KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmat dan
daan alat medis blanketrol yang diperuntukkan oleh Unit Critical (ICU/HCU/NICU/PICU).
Sebagai bahan pertimbangan, permohonan usulan tersebut diatas kami lampirkan Brosur,
Surat Penawaran Harga beserta data pendukung lainnya. Besar harapan kami agar usulan tersebut
dapat disetujui sehingga bisa mendukung pelayanan operasional di Rumah Sakit Brawijaya Saharjo .
1. LATAR BELAKANG
Gejala Hipertremia dan Hipotermia dapat dialami oleh bayi normal maupun bayi BBLR (Berat
Badan Lahir Rendah). Peralatan yang dapat menangani Hipertermia dan Hipotermia adalah
Blanketrol. Blanketrol merupakan alat medis yang dapat memberikan terapi dengan sensasi panas
dan dingin melewati selimut. Sensani panas pada selimut dapat terjadi karena air pada tangki
penampungan dipanaskan, lalu dialirkan oleh pompa masuk ke dalam selimut. Untuk sensasi
dinginnya, air pada penampungan didinginkan dan dialirkan ke dalam selimut. Dengan pemberian
terapi panas dan dingin tersebut, dapat menghindari bayi dari gejala Hipertermia dan Hipotermia.
Pembuatan alat Blankterol ini dimulai dengan studi pustaka, merancang perangkat lunak dan
perangkat keras. Pada sistim pemanasan menggunakan heater, dan untuk sistim pendinginan
menggunakan 4 buah komponen Peltier TEC1-12706. Untuk sirkulasi air dari alat ke selimut
menggunakan pompa tipe Diaphragm Pump. Pusat dari pengendalian alat menggunakan
Microprocessor berbasis ATMEGA 8535. Melakukan uji fungsi dan pengukuran terhadap alat yang
telah dibuat dengan pengukur waktu dan termometer. Hasil uji fungsi yang telah dilakukan pada
alat seperti tombol-tombol dan alarm-alarm telah sesuai dengan yang dirancang. Selanjutnya
melakukan pengukuran dan pendataan. Dilakukan di 3 (tiga) suhu ruangan yang berbeda, yaitu
25,27 dan 29 derajat celcius. Hasil dari pengukuran dan analisa yang telah dilakukan, bahwa suhu
ruangan mempengaruhi laju kenaikan dan laju penurunan suhu. Laju proses pemanasan pada alat
adalah 46 detik/°C dan laju proses pendinginan pada alat adalah 1 menit 28 detik/°C. Sensor suhu
air memiliki keakurasian 99,38% dan sensor suhu pasien memiliki keakurasian 98,85%. Penelitian
oleh Garfinkel et al melaporkan penggunaan terapi hipotermia pada kasus asfiksia neonatorum
dapat mencegah 5% komplikasi CP. Pada kasus pasien dewasaAnestesi merupakan tindakan
menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan, Pada pembedahan dapat menimbulkan
perubahan fisiologis tubuh yaitu penurunan suhu tubuh / hipotermia. Hipotermia mempengaruhi
beberapa
sistem organ. Hipotermia pada awalnya menyebabkan kenaikan laju metabolisme, pada
sistemkardiovaskuler terjadi tachicardi, resistensi pembuluh darah perifer, sehingga menyebabkan
menggigil / shivering.(Rositasari, dkk, 2017). Shivering adalah sebagai mekanisme kompensasi
tubuh terhadap hipotermia. Pendekatan non farmakologis untuk menjaga agar tubuh tidak
mengalami hipotermia dilakukan dengan metode penghangatan diantaranya dengan cara
pemakaian blanket warmer, humidifikasi oksigen, dan pemanasan cairan intravena.
2. TUJUAN
3. PENUTUP
Demikian Proposal pengajuan pengadaan alat medis ini kami buat, besar harapan kami bisa
terrealisasikan guna meningkatkan pelayanan Optimal bagi pasien-pasien Critical.
Koordinator Critical
Ns. Awaludin Ruslan, SKep.