Anda di halaman 1dari 42

HINDARI PENGGUNAAN OBAT KADALUARSA DI

MASYARAKAT DENGAN PEMASANGAN STIKER


IMUT BEYOND USE DATE OBAT
“HIKAYAT SANG SEMUT’

Oleh :
NADYA LUTHFIANA, S.Farm., Apt.
NIP. 19940314 201903 2 028

PUSKESMAS WIRANG
DINAS KESEHATAN KABUPATEN TABALONG
JALAN A.YANI RT.02 DESA WIRANG KECAMATAN HARUAI

2022
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR TABEL iii
DAFTAR GAMBAR iv
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang ……………..………..………….………….….. 1
B. Tujuan ……………………………...…...………………….….. 2
BAB II ISI 4
A. Data Permasalahan Kesehatan ………………………………… 4
B. Karya Inovasi ………………………………………………….. 9
C. Hasil ……………...………………………………………...….. 10
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN 13
A. Kesimpulan ……………………………………………………. 13
B. Saran ……………………………………………...………….… 13
BAB IV PENUTUP 14
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

i
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Rekapitulasi Hasil Persentase Resep Sirup Rekonstitusi Bulan


Januari sampai Maret 2021……………………………….……. 5
Tabel 2.2 Rekapitulasi Hasil Persentase Resep Puyer (Pulveres) Bulan
Januari sampai Maret 2021….…………………………………. 5
Tabel 2.3 Rekapitulasi Hasil Persentase Resep Sediaan Multidose Bulan
Januari sampai Maret 2021…………………………………….. 6
Tabel 2.4 Rekapitulasi Hasil Persentase Resep Sediaan Racikan Bulan
Januari sampai Maret 2021 ……………………………………. 7
Tabel 2.5 Beyond Use Date Berbagai Jenis Sediaan Farmasi ……………. 11
Tabel 2.6 Rekapitulasi Hasil Persentase Pra Survei & Survei Setelah 12
Inovasi…………………………………………………………..

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Perbandingan Persentase antara Resep Racikan Sirup 5


Rekonstitusi dan Resep Non Racikan di Puskesmas Wirang
Periode Januari – Maret 2021 ……………………………..….
Gambar 2.2 Perbandingan Persentase antara Resep Racikan Pulveres dan 6
Resep Non Racikan di Puskesmas Wirang Periode Januari –
Maret 2021…………………………………………………….
Gambar 2.3 Perbandingan Persentase antara Sediaan Multidose dan Resep 7
Sediaan Non Multidose di Puskesmas Wirang Periode Januari
– Maret 2021…………………………………………………..
Gambar 2.4 Perbandingan Persentase antara Resep tanpa BUD dan Resep 8
dengan ED di Puskesmas Wirang Periode Januari – Maret
2021…………………………………………………………...
Gambar 2.5 Stiker “HIKAYAT SANG SEMUT”…………………………. 11
Gambar 2.6 Grafik Hasil Survei Inovasi “HIKAYAT SANG SEMUT”…... 12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Puskesmas merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab terhadap pembangunan kesehatan di
wilayah kerjanya. Puskesmas sebagai ujung tombak pusat kesehatan, melaksanakan
pembinaan dan memberikan pelayanan upaya kesehatan secara menyeluruh dan
terpadu. Salah satu upaya kesehatan yang dapat dilakukan yaitu dengan
mengendalikan mutu sediaan farmasi dari penyerahan kepada pasien hingga
disimpan dan digunakan.
Pengendalian mutu sediaaan farmasi merupakan salah satu pekerjaan
kefarmasian yang berkaitan erat dengan stabilitas obat. Suatu sediaan farmasi dapat
dikatakan stabil jika tetap memiliki karakteristik kimia, fisika, mikrobiologi
terapeutik dan toksikologi yang tidak berubah sejak awal diproduksi hingga selama
masa penyimpanan serta penggunaan. Stabilitas obat diharapkan terjamin tidak
hanya pada saat penyerahan obat ke pasien namun hingga di simpan di rumah dan
digunakan oleh pasien. Pemberian informasi kepada pasien mengenai batas waktu
penggunaan obat setelah kemasan dibuka merupakan salah satu tanggung jawab
tenaga kefarmasian yang harus dilaksanakan dengan baik.
Dalam praktek sehari-hari, tidak jarang terjadi salah kaprah terkait tanggal
kadaluarsa (expiration date/ ED) obat setelah kemasan dibuka. Seringkali, ED obat
setelah kemasan dibuka dianggap tetap sama dengan yang tertera pada kemasan,
padahal ED obat tersebut telah berubah. Dalam dunia kefarmasian, ED yang telah
berubah ini dikenal dengan istilah Beyond use date (BUD). Beyond use date
merupakan batas waktu penggunaan yang tercantum pada wadah/kemasan obat,
mencakup obat racikan, produk repacking (dikemas ulang), maupun produk obat
pabrik dengan wadah multidose (penggunaan obat berkali-kali menggunakan
wadah yang sama).

1
Menurut The U.S Pharmacopeia (USP), BUD ini sebaiknya dicantumkan pada
etiket wadah obat untuk memberikan batasan waktu kepada pasien kapan obat
tersebut masih aman digunakan. Seperti yang kita ketahui, mayoritas masyarakat
Indonesia memiliki kebiasaan menyimpan sisa obat yang didapatkan dari sarana
pelayanan kesehatan dengan alasan obat tersebut masih tersisa banyak ataupun
sebagai cadangan apabila penyakit yang sama kambuh kembali dan sebagainya.
Berdasarkan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013
menunjukkan bahwa sebanyak 35,2% rumah tangga menyimpan obat untuk
swamedikasi. Berdasarkan data peresepan obat yang rentan disimpan dan
digunakan kembali oleh masyarakat di Puskesmas Wirang dari bulan Januari 2021
hingga Maret 2021 diperoleh rata-rata sebesar 29,41%. Dari prasurvey yang
dilaksanakan pada bulan April 2021 diketahui bahwa hanya 10% masyarakat di
wilayah kerja Puskesmas Wirang yang mengetahui perbedaan antara Beyond Used
Date (BUD) dengan Expired date. Selama ini masyarakat menganggap bahwa
semua jenis obat memiliki batas kadaluarsa yang sama seperti yang tertera pada
kemasan obat baik ketika segel kemasan masih utuh ataupun setelah segel kemasan
obat dibuka. Anggapan inilah yang mendasari Apoteker Puskesmas Wirang untuk
membuat Inovasi dengan mencantukan informasi BUD ini pada kemasan obat-obat
tertentu seperti obat racikan, obat repacking dan obat dengan wadah multidose.
Inovasi ini diberi nama “Hikayat Sang Semut” yang merupakan akronim dari
Hindari Penggunaan Obat Kadaluarsa di Masyarakat dengan Pemasangan Stiker
Imut Beyond use date Obat. Dengan adanya inovasi ini diharapkan dapat
memberikan informasi kepada masyarakat mengenai kapan batas maksimal suatu
obat dikatakan aman dan masih layak untuk digunakan ketika kemasan obat telah
dibuka.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Meningkatkan peran farmasis dalam mengendalikan stabilitas obat dari
penyerahan hingga obat disimpan dan digunakan oleh pasien melalui inovasi
“Hikayat Sang Semut”.

2
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui permasalahan Beyond use date dari berbagai jenis sediaan
farmasi terutama sediaan farmasi yang didapatkan di Puskesmas Wirang
b. Memastikan pasien mendapatkan informasi mengenai Beyond use date
sehingga obat yang digunakan terjamin stabilitasnya dan masih aman
untuk dikonsumsi.
c. Menghindari pemakaian obat yang telah kadaluarsa atau terkontaminasi
ketika obat disimpan dalam keadaan segel telah terbuka.
d. Mengoptimalkan peran apoteker di era Pandemi “Covid-19” dimana
interaksi dengan pasien dibatasi namun informasi obat tetap dapat
diberikan dengan optimal
e. Mengetahui gambaran kegiatan “HIKAYAT SANG SEMUT” sebagai
salah satu inovasi bidang kefarmasian di Puskesmas Wirang

3
BAB II
ISI

A. Data Permasalahan Kesehatan


1. Kesulitan Penetapan BUD (Beyond Use Date)
Beyond use date (BUD) adalah batas waktu penggunaan produk obat
setelah diracik/disiapkan atau setelah kemasan primernya dibuka/dirusak.
Kemasan primer disini berarti kemasan yang langsung bersentuhan dengan
bahan obat, seperti botol; ampul; blister ataupun vial. Pengertian BUD
berbeda dari expiration date (ED) atau tanggal kadaluarsa karena ED
menggambarkan batas waktu penggunaan produk obat setelah diproduksi
oleh perusahaan farmasi sebelum kemasannya dibuka. BUD bisa sama
dengan atau lebih pendek dari ED. ED dicantumkan oleh perusahaan
farmasi pada kemasan produk obat, sementara BUD tidak selalu tercantum
pada kemasan produk obat
- Penetapan BUD merupakan suatu masalah yang kompleks karena
berkaitan dengan molekul obat sejumlah gugus fungsi reaktif, bahan
tambahan yang beragam, wadah obat dan kondisi penyimpanan
maupun penggunaan obat yang bervariasi
- Penghalang utama dalam penetapan BUD pada etiket obat adalah
kurangnya ketersediaan informasi stabilitas obat
2. Persentase Resep Obat yang Rentan Terganggu Stabilitasnya Ketika
Disimpan Kembali
Berikut ini merupakan beberapa kategori obat yang rentan terganggu
kestabilannnya ketika disimpan dalam waktu yang lama, yaitu
- Obat Racikan
Obat racikan yang dimaksud dapat berupa puyer (Pulveres) ataupun
sirup rekonstitusi
Pada tahun 2021 dilakukan riset mengenai persentase peresepan obat
racikan dari bulan Januari hingga Maret 2021 dengan hasil sebagai
berikut :

4
Tabel 2.1 Rekapitulasi Hasil Persentase Resep Sirup Rekonstitusi Bulan Januari
sampai Maret 2021

Bulan Jumlah Resep Sirup Jumlah resep Persentase (%)


Rekonstitusi dalam 1 bulan
Januari 18 273 6,59%
Februari 10 275 3,64%
Maret 18 338 5,33%
Rata-rata 5,19%

Rata-rata Persentase Resep di Puskesmas


Wirang Periode Januari - Maret 2021

5%
Resep Racikan Sirup
Rekonstitusi
Resep Non Racikan

95%

Gambar 2.1 Perbandingan Persentase antara Resep Racikan Sirup Rekonstitusi dan
Resep Non Racikan Puskesmas Wirang Periode Januari – Maret 2021

Berdasarkan data di atas dapat terlihat bahwa rata-rata terdapat


sebanyak 5,19 % resep racikan sirup rekonstitusi memiliki resiko
disimpan dan dikonsumsi kembali oleh pasien ketika mengalami gejala
yang sama dengan penyakit sebelumnya. Pada bulan Januari – Maret
2021 rata-rata terdapat resep sebanyak 295,3 resep per bulan dengan
rata-rata terdapat 45,98 resep yang berpotensi disimpan kembali oleh
pasien dan tidak layak konsumsi karena melebihi batas umur simpan
sediaan.
Tabel 2.2 Rekapitulasi Hasil Persentase Resep Puyer (Pulveres) Bulan Januari
sampai Maret 2021
Bulan Jumlah Resep Puyer Jumlah resep Persentase (%)
(Pulveres) dalam 1 bulan
Januari 14 273 5,13%
Februari 32 275 11,64%
Maret 39 338 11,54%
Rata-rata 9,43%

5
Rata-rata Persentase Resep di Puskesmas
Wirang Periode Januari - Maret 2021

9%
Resep Racikan Pulveres
Resep Non Racikan

91%

Gambar 2.2 Perbandingan Persentase antara Resep Racikan Pulveres dan Resep
Non Racikan di Puskesmas Wirang Periode Januari – Maret 2021

Berdasarkan data di atas dapat terlihat perbandingan antara resep


racikan pulveres dan resep non racikan. Pada resep racikan pulveres
terdapat rata-rata sebanyak 9,43% resep (sekitar 83,54 resep) dari total
resep bulan Januari hingga Maret 2021 yang tidak terdapat informasi
mengenai batas simpan sediaan obat (BUD).
- Obat yang dikemas ulang (repacking)
Obat yang dikemas ulang contohnya adalah obat dengan kemasan besar
(isi : 100 tablet atau lebih) dan akan diditribussikan ke pasien menjadi
jumlah yang lebih kecil (misal: 10 tablet per wadah)
- Obat dengan wadah multidose
Obat dengan kategori ini contohnya adalah obat-obatan untuk
penggunaan luar misalnya obat tetes mata, salep yang dalam satu wadah
dapat digunakan berulang kali hingga habis. Berikut merupakan
rekapitulasi hasil persentase resep sediaan multidose yang tersedia di
Puskesmas Wirang dari bulan Januari hingga Maret 2021.
Tabel 2.3 Rekapitulasi Hasil Persentase Resep Sediaan multidose Bulan Januari
sampai Maret 2021
Bulan Jumlah Resep Sediaan Jumlah resep Persentase (%)
multidose dalam 1 bulan
Januari 42 273 15,38%
Februari 48 275 17,45%
Maret 39 338 11,54%
Rata-rata 14,79%

6
Rata-rata Persentase Resep di Puskesmas
Wirang Periode Januari - Maret 2021

15%
Resep Sediaan multidose

Resep Non Sediaan


multidose
85%

Gambar 2.3 Perbandingan Persentase antara Resep Sediaan Multidose dan Resep
Sediaan non Multidose Puskesmas Wirang Periode Januari – Maret
2021

Berdasarkan data yang didapatkan selama periode Januari hingga


Maret 2021 terdapat rata-rata 14,79 % resep (sebanyak 131 resep) dari
886 resep yang peyimpanannya kemungkinan akan melebihi batas
umur simpan produk tersebut ketika BUD tidak dicantumkan pada
kemasan.
Hasil rekapitulasi data obat-obat yang memiliki potensi disimpan
melebihi BUDnya dapat dilihat pada tabel 2.4 di bawah ini. Hal ini
berdasarkan jumlah total obat-obat yang memiliki resiko disimpan dan
digunakan kembali melebihi batas BUD nya meliputi obat-obat racikan
(sirup rekonstitusi dan pulveres) serta obat dengan kemasan multidose.
Tabel 2.4 Rekapitulasi Hasil Persentase Resep Sediaan Racikan Bulan Januari
sampai Maret 2021

Bulan Jumlah Resep Sediaan Jumlah resep Persentase (%)


dengan BUD yang dalam 1 bulan
berbeda dengan ED
Januari 74 273 27,11%
Februari 90 275 32,73%
Maret 96 338 28,40%
Rata-rata 29,41%

7
Rata-rata Persentase Resep di Puskesmas
Wirang Periode Januari - Maret 2021

29%
Resep tanpa BUD
Resep dengan ED
71%

Gambar 2.4 Perbandingan Persentase antara Resep tanpa BUD dan Resep dengan
ED di Puskesmas Wirang Periode Januari – Maret 2021

Berdasarkan data yang diperoleh dari resep yang masuk selama


bulan Januari hingga Maret 2021 terlihat sebanyak 29,41% resep tanpa
BUD ditemukan dan berpotensi menyebabkan banyaknya obat yang
disimpan oleh masyarakat melebihi batas simpan produk tersebut.
Menurut Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 menunjukkan
bahwa 35,2% rumah tangga menyimpan obat untuk swamedikasi.
Berdasarkan hasil ini, apabila masyarakat tidaka diberikan informasi
mengenai BUD sediaan farmasi maka akan terdapat kemungkinan obat
yang sudah tidak layak konsumsi akan digunakan kembali.
3. Perbedaan Persepsi Masyarakat mengenai Expired date dengan
Beyond Use date
Pada bulan April 2021 dilakukan prasurvei untuk mengetahui tingkat
pengetahuan masyarakat mengenai perbedaan antara Expired date dengan
Beyond use date serta kebiasaan masyarakat dalam menggunakan obat.
Sebanyak 20 orang pasien diwawancara untuk mengetahui bagaimana
kebiasaan penyimpanan dan penggunaan obat. Dari prasurvei ini diketahui
bahwa 90% masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Wirang menganggap
bahwa expired date yang tercantum pada kemasan obat tetap berlaku
bahkan ketika kemasan obat sudah dibuka. Dari 20 sampel sebanyak 90%
masyarakat mengaku masih tetap menggunakan sisa obat (tablet, sirup &

8
krim) asalkan belum melewati tanggal kadaluarsa (Expire date) yang
tertera pada kemasan. Kebiasaan ini tentu saja berdampak pada stabilitas
obat-obat tertentu yang memang rentan terganggu kestabilannya ketika
disimpan dalam waktu yang lama. Sebanyak 10% lainnya menyatakan
sudah mengetahui bahwa terdapat obat-obat tertentu yang memang harus
dibuang ketika sudah melewati batas masa pakai (contohnya sirup
rekonstitusi antibiotik yang harus dibuang setelah 7 hari).

B. Karya Inovasi
Berdasarkan data permasalahan yang ditemukan dari Januari hingga Maret
2021 dapat diketahui BUD (beyond use date) merupakan indikator penting yang
harus diinformasikan kepada pasien yang berobat di Puskesmas Wirang.
Penginformasian BUD ini dapat dilakukan dengan media lisan secara langsung
maupun dengan media tertulis. Penyaampaian secara lisan memeiliki beberapa
kekurangan diantaranya informasi yang diterima kemungkinan terlupakan begitu
saja ketika sudah menerima obat ataupun bahasa penyampaian dari farmasis yang
kurang jelas. Oleh karena itu dibuatlah Inovasi berupa pemasangan stiker imut
Beyond use date yang nantinya akan memuat informasi mengenai batas simpan
sediaan farmasi dan ditempelkan secara langsung pada kemasan obat yang memiliki
BUD berbeda dengan ED sediaan farmasi yang dicantumkan oleh perusahaan
farmasi. Dengan adanya inovasi ini diharapkan kemungkinan pasien
mengkonsumsi kembali obat yang melebihi tanggal BUD nya dapat dihindari. Hal
ini merupakan salah satu upaya dalam penyuluhan DAGUSIBU obat kepada
masyarakat dengan media tertulis sehingga masyarakat diharapkan dapat
menggunakan obat dengan bijak dan benar.
Berikut langkah-langkah kegiatan yang dilakukan :
1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan pada Bulan Januari hingga Maret 2021 untuk
mengetahui obat-obat apa saja yang diresepkan dokter di Puskesmas Wirang
yang memiliki potensi disimpan melebihi Beyond use date nya.

9
2. Pelaksanaan Pra Survei
Pra survei dilaksanakan pada bulan April 2021 dengan responden sebanyak 20
orang dengan metode wawancara dan dilaksanakan ketika penyerahan obat.
3. Koordinasi dengan Kepala Puskesmas
Koordinasi dengan kepala puskesmas untuk merencanakan kegiatan dan
mendapatkan dukungan baik secara moral maupun materiil agar inovasi ini
dapat dilaksanakan dengan baik.
4. Pembuatan Stiker Imut Beyond use date
Stiker imut ini dibuat sesuai rekomendasi dari USP dan Artikel Buletin
Rasional tentang Beyond use date sediaan farmasi tertentu.
5. Sosialisasi kepada petugas atau tenaga kesehatan di Puskesmas Wirang
mengenai Inovasi “HIKAYAT SANG SEMUT”
Sosialisasi ini dilakukan agar tenaga kesehatan di Puskesmas Wirang dapat
bekerja sama dengan farmasis ketika pasien atau masyarakat bertanya
mengenai Beyond use date obat.
6. Pelaksanaan Kegiatan “HIKAYAT SANG SEMUT”
Kegiatan ini dilaksanan berbarengan dengan pelayanan kefarmasian dimana
pasien yang mendapatkan resep yang harus mencantumkan BUD akan
diberikan stiker imut pada kemasan obat sehingga batas simpan obat tersebut
dapat diketahui oleh pasien.
7. Survei setelah adanya inovasi “HIKAYAT SANG SEMUT”
Survei ini dilakukan dengan metode wawancara ataupun tertulis dan
dilaksanakan setiap 4 bulan sekali untuk mengetahui seberapa besar tingkat
pengetahuan masyarakat mengenai Beyond use date obat setelah adanya
”inovasi ‘HIKAYAT SANG SEMUT”

C. Hasil
a. Label Beyond use date obat
Berdasarkan USP dan artikel Buletin Rasional Beyond use date sediaan
farmasi tertentu dapat dikategorikan sebagai berikut :

10
Tabel 2.5 Beyond Use Date Berbagai Jenis Sediaan Farmasi
Sediaan Beyond use date (Batas Simpan Produk)
Sirup Rekonstitusi Maksimal 7 hari setelah diencerkan
Sirup non racikan Maksimal 6 bulan setelah dibuka
Pulveres 25% dari sisa ED produk awal
Tetes Mata Maksimal 30 hari setelah produk dibuka
Sediaan semipadat (krim, salep, gel) Maksimal 6 bulan setelah dibuka
& Sediaan Sirup non racikan
Label stiker imut beyond use date akan ditempelkan pada kemasan obat
dan dilingkari batas simpan produk tersebut sesuai dengan bentuk sediaannya.
Untuk Racikan Pulveres akan dihitung BUD nya dengan menentukan ED
terdekat dari bahan awal racikan dan dikali 25%. Untuk sediaan semipadat
seperti salep, krim dll (misal : betametason krim, miconazol krim) akan
diconteng BUD nya 6 bulan setelah kemasan dibuka. Label BUD ini hanya
berlaku untuk untuk produk obat yang memiliki masa kadaluarsa (ED) > 1
tahun. Apabila ED nya < 1 tahun maka BUD menjadi kurang dari atau sama
dengan ED yang tercantum pada kemasan tergantung mana yang umur simpan
produknya lebih rendah antara BUD ataupun ED.

Gambar 2.5 Stiker ‘HIKAYAT SANG SEMUT”


b. Hasil Survei sebelum dan sesudah inovasi “HIKAYAT SANG
SEMUT”
Survei ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan
masyarakat mengenai perbedaan Expired date dan Beyond use date obat. Pre
survey dilaksanakan pada bulan April 2021 dengan responden sebanyak 20

11
orang. Survey dilakukan dengan metode wawancara pada saat penyerahan obat
di ruang farmasi Puskesmas Wirang. Survei setelah adanya inovasi
“HIKAYAT SANG SEMUT” dilaksanakan setiap 4 bulan sekali yaitu pada
periode 1 bulan Mei-Agustus 2021, periode 2 pada bulan September-Desember
2021 dan survey ke 3 pada bulan januari-April 2022. Survey ini dilakukan
dengan metode wawancara dan dengan responden sebanyak 20 orang. Adapun
kriteria untuk pasien pada survey periode ke 1, 2 dan 3 yaitu pasien sudah
pernah berobat minimal 1x di Puskesmas Wirang. Berdasarkan survey
didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 2.6 Rekapitulasi Persentase Hasil Pra Survei & Survei Setelah Inovasi
No. Kegiatan Waktu Persentase
1 Pre Survei April 2021 10%
2 Survei Periode 1 Mei 2021 – Agustus 2021 25%
3 Survei Periode 2 September 2021 – 30%
Desember 2021
4 Survei Periode 3 Januari 2022 – April 2022 40%

Persentase Hasil Survei Inovasi "HIKAYAT SANG


SEMUT"
50%
40%
30%
20%
10%
0%
Pra Survei Survei Periode 1 Survei Periode 2 Survei Periode 3

Series 1

Gambar 2.6 Grafik Hasil Survei Inovasi “HIKAYAT SANG SEMUT”

Dari data tabel hasil pra survey terlihat bahwa awalnya tingkat pengetahuan
masyarakat mengenai perbedaan antara Expired date dan Beyond use date
obat masih sangat rendah. Dari 20 responden hanya 2 orang responden yang

12
mengetahui perbedaan kedua istilah ini. Setelah adanya inovasi “HIKAYAT
SANG SEMUT” dilakukan survey periode 1 dan didapat hasil sebesar 25%;
pada periode 2 meningkat menjadi 30% dan pada periode 3 menjadi 40%.
Berdasarkan hasil survey ini dapat dilihat terdapat peningkatan persentase
jumlah masyarakat yang mengetahui perbedaan antara Expired date dan
Beyond use date obat. Peningkatan ini membuktikan adanya perubahan
anggapan masyarakat yang sebelumnya menganggap bahwa tanggal
kadaluarsa yang tercantum pada setiap kemasan obat merupakan patokan
batas akhir obat tersebut dapat digunakan baik obat dalam keadaan segel
belum terbuka maupun sudah dibuka. Selain adanya perubahan anggapan
ini, juga terdapat perubahan perilaku masyarakat yang semula hanya
menjadi pendengar pasif ketika dijelaskna mengenai beyond use date obat
menjadi lebih aktif dengan menanyakan batas kadaluarsa obat-obat lainnya
yang pernah didapat selain dari Puskesmas Wirang dan masih tersedia di
rumah.

13
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Berdasarkan data dari bulan Januari hingga Maret 2021 didapatkan persentase
hasil rata-rata sebanyak 29,41% resep merupakan resep dengan obat-obatan
yang memerlukan informasi tambahan berupa Beyond use date (BUD).
2. Hanya 10% masyarakat dari total 20 responden yang sudah mengetahui
perbedaan antara Expired date dengan Beyond use date ketika dilaksanakan pra
survey pada bulan April 2021.
3. Berdasarkan hasil survei setelah adanya inovasi pada periode 1 (Mei-Agustus
2021) didapatkan hasil sebesar 25% masyarakat sudah mengetahui perbedaan
Expired date dan Beyond use date. Pada Survei berikutnya periode 2
(September-Desember 2021) meningkat menjadi 30%. Dan pada periode 3
(Januari-April 2022) meningkat menjadi 40%.
4. Terdapat perubahan perilaku masyarakat yang semula pasif (hanya
mendengarkan informasi dari farmasis saja) menjadi lebih aktif dengan
bertanya mengenai batas kadaluarsa obat-obat lainnya yang pernah didapatkan
ataupun masih disimpan di rumah.

B. Saran
1. Petugas Farmasi Puskesmas Wirang diharapkan dapat bersama-sama terlibat
dalam kegiatan ini serta konsisten dalam melaksanakan kegiatan ini untuk
mengoptimalkan pelayanan dalam gedung.
2. Puskesmas Wirang diharapkan dapat memberikan dukungan baik secara moril
maupun materiil.
3. Inovasi “HIKAYAT SANG SEMUT” tidak hanya dapat diaplikasikan di
Puskesmas Wirang tetapi juga di sarana pelayanan kesehatan lainnya

14
BAB IV
PENUTUP

Demikian makalah inovasi ini dibuat. Semoga kegiatan ini dapat berdampak
positif dan bermanfaat bagi masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Wirang. Besar
harapan kami inovasi ini juga dapat diterapkan dan diaplikasikan tidak hanya di
Puskesmas Wirang tetapi juga di sarana pelayanan kesehatan lainnya. Tidak lupa
juga kritik dan saran yang bisa membangun terhadap kami di dalam pembuatan
makalah ini sangat kami harapkan.

Penulis,

Nadya Luthfiana, S.Farm., Apt.


NIP.19940314 201903 2 028

15
DAFTAR PUSTAKA

Herawati, Fauna. 2012. Beyond Use Date (BUD). Buletin Rasional Volume 10
Nomor 3.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2017. Cara Cerdas Gunakan Obat :


Buku Panduan Agent of Change (AoC) GeMa CerMat. Kemenkes RI. Jakarta.

The United States Pharmacopeia. 2012. Pharmaceutical Compounding-Nonsterile


Preparations. Volume II B. United States Pharmacopeia Inc : Washington
DC.
LAMPIRAN
DAFTAR BUD (BEYOND USE DATE) OBAT PUYER
Nama Obat Expired Date Beyond use date
Gliseril Guaiakolat Agustus 2023 112 Hari
Klorfeniramin Maleat Desember 2026 -
(CTM)
Dexametason Agustus 2024 200 Hari
Metil Prednisolon Maret 2023 75 Hari
Vitamin B Kompleks November 2023 135 Hari
Vitamin C April 2023 80 Hari
Salbutamol 2 mg Oktober 2022 35 Hari
Salbutamol 4 mg November 2022 45 Hari
Parasetamol Februari 2025 -
PROFIL PENYUSUN

Nama : Nadya Luthfiana


NIP : 19940314 201903 2 028
Tempat, Tanggal Lahir : Barabai, 14 Maret 1994
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Jl. Biduri 2 No. 74 RT. 17, Kel. Belimbing Raya, Kec.
Murung Pudak, Kab. Tabalong. Kode Pos 71571
Pangkat/Gol : Penata /IIIc
Jabatan : Apoteker Ahli Muda
Unit Kerja : Puskesmas Wirang
Nomor Hp : 085350426378
Email : luthfiananadya@gmail.com

Data Pendidikan
Jenjang Jurusan Tanggal Lulus Nama Sekolah
SD 30 Juni 2006 SDN 03 Belimbing Raya
SMP 20 Juni 2009 SMPN 1 Tanjung
SMA IPA 16 Mei 2011 SMAN 1 Tanjung
S1 Farmasi 07 September 2015 Universitas Lambung
Mangkurat
Profesi Apoteker 14 Desember 2016 Universitas Padjadjaran
KEPANGKATAN

SK Terhitung No SK Pangkat Gol Penempatan


Kepangkatan

Tenaga Kontrak 2 September 142 Tahun RSUD Brigjend


Apoteker 2017 2017 H. Hasan Basry
Perpanjangan 2 Januari 2018 221 RSUD Brigjend
Tenaga Kontrak Tahun2018 H. Hasan Basry
Apoteker
Perpanjangan 1 Januari 2019 227 Tahun RSUD Brigjend
Tenaga Kontrak 2019 H. Hasan Basry
Apoteker
SK CPNS 1 Maret 2019 813.3/34- III/b UPT Puskesmas
KEP.SI/BK Wirang
PP
SK PNS 1 Maret 2020 821.13/045- Penata III/b UPT Puskesmas
KEP.SI/BK Muda Wirang
PP Tingkat I
SK Kenaikan 1 April 2022 823.3/07- Penata III/c UPT Puskesmas
Pangkat PNS KEP.KP.IV/ Wirang
2022

JABATAN FUNGSIONAL

SK Jafung Terhitung No SK Jabatan

SK 1 Juni 2020 821.2/280- Apoteker Ahli


Pengangkatan KEP.SI/BKPP Pertama
Pertama Dalam
Jabatan Apoteker
SK Kenaikan 1 Februari 821.2/037- Apoteker Ahli Muda
dalam Jabatan 2022 KEP.MPKA/BKPSDM
Fungsional
Apoteker

PENANGGUNG JAWAB PROGRAM

SK PJ Program No SK Jabatan

SK Penanggung 445/044/Kes- - Penanggung Jawab


Jawab Program PKM.WR/2019 Pelayanan Kefarmasian
dan Pelayanan
SK Penanggung 445/002/Kes- - Penanggung Jawab
Jawab Program PKM.WR/2020 Pelayanan Kefarmasian
dan Pelayanan
SK Penanggung 445/002/Kes- - Penanngung Jawab
Jawab Program PKM.WR/2021 Pelayanan Kefarmasian
dan Pelayanan - Pusling
SK Penunjukan 445/004/Kes- - Pengelola Aplikasi SMILE
Tenaga Pengelola PKM.WR/2021
Aplikasi SMILE

SASARAN KERJA PNS

Sasarann Kerja Jangka Waktu Penilaian Prestasi


Pegawai (SKP) Penilaian Kerja ASN

49.37 01 Januari s/d 81.53


Desember 2019
50.03 01 Januari s/d 82.27
Desember 2020
50.23 01 Januari 2021 s/d Juni 82.55
2021
58.81 01 Juli 2021 s/d 94.00
Desember 2021

DATA PELATIHAN
Nama Diklat Tanggal
Prajabatan/ Latsar CPNS 04 September 2019
Pelatihan Pelayanan Kefarmasian Bagi Tenaga 10 – 28 Agustus 2020
Kefarmasian di Puskesmas – Gelombang I
Pelatihan Berbasis Kompetensi Penyuluh 25 – 27 Oktober 2021
Keamanan Pangan (PKP)

Anda mungkin juga menyukai