majemuk

Titik koma dapat digunakan sebagai pengganti kata penghubung untuk


memisahkan kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk. Adapun
contoh penggunaannya yakni sebagai berikut:

- Ayah menyelesaikan pekerjaan; ibu menulis makalah; adik membaca cerita


pendek.
- Kakak melakukan teknik menulis buku karangan pribadi di kamarnya;
Adik menonton TV di ruang tamu.
- Wawan tidak menyukai futsal karena tidak handal menggunakan kakinya;
Galan tidak menyukai basket karena terlalu banyak menggunakan tangan.
(3) Memisahkan bagian-bagian perincian dalam kalimat yang sudah
menggunakan tanda koma

Dddddddddddddddddddddddd. Adapun contoh penggunaannya yakni sebagai


berikut:

- Ibu membeli buku, pensil, dan tinta; baju, celana, dan kaus; serta pisang,
apel, dan jeruk.
- Agenda rapat ini meliputi
a. pemilihan ketua, sekretaris, dan bendahara;
b. penyusunan anggaran dasar, anggaran rumah tangga, dan program
kerja; serta
c. pendataan anggota, dokumentasi, dan aset organisasi.

(4) Bagian perincian yang berupa frasa verbal

Ddddddddddddddddddddddddddddddddddd. Adapun contoh penggunaannya


yakni sebagai berikut:

- Syarat mengikuti ujian penerimaan pegawai di lembaga ini adalah


(1) berkewarganegaraan Indonesia;
(2) berijazah sarjana S-1;
(3) berbadan sehat; dan
(4) bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia.

(5) Memisahkan sumber-sumber kutipan


Dddddddddddddddddddddddddddddddddddd. Adapun contoh penggunaannya
yakni sebagai berikut:

C.) Tanda Titik Dua (:)

(1) Akhir Pernyataan Lengkap yang langsung diikuti perincian atau penjelasan.

Tanda titik dua digunakan pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti
suatu rangkaian yang berhubungan mengakar. Adapun contohnya yakni
sebagai berikut:

- Kita memerlukan perlengkapan memasak: wajan, spatula, panci, dan


penyaring.
Perlu diperhatikan bahwa jika rangkaian tersebut merupakan pelengkap
yang mengakhiri pernyataan, maka tanda titik dua tidak perlu digunakan.
Adapun contohnya yakni sebagai berikut:

- Kita memerlukan wajan, spatula, panci, dan penyaring.

(2) Sesudah Kata atau Ungkapan


Ddddddddddddddddddddddddddddd. Adapun contoh penggunaannya yakni
sebagai berikut:

(3) Pada Teks Drama Sesudah Kata Yang Menunjukkan Pelaku


Dddddddddddddddddddddddddddddddd. Adapun contoh penggunaannya
yakni sebagai berikut:

(4) Diantara Identitas Penerbit


Ddddddddddddddddddddddddddddd. Adapun contoh penggunaannya yakni
sebagai berikut:

D.) Tanda Hubung (-)


(1) Menyambung Suku
(2) Menyambung Unsur-Unsur Kata Ulang
(3) Menyambung Huruf Kata
(4) Memperjelas Hubungan
(5) Merangkai Kata Depan dengan Huruf Kapital
(6) Merangkai Unsur Bahasa Indonesia dengan Bahasa Asing

E.) Tanda Pisah (- -)

(1) Membatasi Penyisipan Kata


Tanda pisah dapat digunakan untuk mengapit keterangan atau penjelasan
yang bukan bagian utama kalimat. Adapun contoh penggunaannya yakni
sebagai berikut:

- Kebahagiaan hidup – semua orang mendambakannya – diperoleh melalui


harmonisasi batin terhadap lingkungan kehidupan disekitarnya.
- Hukum di Indonesia – saya sangat ragu – dapat ditegakkan oleh penegak
hukum yang anti terhadap segala bentuk penyuapan.

(2) Menegaskan Adanya Keterangan Aposisi


Tanda pisah dapat digunakan untuk mengapit keterangan atau penjelasan
yang merupakan bagian utama kalimat dan dapat saling menggantikan
dengan bagian yang dijelaskan. Adapun contoh penggunaannya yakni sebagai
berikut:
- Soekarno-Hatta—Proklamator Kemerdekaan RI—diabadikan menjadi nama
jalan di beberapa kota di Indonesia.
- Rangkaian temuan ini—evolusi, teori kenisbian, dan pembelahan atom—
telah mengubah konsepsi kita tentang alam semesta.
- Gerakan Pengutamaan Bahasa Indonesia—amanat Sumpah Pemuda—harus
terus digelorakan.

(3) Tanda Pisah Dua Bilangan


Tanda pisah digunakan di antara dua bilangan, tanggal (hari, bulan, tahun), atau
tempat yang berarti 'sampai dengan' atau 'sampai ke'. Adapun contoh
penggunannya yakni sebagai berikut:

- Tahun 2019—2022
- Tanggal 5—10 April 2022
- Senin—Jumat
- Jakarta—Bandung

F.) Tanda Baca Titik (.)


(1) Penanda Berakhirnya Kalimat 
(2) Tanda dalam Penulisan Bagan, Ikhtisar, atau Daftar
(3) Pemisah Angka Jam, Menit, dan Detik
(4) Menunjukkan Jangka Waktu
(5) Berperan dalam Penulisan Sumber Referensi
(6) Memperjelas Jumlah
(7) Tidak Boleh Digunakan pada Akhir Judul
(8) Tidak Boleh Digunakan pada Kepala Surat

G.) Tanda Baca Tanya (?)


(1) Tanda Untuk Menanyakan Sesuatu
(2) Digunakan dalam Tanda Kurung

H.) Tanda Baca Seru (!)


(1) Digunakan Pada Kalimat Perintah
(2) Menunjukkan Ekspresi Kaget

I.) Tanda Ellipsis / Titik-titik (...)


(1) Penulisan Kalimat yang Terputus-Putus
(2) Menunjukkan Ada Naskah yang Dihilangkan

J.) Tanda Kurung ((...))


(1) Tambahan Keterangan
(2) Mengapit Keterangna
(3) Mengapit Huruf
(4) Mengapit Angka
K.) Tanda Kurung Siku ([....])
(1) Mengapit Huruf, Kata, atau Kelompok
(2) Mengapit Keterangan

L.) Tanda Petik (“...”)


(1) Petikan Langsung
(2) Mengapit Judul
(3) Mengapit Istilah Ilmiah
(4) Penutup Kalimat

M.) Tanda Petik Tunggal (‘....’)


(1) Mengapit Petikan dalam Petikan Lain
(2) Mengapit Makna

N.) Tanda Garis Miring (/)


(1) Dipakai dalam Nomor Surat dan Kalimat
(2) Pengganti Kata Hubung

O.) Tanda Apsotrof (‘)


(1) Menunjukkan Penghilangan Bagian Kata
(2) Penggunaan Kata Khusus
2.) Dsds
3.) dsds

2. Penalaran Numerik
A. Bilangan Bulat
1.) Penjumlahan pada bilangan bulat
2.) Pengurangan pada bilangan bulat
3.) Perkalian pada bilangan bulat
4.) Pembagian pada bilangan bulat
5.) Perpangkatan pada bilangan bulat
B. KPK & FPB
C. Perkalian & Pembagian Spasial
D. Pecahan
1.) Mengubah pecahan biasa ke desimal
2.) Mengubah pecahan desimal ke biasa
3.) Mengubah pecahan desimal berulang menjadi biasa
4.) Mengubah pecahan biasa menjadi persen
5.) Persen ke pecahan biasa
6.) Pecahan biasa ke pecahan campuran
7.) Operasi bilangan pecahan
E. Perpangkatan Bilangan Bulat (eksponen) & Bentuk Akar
1.) Sifat-sifat perpangkatan & bentuk akar bilangan bulat
F. Aljabar, Persamaan, & Pertidaksamaan
1.) Persamaan linear satu variabel
2.) Persamaan linear dua variabel
3.) Pertidaksamaan
4.) Penjumlahan & pengurangan aljabar
5.) Perkalian & perpangkatan aljabar
6.) Pembagian aljabar
G. Komparasi Kuantitatif
H. Skala & Perbandingan
I. Himpunan & Diagram Venn
1.) Irisan (Interseksi)
2.) Gabungan (Union)
3.) Diagram Venn
J. Statistika
1.) Rata-Rata (mean)
2.) Modus (mo)
3.) Median (me)
4.) Interpretasi data
5.) Jangkauan
K. Kaidah Pencacahan & Peluang
L. Jarak, Waktu, & Kecepatan
M. Konversi Ukuran
N. Aritmatika Sosial
1.) Harga pembelian
2.) Harga penjualan
3.) Untung
4.) Rugi
5.) Rabat (diskon)
6.) Bruto, Tara, & Netto
7.) Bunga Tabungan (Bunga bank)
O. Geometri
1.) Garis
2.) Sudut
3.) Bangun Datar
4.) Bangun Ruang
P. Deret & Baris Angka

3. Penalaran Logika

A. Proposisi
Proposisi merupakan.... Adapun unsur-unsur daripada proposisi beserta dengan
penjelasannya antara lain yakni sebagai berikut:

1.) Term sebagai subjek merupakan suatu hal yang diterangkan dalam proposisi.
Term sebagai subjek berhubungan dengan kuantitas (jumlah) proposisi, dimana
term sebagai subjek tersebut dibedakan menjadi 2 yakni:
2.) Term sebagai predikat merupakan suatu hal yang menerangkan dalam proposisi.
Term sebagai predikat selalu berhubungan dengan isinya, serta merupakan kualitas
proposisi. Term sebagai predikat dibedakan menjadi 2 yakni:
3.) Kopula merupakan hal yang mengungkapkan adanya hubungan antara subjek
dan predikat
4.) Kuantor merupakan pembilang yang menunjukkan lingkungan yang dimaksud
oleh subjek. Kuantor dibedakan menjadi 2 yakni:
A.) Kuantor Universal, merupakan kuantor yang menyatakan berlaku untuk
semua anggota himpunan. Kata yang sering digunakan adalah semua /
setiap
B.) Kuantor Eksistensial, merupakan kuantor yang menyatakan setidaknya
terdapat satu anggota himpunan. Kata yang sering digunakan diantaranya:
sebagian, beberapa, ada, atau sementara

Adapun contoh Proposisi mencakup dengan unsur-unsur tersebut yakni sebagai


berikut:

- Semua wanita adalah ibu


(kuantor) (subyek) (kopula) (predikat)
- Sebagian pensiunan bukan guru
(kuantor) (subyek) (kopula) (predikat)

Adapun bentuk-bentuk proposisi antara lain yakni sebagai berikut:

1.) Proposisi Universal Afirmatif (Semua S adalah P)


Merupakan pernyataan bersifat umum yang mengiyakan adanya hubungan
subjek dengan predikat. Proposisi ini dibagi kedalam 2 jenis yakni:

A.) Proposisi Universal Afirmatif Ekuivalen merupakan pernyataan umum


yang mengiyakan antara subyek dan predikat merupakan suatu
persamaan (semua anggota subjek adalah anggota predikat, dan
sebaliknya). Adapun contohnya yakni sebagai berikut:

- Setiap ayah adalah kepala rumah tangga  Setiap kepala rumah tangga
adalah ayah

B.) Proposisi Universal Afirmatif Implikasi merupakan pernyataan umum


yang mengiyakan semua subjek merupakan bagian dari predikat
(semua anggota subjek menjadi himpunan bagian dari predikat). Adapun
contohnya yakni sebagai berikut:

- Setiap manusia adalah ciptaan tuhan


- Sebagian ciptaan tuhan bukan manusia
- Ciptaan tuhan bukan hanya manusia

2.) Proposisi Universal Negatif (Semua S adalah bukan P)


Merupakan pernyataan bersifat umum yang mengingkari adanya hubungan
antara subjek dengan predikat. Adapun contohnya yakni sebagai berikut:

- Semua orang Indonesia tidak mengikuti ajaran komunis

3.) Proposisi Partikular Afirmatif (Sebagian S adalah P)


Merupakan pernyataan bersifat khusus yang mengiyakan adanya hubungan
antara subjek dengan predikat. Proposisi ini dibagi kedalam 2 jenis yakni:

A.) Proposisi Partikular Afirmatif Inklusif merupakan pernyataan khusus


mengiyakan yang sebagian subjek merupakan bagian dari predikat
(Terdapat anggota subjek yang menjadi bagian predikat, begitu pula
sebaliknya). Adapun contohnya yakni:

- Sebagian orang Indonesia adalah orang pedalaman  Sebagian orang


pedalaman adalah orang Indonesia
- Sebagian orang Indonesia bukan orang pedalaman  Sebagian orang
pedalaman bukan orang Indonesia

B.) Proposisi Partikular Afirmatif Implikasi merupakan pernyataan khusus


mengiyakan yang sebagian dari subjek merupakan suatu predikat (ada
sebagian anggota subjek yang menjadi himpunan predikat). Adapun
contohnya yakni sebagai berikut:

- Sebagian orang Indonesia adalah kader Partai Golkar


- Sebagian orang Indonesia bukan kader Partai Golkar

4.) Proposisi Partikular Negatif (Sebagian S adalah bukan P)


Merupakan pernyataan yang bersifat khusus yang mengingkari adanya
hubungan antara subjek dengan predikat. Proposisi ini dibagi kedalam 2
jenis yakni:

A.) Proposisi Partikular Negatif Inklusif merupakan pernyataan khusus


mengingkari yang sebagian subjek tidak merupakan bagian dari
predikat (Terdapat sebagian subjek yang tidak termasuk predikat dan ada
sebagian predikat yang tidak termasuk subjek). Adapun contohnya yakni:
- Sebagian sarjana pendidikan bukan guru  Sebagian guru bukan
sarjana pendidikan
- Sebagian sarjana pendidikan adalah guru  Sebagian guru adalah
sarjana pendidikan

B.) Proposisi Partikular Negatif Implikasi merupakan pernyataan khusus


mengingkari yang sebagian dari subjek tidak merupakan suatu predikat
(Terdapat sebagian subjek yang bukan anggota predikat & semua anggota
predikat adalah bagian dari subjek). Adapun contohnya yakni:

- Sebagian manusia (subjek) bukan orang indonesia (predikat)  Semua


orang indonesia adalah manusia

dddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddd
dddddddddddddddd

B. Pengambilan Kesimpulan Secara Langsung merupakan.....Adapun teknik-teknik


pengambilan kesimpulan secara langsung yakni sebagai berikut:

1.) Konvers merupakan proses pengambilan kesimpulan dengan cara mengganti


posisi subyek dan predikat suatu kalimat (Subyek premis menjadi predikat dari
kesimpulan & predikat premis menjadi subyek dari kesimpulan). Adapun
contohnya yakni sebagai berikut:

Tipe Premis Kesimpulan

1 Semua S adalah P Semua P adalah S


Semua buruh bekerja lembur Semua yang bekerja lembur adalah buruh

2 Tidak ada S yang P Tidak ada P yang S


Tidak ada mamalia yang Tidak ada yang bertelur itu mamalia
bertelur

3 Sebagian S adalah P Sebagian P adalah S


Sebagian guru mengikuti Sebagian yang mengikuti upacara adalah
upacara guru
4 Sebagian A bukan B Tidak dapat ditarik kesimpulan
Sebagian karyawan tidak
disiplin

2.) Invers merupakan proses pengambilan kesimpulan dengan cara mengubah


kualitas proposisi (“semua menjadi tidak ada”, “tidak ada menjadi semua”,
dan “sebagian” tidak mengalami perubahan) serta mengganti predikat dengan
kebalikannya (Jika predikat merupakan proposisi positif diubah menjadi negatif,
dan sebaliknya). Adapun contohnya yakni sebagai berikut:

Tipe Premis Kesimpulan

1 Semua burung dapat terbang Tidak ada burung yang tidak bisa
terbang

2 Tidak ada artis yang bebas dari Semua artis tidak bebas dari gossip
gossip

3 Sebagian pengurus OSIS adalah Sebagian pengurus OSIS adalah


siswa kelas X bukan
siswa kelas X

4 Sebagian politisi tidak melakukan Sebagian politisi melakukan korupsi


korupsi

3.) Kontraposisi merupakan proses pengambilan kesimpulan yang dilakukan dengan


membalik posisi subyek dan predikat, serta mengganti subyek dan predikat
tersebut dengan kebalikannya (Gabungan konvers & invers). Adapun contohnya
yakni sebagai berikut:

Tipe Premis Kesimpulan


1 Semua siswa mengikuti Semua yang tidak mengikuti upacara
upacara bukan siswa

2 Beberapa siswa mengikuti Beberapa yang tidak mengikuti


upacara upacara bukan siswa

C. Pengambilan Kesimpulan Secara Tidak Langsung (Silogisme)

Silogisme merupakan penarikan kesimpulan dari premis yang bersifat umum


dan khusus. Disebut penarikan kesimpulan tidak langsung dikarenakan penarikan
kesimpulan tersebut diambil secara sistematis dari 2 premis yang dihubungkan dengan
cara tertentu. Silogisme secara umum terdiri dari 3 proposis (term subyek (S), term
predikat (P), dan term penengah (M)) serta kesimpulan disebut setelah premis-
premisnya. Adapun contoh silogisme yakni sebagai berikut:

Keterangan Proposisi
Premis Mayor Semua mamalia (M) menyusui anaknya
(P)
Premis Minor Semua kerbau (S) adalah mamalia (M)
Kesimpulan Semua kerbau (s) menyusuk anaknya (P)

Adapun acuan yang dapat digunakan untuk menentukan premis manakah yang
termasuk mayor ataupun minor, dimana acuan tersebut yakni sebagai berikut:

- Agar diperoleh kesimpulan yang sah dan benar maka premis mayor harus
merupakan proposisi universal (semua)
- Premis minor tidak harus universal (bisa partikular ataupun singular)
- Premis minor dapat menyatakan permasalahan yang berbeda dari premis
mayor dan dapat berbentuk kenyataan yang bersifat khusus dari premis
mayor

Secara garis besar Silogisme terbagi kedalam 4 jenis, adapun jenis-jenis silogisme
tersebut antara lain yakni sebagai berikut
1.) Silogisme Kategorial / Kategoris harus memiliki tiga proposisi dan tiga term,
yaitu term subjek, term predikat, dan term penengah. Contoh silogisme kategoris
adalah sebagai berikut:

Premis mayor : Semua hewan karnivora (M) memakan daging (P)


Premis minor : Semua macan (S) adalah hewan karnivora (M)
Kesimpulan : Semua macan (S) memakan daging (P)

Adapun ketentuan-ketentuan yang dapat diberlakukan untuk mempermudah


penarikan kesimpulan pada silogisme kategorial yakni sebagai berikut:

- Apabila salah satu proposisi / premis bersifat particular


(sebagian/beberapa), maka kesimpulan harus bersifat particular. Contohnya:

Premis mayor : Semua yang halal dimakan menyehatkan


Premis minor : Sebagian makanan tidak menyehatkan
Konklusi : Sebagian makanan tidak halal dimakan

- Apabila salah satu premis bersifat negatif (tidak) maka kesimpulan harus
bersifat negatif. Contohnya:

Premis mayor : Semua korupsi tidak disenangi


Premis minor : Sebagian pejabat korupsi
Konklusi : Sebagian pejabat tidak disenangi

- Apabila kedua premis bersifat particular, maka tidak sah diambil


kesimpulan karena kebenarannya tidak pasti. Contohnya:

Premis mayor : Sebagian siswa berangkat study tour ke Jakarta


Premis minor : Sebagian siswa SMP A berangkat study tour
Konklusi : Sebagian siswa SMP A ke Jakarta? Kedua premis tersebut tidak
dapat disimpulkan dikarenakan keduanya hanya bersifat kemungkinan,
dalam hal ini mungkin saja sebagian siswa SMP A berangkat study tour ke
Jakarta ataupun tidak ke jakarta

- Apabila kedua premis bersifat negatif, maka tidak sah diambil kesimpulan

Premis mayor : Kerbau bukan bunga mawar


Premis minor : Kucing bukan bunga mawar
Konklusi : Kedua premis tersebut tidak mempunyai kesimpulan
- Apabila term penengah dari suatu premis tidak tentu, maka tidak sah
diambil kesimpulan.
Premis mayor : Semua ikan (M) berdarah dingin (P)
Premis minor : Binatang ini (S) berdarah dingin (P)
Konklusi : Binatang ini adalah ikan? (Konklusi tidak sah karena bisa saja
binatang tersebut adalah hewan melata)

- Term penengah harus bermakna sama, baik dalam premis mayor maupun
premis minor. Bila term penengah bermakna ganda kesimpulan menjadi
lain. Contohnya yakni sebagai berikut:

Premis mayor : Bulan (M) itu bersinar di langit (P)


Premis minor : Januari (S) adalah bulan (M)
Konklusi : Januari bersinar dilangit (Kesimpulan jadi bermakna ganda / tidak
sah karena “bulan” yang dibacarakan disini mengacu pada 2 hal)

- Term penengah (M) tidak boleh terdapat pada kesimpulan

2.) Silogisme Hipotesis ditandai dengan premis mayor berupa hipotesis (sebab
akibat) dan premis minor berupa pernyataan kategoris. Silogisme hipotesis
dibagi kedalam 4 jenis yang antara lain sebagai berikut:

(A.) Silogisme hipotesis yang premis minornya mengakui bagian antecedent


dengan contoh sebagai berikut:

Premis mayor : Jika hujan (Antecedent) saya naik becak (Konsekuen)


Premis minor : Sekarang hujan (=A)
Konklusi : Saya naik becak (=K)  konklusi sah

(B.) Silogisme hipotesis yang premis minornya mengakui bagian konsekuen


dengan contoh sebagai berikut:

Premis mayor : Jika hujan (antecedent) bumi akan basah (konsekuen)


Premis minor : Sekarang bumi telah basah (=K)
Konklusi : Hujan telah turun (Konklusi tidak sah/tidak bisa ditarik
kesimpulan, karena belum tentu bumi basah karena hujan)

(C.) Silogisme hipotesis yang premis minornya mengingkari bagian antecedent


dengan contoh sebagai berikut:
Premis mayor : Jika politik pemerintah dilaksanakan dengan paksa (A), maka
kegelisahan akan timbul (K)
Premis minor : Politik pemerintahan tidak dilaksanakan dengan paksa (~A)
Konklusi : Kegelisahan tidak akan timbul (konklusi tidak sah)

(D.) Silogisme hipotesis yang premis minornya mengingkari bagian konsekuen


dengan contoh sebagai berikut:

Premis mayor : Bila mahasiswa turun ke jalanan (A), pihak penguasa akan
gelisah (K)
Premis minor : Pihak penguasa tidak gelisah (~K)
Konklusi : Mahasiswa tidak turun ke jalanan (konklusi sah)

Adapun ketentuan-ketentuan yang dapat diberlakukan untuk mempermudah


penarikan kesimpulan pada silogisme hipotesis yakni sebagai berikut:

- Bila antecedent (A) terlaksana, maka konsekuen (B) juga terlaksana (konklusi
sah)
- Bila B tidak terlaksana, maka A tidak terlaksana (Konklusi sah)
- Bila A tidak terlaksana, maka B tidak terlaksana (Konklusi tidak sah)
- Bila B terlaksana, maka A terlaksana (Konklusi tidak sah)
- Intinya Konklusi cuman bisa ditarik jika antecedent (sebab) terlaksana,
ataupun akibat (antecendent) tidak terlaksana

3.) Silogisme Alternatif ditandai dengan premis mayor yang berupa pilihan
(alternatif), dan premis minor yang mengakui salah satu pilihan yang
diberikan, serta kesimpulannya merupakan penolakan atas alternatif yang
lain. Contoh silogisme alternatif adalah sebagai berikut:

Premis mayor : Siska membeli buku atau alat tulis


Premis minor : Siska membeli buku
Kesimpulan : Jadi, Siska tidak membeli alat tulis

4.) Silogisme Disjungtif merupakan silogisme yang premis mayornya merupakan


keputusan disjungtif (pilihan), sedangkan premis minornya bersifat kategorik
(mengakui / mengingkari salah satu kemungkinan yang disebutkan oleh
premis mayor. Silogisme Disjungtif terbagi kedalam 2 jenis yakni:
(A.) Silogisme Disjungtif dalam arti sempit (eksklusif) yakni silogisme yang
premis mayor nya mempunyai pilihan (alternatif) yang bersifat
kontradiktif. Adapun contohnya yakni sebagai berikut:

Premis mayor : Heri jujur atau berbohong


Premis minor : Ternyata heri berbohong
Konklusi : Heri tidak jujur

(B.) Silogisme Disjungtif dalam arti luas (inklusif) yakni silogisme yang
premis mayor nya mempunyai pilihan (alternatif) yang tidak bersifat
kontradiktif, melainkan menyediakan 2 pilihan. Adapun contohnya yakni
sebagai berikut:

Premis mayor : Hasan di rumah atau di pasar


Premis minor : Ternyata tidak dirumah
Konklusi : Hasan di pasar (Konklusi ini salah karena belum tentu hasan
dipasar)

Adapun ketentuan-ketentuan yang dapat diberlakukan untuk mempermudah


penarikan kesimpulan pada silogisme disjungtif yakni sebagai berikut:

- Silogisme disjungtif dalam arti luas, bila premis minor mengakui salah satu
pilihan (alternatif), maka konklusinya sah (benar). Adapun contohnya
yakni
- Silogisme disjungtif dalam arti luas, bila premis minor mengingkari salah
satu pilihan (alternatif), maka konklusinya tidak sah (salah). Adapun
contohnya yakni:
- Silogisme disjungtif dalam arti sempit, konklusi yang dihasilkan selalu sah
apabila prosedur penyimpulannya valid

D. Pengambilan Kesimpulan dengan metode Modus


Modus merupakan.....Adapun jenis-jenis Modus yakni antara lain sebagai berikut:

1.) Modus Ponens ditandai dengan adanya pernyataan majemuk implikasi dan


pernyataan tunggal. Adapun rumus yang biasa digunakan untuk menarik
kesimpulan berdasarkan Modus ponens beserta dengan contohnya yakni sebagai
berikut:

(PQ) ^ P]  Q
Premis Mayor : P => Q
Premis Minor : P
Konklusi : q

Premis mayor : Jika kamu rajin latihan soal (P), maka kamu akan mendapat nilai
bagus (Q)
Premis minor : Kamu rajin latihan soal (P)
Konklusi : Kamu akan mendapat nilai bagus (Q)

2.) Modus Tollens ditandai dengan adanya pernyataan majemuk implikasi dan


ingkaran dari pernyataan tunggal. Adapun rumus yang biasa digunakan untuk
menarik kesimpulan berdasarkan Modus Tollens beserta dengan contohnya yakni
sebagai berikut:

[(PQ) ^ ~Q]  ~P
Premis Mayor : P => Q
Premis Minor : ~Q
Konklusi : ~P

Premis mayor : Jika zeus seorang manusia (P), maka ia tidak dapat mati (Q)
Premis minor : Zeus dapat mati (~Q)
Konklusi : Zeus bukan seorang manusia (~P)
4. Penalaran
A. Penalaran Logis
B. Penalaran Analitis
5. Penalaran Spasial
A. Klasifikasi Gambar, Pandang Ruang, Visualisasi, Hubungan, & Konsistensi Logis

Anda mungkin juga menyukai