Anda di halaman 1dari 7

Prahara Padukuhan Cimanuk

Episode: Risalah Endang Dharma Ayu

Kolaborasi Besfest 8.0

Adegan 1

(Setting kampung marongge, tempat tinggal Dharma Ayu)

Dharma Ayu seorang perempuan cantik jelita, gagah berani, rupawan bagaikan
bangsawan dan mempunyai kesaktian, anak dari ki marongge dan nyai marongge seorang
petinggi dusun marongge. Pada suatu hari Endang Dharma Ayu mendapatkan wangsit dari
kedua orang tuanya untuk pergi mengembara guna memperdalam ilmu agama ia di
perintahkan orang tuanya mencari salah satu pondok pesantren yang berada di sebrang pulau
jawa tepatnya di daerah palembang.

Demi penghargaan terhadap kepercayaan dan amanat seorang anak kepada orang
tuanya Endang Dharmapun menuruti perintah kedua orang tuanya dan berpamitan untuk
pergi ke palembang mencari pondok pesantren.

Adegan 2

(Seting sambutan hangat pondok pesantren di palembang, pelataran pesantrean)

Pagi berganti pagi, saing berganti siang, dan malampun berganti malam. Nyi Endang
Dharma pergi mengembara dari tanah jawa menuju ke bumi sumatra, dengan gigih dan
kerasnya sebuah perjuangan nyi Endang Dharma demi menuntut ilmu dan mengemban
amanah dari kedua orang tuanya ia akhirnya sampai di bumi sumatra tepatnya di daerah
palembang.

Sesampainya di Palembang Nyi Endang Dharma menemukan salah satu pondok


pesantren da ia berguru di salah satu pondok pesantren yang di asuh oleh panembahan guru,
ia merupakan salah satu murid yang di istimewakan karena parasnya yang cantik jelita dan ia
adalah santriwati atau murid perempuan satu-satunya yang berguru di pondok pesantren
tersebut. Sesampainya di pondok pesantren ia di sambut ramah oleh ribuan santri, dan
panembahan guru. Semua orang yang ada di pondok pesantren sangat senang menyambut
kedatangan nyi Endang Dharma.

Adegan 3

(Seting kesejukan halaman pondok pesantren, menuju ke pemukiman warga sekitar di sekitar
pondok pesantren)

Sesaat selesai mengaji dan beribadah bersama para santri yang lain di selang jeda
waktu kegiatan nyi Endang Dharma merasa sedikit bosan berada dalam asramanya, karena
memang di tempat ia beristirahat tidak ada sama sekali teman yang mendampinginya, ia
mencoba berkeliling keluar pondok pesantren dan jalan-jalan di area sekitar pesantren,
dengan anggunnya nyi Endang Dharma berkeliling di halaman pesantren dan saling sapa
kepada santri lain, keramahan santri lain membuat nyi Endang merasa nyaman dan tenang
walaupun ia santriwati satu-satunya yang ada di pondok pesantren tersebut. Setelah saling
sapa dan bercengrama bersama para santri yang lain, nyi Endang Dharma keluar ke
pemukiman warga yang ada di sekitar pondok pesantren tersebut.

Kemudian ia menemui salah satu warga dipemukiman pesantren tersebut yang


bernama ki prawa dan nyai rengganis sesampai nya di tempat mereka nyi endang menemui
mereka, nyi endang melihat ki prawa sedang membersihkan kebun nya dan melihat istri nya
nyai rengganis yang sedang menyapu halaman rumah nya. Setelah sampai dirumah mereka
nyi endang disambut hangat oleh ki prawa dan nyai rengganis lalu mereka berbincang-
bincang mengenai perkampungan sekitar pondok pesantren nya.

Adegan 4

(seting pemukiman warga sekitar pondok pesantren)

Setelah mereka bercakap-cakap nyi endang drama dipanggil salah satu santri yang
bernama jaka yuda , jaka yuda diperintahkan panembahan guru untuk menemuinya di tempat
biasanya mereka mengaji bersama. Nyi Endang pun berpamitan dari Ki Prawa dan juga
istrinya Nyai Rengganis, setelah berpamitan Nyi Endang dan Jaka Yuda pergi menemui
panembahan guru di pondok pesantren tempat mereka mengaji.

Adegan 5

(setting pondok pesantren, tempat untuk mengaji)


Jaka Yuda dan Nyi Endang pun menemui panembahan guru untuk belajar mengaji
namun panembahan guru meminta Nyi Endang untuk mengaji dan belajar berdua bersamanya
saja. Panembahan guru membawa Nyi Endang ke tempat mereka belajar mengaji, namun
tempat tersebut khusus disiapkan panembahan guru untuk mengaji berdua bersama Nyi
Endang. Santri lain termasuk Jaka Yuda tidak diperbolehkan masuk. Hal yang tak terduga
pun terjadi ditengah pembelajaran mereka.

Panembahan guru meminta Nyi Endang melepaskan semua busananya dengan tujuan
agar ilmu yang diajarkan lebih maksimal. Nyi Endangpun menuruti perintah panembahan
guru lalu Nyi Endang mulai curiga terhadap sikap dan cara panembahan guru
memperlakukannya karna seolah-olah panembahan guru ingin melakukan hal yang tidak
senonoh terhadapnya. Kemudian Nyi Endang pun beerontak dan kembali memakai
pakaiannya lalu pergi meninggalkan tempat tersebut, setelah itu panembahan guru meneriaki
para santri untuk mencegah Nyi Endang yang hendak kabur dari Pondok pesantren.

Adegan 6

(Setting kekacauan di halaman pondok pesantren)

Nyi Endang mencoba kabur dari pondok pesantren tersebut dan dihadang oleh para
santri lain karena panembahan guru mengataka pada para santri bahwa kehormatannya sudah
di lecehkan oleh Endang Dharma, lalu tanpa berpikir panjang karna Nyi Endang ingin
meninggalkan pondok pesantren tersebut tak ada pilihan Nyi Endangpun harus bertarung
melawan para santri panembahan guru. Pertarunganpun terjadi antara Nyi Endang Darma
dengan para santri. Nyi Endangpun mengeluarkan kekuatannya untuk menumbangkan para
santri. Setelah pertarungan panjang santri yang bertarung dengan Nyi Endangpun berhasil
ditumbangkan lalu Nyi Endangpun pergi dan meninggalkan pondok pesantren tersebut.

Adegan 7

(Setting halaman pondok pesantren setelah pertarungan terjadi, menuju pengejaran Nyi
Endang Darma)

Panembahan guru sangat kesal dan marah kepada para santri karna gagal untuk
menangkap Nyi Endang Darma yang hendak kabur dari pondok pesantren. Lalu panembahan
guru memerintahkan dua puluh empat santrinya termasuk Jaka Yuda untuk mendampinginya
mencari Nyi Endang darma yang kabur dari pondok pesantren.
Adegan 8

(Setting rimbunnya hutan dan kehangatan pemukiman yang belum diketahui nama
tempatnya)

Setelah sekian lama kabur dari pondok pesantren, Nyi Endang Darma tiba di tempat
yang belum ia ketahui nama tempatnya. Nyi Endangpun merasa ketakutan dan kebingungan.
setelah sampai di tempat tersebut, Nyi Endang melihat di sebrang rimbunnya pohon ada satu
pemukiman warga yang berisi satu keluarga petani ia bernama ki Brama dan istrinya nyai
Suari. Dengan tergesa gesa Nyi Endang Darma mendekati perkumpulan keluarga tersebut, ia
disambut ramah oleh ki Brama dan nyai Suari.

Mereka merasa sangat bahagia dengan kedatangan tamu yang sangat cantik dan
rupawan layaknya ratu kerajaan. Setelahnya mereka bercakap cakap dan berkenalan, Nyi
Endangpun menanyakan kepada mereka tentang keberadaan dirinya. Keluarga tersebut pun
menjawab bahwasannya dia sedang berada di padukuhan Cimanuk yang dipimpin oleh Raden
Arya Wiralodra.

Adegan 9

(Setting tempat pemukiman warga sekitar, menuju pusat pemukiman) ~Tari Rangdu Kentir~

Nyi Endang Darma tidak menyadari bahwa sebenarnya ki Brama tersebut


sudah memberitahu kepada ki Tinggil selaku Ki Gede atau kepala daerah bahwa ada tamu
istimewa yang datang kekampungnya dan Nyi Endang Darma diperkenankan untuk
menginap di tempatnya. Keesokan harinya, Nyi Endang Darma diajak ke pusat padukuhan
cimanuk untuk berjalan jalan, tetapi sebenarnya ia akan dipertemukan oleh ki Tinggil.
Sesampainya Nyi Endang Darma di tempat itu Nyi Endang Darma kaget karna ramainya
warga yang menyambut kedatangannya, warga tersebut menyambutnya dengan tarian
Rangdu Kentir sebagai tarian khas dari daerah tersebut.

Adegan 10

(Setting Balai Padukuhan Cimanuk)

Setelah penyambutan oleh warga sekitar, Nyi Endang Darma dipertemukan dengan ki
Tinggil, ia bercerita bahwa sebenarnya pemimpin daerah tersebut yaitu Raden Arya
Wiralodra sedang pulang ke kampung halamannya yang ada di Bagelen dengan tujuan
bersilaturahim dengan keluarganya, ki Tinggil hanya menggantikan Arya Wiralodra selama
ia pergi ke kampung halamannya. Lalu setelah berbincang-bincang bersama ki Tinggil
Endang Dharma meminta izin bermukim dan menjadi warga dusun tersebut.

Adegan 11

(Setting sejuknya alas cimanuk dan keramahan warga sekitar) ~Tari Topeng Kelana~

Sesaat setelah percakapan yang cukup panjang pada saat itu ki Tinggil mengizinkan
nyi Endang Dharma untuk bermukim dan menjadi warga di padukuhan cimanuk. Suatu
ketika nyi Endang Dharma sangat terkejut dengan kerumunan warga di sekitar balai
padukuhan cimanuk dan alunan gamelan di iringi dengan tarian topeng yang menggambarkan
keganasan dan kewibawaan, tak berselang lama datanglah seorang Raden yang gagah
perkasa, tampan, dan di segani warga padukuhan cimanuk. Warga sekitar mengatakan bahwa
itu adalah kedatangan Raden Arya Wiralodra.

Adegan 12

(Setting balai padukuhan cimanuk dan kehangatan sambutan dari Wiralodra)

Nyi Endng Dharma segera menghampiri Arya wiralodra dan ki Tinggil yang berada di
balai padukuhan Cimanuk, ki Tinggil memperkelankan nyi Endang Dharma dengan
Wiralodra. Percakapan yang cukup panjang terjadi hampir satu malam antara Arya Wiralodra
dan nyi Endang Dharma, pada saat itu nyi Endang Dharma terpikat dan jatuh cinta dengan
Wiralodra karena ketampanannya, kegagahannya dan wibawanya sebagai seorang pemimpin
padukuhan cimanuk. Setelah percakapan yang cukup panjang nyi Endang Dharma
berpamitan kepada wiralodra untuk kembali pulang.

Adegan 13

(Setting alas Cimanuk dan perseteruhan dengan panembahan guru)

Singkat cerita panembahan guru dan santrinya yang berjumlah dua puluh empat telah
tiba di padukuhan cimanuk untuk mencari nyi Endang Dharma. Ditengah perjalanan pulang
salah satu santri melihat nyi Endang Dharma sedang berjalan sendirian lalu satri tersebut
memberi tahu panembahan guru bahwa ia melihat nyi Endang Dharma sedang berjalan
sendirian, tak berselang lama nyi Endang Dharma kaget karena ia di hadang oleh
panembahan guru, pertarungan kembali terjadi antara panembahan guru dan dua puluh empat
santrinya.

Adegan 14

(Setting balai padukuhan cimanuk menuju perseteruhan nyi Endang dengan Panembahan
guru di alas cimanuk)

Raden Wiralodra mendapatkan informasi dari warga cimanuk bahwa ada sebuah
pertarungan antara nyi Endang Dharma dengan segerombolan orang tak di kenal, tanpa
berpikir panjang Raden Wiralodra, ki Tinggil dan para pamong padukuhan segera
menghampiri mereka. Melihat keadaan nyi Endang bertarung sendirian Raden Wiralodra
beserta jajarannya ikut membantu pertarungan tersebut, tak berselang lama dengan hentakan
pusaka cakra udaksana panembahan guru dan ke dua puluh empat santrinya tewas dan
berhasil di tumbangkan.

Adegan 15

(Setting alas padukuhan cimanuk)

Pertumpahan darah telah berlalu, berakhirnya pertempuran antara Raden Arya


Wiralodra dan seluruh jajaran padukuhan cimanuk menghadiahkan kematian untuk
panembahan guru dan santri-santrinyaa. Setelah pertarungan berakhir nyi Endang Dharma
berpesan sekaligus berpamitan kepada Raden Arya Wiralodra, ia berpesan bahwa ia akan
menghanyutkan dirinya ke bantaran kali cimanuk dan juga berpesan bahwa suatu saat nanti
ia meminta nama Padukuhan Cimanuk diberikan nama kebesarannya yaitu “ENDANG
DHARMA AYU”

LUNGA MENG SAWAH SENDALE PEGAT

ALHAMDULILLAH PRAGAT
Penokohan

1. Ki Marongge dan nyai Marongge =


2. Nyi Endang Dharma Ayu =
3. Panembahan guru =
4. Jaka Yuda =
5. Para Santri =
6. Ki Prawa dan nyai rengganis =
7. Ki Brama dan nyai suari =
8. Ki Tinggil =
9. Raden Arya Wiralodra =
10. 2 orang dayang =
11. seorang anak ki brama dan nyai suari
12. seorang anak ki prawa dan nyai rengganis =

Anda mungkin juga menyukai