Anda di halaman 1dari 2

DISKUSI 2

PRAKTIKUM BIOKIMIA KLINIK

Ibu Safarina (76 tahun, 165 cm, 87 kg) dengan riwayat gagal ginjal kronis dan long-standing
hypertension, dirawat karena Tindakan operasi terkait fusi lumbal posterior L2-L5. Pasien
mengalami periode hipotensi intraoperatif yang bersambung hingga periode pasca operasi
dan memerlukan perawatan sementara dengan pressor agent. Beberapa jam setelah operasi
EKG rutin menunjukkan perubahan gelombang-T pada sadapan lateral, dan kemudian left
bundle branch block (LBBB) baru. Tidak ada EKG sebelumnya untuk perbandingan. Saat itu
pasien tidak mengalami nyeri dada, sesak napas atau gejala lainnya. Pemeriksaan fisiknya
biasa-biasa saja, kecuali untuk suara jantung ketiga yang baru. Tidak ada riwayat kejadian
jantung sebelumnya. Hasil set pertama enzim jantung (CK, CK-MB, troponin I) konsisten
dengan infark miokard baru (MI).
Riwayat medis sebelumnya juga signifikan untuk hiperlipidemia, asam urat, deep vein
thrombosis (DVT) tungkai kanan, operasi punggung ganda, penggantian lutut bilateral dan
pengangkatan katarak.
Obat-obatan termasuk allopurinol, trazodone, pravachol, aspirin, verapamil dan lisinopril.
Pasien tidak mengonsumsi alkohol dan tidak merokok. Ayahnya meninggal pada usia 60 tahun
karena infark miokard.
Pasien tetap asimtomatik, dan EKG selanjutnya menunjukkan irama sinus normal, dengan
LBBB persisten (Tabel 1). Set enzim jantung yang berulang memastikan adanya MI (Tabel 2).
Ekokardiogram transtoraks menunjukkan hipertrofi ventrikel kiri dan hipokinesis global.
Regimen medis disesuaikan dan pasien dipindahkan untuk rehabilitasi jantung.

Hari Hasil EKG


1 (3 sore) Kelainan gelombang ST-T kompatibel dengan iskemia lateral
1 (9 malam) LBBB dan sinus takikardia
2 (6 pagi) Penundaan konduksi intraventrikular nonspesifik dan kelainan gelombang T
yang kompatibel dengan iskemia lateral
2 (4 sore) Pola infark septum, usia belum ditentukan. Kelainan ST sesuai dengan cedera
subendokard lateral atau infark. Kelainan ST lebih ditandai dari kelainan
gelombang T sebelumnya, dan ST baru.
3 (7 pagi) Irama sinus normal. Cacat konduksi ventrikel kiri. Dibandingkan dengan
takikardia supraventrikular hari ke-2 tidak ada lagi dan durasi QRS telah
menurun.
7 (7 pagi) Irama sinus normal dengan kompleks ektopik prematur. LBBB dengan kelainan
repolarisasi terkait. Dibandingkan hari ke-3, tidak ada perubahan signifikan

Kesimpulan EKG: hasil inkonklusif dan nonspesifik, dugaan AMI masih premature
Dokter kemudian melalukan analisis protein dan enzim kardiak (CK, CK-MB, troponin I) dan
didapatkan hasil sebagai berikut:

T CPK MB CPK RI TROPONIN I


Hari Waktu (normal 0-200 (normal <7 (normal (normal < 1.5
IU/L) IU/L) <3) ng/mL)

1 00:15 AM 1494 33.9 2.3 66.6

1 10:40 AM 1544 54.2 3.5 83.1

1 05:24 PM 2286 64.5 2.8 125.7

2 11:40 PM 2536 65.4 2.6 141.7

Poin Diskusi:
1. Gagal ginjal kronis
2. Hipertensi
3. Hiperlipidemia
4. Asam urat
5. Deep vein thrombosis
6. Analisis enzim
7. Allopurinol, trazodone, pravachol, aspirin, verapamil dan lisinopril

Anda mungkin juga menyukai