Bab Ii
Bab Ii
TINJAUAN PUSTAKA
6
7
c) Serviks
Serviks bertambah vaskularisasinya dan menjadi lunak dan
kebiruan.Kelenjar endoservikal membesar dan mengeluarkan
banyak cairan mukus.Penambahan dan pelebaran pembuluh
darah, warnanya menjadi livid/kebiruan disebut dengan tanda
Chadwick (Mochtar, 2011).
d) Vagina dan Vulva
Adanya hipervaskularisasi mengakibatkan vagina dan vulva
tampak lebih merah dan agak kebiru-biran.Warna livid pada
vagina dan porsio serviks disebut tanda Chadwick (Mochtar,
2011).
e) Mammae
Pada kehamilan 12 minggu keatas, dari puting susu dapat
keluar cairan berwarna putih agak jernih disebut kolostrum.
Kolostrum ini berasal dari kelenjar-kelenjar asinus yang mulai
bereaksi (Prawirohardjo, 2011).
f) Sirkulasi Darah
Volume darah semakin meningkat dan jumlah serum darah
lebih besar dari pertumbuhan sel darah, sehingga terjadi
pengenceran darah (hemodilusi) dengan puncaknya pada usia
kehamilan 32 minggu (Mochtar, 2011).
g) Sistem Respirasi
Wanita hamil kadang-kadang mengeluh sesak dan pendek
napas.Hal ini disebabkan oleh usus yang tertekan kearah
diafragma akibat pembesaran Rahim.Kapasitas vital paru
sedikit meningkat selama hamil selalu bernapas dalam, yang
menonjol adalah pernafasan dada/thoracic breathing (Mochtar,
2011).
h) Traktus Digestifus
Di mulut, gusi menjadi lunak, mungkin terjadi karena retensi
cairan intraseluleryang disebabkan oleh progesteron.Spingter
esophagus bawah relaksasi, sehingga dapat terjadi reguritasi isi
lambung yang menyebabkan rasa terbakar di dada
(heatburn).Sekresi isi lambung berkurang dan makanan lebih
lama berada di lambung.Otot-otot usus relaks dengan disertai
8
6) Aktivitas
Ibu hamil sebaiknya melakukan hal yang biasa dilakukan karena
dapat menghentikan kelelahan ringan, dan latihan sebaiknya jangan
dilakukan secara berlebihan.Kehamilan bukan saat untuk
mempelajari jenis olahraga berat yang baru, latihan harian seperti
berjalan-jalan di luar rumah sangat baik bagi kesehatan mental,
relaksasi, pencernaan dan pengondisian otot (Varney, 2006).
7) Istirahat atau Tidur
Makin besar usia kehamilan akan semakin sulit untuk mencari
posisi tidur yang nyaman, ajari ibu untuk posisi tidur miring kanan
atau miring kiri sejak awal. Manfaatnya akan dirasakan ketika
kehamilan semakin membesar, mengganjal dengan bantal juga
dapat membantu membuat ibu merasa lebih nyaman, letakkan satu
bantal di belakang sehingga saat ibu tidur terlentang tubuh tidak
terbaring datar, ibu juga dapat mengganjal kaki dengan bantal
untuk mengurangi terjadinya oedem karena penimbunan cairan
(Pantikawati, 2010).
e. Imunisasi
Imunisasi yang dianjurkan untuk ibu hamil adalah imunisasi TT.
Jadwal imunisasi TT pada ibu hamil adalah sebagai berikut:
1) TTI : diberikan pada kunjungan awal/trimester I
2) TT2 : 4 minggu setelah TT1 perlindungannya 3 tahun
3) TT3 : 6 bulan setelah TT2 perlindungannya 5 tahun
4) TT4 : 1 tahun setelah TT3 perlindungannya 10 tahun
5) TT5 : 1 tahun setelah TT4 perlindungannya 25 tahun
f. Ketidaknyamanan dalam Kehamilan
Pada trimester III rasa tidak nyaman pada kehamilan trimester ini yaitu
banyak ibu yang merasa dirinya jelek dan aneh. Seringkali ibu merasa
khawatir atau takut jika bayi yang di lahirkan tidak normal. Pada
trimester ini keluhan nyeri pinggang dan sering buang air kecil akan
timbul karena penekanan kepala bayi yang mulai memasuki PAP.
g. Tanda Bahaya Kehamilan Trimester III
1) Perdarahan pervaginam
Tanda perdarahan pervaginam jika ada perdarahan yang berwarna
merah, banyak atau sedikit dan dapat terasa sakit atau tidak
12
1) Power (Kekuatan)
a) Kontraksi uterus involunter atau kekuatan primer, menandai
mulainya persalinan.
b) Kontraksi volunter atau kekuatan sekunder, saat serviks
berdilatasi terdapat usaha untuk mendorong.
2) Passage (Jalan Lahir)
Passage atau jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yakni bagian
tulang yang padat, dasar panggul,vagina, dan introitus. Terdapat
empat jenis panggul:
a) Ginekoid (tipe wanita klasik)
b) Android (mirip panggul pria)
c) Antropoid (mirip panggul kera antropoid)
d) Platipeloid (panggul pipih)
3) Passager (Janin dan Plasenta)
Janin yang bergerak di sepanjang jalan lahir merupakan akibat
interaksi beberapa faktor, yakni:
a) Ukuran Kepala Janin
b) Presentasi
c) Letak/Sikap
d) Posisi Janin
e) Plasenta juga menyertai janin untuk melalui jalan lahir.
d. Mekanisme Persalinan
Menurut Prawirohardjo (2010) mekanisme persalinan adalah:
1) Sinklitismus
Bila arah sumbu kepala janin tegak lurus dengan bidang pintu atas
panggul.
2) Asinklitismus anterior
Bila arah sumbu kepala membuat sudut lancip ke depan dengan
pintu atas panggul.
3) Asinklitismus posterior
Keadaan sebaliknya dari asinklitismus anterior.
4) Fleksi
Kepala yang turun tertahan oleh serviks, dinding panggul atau
dasar panggul dalam keadaan normal flexi terjadi dan dagu
didekatkan ke arah dada janin
16
2) Kala II
Di mulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir.
Proses biasanya berlangsung 2 jam pada primigravida dan 1 jam
pada multigravida. Pada kala II his menjadi lebih kuat dan lebih
cepat, kira-kira 2 sampai 3 menit sekali. Karena biasanya dalam hal
ini kepala janin sudah masuk di ruang panggul, maka pada his
dirasakan tekanan pada otot-otot dasar panggul, yang secara reflek
menimbulkan rasa ingin meneran.
3) Kala III
Kala III adalah setelah plasenta lahir, uterus teraba keras dengan
fundus diatas pusat.Beberapa menit kemudian uterus berkontraksi
lagi untuk melepaskan plasenta dari dindingnya.Biasanya plasenta
lepas dalam 15 menit setelah bayi lahir dan keluar spontan atau
dengan tekanan pada fundus uteri.
4) Kala IV
Dimulai saat plasenta lahir sampai 2 jam pertama postpartum
(Saifuddin, 2010).
f. Partograf
1) Pengertian
Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala satu
persalinan dan informasi untuk membuat keputusan klinik.
Pencatatan partograf dimulai sejak fase aktif persalinan (Kemenkes
RI, 2015).
2) Penggunaan Partograf
a) Semua ibu fase aktif kala I persalinan sampai dengan kelahiran
bayi.
b) Semua tempat pelayanan persalinan (rumah, puskesmas, Bidan
Praktek Swasta (BPS), rumah sakit, dan lain-lain)
c) Semua penolong persalinan yang memberikan asuhan kepada
ibu selama persalinan dan kelahiran (spesialis obgyn, bidan,
dokter umum, residen dan mahasiswa kedokteran)
(Prawirohardjo, 2011).
3) Pencatatan Partograf
Menurut Prawirohardjo (2010) pada partograf petugas harus
mencatat kondisi ibu dan janin sebagai berikut :
18
a) DJJ
Penilaian DJJ dilakukan setiap 30 menit. Skala angka di
sebelah kolom paling kiri menunjukkan jumlah DJJ. Catat DJJ
dengan memberi tanda titik pada garis dengan angka yang
sesuai kemudian menghubungkan titik satu dengan yang
lainnya dengan garis yang tidak terputus.
b) Warna dan adanya air ketuban
(1) U : ketuban utuh (belum pecah)
(2) J : selaput ketuban pecah, air ketuban jernih
(3) M : ketuban sudah pecah & bercampur mekonium
(4) D : ketuban sudah pecah dan bercampur darah
(5) K : ketuban sudah pecah dan tidak ada ketuban (kering)
c) Molase (penyusupan kepala)
(1) 0 : tengkorak janin terpisah, sutura mudah dipalpasi
(2) 1 : tulang-tulang kepala janin saling bersentuhan
(3) 2 : tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih,tetapi
masih bisa dipisahkan
(4) 3 : tulang-tulang kepala janin tumpang tindih dan tidak
dapat dipisahkan.
d) Pembukaan mulut Rahim (serviks), dinilai setiap 4 jam dan
diberi tanda silang (X)
e) Penurunan
Mengacu pada bagian kepala (dibagi menjadi 5 bagian) yang
teraba (pemeriksaan bimanual) diatas simfisis; catat dengan
tanda lingkaran (O) pada setiap pemeriksaan dalam. Pada
posisi 0/5 belum terjadi penurunan bagian terendah (kepala).
f) Waktu. Menyatakan berapa jam waktu yang telah dijalani
sesudah pasien diterima.
g) Jam. Catat jam sesungguhnya.
h) Kontraksi
Catat setiap setengah jam; lakukan palpasi untuk menghitung
banyaknya kontraksi dalam 10 menit dan lamanya tiap-tiap
kontraksi dengan hitungan detik.
(1) Kurang dari 20 detik : kotak diberi titik-titik
(2) Antara 20-40 detik : kotak diberi garis-garis
19
j. 58 Langkah APN
Dasar Asuhan Persalinan Normal adalah asuhan yang bersih dan
aman selama dan setelah bayi lahir, serta upaya pencegahan
komplikasi terutama perdarahan pasca persalinan, hipotermia, dan
asfiksia pada bayi baru lahir (Saifudin, 2011).
Menolong persalinan dilakukan dengan menggunakan aturan
Asuhan Persalinan Normal (APN) yang di dalamnya ada 58 langkah
pertolongan persalinan normal, yaitu :
1) Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan kala dua.
2) Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan termasuk
mematahkan ampul oksitosin & memasukan alat suntik sekali
pakai 2½ ml ke dalam wadah partus set.
3) Memakai celemek plastik.
4) Memastikan lengan tidak memakai perhiasan, mencuci tangan
dgn sabun & air mengalir.
5) Menggunakan sarung tangan DTT pada tangan kanan yg akan
digunakan untuk pemeriksaan dalam.
6) Mengambil alat suntik dengan tangan yang bersarung tangan, isi
dengan oksitosin dan letakan kembali kedalam wadah partus set.
7) Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas basah dengan
gerakan vulva ke perineum.
8) Melakukan pemeriksaan dalam pastikan pembukaan sudah
lengkap dan selaput ketuban sudah pecah.
9) Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan ke dalam
larutan klorin 0,5%, membuka sarung tangan dalam keadaan
terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5%.
10) Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus selesai –
pastikan DJJ dalam batas normal (120 – 160 x/menit).
11) Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin
baik, meminta ibu untuk meneran saat ada his apabila ibu sudah
merasa ingin meneran.
12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk
meneran (Pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah
duduk dan pastikan ia merasa nyaman.
23
27) Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi
dalam uterus.
28) Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitasin agar uterus
berkontraksi baik.
29) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 unit
IM (intramaskuler) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan
aspirasi sebelum menyuntikan oksitosin).
30) Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem
kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah
distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat pada 2 cm distal dari klem
pertama.
31) Dengan satu tangan. Pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi
perut bayi), dan lakukan pengguntingan tali pusat diantara 2 klem
tersebut.
32) Mengikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi
kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan
mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya.
33) Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan memasang topi
di kepala bayi.
34) Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 -10 cm dari
vulva
35) Meletakan satu tangan di atas kain pada perut ibu, di tepi atas
simfisis, untuk mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat.
36) Setelah uterus berkontraksi, menegangkan tali pusat dengan
tangan kanan, sementara tangan kiri menekan uterus dengan hati-
hati kearah doroskrainal. Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40
detik, hentikan penegangan tali pusat dan menunggu hingga
timbul kontraksi berikutnya dan mengulangi prosedur.
37) Melakukan penegangan dan dorongan dorso-kranial hingga
plasenta terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik
tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian kearah atas,
mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan dorso-kranial).
38) Setelah plasenta tampak pada vulva, teruskan melahirkan plasenta
dengan hati-hati. Bila perlu (terasa ada tahanan), pegang plasenta
dengan kedua tangan dan lakukan putaran searah untuk
25
Skor 0 1 2
tubuh
Appearance color Tubuh merah,
A Pucat kemerah-
(warna kulit) ekstermitas biru
merahan
Pulse (heart rate)
Tidak
P (frekwensi denyut Kurang dari 100 Di atas 100
ada
jantung)
Grimance Tidak Sedikit gerakan Menangis,
G
(reaksi thd rangsangan) ada mimic batuk/bersin
Activity Ekstermitas
A Lumpuh Gerakan aktif
(tonus otot) sedikit fleksi
Respiration Tidak Lemah, tidak
R Menangis kuat
(usaha bernapas) ada tertur
31
c) Suhu (ºC)
d) Menanyakan pada ibu, bayi sakit apa?
e) Memeriksa kemungkinan penyakit berat atau infeksi bakteri
f) Frekuensi nafas/menit
g) Frekuensi denyut jantung (kali/menit)
h) Memeriksa adanya diare
i) Memeriksa ikterus/bayi kuning.
j) Memeriksa kemungkinan berat badan rendah
k) Memeriksa status pemberian Vitamin K1
l) Memeriksa status imunisasi HB-0
m) Memeriksa masalah/keluhan ibu (Buku KIA, 2015).
4. Masa Nifas
a. Pengertian
Masa nifas adalah waktu yang diperlukan agar organ genetalia interna
ibu kembali menjadi normal secara anatomis dan fungsional, masa
nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berahir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti sebelum hamil. Masa nifas berlangsung
selama kurang lebih 6 minggu (Wiknjosastro, 2010).
b. Perubahan Fisiologis pada Masa Nifas
1) Uterus
Involusi merupakan suatu proses kembalinya uterus pada kondisi
sebelum hamil. Adanya involusi uterus ini, lapisan luar dari
desidua yang mengelilingi situs plasenta akan menjadi neurotic
(layu/mati). Perubahan ini diketahui dengan melakukan
pemeriksaan palpasi dimana TFU nya ( tinggi fundus uteri ).
Tabel 2 ( Saleha : 2009 )
Tinggi Fundus Uteri dan Berat Uterus Menurut Masa Involusi
Involusi Tinggi Fundus Uterus Berat Uterus
Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gram
Uri lahir 2 jari bawah pusat 700 gram
1 minggu Pertengahanpusat simfisis 500 gram
2 minggu Tidak teraba di atas simfisis 300 gram
6 minggu Bertambah kecil 40-60 gram
8 minggu Sebesar normal 30 gram
2) Lokhea
Lokhea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas. Lokhea
mengandung darah dan sisa jaringan desidua yang nekrotik dari
35
6) Kebutuhan seksual
Anjuran aktifitas sexsual yang dapat dilakukan oleh ibu nifas
sebagai berikut :
a) Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu
darah merah berhenti dan ibu dapat satu atau dua jarinya ke
dalam vagina tanpa rasa nyeri, begitu ibu merasakan aman
untuk memulai melakukan hubungan suami istri kapan saja ibu
siap.
b) Banyak budaya yang mempunyai tradisi menunda hubungan
suami isti sampai waktu tertentu setelah 40 hari atau 6 minggu
setelah persalinan, keputusan tergantung kepada pasangan
yang bersangkutan.
c) Kerjasama dengan pasangan dalam merawat dan memberikan
kasih sayang pada bayinya sangat dianjurkan.
7) Latihan senam nifas
Menurut Jannah (2013) dapat dilakukan sebagai berikut :
a) Untuk mencapai hasil pemulihan otot yang maksimal,
sebaiknya latihan senam nifas dilakukan seawal mungkin
dengan catatan ibu menjalani persalinan dengan normal dan
tidak ada penyulit post partum.
b) Sebelum memulai bimbingan cara senam nifas, sebaiknya
bidan mendiskusikan terlebih dahulu dengan pasien mengenai
manfaat dilakukannya senam nifas ini, untuk mengembalikan
kondisi otot perut dan panggul kembali normal.
e. Kunjungan Masa Nifas
Pemerintah memberikan kebijakan sesuai dengan dasar kesehatan
ibu nifas, yaitu pelayanan ibu nifas mulai 6 jam sampai 42 hari pasca
bersalin oleh tenaga kesehatan paling sedikit 3 kali kunjungan masa
nifas dengan tujuan:
1) Menilai kesehatan ibu dan bayi
2) Mencegah kemungkinan adanya gangguan kesehatan ibu dan bayi
3) Deteksi adanya gangguan masa nifas
4) Menangani masalah yang timbul pada ibu dan bayi
5) KB
43
g. Langkah 7 Evaluasi
Melakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah
diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan sesuai dengan kebutuhan
sebagaimana yang telah teridentifikasi didalam masalah dan diagnosis.
C. Standar Asuhan Kebidanan dan Model Dokumentasi
1. Standar Asuhan Kebidanan
Standar Asuhan Kebidanan yang digunakan adalah sesuai dengan
KEPMENKES Nomer 938/Menkes/SK/VIII/2007 yang meliputi :
a. STANDAR I : Pengkajian
1) Pernyataan Standar
Bidan mengumpulkan semua informasi yang akurat, relevan, dan
lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.
2) Kriteria Pengkajian
a) Data tepat, akurat, dan lengkap
b) Terdiri dari Data Subjektif (hasil Anamnesa, biodata, keluhan
utama, riwayat obstetric, riwayat kesehatan dan latar belakang
social budaya)
c) Data Objektif (hasil Pemeriksaan fisik, psikologis dan
pemeriksaan penunjang)
b. STANDAR II : Perumusan Diagnosa dan atau Masalah Kebidanan
1) Pernyataan Standar
Bidan menganalisa data yang diperoleh pada pengkajian,
menginterpretasikannya secara akurat dan logis untuk menegakkan
diagnosa dan masalah kebidanan yang tepat.
2) Kriteria Pengkajian
a) Diagnosa sesuai dengan nomenklatur Kebidanan.
b) Masalah dirumuskan sesuai dengan kondisi klien.
c) Dapat diselesaikan dengan Asuhan Kebidanan secara mandiri,
kolaborasi, dan rujukan.
c. STANDAR III : Perencanaan
1) Pernyataan Standar
Bidan merencanakan asuhan kebidanan berdasarkan diagnose dan
masalah yang ditegakkan.
2) Kriteria Perencanaan
48