Anda di halaman 1dari 1

hak dan kewajiban

-ketika orang mau nikah tidak ada cita cita bahwa akan berakhir. oleh karena itu
perkawinan muncul karena perjanjian tapi mohon diingat bahwa tidak semata-mata
perjanjian, tapi ada uu dan hukum agama
-tidak bebas nilai=hukum keluarga sangat diwarnai oleh hukum agama, hukum adat,
budaya, dsb makanya sensitif, tidak netral
-mochtar k=teori hukum pembangunan->salah satu bidang yg tidak netral ya hukum
keluarga, termasuk di dalamnya hukum perkawinan. ketika ada uu perkawinan kan tidak
dimaksud untuk unifikasi, tapi unifikasi universal, dikembalikan ke masing-masing
agama
-perkawinan itu perikatan yang dibentuk karena perjanjian (ada konsensus) dan
muncul karena uu karena ada pembatasan
-diatur dalam pasal 30-34 uu perkawinan
-dlm pasal 31 menghapus ketentuan zaman kolonial, ketika perempuan menikah, justru
tidak cakap hukum dalam kuhperdata kemudian sudah dianulir sema tahun 60 kemudian
dikuatkan lagi dalam uup dalam pasal 31
-dlm kuhper, segala perbuatan hukum dan harta yg dimiliki sendiri diwakili suami
kcuali ada perjanjian perkawinan lalu dinegasikan oleh sema
-uup ini progresif yg diundangkan setelah merdeka (pertama uupa, kedua uup) dan
berlaku sampai sekarang karena tidak diganti cuma diubah tapi sensitif masalah
perkawinan
-pasal 31 ayat 3 dijadikan senjata feminis->suami bukan berarti harus dominan
-dlm khi suami wajib membimbing istri (normatifnya), melindungi istri (tidak
sekadar fisik, tapi psikis), memberi pendidikan agama, menanggung (nafkah -> kalau
istri mencari nafkah itu kebajikan, kiswah -> pakaian, tempat kediaman, biaya RT,
perawatan, pengobatan, biaya pendidikan anak). semua berlaku setelah tamkin
sempurna ->perkawinan sebagai janji suci. karena suci maka ada hak dan kewajiban
yang harus ditunaikan. tamkin adalah ketika seorang suami sudah melakukan hubungan
suami istri (koitus) maka itu yg disebut tamkin sempurna dan kewajiban memberi
nafkah itu sudah mutlak. gugur ketika istri nusyuz -> perbuatan pembangkangan
(ketika istri tidak melaksanakan kewajiban rumah tangga. dalam fiqih
dikualifikasikan berat (istri berzinah dengan pria lain. cara menggugurkannya
gimana?dibuktikan melalui sidang pengadilan, sedang, dan ringan (membantah). ada
nusyuz ketika istri meninggalkan rumah yang tidak dikualifikasikan nusyuz, dan
istri membebaskan (dlm hal ekonomi istri lebih mampu)--dlm hukum acara peradilan
agama, terminologi perzinahan itu dihindari karena pembuktiannya lebih sulit,
biasanya yg dipakai adalah penyelewengan, perselingkuhan, memiliki pria atau wanita
idaman lain
-dlm khi, suami dan istri wajib menegakkan rumah tangga, saling mencintai,
menghormati setia, memberi bantuan lahir batin, mengasuh dan memelihara anak,
memelihara kehormatan, dan mempunyai tempat kediaman yg tetap
-dlm khi, istri wajib berbakti lahir batin kepada suami (harus taat) dan
menyelenggarakan serta mengatur keperluan rumah tangga. nusyuznya jika tidak
melaksanakan, kecuali ada alasan sah (ada suatu ketika menolak hubungan. hal ini
harus digali, misal selingkuh kemudian merasa takut dan jijik. hal itu gabisa
dijadikan nusyuz)
catatan tentang hak istri dan nusyuz:
-SEMA 07/2012 angka 16
-SEMA 3/2018 kamar agama poin 2
-Perma 3/2017
-perlu mencermati beberapa putusan pengadilan agama terkini
menimbang, dengan merujuk pada putusan MA tanggal 19 september 2007

status anak dlm perkawinan (refers pasal 99-100 khi, pasal 43 (1) uup, putusan mk
nomor 46/PUU-VIII/2010

Anda mungkin juga menyukai