Bab II Pembahasan
3.1 Kesimpulan........................................................................................ 8
3.2 Saran.................................................................................................. 8
Daftar Pustaka.....................................................................................................IV
I
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kelompok kami dapat meyelesaikan
makalah yang berjudul “Proses Komunikasi dengan Lembaga (institusi) perpustakaan
dan kearsipan lainnya” ini tepat waktu.
Adapun tujuan penulisan makalah ini guna memenuhi tugas kelompok dari Ibu
Nurul Hayati M. Hum pada mata kuliah Komunikasi Untuk Pepustakaan dan Kearsipan.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna melengkapi
kekurangan makalah kelompok kami ini.
Penulis
II
ABSTRAK
III
BAB 1
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
1
“2T14802.Pdf.”
2
merupakan strategi komunikasi yang tepat untuk diterapkan dalam
layanan di perpustakaan.
2. Komunikasi antar lembaga
Kelancaran sistem organisasi dalam suatu lembaga dipengaruhi oleh
kelancaran sistem komunikasi di berbagai unit dalam lembaga itu
sendiri. Sebab dalam lembaga terdapat sejumlah anggota dan jabatan
yang dalam menjalankan tugas dan kewajibannya memerlukan
komunikasi satu sama lain.
Perpustakaan sebagai salah satu organisasi dan sistem informasi juga
memerlukan sistem komunikasi, baik internal maupun eksternal.
Komunikasi internal terdiri dari komunikasi upward, downward, dan
horizontal. Komunikasi internal adalah hubungan antarindividu atau
hubungan personal pengelola. Komunikasi downward adalah bentuk
komunikasi dari atasan kepada bawahan, dan sebaliknya, upward adalah
bentuk komunikasi dari bawahan ke atasan. Sedangkan horizontal
adalah komunikasi orang yang memiliki kedudukan setara.
Adapun komunikasi eksternal adalah komunikasi yang dilakukan
dengan pihak luar organisasi. Seperti komunikasi tentang koleksi yang
dimiliki, cara akses, jenis pelayanan informasi, maupun pengembangan
ilmu keperpustakaan lainnya.
2
Ali Akbar, “Akbar’s Library.”
3
2.2.2 Syarat-Syarat Kerjasama
1. Ada visi bersama yang dicapai dari kerjasama yang dibangun.
2. Ada kesepakatan bersama antara perpustakaan yang terlibat di dalam
kerjasama, sebaiknya dinyatakan dalam dokumen tertulis.
3. Ada komitmen bersama untuk mencapai tujuan lewat proses yang
jelas dan terbuka.
4. Ada sikap menghormati dan menerima perbedaan dari seluruh
perpustakaan yang terlibat dalam kerjasama.
5. Tercipta alur komunikasi yang baik.
6. Ada pembagian tugas dan tanggung jawab yang jelas antara
perpustakaan yang terlibat.
7. Ada mekanisme pengambilan keputusan bersama dalam rangka
mencapai tujuan bersama.
8. Terbangun manajemen organisasi yang efektif.
2.2.3 Bentuk Kerjasama
1. Kerjasama Pengadaan
Dalam bentuk ini berbagai perpustakaan bekerja sama dalam
pengadaan buku. Ini merupakan awal bentuk kerjasama. Dalam bentuk
ini, masing-masing perpustakaan bertanggung jawab atas kebutuhan
informasi pemakainya. Maka perpustakaan akan memilih buku ber-
dasarkan permintaan anggotanya atau berdasarkan dugaan pengetahuan
pustakawan atas keperluaan bacaan anggotanya.
2. Kerjasama pertukaran dan redistribusi
Perpustakaan dapat menambah koleksinya ialah dengan cara
menukar atau mendistribusi kembali buku-buku yang sudah tidak
dicetak lagi atau buku yang tidak lagi diperlukan oleh perpustakaan
lain. Cara tersebut membantu memecahkan masalah penyiangan buku
dan penyimpanan buku yang dihadapi banyak perpustakaan.
4
3. Kerjasama pengolahan
Dalam bentuk kerjasama ini perpustakaan bekerja sama untuk
mengolah bahan pustaka. Biasanya pada perpustakaan universitas
dengan berbagai cabang atau perpustakaan umum dengan cabang-
cabangnya, pengolahan bahan pustaka (pengkatalogan,
pengklasifikasian, pemberian label buku, kartu buku, kantong buku,
penyampulan buku dengan lapis plastik) dikerjakan oleh perpustakaan
pusat. Perpustakaan cabang menerima buku dalam keadaan siap
digunakan.
4. Kerjasama antar pustakawan
Bentuk kerjasama ini dapat berupa penerbitan buku panduan untuk
pustakawan, pertemuan antar pustakawan, kursus penyegaran untuk
pustakawan. Pendeknya bentuk kerjasama ini lebih mengarah ke bentuk
kerjasama profesi.
5. Kerjasama pemberian jasa informasi
Silang layan merupakan kerjasama antara 2 perpustakaan atau lebih
dalam pemberian jasa informasi. Salah satu hasil jasa informasi ini akan
muncul dalam pinjam antar perpustakaan. Pemberian jasa informasi
dapat berupa jasa penelusuran, jasa referal maupun jasa referens.
Kerjasama ini melibatkan semua sumber daya yang ada di perpustakaan
jadi tidak terbatas pada pinjam antar perpustakaan saja.
5
Interviewer: Kalau sama perpustakaan uin pusat ada kerja sama tidak?
Narasumber: Antar pustakawan aja si kerjasama nya (bukan antar
perpustakaannya sebagai lembaganya), kalau mahasiswa kan
semuanya bisa mempergunakan perpustakaan utama, hak
mahasiswa fakultas manapun (yang di uin) bisa pinjam.
Interviewer: Berarti untuk kerjasama antar lembaga ini belum dijalan kan ya?
Narasumber: Dari pelayanan dan peminjam itu belum tapi kalau antar
pustakawan itu sudah (masih antar pustakawan).
Interviewer: Kalau komunikasi yang digunakan di perpustakaan ini kepada
pemustakanya apa (misalnya terjadi kendala, kesusahan mencari
buku dan lain-lain)?
Narasumber: kalau misalnya untuk mencari literasi informasi kita bantu (misal
kesusahan mencari buku dibantu).
Interviewer: Ada perbedaan komunikasi antara dosen ke mahasiswa ga?
Narasumber: Tergantung komunikasi nya, kalau dosen jarang ke perpustakaan,
yang intens kan mahasiswa, kalau dosen itu paling nyarinya
(suara tidak terdengar) pokoknya dibanding ke perpus nya lebih
mencari dari online.
kalau cara kita komunikasi anatara dosen sama mahasiswa tidak
ada bedanya sama aja, tidak ada kendala juga dalam
berkomunikasi (kalau mahasiswa kan langsung mengerti kalau
sekali diajarin jadi yasudah tidak nanya-nanya lagi)
terbuka utk masyarakat luar tapi syarat nya hanya untuk
berkunjung tidak bisa minjem hanya baca ditempat, pernah ada
mahasiswa univ lain nyari buku di onesearch terus ada bukunya
di perpustakaan fah terus akhirnya yasuda ngehubungin
perpustakaan terus bukunya di fotocopy nanti dikirim, tapi akhir
nya di mahasiswa ini ke perpustakaan nya langsung membaca
bukunya tidak pakai surat ijin.
6
Interviewer: Kalau ada mahasiswa yang mengembalikan bukunya telat dan
terjadi berulang kali, lalu tindakan yang dilakukan seperti apa
untuk menegaskan?
Narasumber: Ini mahasiswa nya lalai, berarti kan dari awal mahasiswa menjadi
anggota kan sudah dikasih tahu terlambat sehari 1 buku berapa
dendanya nanti tinggal jumlahkan saja. bisa perpanjangan
peminjam buku melalui sistem SLIMS di rumah, tinggal masuk
ke katalog opac pilih kemahasiswaan nanti disitu ada. Kalau
terjadi kerusakan pada buku akan terkena denda. Batas rusaknya
itu sobek atau lembaran nya hilang, maka harus diganti, tapi kalau
hanya sekedar lepas covernya yang penting isinya kasih lengkap.
Interviewer: Komunikasi yg dipakai selain secara langsung ada media lain tidak
seperti secara online?
Narasumber: Ada melalui email.
Interviewer: Bagaimana kerjasama nya antar pustakawan?
Narasumber: Misalkan kalau ada informasi workshop suka diundang.
Interviewer: Menjalin kerjasama resources sharing dengan perpustakaan yang
lain?
Narasumber: Ngasih informasi aja sih, intinya belum ada. Kalau antar
peminjam buku belum tapi kalau literasi ada komunikasi.
Perpustakaan fakultas menyediakan buku-buku dengan
jurusannya masing-masing (Paling yang sama buku-buku umum
seperti filsafat) sedangkan perpus utama untuk semua koleksi
jurusan uin.
Tapi kalau komunikasi dari segi perkembangan untuk
kelancaran layanan atau literasi, ada komunikasi sama
perpustakaan uin (kl gasalah dnger sm perpus uin)
7
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tulis disini
3.2 Saran
Tulis disini
8
DAFTAR PUSTAKA
IV