Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH INTERNET OF THINGS

“Perkembangan IoT di Indonesia”

Oleh:

Eko Timatius Luanmasa 105821104021

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR


PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaiakan makalah berjudul “Internet
of Things”. Makalah ini ditujukan agar dapat memberikan manfaat yang
seoptimalnya bagi para pembaca.

Harapan kami, makalah ini dapat menjadi salah satu media yang menarik
untuk dibaca dan mudah dipahami oleh seluruh pembaca. Tentunya ada hal-hal
yang ingin kami berikan kepada pembaca dari hasil mkalah ini. Karena itu kami
berharap semoga makalah ini dapat menjadi sesuatu yang berguna bagi kita
bersama.

Penulis menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun guna meyempurnakan makalah ini. Penulis berharap
semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca
pada umumnya.

Makassar, 19 November 2022

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...................................................................................

KATA PENGANTAR................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................1

1.1 Latar Belakang.....................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.................................................................................2

1.3 Manfaat.................................................................................................2

1.4 Tujuan.................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................3

2.1 Engertian Internet of Things ................................................................3

2.2 Prinsip Kerja IoT...................................................................................5

2.3 Operator dan Vendor Pemain IoT di Indonesia ..................................5

2.4 Tahap perkembangan teknologi IoT di Indonesia ...............................6

2.5 Peraturan pemerintah mengenai teknologi IoT ..................................17

BAB III PENUTUP.................................................................................22

3.1 Kesimpulan.........................................................................................22

3.2 Saran...................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................23


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Semakin pesatnya perkembangan teknologi seperti saat ini, banyak
seseorang yang sangat bergantung pada smartphone miliknya, sehingga
menimbulkan istilah “Era Masyarakat Digital”. Dengan adanya istilah ini,
maka penggunaan smartphone dalam kehidupan sehari-hari sangatlah penting
untuk menunjang produktifitas seseorang. Ditambah lagi dengan mulai
munculnya gagasan dibangunnya konsep smartcity di Indonesia, yang dalam
hal ini membutuhkan koneksi internet yang stabil dalam suatu kota.

Dalam konsep smartcity sendiri, suatu kota bisa disebut smartcity


apabila semua fasilitas-fasilitas yang ada pada kota tersebut sudah terintegrasi
satu sama lain dengan menggunakan koneksi internet yang stabil. Selain itu,
masyarakat yang tinggal pada kota tersebut juga harus sudah mulai paham
cara menggunakan smartphone dengan maksimal, agar konsep smartcity yang
ideal dapat terwujud. Agar dapat terciptanya suatu konsep smartcity yang
ideal maka perlu dibutuhkan suatu konsep yang dapat mengintegrasikan
fasilitas- fasilitas yang ada dikota tersebut dengan internet, konsep tersebut
adalah konsep Internet of Things. Internet of Things adalah sebuah gagasan
dimana semua benda di dunia nyata dapat berkomunikasi satu dengan yang
lain sebagai bagian dari satu kesatuan sistem terpadu menggunakan jaringan
internet sebagai penghubung.
1.2 Rumusan Maslah
Dari latar belakang diatas, maka permasalahan tersebut dapat dirumuskan
sebagai berikut:
1. Apa itu Internet of Things?
2. Bagaimana Operator dan Vendor Pemain IoT di Indonesia?
3. Bagaimana Tahapan perkembangan teknologi IoT di Indonesia?
4. Bagaimana Pembahasan peraturan pemerintah mengenai teknologi IoT?

1.3 Manfaat
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Menghasilkan artikel yang bermanfaat bagi pembelajaran Mata Internet of
Things

1.4 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui prinsip kerja Internet of Things.
2. Mengetahui perkembangan teknologi Internet of Things di Indonesia.
3. Mengetahui implementasi Internet of Things dalam kehidupan sehari-hari
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Internet of Things

Pada dasarnya internet of things atau sering disebut IoT adalah sebuah
gagasan dimana semua benda di dunia nyata dapat berkomunikasi satu dengan
yang lain sebagai bagian dari satu kesatuan sistem terpadu menggunakan jaringan
internet sebagai penghubung. misalnya CCTV yang terpasang di sepanjang jalan
dihubungkan dengan koneksi internet dan disatukan di ruang kontrol yang
jaraknya mungkin puluhan kilometer, atau sebuah rumah cerdas yang dapat
dimanage lewat smartphone dengan bantuan koneksi internet. pada dasarnya
perangkat IoT terdiri dari sensor sebagai media pengumpul data yang
disambungan internet sebagai media komuniakasi dan server sebagai pengumpul
informasi yang diterima sensor dan untuk analisa. gagasan IoT dikemukakan
pertama oleh Ashton pada tahun 1999 ,berikut kutipan pernyataan nya
Pada bulan Juni 2009 Ashton berkomentar.
“Hari ini komputer dan manusia, hampir sepenuhnya tergantung pada
Internet untuk segala informasi yang semua terdiri dari sekitar 50 petabyte (satu
petabyte adalah 1.024 terabyte) data yang tersedia pada Internet dan pertama
kali digagaskan dan diciptakan oleh manusia. Dari mulai mengetik, menekan
tombol rekam, mengambil gambar digital atau memindai kode bar.
Diagram konvensional dari Internet meninggalkan router menjadi bagian
terpenting dari semuanya. Masalahanya adalah orang memiliki waktu, perhatian
dan akurasi terbatas. Mereka semua berarti tidak sangat baik dalam menangkap
berbagai data tentang hal di dunia nyata. Dan itu adalah masalah besar. Dari
segi fisik dan begitu juga lingkungan kita. Gagasan dan informasi begitu penting,
tetapi banyak lagi hal yang penting. Namun teknologi informasi saat ini sangat
tergantung pada data yang berasal dari orang-orang sehingga komputer kita tahu
lebih banyak tentang semua ide dari hal-hal tersebut.
Jika kita memiliki komputer yang begitu banyak tahu tentang semua hal
itu. Menggunakan data yang berkumpul tanpa perlu bantuan dari kita. Kita dapat
melacak dan menghitung segala sesuatu dan sangat mengurangi pemborosan,
kerugian, dan biaya. Kita akan mengetahui kapan hal itu diperlukan untuk
mengganti, memperbaiki atau mengingat, dan apakah mereka menjadi terbarui
atau melewati yang terbaik disini sertan ya!.
Internet of Things memiliki potensi untuk mengubah dunia seperti pernah
dilakukan oleh Internet, bahkan mungkin lebih baik. (Ashton,2009)
Penelitian pada Internet of Things masih dalam tahap perkembangan. Oleh
karena itu, tidak ada definisi standar dari Internet of Things. Terdapat juga
berbagai definisi yang dirumuskan oleh peneliti yang berbeda serta tercantum
dalam survei.”
2.2 Prinsip kerja
Dasar prinsip kerja perangkat IoT adalah, benda di dunia nyata diberikan
identitas unik dan dapat dikali di sistem komputer dan dapat di representasikan
dalam bentuk data di sebuah sistem komputer.Pada awal-awal implementasi
gagasan IoT pengenal yang digunakan agar benda dapat diidentifikasi dan dibaca
oleh komputer adalah dengan menggunakan kode batang (Barcode), Kode QR
(QR Code) dan Identifikasi Frekuensi Radio (RFID). dalam perkermbangan nya
sebuah benda dapat diberi pengenal berupa IP address dan menggunakan jaringan
internet untuk bisa berkomunikasi dengan benda lain yang memiliki pengenal IP
address.

Cara Kerja Internet of Things yaitu dengan memanfaatkan sebuah


argumentasi pemrograman yang dimana tiap-tiap perintah argumennya itu
menghasilkan sebuah interaksi antara sesama mesin yang terhubung secara
otomatis tanpa campur tangan manusia dan dalam jarak berapa pun.Internetlah
yang menjadi penghubung di antara kedua interaksi mesin tersebut, sementara
manusia hanya bertugas sebagai pengatur dan pengawas bekerjanya alat tersebut
secara langsung
.
2.3 Operator dan Vendor Pemain IoT di Indonesia
Operator dan vendor pemain di perusahaan pengembang teknologi internet
of things bisa bekerja sama untuk menyediakan solusi internet of things yang
lengkap sesuai kebutuhan perusahaan calon pengguna.
Bisnis layanan solusi internet of things di Indonesia memasuki tahapan komersial
setelah pemerintah menerbitkan aturan penggunaan frekuensi dan standar
perangkat. Secara garis besar, ada dua jenis teknologi internet of things (IoT) yang
kini tersedia untuk berbagai macam fungsi dan jenis bisnis yaitu narrow band IoT
(NB-IoT) dan low power wide area (LPWA). Teknologi NB-IoT memanfaatkan
frekuensi yang dikuasai oleh operator seluler, sedangkan teknologi LPWA
memanfaatkan frekuensi yang bisa digunakan bersama (unlicensed) di rentang
920
MHz—923 MHz.
Sekretaris Jenderal Asosiasi IoT Indonesia Fita Indah Maulani
mengatakan, perusahaan yang memanfaatkan NB-IoT dan LPWA bisa bekerja
sama untuk menyediakan solusi yang lengkap sesuai kebutuhan konsumen.
Berdasarkan dokumen Grand Design IoT, industri IoT memiliki lima ekosistem
yaitu penyedia perangkat, penyedia jaringan, penyedia platform, penyedia
aplikasi, dan pengguna aplikasi IoT yang disediakan oleh penyedia aplikasi.
Sekurangnya terdapat lima model bisnis yang dapat diterapkan dalam kerja sama
antara operator dengan perusahaan IoT LPWA.
Pertama, pemain A yang umumnya dilakukan oleh operator
telekomunikasi, mengoperasikan perangkat, jaringan, platform dan penyedia
aplikasi serta melayani pelanggan aplikasi secara langsung. Kedua, pemain A
mengoperasikan perangkat, jaringan dan platform, sedangkan pemain B
mengoperasikan aplikasi dan melayani pelanggan aplikasi. Operator
telekomunikasi bertindak sebagai pemain A Sementara penyedia layanan lainnya
bertindak sebagai pemain B. Ketiga, pemain A beroperasi dalam ranah jaringan
dan platform, sementara pemain B beroperasi pada perangkat dan aplikasi serta
melayani pelanggan aplikasi. Keempat, pemain A hanya mengoperasikan jaringan
dan pemain B mengoperasikan perangkat dan platform dengan mengembangkan
aplikasi untuk pelanggan.
Kelima, pemain A hanya mengoperasikan jaringan, sedangkan pemain B
mengoperasikan platform dan pemain C mengoperasikan perangkat dan
mengembangkan aplikasi untuk pelanggan. Operator bertindak sebagai pemain A,
sedangkan penyedia layanan lainnya berindak sebagai pemain B dan secara
vertikal saling berintegrasi sebagai pemain C.

2.4 Tahap perkembangan teknologi IoT di Indonesia

Internet of things adalah teknologi mendapat julukan “The Next Big


Thing”, karena potensinya yang diyakini akan mengubah dunia dengan
menciptakan jaringan raksasa yang menghubungkan berbagai perangkat melalui
jaringan perangkat. Semakin banyak negara yang mengembangkan teknologi IoT
agar tidak tertinggal dengan kemajuan jaman. Bagaimana dengan perkembangan
IoT di tanah air?
Di Indonesia adopsi teknologi internet of things mulai marak pada tahun
2018 seiring dengan hadirnya beberapa perangkat IoT seperti GPS tracker dan
smar twatch. Diperkirakan jumlah perangkat IoT pada tahun 2021 akan lebih
banyak ketimbang jumlah ponsel pintar yang beredar di Indonesia. Dengan kata
lain, perkembangan internet of things di Indonesia akan terus bertambah secara
masif.
Seperti yang disampaikan oleh Direktur Proteksi Ekonomi Digital BSSN,
Anton Setiyawan, pada Oktober 2020 lalu sudah ada sekitar 31 juta perangkat IoT
yang terhubung dan diperkirakan jumlah ekosistem IoT pada 2021 akan lebih
banyak ketimbang jumlah ponsel pintar yang beredar di Indonesia.
Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Johnny G. Plate juga
terus mendorong pemerintah daerah untuk memanfaatkan teknologi digital,
termasuk Internet of Things (IoT), dalam membuat terobosan baru atau smart
solution. Hal ini disampaikan dalam Indonesia Smart City Conference, Forum
Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE) dan Pameran Smart City, di
ICE BSD Tangerang
Di Indonesia, jumlah perangkat IoT diperkirakan mencapai 400 juta
perangkat di tahun 2022, dan akan meningkat menjadi 678 juta perangkat tahun
2025 dengan hadirnya 5G. Johnny menambahkan, nilai pangsa pasar IoT di
Indonesia juga akan mengalami peningkatan dari Rp 355 triliun di 2022, mencapai
Rp 557 triliun di tahun 2025.
Dari uraian di atas kita bisa melihat bahwa penggunaan teknologi internet
of things di Indonesia akan terus berkembang dan akan melaju lebih cepat lagi
dengan 5G. Adopsi IoT di berbagai bidang industri akan membantu
menyelesaikan berbagai permasalahan, serta semakin gencarnya konsep smart city
dan smart home turut mendorong masuk teknologi IoT ke kehidupan sehari-hari.
Teknologi Internet of Things (IoT) lima tahun ke belakang cukup populer
karena termasuk satu dari beberapa komponen strategi yang mendukung industri
4.0. Secara sederhana, teknologi IoT memungkinkan berbagai jenis alat elektronik
untuk bisa saling berkomunikasi—melakukan perputaran data, baik antar sesama
perangkat maupun dengan sistem atau aplikasi.
Tahun lalu pemerintah melalui Kemkominfo mengeluarkan regulasi
mengenai penggunaan frekuensi LoRA WAN seperti yang tertuang dalam
Peraturan Direktur Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika
(Dirjen SDPPI) Nomor 3 Tahun 2019 tentang Persyaratan Teknis Alat dan/atau
Perangkat Telekomunikasi Low Power Wide Area.
Para pemain solusi berbasis IoT mengapresiasi regulasi ini. Hanya saja
masih ada beberapa regulasi yang diharapkan untuk segera hadir, termasuk
memberikan keringanan biaya masuk atau impor untuk spare part atau bahan
mentah yang didatangkan dari luar negeri. Kebijakan keringanan ini dinilai dapat
mendorong industri IoT berkembang lebih cepat mengingat banyak perangkat
yang masih didatangkan dari luar negeri, khususnya Tiongkok.

a. Meregulasi pemain asing dan kemudahan impor


Salah satu startup di sektor ini adalah Habibi Garden, yang selama
dua tahun terakhir fokus membantu kelompok tani di Jawa Barat. CEO
Habibi Garden Irsan Rajamin kepada DailySocial mengatakan, kebijakan
penting cukup penting. Adanya pajak khusus untuk meringankan tarif akan
memberikan stimulus positif bagi para pemain IoT di Indonesia.
Hal senada disampaikan Chief of Product eFishery Krisna Aditya.
Ia menyampaikan bahwa untuk mendukung startup lokal berkembang
setidaknya harus ada regulasi yang membatasi produk-produk IoT dari luar
untuk memberikan ruang pemain lokal menggarap pasar yang ada di
Indonesia.
Regulasi seperti TKDN yang memihak startup Indonesia juga
dibutuhkan. Kemudian insentif pajak atau kemudahan melakukan impor
part-part yang dibutuhkan untuk mengembangkan produk IoT juga sangat
penting. Hampir semua part yang dibutuhkan dalam mengembangkan IoT
masih impor jadi ketika proses impor ini dipermudah dengan tujuan untuk
kembangkan startup di Indonesia maka itu akan membuka lapangan
pekerjaan baru yang ada di Indonesia.
Perangkat HabibiGrow dari Habibi Garden

Hal ini diamini Co-Founder & CEO DycodeX Andri Yadi. Ia


menyampaikan bahwa pemotongan tarif impor ini memang dapat
memberikan dampak positif bagi industri IoT. Hanya saja untuk
meregulasinya tidak mudah. Membutuhkan waktu dan tenaga untuk
mendata banyak sekali perangkat jika nantinya akan dipaksa keringanan.

b. Sepenggal cerita pemain lokal


Asosiasi IoT Indonesia atau ASIoTI cukup optimis dengan peluang
industri IoT di Indonesia. Bahkan pada akhir 2019 silam mereka
menargetkan 200 juta sensor pada tahun 2020 ini. Target ini diperkirakan
agak meleset karena adanya pandemi Covid-19, namun perkembangannya
tetap memberi potensi dan peluang untuk banyak hal.
Selain otomasi di bidang industri, sejumlah solusi di sektor
pertanian dan perikanan bisa dioptimalkan. Habibi Garden dan Smar
Ternak (salah satu solusi dari DycodeX) memiliki solusi yang hampir
mirip, tetapi diterapkan untuk dua hal yang berbeda. Habibi Garden untuk
sektor pertanian dan Smarternak untuk sektor peternakan.
Service, khususnya untuk sektor pertanian. Mereka membantu para
petani untuk mengoptimalkan cara kerja mereka melalui perangkat IoT.
Baik mereka ada di lahan terbuka atau di dalam rumah kaca .
c. Penerapan perangkat SmartTernak
Beberapa perangkat yang dikembangkan Habibi Garden antara lain
alat untuk memonitor kondisi media tanam, alat yang bisa dikontrol jarak
jauh untuk memberikan pupuk, udara, pestisida, dan semacamnya, serta
beberapa perangkat lainnya.
Mereka akan memproduksi 200 sensor yang dipaketkan untuk 20
kelompok tani di Jawa Barat. Alat yang kita gunakan antara lain sistem
penyiraman otomatis, sistem pendinginan untuk rumah kaca , sistem
pemantauan cuaca dan media tanam. Dengan alat ini petani bisa
mengetahui dengan pasti kapan harus melakukan penyirapan dan
pemumukan, dengan ini petani bisa mendapatkan efisiensi ongkos
produksi dan tenaga kerja.
Hal yang sama dilakukan SmartTernak. Masih fokus di Jawa Barat,
saat ini Smarternak sudah mulai fokus monetisasi dan implementasi. Dari
segi perangkat ada yang dipakaikan di sapi, ada yang dipasang ke kandang.
Yang dipasang di kandang merupakan sensor suhu dan suplai udara. Kalau
dipakaikan di ternak itu untuk keperluan tracking activity , berapa lama dia
makan, berapa lama dia tidur
Ada pula eFishery, startup yang salah satu unit bisnisnya
mengembangkan perangkat IoT untuk memudahkan pemberian makan
ikan dan udang. Startup ini sudah mengembangkan puluhan ribu perangkat
yang dipasang di kolam-kolam petani ikan/udang di 120 kota/kabupaten di
seluruh Indonesia.

Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) memprediksi bahwa


ditahun 2021 pengguna Internet of Things (IoT) akan lebih banyak
dibandingkan dengan pengguna Smartphone yang terkoneksi. Hal itu
diyakikini oleh Direktur Proteksi Ekonomi Digital BSSN, Anton
Setiyawan bahwa perkembangan Internet of Things (IoT) ditahun 2021
akan semakin banyak dan luas.
IoT secara sederhana dapat dipahami pada sebuah konsep ketika
segala rupa perangkat yang terkoneksi dengan internet terhubung satu
dengan yang lain. Anton menjelaskan bahwa IoT mulai marak di Indonesia
pada tahun 2018 dengan beragam perangkat seperti smart watch. Namun
dalam penggunaannya masih meluas sering perkembangan smar tcity.
Perkembangan smart city membuat adanya perbandingan dengan smart
light.

Mengenai perkembangan IoT, pada tahun 2014 diperkirakan 16


miliar perangkat yang terkoneksi dan diperkirakan tahun 2021 itu menjadi
28 miliar. Tetapi saya cek tadi pagi, itu di 2020 sudah 31 miliar
perangkat,” jelas Anton, dalam acara BSSN-Huawei Cyber Hunt dengan
tema
‘Cybersecurity for IoT’,
Perkembangan IoT di Indonesia juga sudah termasuk jauh dan
diperkirakan pada tahun 2021 jumlah perangkat yang terkoneksi ke
internet atau IoT lebih banyak daripada jumlah smartphone yang
terkoneksi. Hal itu menjadi perkembangan yang begitu masif, termasuk di
Indonesia sendiri.

d. Teknologi iot dalam sektor kesehatan


Teknologi Internet of Things juga masuk ke dalam sektor
kesehatan seperti alat memonitor tekanan darah, alat pacu jantung hingga
memasukin sektor militer seperti drone. Anton menilai persiapan Indonesia
mengenai penggunaan IoT hampir semua berkaitan dengan industri.
Karena sebelumnya industri lebih banyak dikendalikan secara manual dan
sekarang menjadi bentuk revolusi industri menuju Industri 4.0.
Dilansir dari Tribunnews.com, hal lain menjadi tantangan terbaru
bagi Indonesia. apabila teknologi telah tersedia, akankah bangsa Indonesia
siap untuk memonitor dan menggerakan teknologi tersebut? Anton
menjelaskan bahwa tentunya Sumber Daya Manusia (SDM) tentunya harus
tetap dilatih dan dikembangkan agar dapat mengawaki teknologi tersebut.
Seperti yang disampaikan bapak Presiden untuk memperkuat sumber daya
manusia. BSSN sendiri sedang membangun standar kompetensi nasional
Indonesia bidang keamanan siber. Sehingga jika industri sudah siap maka
masyarakt juga sudah harus siap dan yang menggunakan teknologi pun
juga harus siap.
Perkembangan teknologi informasi mendorong perubahan zaman
yang semakin pesat. Pada era revolusi industri 4.0, kita mungkin sering
mendengar istilah Internet of Things (IoT). Kedepannya, potensi market
place dari IoT ini akan semakin besar. Untuk itu pemerintah sendiri telah
mencanangkan program Making Indonesia 4.0 yang salah satu
kompenennya ialah IoT.
IoT sendiri dapat diartikan sebagai aktivitas antara manusia dan
benda (things), benda dengan benda, seperti sensor, robot, platform, dan
cloud yang terhubung melalui protokol komunikasi standar untuk saling
menerima atau mengirimkan informasi sehingga memungkinkan proses
kerja tertentu menjadi lebih efisien.

e. Perkembangan IoT dalam sektor pendidikan


Menurut Prof.Dr.Ir. Suhono Harso Supangkat M.Eng., Guru Besar
pada KK Teknologi Informasi, Sekolah Teknik Elektro dan Informatik
ITB, potensi IoT di Indonesia sangatlah besar. Namun tentu saja, selain
ada peluang juga ada tantangan yang harus dihadapi, misalnya masalah
pemerataan infrastruktur jaringan dan kondisi geografi.
Ada sejumlah kompenen dalam pengembangan IoT yang sangat
berpengaruh, pertama adalah manusia. Komopnen ini mencakup SDM
yang mampu mendukung pengembangan IoT, dampak IoT bagi dunia
kerja di masa depan, dan perubahan budaya yang diakibatkan oleh
kehadiran IoT.
Kemudian yang kedua adalah teknologi. Komponen ini mencakup
bagaimana benda-benda seperti sensor, cloud, platform, robot dan lainnya
terhubung melalui protokol dan algoritma tertentu. Dan ketiga adalah tata
kelola. Dalam aspek ini komponennya mencakup regulasi, model bisnis,
dan pengembangan peran antar masing-masing pihak yang berkepentingan
dalam pengembangan IoT di Indonesia.
Indonesia saat ini sedang gencar-gencarnya dalam pengembangan
IoT sebagai salah satu wujud dari rencana Making Indonesia 4.0, di mana
dengan IoT, setiap hal bisa saling berkoneksi atau terhubung satu sama
lainnya,” kata Prof. Suhono diwawancara Humas ITB belum lama ini.
Menurut Prof. Suhono, cepat atau lambatnya perkembangan IoT di
Indonesia dipengaruhi oleh kualitas SDM di suatu wilayah. Namun
Indonesia sudah menargetkan potensi pasar IoT di tahun 2022 dan 2025
sampai triliunan rupiah. “Penerapan IoT di Indonesia bisa diterapkan
dalam aspek transportasi, mobil listrik, kesehatan, dan lingkungan.

f. Peran Penting Lab IoT ITB


Institut Teknologi Bandung sebagai perguruan tinggi teknik tertua
di Indonesia, memiliki peranan penting dalam perkembangan IoT. Untuk
itu, pada Februari 2019 lalu, telah diresmikan “Internet of Things (IoT)
and Future Digital Economy Laboratorium” sebagai wujud merespon
perkembangan dunia digital. “Lab tersebut didirikan dalam rangka
mendorong inovasi dan kemajuan dalam bidang ekonomi digital, terutama
di era industri 4.0,” ucap Taufiqurrahman Akmal, salah satu tim di Lab IoT
ITB.
Dijelaskan Akmal, target dari Lab ini adalah menjadi IoT market
space, di mana salah satu kegiatannya adalah mengenai riset, memberikan
workshop atau pelatihan mengenai IoT. Selain itu, target lainnya ialah
menjadi penentu standard device IoT di Indonesia. Sehingga riset yang
dikembangkan di lab ini bukan hanya menjadi riset saja tapi juga dapat
diimplementasikan dan digunakan dalam skala yang lebih besar lagi.
Dia optimistis target tersebut dapat tercapai sebab pemerintah telah
menargetkan sebanyak 400.000 sensor terpasang di Indonesia, dan
dipasang di 440 kota di Indonesia. Targetnya itu, dijelaskan Akmal, akan
rampung di
2022. ”Jadi kalau bicara potensi IoT di Indonesia itu pasti akan sangat
besar sekali,” tambahnya.

g. Dukungan Operator Telekomunikasi dalam Pengembangan IoT


di Indonesia
Perlunya kolaborasi pihak operator, pemerintah dan pembuat
produk untuk munculnya inovasi yang relevan. Banyak alasan mengapa
hingga saat ini pihak operator telekomunikasi sebagai mitra paling relevan
untuk pengembangan IoT di Indonesia belum berjalan maksimal. Salah
satunya masih sedikit data yang bisa dibagikan kepada pihak terkait untuk
mengembangkan teknologi tersebut.
Dalam acara Asia IoT Business Platform 2019 di Jakarta hari ini
(28/08), Dirjen Kominfo Ismail MT mengungkapkan, diperlukan
dukungan dan keterlibatan operator telekomunikasi untuk dapat
mempercepat pertumbuhan inovasi teknologi IoT saat ini. Bukan hanya
dari sisi ide dan potensi, namun juga data pengolahan analitik yang sudah
banyak dikumpulkan oleh pihak operator.
Menanggapi persoalan tersebut SVP - EGM Digital Service
Telkom Indonesia Joddy Hernandy mengungkapkan, masih sedikitnya data
yang dikumpulkan oleh operator untuk pengembangan masih menjadi
kendala. Meskipun saat ini data yang dimiliki oleh operator telekomunikasi
sudah banyak dikumpulkan, namun belum bisa menjadi sumber daya yang
bisa dikembangkan oleh pemerintah hingga pihak terkait untuk membantu
UKM.
Menurut Chief Business Officer Indosat Ooredoo Intan Abdams
Katoppo, mengapa data masih sulit untuk dikumpulkan karena saat ini
kebanyakan data yang disimpan di layanan cloud computing adalah milik
asing dan tidak dimiliki oleh pihak lokal. Untuk itu terlebih dahulu, pihak
operator masih memiliki rencana dan roadmap untuk bisa mengolah
analisis data untuk mendukung pengembangan IoT di Indonesia.

1. Kurangnya talenta digital


Masalah lain yang juga dibahas dalam acara Asia IoT Business
Platform 2019 adalah kekurangan talenta digital yang bisa
mengembangkan inovasi dan produk IoT. Sementara dari pihak
operator, ketika data sudah terkumpul, mereka mengklaim masih
kesulitan untuk mengolah data karena masih sedikitnya jumlah data
scientist hingga data analyst yang berkualitas. Untuk itu menjadi
pekerjaan rumah bagi pemerintah agar bisa mencetak talenta digital
yang relevan untuk bisa membantu pihak terkait mengembangkan
teknologi IoT.
Salah satu upaya yang diklaim telah dikembangkan oleh
Indosat Ooredoo adalah membangun strategi kemitraan dengan
universitas hingga pencipta produk atau pembuat produk untuk dapat
berkolaborasi memanfaatkan sumber daya yang ada dalam pengolahan
data hingga penerapan teknologi IoT pada khususnya.
Salah satu upaya yang bisa dimaksimalkan oleh pihak terkait
adalah dengan menciptakan Co-Creation, artinya ada sebuah wadah
yang bisa memayungi mereka yang memiliki ide hingga solusi yang
relevan memanfaatkan IoT.

2. Kondisi konektivitas saat ini


Secara umum saat ini koneksi yang masih banyak
dimanfaatkan oleh operator untuk teknologi IoT adalah 4G. Untuk
jaringan 5G sendiri yang diklaim bakal membantu teknologi IoT
berkembang lebih baik belum bisa diterapkan karena berbagai kendala
dan hambatan yang ada. Namun demikian pihak Indosat Ooredoo
dalam hal ini, berupaya untuk meningkatkan Latensi 4G agar dapat
dimanfaatkan pihak terkait yang ingin mengembangkan teknologi IoT.
Telkomsel sendiri baru-baru ini telah meresmikan kerja sama
strategi mereka dengan armada taksi listrik Bluebird (e-taxi).
Implementasi IoT Telkomsel ke dalam ekosistem digital Bluebird
merupakan wujud komitmen perseroan dalam mendukung visi Making
Indonesia 4.0 dari pemerintah. IoT Control Center dianggap mampu
memperkuat ekosistem IoT secara menyeluruh melalui berbagai
perangkat yang saling terkoneksi di dalam jaringan Bluebird. Salah
satunya IoT Bluebird yang akan menjadi solusi pengganti Fleety
sebagai perangkat penghitung argo, serta receiver pesanan berbasis
jaringan 2G yang selama ini dipakai armada Bluebird.

2.5 Peraturan pemerintah mengenai teknologi IoT


Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) berencana
menerbitkan regulasi Internet of Things (IoT) pada awal 2019. Setelah regulasi ini
terbit, teknologi IoT diproyeksi bakal diadopsi masif oleh industri dalam negeri.
Kementerian Kominfo mengkaji regulasi ini sejak 2017 lalu. Setidaknya ada tiga
persoalan yang membuat pembahasannya menjadi berlarut-larut, yakni standar
frekuensi, perangkat dan Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN).
"Pemerintah maunya IoT dimanfaatkan untuk berbagai macam sektor, dari pelaku
besar sampai kecil. Di lain kesempatan, Direktur Standardisasi Perangkat Pos dan
InformatikaDitjen SDPPI Mochamad Hadiyana menjelaskan, IoT memiliki lima
lapisan yakni layanan atau aplikasi; platform, network, device, dan keamanan.
Menurutnya, perkembangan IoT memperbesar kekhawatiran tentang
potensi peningkatan pelacakan data sensitif atau pribadi. "Trust adalah atribut
yang memberikan jaminan bahwa informasi identitas pribadi pengguna akhir
dilindungi dan hanya digunakan untuk tujuan yang disepakati. Hal ini menjadi
sangat penting untuk keberhasilan adopsi IoT di Indonesia
Sementara itu, CEO PT DyCodeX Teknologi Nusantara Andri Yadi
optimistis, IoT bakal diadopsi masif setelah regulasi itu keluar. "Belum ada adopsi
masif karena regulasinya belum ada," kata dia. Sektor energi terutama listrik,
transportasi, dan agrikultur menurutnya bakal lebih dulu mengadopsi teknologi
ini.
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto pun memperkirakan, sekitar 400
juta perangkat sensor terkait IoT terpasang di Indonesia pada 2030. Dari jumlah
tersebut, 16% dipasang oleh industri manufaktur; 15% di sektor kesehatan; 11%
asuransi; 10% perbankan dan sekuritas; 8% sektor retail, gosir, perbaikan
komputer; 7% di pemerintahan; 6% transportasi; 5% utilities; 4% real estate dan
agrikultur; sisanya, 3% untuk perumahan dan lainnya.
Sejalan dengan hal itu, perekonomian Indonesia diperkirakan masuk 10
besar dunia pada 2030. Sebab, anggaran untuk riset dan penelitian diperkirakan
mencapai 2% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Di satu
sisi, teknologi bisa meningkatkan produktivitas dua kali lipat. "Saat itu, net
ekspor (ekspor dikurangi impor) 10% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB),"
Dirjen Sumber Daya, Perangkat dan Pos Informatika Kementerian
Komunikasi dan Informatika, Ismail, mengatakan bahwa pihaknya sudah
memiliki rancangan umum untuk merumuskan regulasi Internet of Things (IoT).
Untuk itu, Kominfo meminta masukan pada semua pemegang kepentingan untuk
mendiskusikan hal-hal yang perlu diregulasi dalam ekosistem IoT.
Regulasi diperlukan sebagai dasar hukum untuk menanggulangi risiko
dalam pengaplikasian IoT. Belakangan ada tren untuk menaruh koneksi internet di
berbagai perangkat. Dengan demikian, satu perangkat dengan perangkat lain bisa
saling terhubung dan berkomunikasi, mulai dari lampu, kulkas, hingga jam
tangan. Ekosistem inilah yang dikenal dengan istilah Internet of Things (IoT).
Sementara itu, Menteri Komunikasi dan Informatika, Rudiantara
mengatakan kalau Kominfo tidak akan mengatur industri IoT terlalu ketat. Hal ini
dilakukan untuk menjaga dinamika industri yang begitu lincah.
Regulasi IoT tahap awal, Ismail menyebutkan kalau Kominfo akan fokus
terhadap isu frekuensi, standarisasi, dan Tingkat Kandungan Dalam Negeri
(TKDN). Regulasi ini akan melibatkan operator telekomunikasi, pemain peranti
keras, perangkat lunak, hingga developer (pengembang perangkat lunak).
Dalam pengaplikasiannya kelak, Ismail mengatakan bahwa Kominfo akan
bekerja sama dengan Kementerian Perindustrian, BRTI dan komunitas dari
industri IoT. Regulasi ini disebut akan berbentuk Peraturan Menteri yang
ditargetkan rampung tahun depan.
Sekadar informasi, pasar IoT di Indonesia menurut IDC dan Gartner
diproyeksi pada 2020 akan memiliki nilai rantai dari industri perangkat ini hingga
menyentuh US$4 miliar. Angka itu melebihi Malaysia yang hanya mencapai
US$1,7 miliar karena populasi Indonesia yang lebih subur.

a. Dorongan pemerintah terhadap teknologi IoT


Pemerintah terus mendorong pemanfaatan teknologi, termasuk
Internet of Things (IoT) di berbagai wilayah. Dalam IoT, penyebaran
penggunaannya menjadi salah satu fokus utama. Bahwa memanfaatkan
(internet) bukan hanya kota tapi orang desa, Aplikasi Informatika,
Komenterian Komunikasi dan Informatika, Semuel Abrijani Pangerapan di
acara Konferensi Asia IoT Business Paltform Edisi ke-25, di Jakarta.
Kominfo juga sedang mendorong penggunaan internet di semua
sektor, tidak hanya di perusahaan besar. Dia mencontohkan bahwa IoT
bisa dikembangkan pada sektor seperti pertanian, perikanan, dan
peternakan.
Pemerintah melakukan perkenalan terhadap teknologi ini pada
masyarakat luas. Agar bisa tahu bahwa ada pilihan dan juga mampu
meningkatkan produktivitas pekerjaan. petani, nelayan, perkenalkan IoT
juga. Pemerintah memperkenalkan teknologi ini ada yang menjanjikan.
Direktur Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika,
Kementerian Komunikasi dan Informatika, Ismail, menyatakan bahwa IoT
ini akan mendukung industri 4.0. Saat itulah beberapa hal yang harus
dipikirkan ke depannya.
Salah satu tantangan saat implementasi IoT ini adalah keamanan.
Ismail menyatakan keamanan ini harus dijamin dan ada skenario terbaik
untuk menghalau serta mengatasi serangannya.
Kementerian Perindustrian mendukung penuh kepada perusahaan
operator telekomunikasi di Indonesia yang dapat membangun ekosistem
inovasi. Hal ini guna mengembangkan teknologi digital sebagai solusi
masa depan dalam upaya peningkatan daya saing industri nasional. Untuk
mengimplementasikan industri 4.0, salah satu faktor pendukung utamanya
adalah ketersediaan infrastruktur digital. Salah satunya adalah internet of
things (IoT),” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto pada
peresmian Laboratorium IoT (IoT Lab) bernama X-CAMP yang dibangun
oleh PT XL Axiata Tbk.
IoT merujuk pada jaringan perangkat fisik, kendaraan, peralatan
rumah tangga, dan barang-barang lainnya yang ditanami perangkat
elektronik, perangkat lunak, sensor, aktuator, dan konektivitas yang
memungkinkan untuk terhubung dengan jaringan internet maupun
mengumpulkan dan bertukar data. Di dalam peta jalan Making Indonesia
4.0, salah satu program prioritas yang perlu dilaksanakan adalah
membangun infrastruktur digital nasional. Bahkan, berdasarkan penelitian
dari McKinsey & Company, infrastruktur digital di Indonesia akan
menciptakan peluang bisnis baru hingga USD150-200 miliar pada tahun
2025-2030.
Indonesia juga menjadi salah satu negara dengan pengguna internet
tertinggi di dunia, yang mencapai 143,26 juta orang atau lebih dari 50
persen total penduduk di Indonesia,” tutur Airlangga. Oleh karena itu,
guna mencapai target Making Indonesia 4.0, diperlukan 17 juta tenaga
kerja yang dapat menguasai teknologi digital.
Aspirasi besarnya adalah optimisme masa depan, dengan target
pada tahun 2030, Indonesia masuk dalam jajaran 10 negara yang memiliki
perekonomian terkuat di dunia. Dengan catatan, produktivitas naik dua kali
lipat, nett ekspor mencapai 10 persen, dan anggaran riset hingga dua
persen.
Menperin menerangkan, implementasi revolusi industri 4.0 perlu
dirasakan dan dilakukan bersama-sama oleh seluruh negara. Kolaborasi ini
diyakini dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi. “Apalagi, saat ini
tidak ada satu negara yang bisa mengklaim sudah paling siap dalam
industri 4.0. Jadi, semuanya sedang mulai bareng.
Airlangga menambahkan, pangsa pasar IoT di Indonesia
diperkirakan berkembang pesat dan nilainya bakal mencapai Rp444 triliun
pada tahun 2022. Nilai tersebut disumbang dari konten dan aplikasi
sebesar Rp192,1 triliun, disusul platform Rp156,8 triliun, perangkat IoT
Rp56 triliun, serta network dan gateway Rp39,1 triliun.
Pada periode yang sama, berdasarkan data Indonesia IoT Forum,
kemungkinan ada sekitar 400 juta perangkat sensor yang terpasang,
sebesar 16 persen di antaranya terdapat pada industri manufaktur, 15%
persen di sektor kesehatan, 11% asuransi, 10% perbankan dan sekuritas,
serta sektor ritel, gosir, perbaikan komputer masing-masing 8%.
Selanjutnya, sekitar 7% di pemerintahan, 6% transportasi, 5% utilities,
serta real estate and business services and agriculture masing-masing 4%,
dan sisanya 3% untuk perumahan dan lain sebagainya.
Saat ini, pemerintah tengah mengembangkan Palapa Ring atau
sebuah proyek serat optik sepanjang 36,000 km di 440 kota di Indonesia,
demi mendukung tercapainya akses internet berkecepatan tinggi yang
merata di tahun 2019. Dengan selesainya Palapa Ring di 2019, diharapkan
permasalahan konektivitas di Indonesia bisa terselesaikan. Dengan begitu,
maka tidak akan ada permasalahan dalam konektivitas IoT baik dengan
konektivitas langsung (dari end device ke server/cloud) atau dari gateway
ke server atau cloud.
Teknologi IoT memang menjadi solusi. Bahkan, pengelola
kawasan industri sudah memikirkan untuk segera mengembangkan
teknologi ini sebagai pilot plant. Dan, tentunya ini akan menjadi back of
bone untuk industri nasional ke depan.
Presiden Direktur XL Axiata, Dian Siswarini menyampaikan,
konsep IoT Open Lab dan fasilitas yang dimiliki saat ini, X-Camp
merupakan IoT Innovation Lab terlengkap yang dimiliki oleh operator
telekomunikasi di Indonesia. X-Camp juga menjadi satu-satunya Lab IoT
yang tergabung di GSMA Lab Alliance di Kawasan Asia Tenggara.
XCamp akan turut aktif mengembangkan potensi sumber daya lokal,
termasuk dari kalangan perguruan tinggi.

BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Pada dasarnya internet of things atau sering disebut IoT adalah
sebuah gagasan dimana semua benda di dunia nyata dapat berkomunikasi
satu dengan yang lain sebagai bagian dari satu kesatuan sistem terpadu
menggunakan jaringan internet sebagai penghubung. misalnya CCTV yang
terpasang di sepanjang jalan dihubungkan dengan koneksi internet dan
disatukan di ruang kontrol yang jaraknya mungkin puluhan kilometer, atau
sebuah rumah cerdas yang dapat dimanage lewat smartphone dengan
bantuan koneksi internet.
Internet of things adalah teknologi mendapat julukan “The Next
Big Thing”, karena potensinya yang diyakini akan mengubah dunia dengan
menciptakan jaringan raksasa yang menghubungkan berbagai perangkat
melalui jaringan perangkat. Semakin banyak negara yang mengembangkan
teknologi IoT agar tidak tertinggal dengan kemajuan jaman. Di Indonesia
adopsi teknologi internet of things mulai marak pada tahun 2018 seiring
dengan hadirnya beberapa perangkat IoT seperti GPS tracker dan smar
twatch. Diperkirakan jumlah perangkat IoT pada tahun 2021 akan lebih
banyak ketimbang jumlah ponsel pintar yang beredar di Indonesia. Dengan
kata lain, perkembangan internet of things di Indonesia akan terus
bertambah secara masif.

3.2 SARAN
Untuk pengembagan lebih lanjut dan optimalisasi makalah, maka penulis
memberikan saran :
1. Penggunaan makalah ini untuk membantu dalam mata kuliah Internet
of Things
2. Pengembangan maklah selanjutnya dapat ditambahkan penerapan
konsep Internet of Things untuk mewujudkan suatu konsep smartcity
yang ideal bagi Indonesia

DAFTAR PUSTAKA

https://teknologi.bisnis.com/read/20211107/101/1463022/bisnis-ritel-jenuh-
operator-seluler-mulai-bidik-pasar-iot. Author: Leo Dwi Jatmiko
Editor : Rio Sandy Pradana
https://teknologi.bisnis.com/read/20190528/84/928258/model-bisnis-
kolaborasioperator-seluler-dan-perusahaan-lpwa

https://widyamatador.com/blog/perkembangan-iot-di-indonesia/

http://www.indotelko.com/kanal?c=id&it=kominfo-kaji-lisensi-pemain-iot

www.wikipedia.org/wiki/Internet_of_Things

Anda mungkin juga menyukai