Anda di halaman 1dari 55

LAPORAN MINAT PENGABDIAN MASYARAKAT

KINEMATIKA XV
“PENANGANAN FISIOTERAPI PADA KELUHAN NYERI
PUNGGUNG BAWAH SUSPECT LOW BACK PAIN DI
GUNAKSA, KLUNGKUNG”

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 6

I Putu Aditya Pradana Putra Muliawan NIM: 18121001018


Ni Made Ayu Sari Dewi NIM: 18121001024
Ni Nyoman Diah Prameswari NIM: 18121001031
Mahendra Putra Michael Nutz NIM: 19121001023
Indira Dermawati Pamgga Lewu NIM: 19121001038
I Made Bagiada Okta Nugraha NIM: 19121001043
Ni Kadek Indryawati Putri Utami NIM: 19121001046
I Kadek Dirga Yusa NIM: 20121001003
Yuniatri Woli NIM: 20121001041
Ellen Melyasari Piga NIM: 21121001018
I Gusti Ngurah Tri Danu Artha NIM: 21121001032

PROGRAM STUDI FISIOTERAPI


FAKULTAS KESEHATAN, SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS DHYANA PURA
BADUNG
TAHUN 2022
DAFTAR ISI

LEMBARAN PENGESAHAN……………………………………………... i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………. ii
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………… iv
DAFTAR TABEL…………………………………………………………… v
KATA PENGANTAR……………………………………………………….. vi
ABSTRAK…………………………………………………………………… vii
ABSTRACT…………………………………………………………………… viii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………. 1
1.1 Latar Belakang…………………………………………………... 1
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………….. 3
1.3 Tujuan Penulisan………………………………………………… 3
1.4 Manfaat Penulisan……………………………………………….. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………….. 4
2.1 Anatomi Vertebra………………………………………………... 4
2.2 Biomekanik Vertebra Lumbal…………………………………… 11
2.3 Definisi Low Back Pain…………………………………………. 12
2.4 Etiologi Low Back Pain…………………………………………. 13
2.5 Manifestasi Klinis……………………………………………….. 13
2.6 Patofisiologi Low Back Pain……………………………………. 14
2.7 Tanda dan Gejala………………………………………………… 14
2.8 Pemeriksaan Spesifik……………………………………………. 15
2.9 Intervensi………………………………………………………… 19
BAB III METODE PELAKSANAAN……………………………………… 23
3.1 Pendekatan Kasus………………………………………………... 23
3.2 Teknik Analisis Data…………………………………………….. 23
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN……………………………………. 28

ii
4.1 Hasil……………………………………………………………... 28
4.2 Pembahasan……………………………………………………… 37
BAB V PENUTUP…………………………………………………………… 39
5.1 Kesimpulan………………………………………………………. 39
5.2 Saran……………………………………………………………... 39
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………... 41
LAMPIRAN………………………………………………………………….. 43

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Anatomi Vertebra…………………………………………………. 4


Gambar 2. Anatomi Lumbal………………………………………………….. 5
Gambar 3. Persendian di Vertebra……………………………………………. 6
Gambar 4. Ligamentum Pada Lumbal………………………………………... 7
Gambar 5. Anatomi Otot Vertebra……………………………………………. 10
Gambar 6. Persarafan Pada Vertebra…………………………………………. 11
Gambar 7. Numeric Rating Scale (NRS)……………………………………... 16
Gambar 8. Patrick Test………………………………………………………... 17
Gambar 9. Bragard Test………………………………………………………. 18
Gambar 10. Straight Leg Raise Test………………………………………….. 19
Gambar 11. Modalitas Infrared………………………………………………. 20
Gambar 12. McKenzie exercise……………………………………………….. 22
Gambar 13. Nordic Body Map Ibu Ni Wayan Puspa Dewi………………….. 32
Gambar Lampiran 1. Pengisian Kuisioner pada klien yang dilakukan oleh
semester 2……………………………………………………………………... 43
Gambar Lampiran 2. Assessment yang dilakukan oleh semester 4…………… 43
Gambar Lampiran 3. Pengukuran Tinggi dan Berat Badan yang dilakukan
oleh semester 4………………………………………………………………... 44
Gambar Lampiran 4. Pemeriksaan spesifik yang dilakukan oleh semester 8… 44
Gambar Lampiran 5. Pemberian Modalitas Infrared yang dilakukan oleh 45
semester 6 dan 8……………………………………………………………….
Gambar Lampiran 6. Pemberian Massage yang dilakukan oleh semester 8….. 45
Gambar Lampiran 7. Pemberian Stretching yang dilakukan oleh semester 6
dan 8…………………………………………………………………………... 46

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1.1 Kuesioner Kelelahan Umum dengan 30 item Pertanyaan.………. 28


Tabel 4.1.2 Nordic Body Map Questionare…………………………………... 30
Tabel 4.1.3 Pemeriksaan Fungsi Gerak Dasar………………………………... 35
Tabel 4.1.4 Intervensi Klien…………………………………………………... 36

v
KATA PENGANTAR

Segala aktivitas dan pekerjaan yang dilakukan dalam waktu yang lama dan
dilakukan secara berulang-ulang dengan gerakan yang menetap dapat
menimbulkan berbagai macam keluhan yang dapat mengganggu pekerjaan
mereka. Fisioterapi merupakan bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan
kepada individu dan atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan
memulihkan gerak dan fungsi tubuh sepanjang daur kehidupan dengan
menggunakan penanganan secara manual, peningkatan gerak, peralatan, pelatihan
fungsi dan komunikasi. Salah satu bentuk pelayanan kesehatan kepada
masyarakat, yaitu berupa pengabdian masyarakat. Pengabdian kepada masyarakat
yang dilaksanakan di Desa Gunaksa, Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung
dengan tema “Bergerak, Bersinergi dan Hidup Sehat Bersama Fisioterapi”.

Laporan pengabdian kepada masyarakat dibuat dengan cara menjabarkan


kuisioner 30 item pertanyaan kelelahan umum dan nordic body map questionare
kepada masyarakat. Laporan memuat seluruh asuhan Fisioterapi yang dilakukan
kepada klien dengan keluhan Low Back Pain. Asuhan Fisioterapi yang dibahas
dalam laporan meliputi kuisioner, assessment, diagnosa, intervensi, dan evaluasi
kepada klien.

Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna, untuk
itu kami mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan laporan.

Atas perhatiannya, kami mengucapkan terima kasih. Semoga laporan yang


telah kami selesaikan dapat memberi manfaat bagi penulis dan pembaca.

Badung, Agustus 2022

Penulis

vi
ABSTRAK

Program Studi Fisioterapi, Fakultas Kesehatan, Sains dan Teknologi,


Universitas Dhyana Pura melaksanakan pelayanan kesehatan yang bertujuan
untuk memperkenalkan manfaat terapi dalam menangani gangguan fungsi gerak
tubuh. Kegiatan ini dinamakan Kinerja Eksternal Mahasiswa Fisioterapi Ke
Masyarakat. Kegiatan ini dilaksanakan di Desa Gunaksa, Kecamatan Dawan,
Kabupaten Klungkung. Adapun tema yang diambil pada KINEMATIKA XV
yaitu “Bergerak, Bersinergi dan Hidup Sehat Bersama Fisioterapi” dengan tujuan
agar masyarakat di Desa Gunaksa dapat merasakan manfaat dari kegiatan
pengabdian dan pelayanan masyarakat yang rutin dilaksanakan setiap 6 bulan
sekali oleh Program Studi Fisioterapi Universitas Dhyana Pura. Mata pencaharian
penduduk Desa Gunaksa sebagian besar bergantung pada sektor pertanian. Seperti
yang kelompok kami temui di Desa Gunaksa, terdapat seorang warga berjenis
kelamin perempuan dengan umur 27 tahun dengan pekerjaan sebagai pembersih
kelapa dengan keluhan nyeri pada punggung bawah sebelah kanan. Berdasarkan
hasil wawancara yang didapatkan secara subjektif oleh peserta semester dua, klien
mengatakan mengalami keluhan pada bagian pinggang dengan skor nilai C.
Metode pendekatan dengan pemilihan subjek melalui studi kasus, dilakukan
dengan wawancara menggunakan media kuisioner dengan 30 item pertanyaan dan
Nordic Body Map Questionare. Permasalahan yang timbul pada klien adalah
merasakan nyeri pada punggung bawah sebelah kanan. Sebelumnya fisioterapis
melakukan pemeriksaan nyeri dengan NRS, pemeriksaan spesifik berupa SLR
test, Bragard test, Pattrick test dan pemeriksaan fungsi gerak dasar. Fisioterapi
memberikan modalitas berupa Infrared, massage dan terapi latihan berupa
stretching. Pemberian intervensi diharapkan dapat mengurangi nyeri dan
menurunkan spasme.

Kata Kunci: KINEMATIKA XV, Keluhan Punggung Bawah, IR, Masage,


Stretching

vii
ABSTRACT

The Physiotherapy Study Program, Faculty of Health, Science and


Technology, Dhyana Pura University carries out health services that aim to
introduce the benefits of therapy in dealing with movement disorders. This activity
is called the External Performance of Physiotherapy Students to the Community.
This activity was carried out in Gunaksa Village, Dawan District, Klungkung
Regency. The theme taken at KINEMATIKA XV is "Moving, Synergizing and
Living Healthy with Physiotherapy" with the aim that the community in Gunaksa
Village can benefit from community service and service activities which are
routinely carried out every 6 months by the Dhyana Pura University
Physiotherapy Study Program. The livelihoods of the residents of Gunaksa
Village are largely dependent on the agricultural sector. As our group met in
Gunaksa Village, there is a 27-year-old female resident who works as a coconut
cleaner with complaints of pain in the right lower back. Based on the interview
results obtained subjectively by the second semester participants, the client said
he had complaints in the waist with a score of C. The approach method was
subject selection through case studies, carried out by interviews using
questionnaire media with 30 question items and Nordic Body Map Questionnaire.
The problem that arises in the client is feeling pain in the right lower back.
Previously, the physiotherapist conducted pain tests with NRS, specific
examinations in the form of the SLR test, Bragard test, Patrick's test and
examination of basic movement functions. Physiotherapy provides modalities in
the form of infrared, massage and exercise therapy in the form of stretching. The
intervention is expected to reduce pain and reduce spasm.

Keywords: KINEMATIKA XV, Lower Back Complaints, IR, Massage,


Stretching

viii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keberlangsungan hidup manusia tidak lepas dari kesehatan fisik maupun
batin yang dimiliki oleh setiap individu. Dengan terjaganya kesehatan, maka
manusia mampu melakukan berbagai macam aktivitasnya. Definisi kesehatan
menurut Undang-Undang Kesehatan No.36 Tahun 2009 adalah keadaan sehat,
baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap
orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Seseorang dapat
dikatakan sehat apabila mereka dapat mencakup 4 aspek tersebut, akan tetapi
kenyataan dimasyarakat saat ini mungkin hanya beberapa yang termasuk
dalam kategori sehat.
Fisioterapi menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 65 Tahun 2015
merupakan bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu dan
atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara, dan memulihkan gerak
dan fungsi tubuh sepanjang daur kehidupan dengan menggunakan penanganan
secara manual, peningkatan gerak, peralatan (fisik, elektroterapeutik, dan
mekanis), pelatihan fungsi dan komunikasi. Fisioterapi didasari pada teori
ilmiah dan dinamis yang diaplikasikan secara luas dalam hal penyembuhan,
pemulihan, pemeliharaan, dan promosi fungsi gerak tubuh yang optimal,
meliputi mengelola gangguan gerak dan fungsi, meningkatkan kemampuan
fisik dan fungsional tubuh, mengembalikan dan memelihara serta
mempromosikan fungsi fisik yang optimal, kebugaran dan kesehatan jasmani,
kualitas hidup yang berhubungan dengan gerakan dan kesehatan, mencegah
terjadinya gangguan, gejala, dan perkembangan, keterbatasan kemampuan
fungsi serta kecacatan yang mungkin dihasilkan oleh penyakit, gangguan,
kondisi, ataupun cedera (Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 65 Tahun
2015).
Dalam melakukan aktivitas sehari-hari, manusia memerlukan kenyamanan
terutama dalam melakukan pekerjaannya. Pekerjaan yang dilakukan dalam
waktu yang lama dan dilakukan secara berulang-ulang dapat menimbulkan

1
adanya keluhan. Keluhan yang dirasakan secara terus-menerus akan
menyebabkan keluhan tersebut menjadi keluhan yang permanen. Seperti yang
kelompok kami temui di desa Gunaksa terdapat seorang warga berjenis
kelamin perempuan berumur 27 tahun dengan pekerjaan sebagai pembersih
kelapa. Berdasarkan hasil wawancara yang didapatkan secara subjektif oleh
peserta dari semester dua, klien mengatakan memiliki keluhan pada pinggang
dengan skor nilai C yaitu sakit.
Klien mengatakan sering mengalami keluhan nyeri pada punggung bawah
sebelah kanan sehingga klien merasa terganggu saat melakukan pekerjaan.
Posisi membungkuk dan duduk yang terlalu lama dengan sikap duduk yang
salah dapat menyebabkan adanya gangguan pada daerah punggung bawah,
untuk memastikannya kami semester delapan dan semester enam melakukan
pemeriksaan secara objektif dengan pemeriksaan palpasi, dan mengukur skala
nyeri. Hasil yang didapat dari pemeriksaan palpasi terdapat adanya spasme
pada otot paralumbal. Untuk memastikan tingkat nyeri yang dirasakan klien,
dilakukan pemeriksaan NRS (Numeric Rating Scale) yang didapatkan hasilnya
nyeri diam bernilai 1, nyeri tekan bernilai 6, dan nyeri gerak bernilai 5.
Berdasarkan keluhan dan pemeriksaan yang dilakukan kepada klien,
diduga klien mengalami keluhan Low Back Pain dan hal ini sesuai dengan
yang dinyatakan oleh Arwinno tahun 2018 yang mengatakan Low Back Pain
atau Nyeri Punggung Bawah adalah salah satu gangguan muskuloskeletal
yang ditandai dengan sensasi nyeri atau sakit pada punggung bawah atau
dimanapun di daerah antara tulang rusuk bawah dan diatas kaki. Hal ini juga
didukung oleh pemeriksaan spesifik yang telah dilakukan kepada klien.
Sehingga dari uraian diatas, kami tertarik untuk mengangkat kasus
mengenai Low Back Pain serta bagaimana penanganan fisioterapi yang tepat
guna untuk mengurangi keluhan yang dialami klien. Maka dari itu, kami
mengambil judul “Penanganan Fisioterapi Pada Keluhan Nyeri Punggung
Bawah Suspect Low Back Pain di Gunaksa, Klungkung”.

2
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan paparan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalahnya
yaitu bagaimanakah penanganan Fisioterapi pada kasus Low Back Pain pada
klien di Gunaksa, Klungkung?

1.3 Tujuan Penulisan


Sejalan dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, dapat
dirumuskan tujuan dari laporan ini adalah sebagai berikut:
1. Tujuan Umum
a. Menambah ilmu Fisioterapi yang didapat oleh mahasiswa.
b. Memberikan wawasan kepada warga Desa Gunaksa mengenai
keluhan Low Back Pain, serta edukasinya.
c. Memberikan pelayanan fisioterapi kepada warga Desa Gunaksa.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui tentang keluhan Low Back Pain serta
Penanganan Fisioterapinya.

1.4 Manfaat Penulisan


Dengan dibuatnya laporan ini, bisa memberikan segala sesuatu yang
berguna dan bermanfaat antara lain:
1. Bagi Penulis
1) Mengembangkan kemampuan serta memberikan pengalaman.
2) Meningkatkan pemahaman tentang fisioterapi serta
pengaplikasiannya.
2. Bagi Institusi
1) Laporan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi instansi pendidikan
fisioterapi untuk menambah kontribusi pengetahuan dalam proses
belajar mengajar.
3. Bagi Masyarakat
1) Memberikan infomasi mengenai fisioterapi dan penerapannya yang
dapat diaplikasikan.
2) Memberikan informasi tentang pencegahan gangguan fungsi gerak.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Vertebra


Tulang belakang atau columna vertebralis adalah sebuah struktur lentur
yang dibentuk oleh sejumlah ruas tulang belakang (vertebra). Secara garis
besar, tulang vertebra terbagi menjadi dua bagian, Bagian anterior tersusun
atas korpus vertebra, bantalan tulang rawan (discus intervertebralis), dan
ditopang oleh ligamentum longitudinal posterior dan anterior. Bagian
posterior tersusun atas pedikel, lamina, kanalis vertebralis, serta prosesus
tranversus dan spinosus. Vertebra dikelompokkan berdasarkan daerah yang di
tempati, Vertebra Cervical, Vertebra Toracalis, Vertebra Lumbalis, Vertebra
Sacralis, dan Vertebra Coccygeus (Moore et al., 2013).

Gambar 1. Anatomi Vertebra


(Sumber: https://www.quora.com)

1. Tulang Penyusun Vertebra Lumbalis


Tulang belakang lumbal terdiri dari 5 ruas vertebra, yaitu L1, L2, L3,
L4 dan L5 (Allegri et al., 2016). Tulang-tulang ini berada di antara
Vertebra Thoracalis dan Vertebra Sacralis (Moore et al., 2013).

4
Gambar 2. Anatomi Lumbal
(Sumber: https://bedahunmuh.wordpress.com/2010/05/11/lumbar-
vertebrae/)

2. Artikulasio
Dua ruas tulang vertebra dipisahkan oleh bantalan tulang yang disebut
Discus Intervertebralis. Discus Intervertebralis terdiri dari Nucleus
Pulposus dan Annulus Fibrosus (Moore et al., 2013). Persendian yang
ada di vertebra adalah sebagai berikut:
a. Sendi antara corpus vertebra
Permukaan atas dan bawah korpus dilapisi oleh kartilago hyalin
dan dipisahkan oleh diskus intervertebralis. Di daerah servikal
bawah ditemukan sendi sinovial kecil di kiri dan kanan diskus
intervertebralis antara permukaan atas dan bawah korpus
vertebra (Moore et al., 2013).
b. Sendi antara arkus vertebra
Terdiri dari dua sendi sinovial, prosesus artikularis superior dan
inferior vertebrae yang berdekatan. Fascies artikularis tertutup
oleh tulang rawan hyalin dan sendi dikelilingi oleh ligamentum
kapsularis (Moore et al., 2013).

5
Gambar 3. Persendian di Vertebra
(Sumber: https://docplayer.biz.tr/135340095-Faset-eklemlerin-
disk-dejenerasyon-lu-ve-spondilolistezis-li-hastalarda-manyetik-
rezonans-goruntuler-ile-degerlendirilmesi.html)

3. Ligamentum
Stabilitas vertebra lumbal dibantu oleh ligamen-ligamen yang berada
di lumbal, yaitu:
a. Ligamen Longitudinal Anterior
Ligamen longitudinal anterior merupakan ligament utama dari
vertebra lumbal (lumbar spine). Ligamen ini berfungsi sebagai
stabilisator pasif saat gerakan ekstensi lumbal dan merupakan
ligament yang tebal dan kuat (Moore et al., 2013).
b. Ligamen Longitudinal Posterior
Ligamen longitudinal posterior merupakan ligament yang
berperan sebagai stabilisator pasif saat gerakan fleksi lumbal.
Ligamen ini mengandung serabut saraf afferent nyeri sehingga
bersifat sensitive dan banyak memiliki sirkulasi darah (Moore et
al., 2013).
c. Ligamen Flavum
Ligamen flavum merupakan ligament yang mengandung serabut
elastin lebih banyak daripada serabut kolagen jika dibandingkan
dengan ligament lainnya di vertebra. Ligamen flavum memiliki
fungsi dalam mengontrol gerakan fleksi lumbal (Moore et al.,
2013).

6
d. Ligamen Supraspinosus dan Interspinosus
Ligamen supraspinosus dan interspinosus merupakan ligament
yang berperan dalam gerakan fleksi lumbal. Ligamen
intertransversal merupakan ligament yang berfungsi untuk
mengontrol gerakan lateral fleksi pada daerah lumbal kearah
kontralateral (Moore et al., 2013).

Gambar 4. Ligamentum Pada Lumbal


(Sumber: https://docplayer.info/73038858-By-sudaryanto-s-st-
dosen-biomekanik-biomekanik-vertebra.html)

4. Otot-otot Vertebra Lumbal


a. Erector Spine
Kelompok otot ini luas dan terletak dalam facia lumbodorsal, serta
muncul dari suatu aponeurosis pada sacrum, crista iliaca dan
processus spinosus thoraco lumbal (Moore et al., 2013). Kelompok
otot ini terbagi atas beberapa otot, yaitu:
a) M. Longissimmus
1) M. Longissimmus Torasis
Origo di M. Iliocostalis pada fascies dorsalis os sacrum,
prosesus spinosus vertebrae lumbalis, dan prosesus
transverus aksesorius vertebrae torasika bawah. Insersio di
prosesus aksesori vertebra lumbaris atas dan prosesus
tranversus verterbra lumbaris (Moore et al., 2013).

7
2) M. Longissimmus Servisis
Origo di prosesus tranversus vertebra torasika bagian
kranial. Insersio di prosesus tranversus vertebra servikalis
bagian atas (Moore et al., 2013).
3) M. Longissimmus kapitis
Origo di prosessus tranversus torasika dan prosesus
artikularius servikalis tengah dan bawah. Insersio di sisi
belakang prosesus mastoideus (Moore et al., 2013).
b) M. iliocostalis
1) M. Iliocosralis lumborum
Origo di ujung interkostalis VII-XII. Insersio di tendo
angulus VI kosta kranial dan prosesus tranversus vertebra
servikalis VII (Moore et al., 2013).
2) M. Iliocostalis torakalis
Origo di ujung interkostalis VII-XII. Insersio di tendo
angulus VI kosta kranial dan prosesus tranversus vertebra
servikalis VII (Moore et al., 2013).
3) M. Iliokostalis servikalis
Origo di costae bagian cranial dan tengah. Insersio di
prosesus tranversus vertebra servikalis tengah bertendo
(Moore et al., 2013).
c) M. Spinalis
1) M. Spinalis ossis
Origo di kedua vertebra torasika bagian kaudal (bergantung
bersama dengan m. longissimus). Insersio di prosesus
spinosus vertebra torasika III-IX (Moore et al., 2013).
2) M. Spinalis servisis
Prosesus spinosus vertebra torasika I-II dan vertebra
servikalis VI-VII. Insersio di prosesus spinosus vertebra
servikalis II-IV (Moore et al., 2013).

8
3) M. Spunbalis kapitis
Origo di prosesus spinosus vertebra servikalis bagian
bawah dan vertebra torakalis bagian atas. Insersio di antara
linea nuklea superior dan inferior bersama dengan m.
semispinalis kapitis (Moore et al., 2013).
b. Otot abdominal
Ada 4 otot abdominal yang penting dalam fungsi spine, yaitu:
a) M. rectus abdominis
Origo di puncak pubis dan simfisis pubis. Insersio di
kartilago costa V-VII; procesuss xyphoideus dari sternum
(Moore et al., 2013).
b) M. obliqus external
Origo di permukaan eksternal costa V-XII. Insersio di linea
alba, tuberculum pubis dan setengah anterior crista iliaca
(Moore et al., 2013).
c) M. obliqus internal
Origo di dua pertiga anterior krista iliaka, arkus iliopectineal,
fasia torakolumbalis. Insersio di batas inferior costa X-XII,
linea alba, krista pubis, dan pectin pubis (melalui conjoint
tendon) (Moore et al., 2013).
d) M. transversalis abdominis (global muscle)
Origo di permukaan internal kartilago costa VII-XII. Insersio
di linea alba, aponeurosis M. obliqus internal bagian dalam,
puncak pubis, dan garis pectin pubis (Moore et al., 2013).
c. Deep Lateral Muscle
Deep lateral muscle terdiri dari 2 jenis otot, yaitu:
a) M. Quadratus lumborum
Origo di iliac crest dan ligament iliolumbar. Insersio di batas
inferior costa XII dan prosesus transversus vertebra L1-L4
(Moore et al., 2013).

9
b) M. Psoas
Origo di prosesus tranversus T12-L4 dan bagian lateral
discus yang ada diantaranya. Insersio di trokantor minor
femur (Moore et al., 2013).

Gambar 5. Anatomi Otot Vertebra


(Sumber: https://docplayer.info/49580156-Anatomy-of-
vertebrae.html)

5. Persarafan Vertebra Lumbal


Sendi-sendi di antara korpus vertebra lumbal dipersarafi oleh ramus
meninges kecil setiap nervus spinalis. Sendi-sendi di antara prosessus
artikularis dipersarafi oleh cabang-cabang dari ramus posterior nervus
spinalis (Moore et al., 2013).

10
Gambar 6. Persarafan Pada Vertebra
(Sumber: https://cermin-dunia.github.io/analisis/post/gambar-sistem-
saraf-pada-manusia/)

2.2 Biomekanik Vertebra Lumbal


Gerakan intervertebralis memiliki enam derajat kebebasan, yaitu rotasi dan
translasi sepanjang sumbu inferior-superior, medial-lateral dan posterior-
anterior. Setiap segmen pergerakan akan mewakili komponen pembentuk
tulang. Pada pergerakan ini peran mekanik dari diskus intervertebralis
menerima dan meneruskan gaya tekanan dari atas dan bawah serta
mengadakan pergerakan untuk fleksi, ekstensi, lateral dan gerakan axial/rotasi,
serta gerakan kombinasi kompleks (Suyasa & Kawiyana, 2018).
1. Gerakan Fleksi Lumbal
Gerakan ini menempati bidang sagital dengan axis gerakan frontal.
Sudut normal gerakan fleksi lumbal sekitar 60°. Gerakan ini dilakukan
oleh otot-otot fleksor, yaitu rectus abdominis dibantu oleh otot-otot
ekstensor spinal (Suyasa & Kawiyana, 2018).
2. Gerakan Ekstensi Lumbal
Gerakan ini menempati bidang sagital dengan axis frontal, sudut
ekstensi lumbal sekitar 35°. Gerakan ini dilakukan oleh otot spinalis
dorsi, otot longissimus dorsi dan iliocostalis lumborum (Suyasa &
Kawiyana, 2018).

11
3. Gerakan Rotasi Lumbal
Terjadi di bidang horizontal dengan aksis melalui processus spinosus
dengan sudut normal yang dibentuk 45° dengan otot pergerakan utama
M. iliocostalis lumborum untuk rotasi ipsilateral dan kontralateral. Bila
otot berkontraksi terjadi rotasi ke pihak berlawanan oleh M. obliques
eksternal abdominis. Gerakan ini dibatasi oleh rotasi samping yang
berlawanan dengan ligament interspinossus (Suyasa & Kawiyana,
2018).
4. Gerakan Lateral Fleksi Lumbal
Gerakan pada bidang frontal dan sudut normal yang dibentuk sekitar
30° dengan otot pergerakan M. abliquesinternus abdominis, M. rectus
abdominis. Pada posisi normal, seharusnya semua komponen struktur
stabilitator terjadi harmonisasi gerak, yaitu antara otot dan ligament
(Suyasa & Kawiyana, 2018).

2.3 Definisi Low Back Pain


Low Back Pain atau Nyeri Punggung Bawah merupakan salah satu
gangguan muskuloskeletal yang ditandai dengan sensasi nyeri atau sakit pada
punggung bawah atau dimanapun di daerah antara tulang rusuk bawah dan
diatas kaki (Arwinno, 2018). Low Back Pain merupakan keluhan dengan
urutan nomor dua yang sering muncul. Low Back Pain myogenic merupakan
salah satu keluhan nyeri pada bagian punggung bawah dimana penyebabnya
dikarenakan gangguan atau kelainan pada muskuloskeletal tanpa disertai
gangguan neurologis antara vertebra thorakal 12 sampai bagian bawah
pinggul. Low Back Pain myogenic dapat menimbulkan keluhan, seperti rasa
nyeri, adanya spasme otot punggung bawah, dan mobilitas lumbal terbatas
sehingga menyebabkan aktivitas fungsionalnya menurun (Stella & Makassar,
2022). Berdasarkan lokasinya, nyeri punggung bawah biasanya terasa di
antara costae XII dan lipatan pantat (Santoso et al., 2021). Rasa nyeri pada
punggung bawah akibat dari cedera atau ketegangan otot, atau bisa juga
disebabkan oleh kondisi yang lebih spesifik, seperti herniated disc (Depalma,
2020).

12
2.4 Etiologi Low Back Pain
Nyeri punggung bawah dapat disebabkan oleh kondisi infeksi, kondisi
degeneratif, neoplasma, trauma, gangguan kongenital, penyakit metabolik, dan
autoimunitas (Husna et al., 2021). Nyeri punggung bawah juga dapat
disebabkan oleh aktivitas fisik yang berlebihan dalam jangka waktu yang
lama, sehingga terjadi iskemia jaringan akibat ketegangan pada otot sekitar
punggung serta meregangnya ligamentum punggung. Selain itu, kelelahan otot
akibat penggunaan otot secara berlebih (overuse) juga dapat menyebabkan
nyeri pada punggung bawah akibat kontraksi otot secara terus-menerus,
sehingga timbul rasa nyeri akibat kekurangan oksigen. Kelainan anatomis,
seperti lengan pendek dan perbedaan panjang tungkai juga dapat
menyebabkan nyeri punggung bawah akibat tekanan yang berbeda pada otot-
otot punggung (Merlinda et al., 2020). Kesalahan postur saat bekerja, seperti
posisi duduk yang salah juga dapat menyebabkan nyeri punggung bawah
akibat pemendekan otot-otot punggung. Penyebab lain nyeri punggung bawah
adalah osteoarthritis dan stenosis tulang belakang, masalah diskus
intervertebralis, fraktur dan metastasis tulang (Ramsook & Malanga, 2012).

2.5 Manifestasi Klinis


Nyeri punggung bawah dapat bermanifestasi sebagai nyeri neuropatik
maupun nyeri nosiseptif. Gejala neurologis yang berhubungan dengan nyeri
punggung bawah adalah nyeri radikular dan radikulopati. Nyeri ini timbul
apabila terdapat keikutsertaan radiks saraf, contohnya sciatica. Gejala
neurologis didasari dengan temuan klinis, termasuk riwayat nyeri kaki
dermatomal, nyeri kaki yang lebih berat dibandingkan dengan nyeri punggung
dan perburukan nyeri kaki di saat klien batuk, mengejan atau bersin.
Sedangkan radikulopati ditandai dengan adanya kelemahan, penurunan sensasi
sensorik, atau penurunan motorik yang berkaitan dengan radiks, maupun
kombinasi keduanya yang dapat timbul bersamaan dengan nyeri radikular
(Santoso et al., 2021).

13
2.6 Patofisiologi Low Back Pain
Patofisiologi yang dapat menjelaskan keluhan nyeri punggung bawah ini
dimulai karena respon tubuh mengeluarkan mediator inflamasi akibat faktor
pekerjaan, duduk lama dengan posisi tidak ergonomis, faktor lingkungan dan
lainnya, sehingga jaringan otot atau tulang yang cedera memicu pengeluaran
sitokin pro-inflamasi yang akan menimbulkan persepsi nyeri. Mekanisme
nyeri merupakan proteksi yang bertujuan untuk mencegah pergerakan
sehingga proses penyembuhan dimungkinkan. Salah satu bentuk proteksi
adalah spasme otot, yang selanjutnya dapat menimbulkan iskemia. Iritasi
neuropatik pada serabut saraf dapat menyebabkan dua kemungkinan. Pertama,
penekanan hanya terjadi pada selaput pembungkus saraf yang kaya nosiseptor
dari nervi nervorum yang menimbulkan nyeri inflamasi. Nyeri dirasakan
sepanjang serabut saraf dan bertambah dengan peregangan serabut saraf,
misalnya karena pergerakan. Kemungkinan kedua, penekanan pada serabut
saraf. Pada kondisi ini terjadi perubahan biomolekuler di mana terjadi
akumulasi saluran ion natrium dan ion lainnya. Penumpukan ini menyebabkan
timbulnya mechano-hotspot yang sangat peka terhadap rangsangan mekanik
dan termal.

2.7 Tanda dan Gejala


Adapun gejala yang menyebabkan terjadinya LBP, yaitu:
- Nyeri punggung yang terasa seperti ditusuk
- Nyeri punggung akut yang datangnya tiba-tiba (biasanya setelah
cedera akibat olahraga atau mengangkat beban)
- Kelemahan
- Penurunan sensasi sensorik atau penurunan motorik yang berkaitan
dengan radiks, maupun kombinasi di antara keduanya serta dapat
timbul bersamaan dengan nyeri radikular
Sedangkan, tanda yang wajib diwaspadai oleh klien dengan nyeri
punggung bawah adalah red flags, di mana apabila terdapat komponen yang
disebutkan, klien harus mendapatkan rujukan dana terapi dengan segera.

14
Selain tanda dan gejala yang telah dijelaskan di atas, terdapat tanda dan
gejala nyeri punggung bawah berdasarkan pemeriksaannya yang dikategorikan
ke dalam 3 kelompok, yaitu (Septiawan, 2013):
a. Nyeri punggung bawah sederhana
Dikatakan sebagai nyeri punggung bawah sederhana karena terdapat
nyeri pada daerah sepanjang tulang belakang tanpa adanya
penjalaran atau keterlibatan saraf di bawahnya. Selain itu, terdapat
nyeri saat bergerak dengan derajat nyeri bervariasi setiap waktu dan
tergantung dari aktivitas fisik yang dijalani.
b. Nyeri punggung bawah dengan gangguan persyarafan
Dikatakan sebagai nyeri punggung bawah dengan gangguan
persyarafan karena terdapat nyeri punggung yang disebabkan akibat
gangguan saraf yang dapat ditemukan dengan adanya nyeri yang
menjalar ke lutut, kaki, tungkai, ataupun adanya rasa baal di daerah
nyeri.
c. Nyeri punggung bawah berdasarkan kegawatan
Dikatakan sebagai nyeri punggung bawah berdasarkan kegawatan
apabila ditemukan adanya riwayat trauma fisik berat, seperti jatuh
dari ketinggian ataupun kecelakaan kendaraan bermotor, terdapat
nyeri tanpa adanya pergerakan yang konstan dan progresif serta
ditemukan nyeri daerah perut atau dada. Selain itu, nyeri hebat yang
tidak membaik akan dirasakan pada malam hari dengan posisi
terlentang, penurunan berat badan yang tidak diketahui penyebabnya,
menggigil, demam, dan pergerakan punggung yang sangat terbatas.

2.8 Pemeriksaan Spesifik


1. Pemeriksaan Nyeri dengan NRS
Numeric Rating Scale (NRS) merupakan salah satu alat yang sering
digunakan dalam melakukan penilaian nyeri. Alat unidimensional yang
divalidasi ini sangat mudah diterapkan dalam praktik sehari-hari dan tidak
memakan waktu. Secara umum, kriteria yang dirumuskan oleh Serlin telah
diterima walaupun terjemahan NRS hanya nyeri ringan, nyeri sedang dan

15
nyeri berat, akan tetapi interpretasi NRS pada tingkat individu masih tetap
bermasalah (Willems et al., 2021).
Pengukuran nyeri dengan menggunakan NRS dianggap sederhana dan
mudah dimengerti, sensitif terhadap dosis, jenis kelamin, dan perbedaan
etnis. Pengukuran nyeri dengan NRS lebih baik daripada VAS terutama
untuk menilai nyeri akut. Akan tetapi NRS memiliki kekurangan, yaitu
keterbatasan pilihan kata untuk menggambarkan rasa nyeri yang dirasakan.
Tidak memungkinkan klien untuk membedakan tingkat nyeri dengan lebih
teliti karena terdapat jarak yang sama antar kata yang menggambarkan
efek analgesik (Tjahya, 2017).

Gambar 7. Numeric Rating Scale (NRS)


(Sumber: Tjahya, 2017)

a. Pemeriksaan nyeri gerak


Pemeriksaan nyeri gerak dapat dilakukan dengan cara
penderita diminta untuk bergerak. Contohnya dari posisi duduk
ke berdiri, dari posisi berdiri ke berjalan, dan dari posisi berdiri
ke duduk kembali. Kemudian penderita diminta untuk
menyebutkan berapa nilai nyeri yang dirasakannya.
b. Pemeriksaan nyeri tekan
Pemeriksaan nyeri tekan dapat dilakukan dengan cara
memberikan palpasi pada daerah yang diperkirakan timbul
sakit dan penderita diminta untuk menyebutkan berapa niali
nyeri yang dirasakannya.
c. Pemeriksaan nyeri diam
Pemeriksaan nyeri diam dilakukan pada saat penderita diam
dan merasakan sakit pada punggungnya, kemudian penderita

16
diminta untuk memberikan penilaian seberapa besar derajat
nyeri yang dirasakannya.

2. Patrick’s Test
- Tujuan:
Tes ditujukan untuk mengidentifikasi adanya patologi pada hip,
lumbar, sacroiliac, atau iliopsoas spasme.
- Prosedur test:
Posisi pasien terlentang. Posisi pemeriksa berdiri di samping
tungkai pasien yang akan di test. Kemudian, silangkan tungkai
pasien yang di test di atas tungkai satunya, tepat di atas proximal
knee (hip fleksi dan abduksi dengan sisi lateral ankle bersandar
tepat di atas kontralateral thigh). Selanjutnya, satu tangan
memfiksasi ilium disebelahnya, dan tangan yang satunya
ditempatkan pada ipsilateral knee dari tungkai yang di test. Lalu
secara perlahan tekan knee ke bawah hingga batas ROM dicapai.
- Interpretasi:
Test positif jika nyeri terprovokasi selama test, atau ROM terbatas.
Jika nyeri, indikasi patologi pada hip, lumbar, atau sacroiliac. Jika
ROM terbatas, indikasi iliopsoas spasme.

Gambar 8. Patrick Test


(Sumber: Arisandy, 2019)

17
3. Bragard Test
- Tujuan:
Tujuannya digunakan untuk menentukan apakah sumber nyeri
punggung bawah adalah saraf atau otot.
- Prosedur test:
Pasien dalam posisi supine pasif. Pemeriksa, dengan satu tangan
menopang pergelangan kaki, mengangkat kaki pasien secara lurus
dan posisikan ke titik nyeri, lalu turunkan 5° dengan tangan yang
lain dorsofleksi pergelangan kaki. Jika rasa sakit meningkat selama
dorsofleksi, kemungkinan rasa sakit berasal dari saraf. Jika nyeri
selama dorsofleksi tidak menunjukkan perubahan intensitas, maka
sumbernya dianggap otot.

Gambar 9. Bragard Test


(Sumber: https://www.researchgate.net/figure/)

4. Straight Leg Raise (SLR) Test


Tes ini dilakukan dengan cara pasif, posisi pasien tidur telentang
dengan tungkai lurus normal, hip medial rotasi dan adduksi, lutut ekstensi,
setelah itu terapis memfleksikan atau mengangkat tungkai antara 35°-70°
tersebut sampai pasien mengeluh nyeri atau kaku di posterior paha. Hasil
dikatakan positif bila timbul rasa nyeri sepanjang perjalanan saraf
iskhiadikus dan kemungkinan ada penekanan pada akar saraf, bila tes
negatif kemungkinan penekanan akar saraf kecil.

18
Gambar 10. Straight Leg Raise Test
(Sumber: https://bmcmusculoskeletdisord.biomedcentral.com)

2.9 Intervensi
1. Modalitas Terapi Infrared
Terapi infrared adalah salah satu jenis terapi dalam bidang ilmu
kedokteran fisik, rehabilitasi, dan fisioterapi yang menggunakan
gelombang elektromagnetik infrared dengan karakteristik gelombang
adalah panjang gelombang 770 nm-106 nm, berada diantara spektrum
gelombang cahaya yang dapat dilihat dengan gelombang microwave,
dengan tujuan untuk pemanasan struktur muskuloskeletal yang terletak
superfisial dengan daya penetrasi 0,8-1 mm.
Sinar infra merah adalah pancaran gelombang elektromagnetik
dengan panjang gelombang 7.700-4 juta Amstrong. Sebelumnya telah
dijelaskan bahwa selain dari Matahari, sinar Infra merah dapat diperoleh
secara buatan. Rasa hangat yang ditimbulkan infrared dapat
meningkatkan vasodilatasi jaringan superfisial sehingga dapat
memperlancar metabolisme dan menyebabkan efek relaks pada ujung
saraf sensorik. Efek terapeutiknya adalah mengurangi nyeri.
Menurut Kharismawan, dkk tahun 2016 menyatakan bahwa infrared
merupakan salah satu terapi panas yang diberikan sebelum melakukan
manual terapi. Efek panas dari infrared akan menyebabkan peningkatan
suhu di area superfisial. Hal ini dapat menstimulasi reseptor saraf pada
kulit dan impulsnya akan diteruskan ke hipothalamus, sehingga
menyebabkan terjadinya peningkatan aliran darah di area terapi dan

19
jaringan dibawahnya. Peningkatan sirkulasi menyebabkan metabolisme
meningkat pada jaringan, sehingga zat-zat yang menyebabkan nyeri
dapat dikeluarkan dari jaringan. Jarak lampu 40-60 cm dengan lamanya
waktu penyinaran antara 15 menit dan dapat disesuaikan dengan kondisi
klien. Posisi infrared dengan penyinaran tegak lurus dengan area terapi
yaitu pada punggung bawah sebelah kanan.

Gambar 11. Modalitas Infrared


(Sumber: dokumentasi pribadi)

2. Massage
Massage merupakan metode non-farmakologis yang memberikan
tindakan penekanan oleh tangan pada jaringan lunak, biasanya pada otot,
tendon atau ligamen, tanpa menyebabkan pergeseran/perubahan posisi
sendi guna menurunkan nyeri, menghasilkan relaksasi, dan
meningkatkan sirkulasi. Beberapa macam metode massage yang dapat
dilakukan, antara lain efflurage dan friction. Massage effleurage artinya
menekan dengan lembut memijat dengan tangan untuk melancarkan
peredaran darah. Dengan teknik memijat dan tenang berirama,
bertekanan lembut kearah distal atau kearah bawah, suatu rangsangan
pada kulit abdomen dengan menggunakan usapan menggunakan ujung-
ujung jari telapak tangan dengan arah gerakan membentuk pola gerakan
seperti kupu-kupu. Sedangkan massage dengan metode friction

20
merupakan teknik massage untuk jaringan dalam (deep tissue) dengan
gerakan gerusan kecil-kecil yang bergerak berputar-putar searah dan
berlawanan arah jarum jam, serta gerakan melintang ke samping secara
supel dan kontinyu sehingga seperti spiral. Teknik massage ini dapat
dilakukan menggunakan ujung tiga jari (jari telunjuk, jari tengah, jari
manis) yang dirapatkan, ibu jari, ujung siku, dan pangkal telapak tangan.
Adapun tujuan friction massage untuk mempertahankan mobilitas pada
struktur jaringan ligamen, tendon dan otot yang melekat, mengurangi
nyeri tekan, melancarkan sirkulasi darah dan pengembalian cairan pada
otot, serta meningkatkan fleksibilitas, maupun kemampuan fungsional.

3. Terapi Latihan
Terapi latihan merupakan suatu teknik yang digunakan fisioterapi
untuk memulihkan dan meningkatkan gerak dan fungsi. Pelaksanaan
terapi latihan menggunakan gerak tubuh baik secara aktif maupun pasif
untuk memelihara dan memperbaiki kekuatan, ketahanan dan
kemampuan fungsi gerak, mobilitas dan fleksibilitas, rileksasi dan
koordinasi keseimbangan dan kemampuan fungsional. Tujuan dari terapi
latihan adalah meningkatkan aktivitas penderita dan meningkatkan
kemampuan penderita sehingga dapat beraktivitas normal.
a. McKenzie exercise
McKenzie exercise adalah terapi latihan yang bertujuan
untuk mengurangi keluhan LBP. Prinsip dari latihan ini adalah
untuk memperbaiki postur tubuh, mengurangi hiperlordosis
lumbal, menurunkan spasme otot melalui relaksasi, serta untuk
menyembuhkan kekauan pada sendi intervertebralis. Adapun
tujuan dari terapi McKenzie exercise adalah untuk mengurangi
nyeri punggung bawah dan membentuk stabilitas tubuh bagian
bawah dengan cara penguatan otot-otot abdominal dan gluteus
maksimus, serta mengurangi posisi lordosis dari vertebra lumbal
sehingga dapat mengurangi tekanan pada struktur posterior
vertebra lumbal. Penelitian yang dilakukan oleh Aras tahun 2018,

21
menyatakan bahwa McKenzie exercise efektif untuk
menyembuhkan kekakuan pada sendi serta mengurangi nyeri
akibat spasme otot pada kasus LBP

Gambar 12. McKenzie exercise


(Sumber: https://www.spineuniverse.com/conditions/spinal-
stenosis/mckenzie-method-spinal-stenosis)

22
BAB III
METODE PELAKSANAAN

3.1 Pendekatan Kasus


3.1.1 Survei
Survei yang digunakan, yaitu kuesioner sebagai instrumen
pengumpulan data. Kuesioner dilakukan melalui wawancara kerumah-
rumah warga beserta dilakukan pengisian kuesioner untuk mendapatkan
informasi mengenai kasus apa saja yang banyak terjadi di wilayah
tersebut.
3.1.2 Observasi
Penelitian ini dilakukan dengan metode wawancara terhadap klien
menggunakan media kuesioner. Kuesioner yang diberikan adalah
kuesioner keluhan dengan 30 item pertanyaan dan Nordic Body Map
Questionare dengan menanyakan kepada responden, pada otot-otot
skeletal bagian mana saja yang mengalami gangguan atau dengan
menunjukkan langsung pada setiap otot skeletal sesuai yang tercantum
dalam lembar kerja kuesioner Nordic Body Map. Permasalahan yang
timbul sebelum klien menjalani program terapi adalah klien merasakan
keluhan sakit pada punggung bawah. Lalu dilakukan pemeriksaan
fisioterapi berupa pemeriksaan nyeri menggunakan NRS, pemeriksaan
spesifik dengan SLR (Straight Leg Raising) test, Bragard test dan Pattrick
test. Setelah melakukan pemeriksaan, didapatkan klien mengalami keluhan
nyeri pada punggung bawah sebelah kanan. Fisioterapis memberikan
modalitas alat berupa Infrared, massage dan terapi latihan berupa
McKenzie exercise. Pemberian intervensi tersebut diharapkan dapat
mengoptimalkan kemampuan fungsional klien yang disebabkan oleh nyeri.

3.2 Teknik Analisis Data


1. Kuesioner
Pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner keluhan dengan 30
item pertanyaan dan Nordic Body Map Questionare. Kuesioner keluhan

23
dengan 30 item pertanyaan ditunjukan untuk menilai kelelahan secara
umum yang mencakup tiga kelompok kelelahan, yaitu keluhan
muskuloskeletal, kelelahan motivasi dan kelelahan secara fisik. Kuesioner
merupakan sistem pengukuran keluhan sakit pada tubuh atau merupakan
data yang digunakan untuk menunjuk bagian spesifik yang tidak nyaman
dari tubuh klien sebagai berikut pemaparannya:
a. Pertanyaan 1-10 menggambarkan kondisi umum muskuloskeletal
dari klien.
b. Pertanyaan 11-20 menggambarkan motivasi dari klien.
c. Pertanyaan 21-30 menggambarkan kondisi fisik klien.

Penilaian dengan menggunakan kuesioner kelelahan umum dengan 30


item pertanyaan dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya dengan
menggunakan dua jawaban sederhana yaitu ‘YA’ (ada keluhan atau rasa
sakit pada otot skeletal) dan ‘TIDAK’ (tidak ada keluhan atau tidak ada
rasa sakit pada otot skeletal). Penilaian nordic body map questionare
yaitu:
a. Skor A = tidak ada keluhan atau tidak ada rasa sakit sama sekali
yang dirasakan oleh responden (tidak sakit).
b. Skor B = dirasakan sedikit adanya keluhan pada otot skeletal (agak
sakit).
c. Skor C = responden merasakan adanya keluhan atau sakit pada otot
skeletal (sakit).
d. Skor D = responden merasakan keluhan sangat sakit atau sangat
nyeri pada otot skeletal (sangat sakit)

2. Anamnesis
Anamnesis merupakan suatu pengumpulan data dengan cara tanya
jawab antara terapis dengan sumber data, dengan dilakukannya tanya
jawab diharapkan akan memperoleh informasi tentang penyakit dan
keluhan yang dirasakan oleh sumber data. Data yang diperoleh berupa:

24
1) Identitas pasien isinya meliputi nama klien, umur, status, jenis
kelamin, alamat, pekerjaan, hobby, agama, nomor HP/telp.
2) Keluhan utama merupakan keluhan yang paling dirasakan dan
yang paling sering mengganggu klien pada saat itu.
3) Riwayat penyakit sekarang merupakan rincian dari keluhan utama
yang berisi tentang riwayat perjalanan klien selama mengalami
keluhan secara lengkap.
4) Riwayat penyakit keluarga merupakan sejarah keluarga memegang
peranan penting dalam kondisi kesehatan seseorang.
5) Riwayat penyakit dahulu merupakan riwayat penyakit fisik
maupun psikologi yang pernah diderita klien sebelumnya.
6) Riwayat sosial merupakan kondisi lingkungan klien yang
mempengaruhi keluhan klien.

3. Pemeriksaan Umum
Pemeriksaan umum dilakukan untuk mengetahui kondisi fisik klien
berupa:
a. Tanda Vital merupakan pemeriksaan yang bisa dijadikan acuan
mengenai status kesehatan seseorang meliputi tekanan darah, denyut
nadi, pernapasan, suhu tubuh, tinggi badan, dan berat badan.
b. Inspeksi merupakan suatu pemeriksaan yang melihat klien secara
langsung dan mengidentifikasi tanda-tanda dari keluhan yang klien
alami. Pemeriksaan inspeksi ada dua, yaitu secara statis dan dinamis.
Inspeksi statis merupakan inspeksi yang dilakukan saat klien tidak
bergerak atau dalam keadaan diam, sedangkan inspeksi dinamis
merupakan inspeksi yang dilakukan saat klien bergerak.
c. Palpasi merupakan cara pemeriksaan dengan cara meraba, menekan
dan memegang bagian tubuh klien untuk mengetahui adanya nyeri
tekan, spasme otot, suhu lokal, tonus otot, dan oedema.
d. Auskultasi merupakan pemeriksaan suara dalam tubuh dengan
menggunakan stetoskop.

25
e. Perkusi merupakan pemeriksaan dengan cara memberikan ketukan
pada anggota tubuh klien yang mengalami gangguan.
f. Kemampuan Fungsional merupakan kemampuan klien dalam
melakukan kegiatan sehari-hari.

4. Pemeriksaan Spesifik
Pemeriksaan spesifik yang dilakukan untuk memeriksa hal-hal yang
diperlukan untuk menegakkan diagnosa ataupun dasar penyusunan
problematika, tujuan dan tindakan fisioterapi.

5. Diagnosa Fisioterapi
Diagnosa Fisioterapi adalah suatu pernyataan yang menggambarkan
keadaan klien yang dihasilkan melalui analisis dari hasil pemeriksaan yang
dilakukan sehingga menunjukkan adanya disfungsi gerak mencangkup
gangguan atau kelemahan fungsi tubuh, struktur tubuh, keterbatasan
aktifitas dan hambatan bermasyarakat. Diagnosa Fisioterapi sesuai
International Classification Functional (ICF) yang terdiri dari Body
Structure, Body Function, Activity Limitation, Participation Restriction,
Enviromental, and Personal.

6. Planning
Planning merupakan perencanaan tindakan yang diberikan pada klien
untuk pengembangan rencana intervensi selanjutnya. Planning terdiri dari
jangka pendek dan jangka panjang.

7. Intervensi
Intervensi diaplikasikan dengan tujuan untuk mengurangi atau
mencegah masalah-masalah yang belum ada, namun berpotensi untuk
terjadi pada penderita dengan memberikan penatalaksanaan fisioterapi
untuk meningkatkan aktivitas fungsional melalui modalitas alat dan terapi
latihan.

26
8. Evaluasi
Evaluasi dilakukan dengan menilai dan mengamati perubahan kondisi
klien setelah intervensi.

9. Edukasi
Edukasi kepada klien untuk melakukan latihan dirumah untuk
mempercepat proses pemulihan serta mencegah timbulnya gangguan-
gangguan yang dapat muncul pada kondisi tertentu.

27
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
4.1.1 Data Klien
Data yang diperoleh dari Kuisioner Kelelahan Umum dengan 30
item pertanyaan terhadap klien dengan nama Ni Wayan Puspa Dewi, umur
27 tahun, status menikah, jenis kelamin perempuan, alamat Br. Tengah
Gunaksa, pekerjaan pembersih kelapa. Penilaian ini yang dilakukan oleh
mahasiswa semester 2 (angkatan 2021) yaitu:
1. Berdasarkan pertanyaan nomor 1-10 mengenai kondisi umum, klien
mengeluh 1 dari 10 item tersebut yaitu merasa kaku atau canggung
dalam bergerak.
2. Berdasarkan pertanyaan nomor 11-20 mengenai kelelahan motivasi,
klien mengeluh 0 dari 10 item maka klien tidak mengalami kelelahan
motivasi.
3. Berdasarkan pertanyaan nomor 21-30 menggambarkan adanya
kelelahan pada kondisi fisiknya, klien mengeluh 1 dari 10 item
tersebut yaitu merasakan nyeri di bagian punggung.

Tabel 4.1.1 Kuesioner Kelelahan Umum dengan 30 item Pertanyaan


No Pertanyaan Ya/Tidak

1 Apakah saudara merasa berat di bagian kepala? Tidak

2 Apakah saudara merasa lelah pada seluruh badan? Tidak

3 Apakah kaki saudara merasa berat? Tidak

4 Apakah saudara menguap? Tidak

5 Apakah pikiran saudara merasa kacau? Tidak

6 Apakah saudara merasa mengantuk? Tidak

7 Apakah saudara merasa ada beban pada mata? Tidak

8 Apakah saudara merasa kaku atau canggung dalam Ya

28
bergerak?

9 Apakah saudara merasa sempoyongan dalam berdiri? Tidak

10 Apakah ada perasaan ingin berbaring? Tidak

11 Apakah saudara merasa susah berpikir? Tidak

12 Apakah saudara merasa lelah untuk berbicara? Tidak

13 Apakah perasaan saudara menjadi gugup? Tidak

14 Apakah saudara tidak bisa berkonsentrasi? Tidak

15 Apakah saudara tidak dapat memusatkan perhatian Tidak


terhadap sesuatu?

16 Apakah saudara mempunyai kecendrungan untuk lupa? Tidak

17 Apakah saudara merasa kurang percaya diri? Tidak

18 Apakah saudara merasa cemas terhadap sesuatu? Tidak

19 Apakah saudara merasa tidak dapat mengontrol sikap? Tidak

20 Apakah saudara merasa tidak tekun dalam pekerjaan? Tidak

21 Apakah saudara sakit kepala? Tidak

22 Apakah saudara merasa kaku di bagian bahu? Tidak

23 Apakah saudara merasa nyeri di bangian punggung? Ya

24 Apakah nafas saudara merasa tertekan? Tidak

25 Apakah saudara merasa haus? Tidak

26 Apakah saudara merasa serak? Tidak

27 Apakah saudara merasa pening? Tidak

28 Apakah kelopak mata saudara merasa kejang? Tidak

29 Apakah anggota badan saudara terasa bergetar Tidak


(tremor)?

30 Apakah saudara merasa kurang sehat? Tidak

29
Dari hasil kuesioner kelelahan umum dengan 30 item pertanyaan,
dapat disimpulkan:
1. Berdasarkan pertanyaan 1-10 menggambarkan kondisi umum yang
tidak begitu buruk karena 10% dari 10 item, klien merasa kaku
atau canggung dalam bergerak.
2. Berdasarkan pertanyaan 11-20 menggambarkan tidak adanya
masalah pada motivasi, karena 100% dari 10 item pertanyan
tersebut klien tidak merasa adanya keluhan.
3. Berdasarkan pertanyaan 21-30 menggambarkan kondisi fisik yang
tidak begitu buruk karena 10% dari 10 item, klien merasakan nyeri
di bagian punggung.

4.1.2 Nordic Body Map Questionare


Nordic Body Map Questionare berisikan gambaran atau peta tubuh
yang berisikan data bagian tubuh yang dikeluhkan oleh klien. Melalui
nordic body map questionare kita dapat mengetahui bagian yang
mengalami keluhan dengan tingkat keluhan dari terasa sakit sampai sakit
sekali. Nordic Body Map berisikan 27 bagian yang dapat mewakili
keluhan-keluhan pada otot.

Tabel 4.1.2 Nordic Body Map Questionare


No Lokasi Penderita

0 Sakit kaku pada leher atas A

1 Sakit pada leher bawah A

2 Sakit pada bahu kiri A

3 Sakit pada bahu kanan A

4 Sakit pada lengan atas kiri A

5 Sakit pada punggung A

6 Sakit pada lengan atas kanan A

7 Sakit pada pinggang C

30
8 Sakit pada pantat (buttock) A

9 Sakit pada pantat (Buttom) A

10 Sakit pada siku kiri A

11 Sakit pada siku kanan A

12 Sakit pada lengan bawah kiri A

13 Sakit pada lengan bawah kanan A

14 Sakit pada pergelangan tangan kiri A

15 Sakit pada pergelangan tangan kanan A

16 Sakit pada tangan kiri A

17 Sakit pada tangan kanan A

18 Sakit pada paha kiri A

19 Sakit pada paha kanan A

20 Sakit pada lutut kiri A

21 Sakit pada lutut kanan A

22 Sakit pada betis kiri A

23 Sakit pada betis kanan A

24 Sakit pada pergelangan kaki kiri A

25 Sakit pada pergelanagn kaki kanan A

26 Sakit pada kaki kiri A

27 Sakit pada kaki kanan A

Keterangan:
A: Tidak terasa sakit
B: Sedikit sakit
C: Sakit
D: Sangat sakit

31
Keterangan:

Tidak Sakit

Sedikit Sakit

Sakit

Sangat Sakit

Gambar 13. Nordic Body Map Ibu Ni Wayan Puspa Dewi

Berdasarkan Nordic Body Map terhadap klien Ibu Ni Wayan Puspa


Dewi (27 Tahun) yang dilakukan oleh mahasiswa semester 2 (angkatan
2021) menggambarkan klien merasakan sakit pada pinggang.

4.1.3 Intervensi Fisioterapi


Proses dari fisioterapi meliputi anamnesis, pemeriksaan, diagnosa
dan intervensi. Pada proses anamnesis dilakukan oleh mahasiswa
fisioterapi semester 4 (angkatan 2020). Pada diagnosa dan intervensi
dilakukan oleh mahasiswa semester 6 dan 8 (angkatan 2019 dan angkatan
2018).
1. Anamnesis
Hasil anamnesis yang telah dilakukan sebagai berikut:
a. Anamnesis Umum
Nama : Ni Wayan Puspa Dewi
Umur : 27 tahun
Status : Menikah
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Banjar Tengah, Gunaksa

32
Pekerjaan : Pembersih Kelapa
Agama : Hindu

b. Anamnesis Khusus
1) Keluhan Utama
Nyeri pada punggung bawah sebelah kanan.

2) Riwayat Penyakit Sekarang


Klien merasakan nyeri pada punggung bawah sebelah kanan.
Nyeri dirasakan sejak 2 minggu yang lalu karena pekerjaan
klien membawa beban berat yaitu kelapa dan posisi dominan
membungkuk saat membersihkan kelapa. Nyeri dirasakan
terutama pada saat posisi tidur ke duduk dan duduk ke berdiri.
Klien pernah berobat ke dokter 2 minggu yang lalu.

3) Riwayat Penyakit Keluarga


Klien tidak memiliki riwayat penyakit keluarga.

4) Riwayat Penyakit Dahulu


Klien tidak memiliki riwayat penyakit dahulu.

5) Riwayat Sosial
Klien tidak memiliki riwayat penyakit sosial.

2. Pemeriksaan Umum
a. Pemeriksaan tanda vital
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Denyut nadi : 76 kali/menit
Pernafasan : 24 kali/menit
Temperatur : 35,60C
Tinggi badan : 157 cm
Berat badan : 55 kg

33
b. Inspeksi
Hasil pemeriksaan inspeksi dari klien menunjukkan bahwa saat
kondisi statis postur pasien terlihat normal dan tidak ditemukan
radang atau kemerahan pada area keluhan. Sedangkan pemeriksaan
inspeksi dinamis terlihat pola jalan normal dan pasien tampak
menahan sakit saat posisi duduk ke berdiri, pada saat gerakan
membungkuk (fleksi), ekstensi, dan lateral fleksi dextra.

c. Palpasi
Hasil pemeriksaan palpasi dari klien, yaitu suhu lokal area keluhan
teraba normal, terdapat nyeri tekan dan spasme pada otot
paralumbal.

d. Perkusi
Tidak dilakukan pemeriksaan perkusi.

e. Auskultasi
Tidak dilakukan pemeriksaan auskultasi.

f. Kemampuan fungsional
Klien masih mampu melakukan aktivitas fungsionalnya, tetapi
disertai nyeri pada punggung bawah sebelah kanan.

3. Pemeriksaan spesifik
Pemeriksaan spesifik yang dilakukan untuk memeriksa hal-hal yang
diperlukan dalam menegakkan diagnosa ataupun dasar penyusunan
problematik, tujuan dan tindakan fisioterapi, antara lain sebagai
berikut:
- SLR (Straight Leg Raising) Test (-)
- Bragard Test (-)
- Pattrick Test (-)

34
- NRS
Nyeri Gerak : 5/10
Nyeri Tekan : 6/10
Nyeri Diam : 1/10
- Pemeriksaan Fungsi Gerak Dasar
Tabel 4.1.3 Pemeriksaan Fungsi Gerak Dasar
Pemeriksaan Fungsi Gerak Aktif
Gerakan Mampu/Tidak ROM Nyeri/Tidak
Fleksi Mampu Full ROM Nyeri
Ekstensi Mampu Full ROM Nyeri
Lateral Fleksi Mampu Full ROM Nyeri
Dextra
Lateral Fleksi Mampu Full ROM Tidak Nyeri
Sinistra

4. Diagnosa Medis
Suspect Low Back Pain et causa Spasme Otot Paralumbal

5. Diagnosa Fisioterapi
a. Impairment
- Body Structure: s7601 Muscles of trunk, s76002 Lumbar
vertebral column
- Body Function: b7100 Mobility of a single joint, b7801
Sensation of muscle spasm

b. Functional Limitation
d4103 Sitting, d4104 Standing, d4105 Bending, d4300 Lifting

c. Participation Retriction
d920 Recreation and laisure

6. Planning
a. Planning jangka pendek
a) Mengurangi nyeri dan spasme pada otot paralumbal

35
b. Planning jangka panjang
a) Melanjutkan tujuan jangka pendek dan mengoptimalkan
aktivitas fungsional klien

7. Intervensi
Tabel 4.1.4 Intervensi Klien
No Intervensi Frekuensi Intensitas Time Tipe

1. Modalitas 1 kali 150 Watt 5 menit Luminious


Infrared sehari
2. Massage 1 kali - 5 menit Efflurage dan
sehari Friction
3. McKenzie 2 kali 8 kali 5 menit Stretching
Exercise sehari hitungan,
3 kali
repetisi

8. Evaluasi
Setelah pemberian intervensi, klien merasakan nyeri berkurang dan
lebih nyaman saat bergerak. Adapun nilai NRS setelah diberikannya
intervensi sebagai berikut:
- Nyeri tekan : 5/10
- Nyeri gerak : 4/10
- Nyeri diam : 0/10

9. Edukasi
a. Klien disarankan untuk mengurangi mengangkat beban yang
terlalu berat.
b. Mengajarkan cara mengangkat barang yang baik dan benar.
c. Klien diinstruksikan untuk melakukan peregangan sesuai yang
telah diinstruksikan.
d. Klien disarankan untuk meminimalkan gerakan membungkuk.

36
e. Klien diinstruksikan untuk melakukan posisi tidur ke bangun
sesuai dengan yang telah diinstruksikan.

4.2 Pembahasan
Klien bernama Ni Wayan Puspa Dewi dengan umur 27 tahun yang bekerja
sebagai pembersih kelapa. Klien memiliki keluhan utama sakit pada bagian
punggung bawah sebelah kanan. Klien mengeluhkan nyeri sejak 2 minggu
yang lalu dan klien juga pernah berobat ke dokter. Klien merasakan nyeri
terutama pada saat posisi duduk ke berdiri dan posisi tidur ke duduk. Klien
masih mampu melakukan aktivitas fungsionalnya, namun disertai dengan rasa
nyeri. Untuk menegakkan diagnosa fisioterapi harus dilakukan beberapa
pemeriksaan, yaitu pemeriksaan umum dan pemeriksaan spesifik. Pada
pemeriksaan umum dapat dilakukan pemeriksaan berupa tanda vital, inspeksi,
palpasi, perkusi, auskultasi dan kemampuan fungsional. Pemeriksaan
selanjutnya, yaitu pemeriksaan spesifik berupa pemeriksaan nyeri
menggunakan NRS, SLR (Straight Leg Raising) test, Bragard test, Pattrick
test dan pemeriksaan fungsi gerak dasar.
Berdasarkan hasil pemeriksaan umum dan pemeriksaan spesifik yang telah
dilakukan, diduga klien mengalami Low Back Pain yang dikarenakan adanya
spasme otot paralumbal, sehingga diperlukan tindakan fisioterapi untuk
mengurangi nyeri, spasme otot serta mengoptimalkan kemampuan fungsional
klien. Untuk mencapai planning jangka pendek dan jangka panjang fisioterapi,
maka dilakukan treatment dengan menggunakan modalitas fisioterapi,
massage dan terapi latihan berupa stretching.
Pemberian infrared dapat meningkatkan vasodilatasi jaringan superfisial
sehingga dapat memperlancar metabolisme dan menyebabkan efek relaks pada
ujung saraf sensorik. Efek terapeutik yang diberikan infrared yaitu
mengurangi nyeri dan mengurangi spasme otot. Penanganan fisioterapi
selanjutnya, yaitu massage dan stretching. Massage merupakan metode non-
farmakologis yang memberikan tindakan penekanan oleh tangan pada jaringan
lunak, biasanya pada otot, tendon atau ligamen, tanpa menyebabkan
pergeseran/perubahan posisi sendi guna menurunkan nyeri, menghasilkan

37
relaksasi, dan meningkatkan sirkulasi. Pada kasus ini, massage yang diberikan
kepada klien yaitu massage efflurage dan friction.
Pemberian terapi latihan berupa stretching dapat menurunkan nyeri dan
meningkatkan kemampuan fungsional klien. Stretching yang diberikan kepada
klien, yaitu McKenzie exercise. Tujuan dari terapi McKenzie exercise adalah
untuk mengurangi nyeri punggung bawah dan membentuk stabilitas tubuh
bagian bawah dengan cara penguatan otot-otot abdominal dan gluteus
maksimus, serta mengurangi posisi lordosis dari vertebra lumbal sehingga
dapat mengurangi tekanan pada struktur posterior vertebra lumbal. Setelah
pemberian intervensi berupa infrared, massage dan terapi latihan berupa
stretching, nyeri yang dirasakan klien berkurang dan adanya penurunan
spasme otot.

38
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Low Back Pain atau Nyeri Punggung Bawah merupakan salah satu
gangguan muskuloskeletal yang ditandai dengan sensasi nyeri atau sakit pada
punggung bawah atau dimanapun di daerah antara tulang rusuk bawah dan
diatas kaki. Pemeriksaan yang dilakukan meliputi pemeriksaan umum dan
pemeriksaan spesifik. Pemeriksaan spesifik yang dilakukan berupa
pemeriksaan nyeri menggunakan NRS dengan hasil pemeriksaan, yaitu nyeri
gerak 5/10, nyeri tekan 6/10, dan nyeri diam 1/10. Selain itu, ada juga
pemeriksaan spesifik yang diberikan kepada klien berupa SLR test, Bragard
test, dan Pattrick test dengan hasil test negatif. Hal ini yang menjadi acuan
kemungkinan klien mengalami Low Back Pain yang disebabkan oleh spasme
otot paralumbal.
Penanganan pada klien dengan keluhan tersebut dapat diberikan modalitas
IR, massage, dan terapi latihan berupa stretching yang bertujuan untuk
mengurangi nyeri serta spasme pada otot klien. Setelah diberikan penanganan
fisioterapi, klien merasakan nyeri berkurang dengan nilai NRS, yaitu nyeri
tekan 5/10, nyeri gerak 4/10, dan nyeri diam 0/10. Selain diberikan
serangkaian intervensi, klien juga diberikan edukasi dan home program untuk
mengurangi keluhan yang dirasakan oleh klien.

5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, saran yang dapat penulis berikan sebagai
berikut:
1. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa mampu melakukan pengabdian kepada masyarakat,
mahasiswa mampu mengimplementasikan teori agar sejalan dengan
praktik di lapangan, dan kedepannya mahasiswa mampu menjalin
komunikasi serta membantu masyarakat dalam pencegahan dan
penanganan khususnya pada gangguan fungsi gerak.

39
2. Bagi Masyarakat
Masyarakat yang mengalami keluhan nyeri pada punggung bawah
sebaiknya melakukan pemeliharaan dengan melakukan stretching secara
rutin di sela-sela bekerja, dan juga mengompres air hangat pada daerah
punggung bawah untuk merileksasikan otot punggung.

40
DAFTAR PUSTAKA

Allegri, M., Montella, S., Salici, F., Valente, A., Marchesini, M., Compagnone,
C., Baciarello, M., Manferdini, M. E., & Fanelli, G. (2016). Mechanisms of
low back pain: A guide for diagnosis and therapy [version 1; referees: 3
approved]. F1000Research, 5, 1–11.
https://doi.org/10.12688/F1000RESEARCH.8105.1
Arwinno, L. D. (2018). Keluhan Nyeri Punggung Bawah pada Penjahit Garmen.
Higeia Journal Of Public Health Research And Development, 2(3), 406–416.
Depalma, M. G. (2020). Red fl ags of low back pain. 33(8).
https://doi.org/10.1097/01.JAA.0000684112.91641.4c
Husna, M., Munir, B., & Nandar, S. (2021). Low back pain. March, 1–6.
https://doi.org/10.21776/ub.jphv.2021.002.01.4
Merlinda, M., Rumiati, F., & Sumbayak, E. M. (2020). Hubungan Antara Nyeri
Punggung Bawah dan Lamanya Duduk pada Mekanik Motor di Kalianda
Lampung Selatan. Jurnal Kedokteran Meditek, 26(1), 1–7.
https://doi.org/10.36452/jkdoktmeditek.v26i1.1763
Moore, K. L., Dalley, A. F., Agur, A. M. R., & Moore, M. E. (2013). Anatomi
Berorientasi Klinis (Kelima). Penerbit Erlangga.
Ramsook, R. R., & Malanga, G. A. (2012). Myofascial low back pain. Current
Pain and Headache Reports, 16(5), 423–432.
https://doi.org/10.1007/s11916-012-0290-y
Santoso, W. M., Husna, M., Munir, B., & Kurniawan, S. N. (2021). Low back
pain. 13–17. https://doi.org/10.21776/ub.jphv.2021.002.01.4
Septiawan, H. (2013). Bangunan Di Pt Mikroland Property Development
Semarang Tahun 2012. Faktor Yang Berhubungan Dengan Keluhan Nyeri
Punggung Bawah Pada Pekerja Bangunan Di PT Mikroland Property
Develpoment Semarang Tahun 2012.
Stella, S., & Makassar, M. (2022). Studi Tentang Faktor Penyebab Low Back Pain
Myogenic di Rumah. Fisiomu, 3(2), 98–103.
Suyasa, I. K., & Kawiyana, I. K. S. (2018). Anatomi dan Biomekanik Lumbal.
Udayana University Press.
Tjahya, A. (2017). Penilaian nyeri. Academia, 133–163.
http://www.academia.edu/download/49499859/pemeriksan-dan-penilaian-
nyeri.pdf
Willems, A. A. J. M., Kudrashou, A. F., Theunissen, M., Hoeben, A., & Van den
Beuken–Van Everdingen, M. H. J. (2021). Measuring pain in oncology
outpatients: Numeric Rating Scale versus acceptable/non acceptable pain. A
prospective single center study. Pain Practice, 21(8), 871–876.

41
https://doi.org/10.1111/papr.13053

42
LAMPIRAN

Gambar Lampiran 1. Pengisian Kuisioner pada klien yang dilakukan oleh


semester 2

Gambar Lampiran 2. Assessment yang dilakukan oleh semester 4

43
Gambar Lampiran 3. Pengukuran Tinggi dan Berat Badan yang dilakukan oleh
semester 4

Gambar Lampiran 4. Pemeriksaan spesifik yang dilakukan oleh semester 8

44
Gambar Lampiran 5. Pemberian Modalitas Infrared yang dilakukan oleh semester
6 dan 8

Gambar Lampiran 6. Pemberian Massage yang dilakukan oleh semester 8

45
Gambar Lampiran 7. Pemberian Stretching yang dilakukan oleh semester 6 dan 8

46

Anda mungkin juga menyukai