Anda di halaman 1dari 7

Hukum Tata Negara Lanjutan

20 Agustus 2022
Dilema negara pascakolonial
 Setelah merdeka, indonesia mengalami dilema, yakni ketika membangun sistem
hukum, apakah harus mempertahankan warisan kolonial atau menciptakan hukum
baru.
 Kalau kita tau pas masa kolonial itu plural, ada segregasi, misalnya untuk orang eropa
di Hindia Belanda itu berlaku BW, untuk pribumi dalam dimensi perdata itu tunduk
pada hukum adat
 Mempertahankan atau membuat hukum baru?itu tidak mudah, misal kuhp pun masih
warisan kolonial dan BW (pas kolonial untuk eropa, pascamerdeka itu berlaku general
untuk WNI)
 Para founding fathers hendak mengganti sistem kolonial dan feodal dengan sistem
nasional dan modern
Konteks kolonial – pluralisme hukum
 Indirect rule – governance  tidak membangun birokrasi, tapi memanfaatkan
birokrasi lokal untuk mengatur urusannya sendiri sehingga kolonial gaperlu
memperkerjakan banyak orang
o Kerajaan lokal ttd kontrak panjang dan pendek (lange contract en korte
verklaring)  278 daerah swapradja sampai tahun 1942
o Kesatuan MHA yang dibiarkan mengurus diri sendiri, misal binua, nagari,
negeri. Dalam beberapa kasus, penguasa adat diangkat oleh Belanda
 Konflik Pertanahan
o Agrarische wet 1870 – Domein Verklaring  semua tanah gabisa dibuktikan
kepemilikannya berarti jadi milik negara
o Rencana amendemen Pasal 62 RR  bukan saja berdasar KUHPer, tapi
hukum adat juga
Enam fase pembahasan
 Pembentukan UUD 1945 (1945-1949)
o Republik vs Kerajaanada voting yg akhirnya memutuskan hasil 55 dari
anggota BPUPKI menyetujui republik, 6 Kerajaan, 1 kosong, 2 lainnya. Ini yg
membedakan dengan malaysia, ketika mereka merdeka, mereka mengakui
keberadaan raja-raja sebagai kepala negara, di Indo muncul perdebatan dari
Yamin intinya gimana caranya menentukan raja dan kalau masih
mempertahankan kerajaan itu akan mempertahankan semangat feodalistik.
o Perdebatan selanjutnya adalah oke setuju republik, lalu siapa kepala negara?
kemudian muncul ide bahwa presiden indo yg baru merdeka haruslah orang
indonesia asli. Perlu dipahami konteks waktu itu, kepala negara waktu itu
meneguhkan bahwa negara baru ini harus dibentuk oleh orang indo.
Perdebatan itu terjadi ketika perdebatan status warga tionghoaada yg ingin
jadi WNI langsung, ada yg enggan, hal itu karena warga tionghoa lebih tinggi
daripada pribumi. Itu adalah dasar pembentukan Pasal 6 ayat (1) UUD 1945
o Kedudukan pemerintahan tradisionalkerajaan mustinya harus tetap dihargai
dan daerah kecil harus diakui keberadaannya. Intinya ketika penyusunan, ada
gagasan kerajaan sebagai pemerintah daerah (Soepomo).
o Pada 1946, para raja membentuk dewan raja raja untuk mengamankan posisi
istimewa yg pernah didapat pada masa Belanda, tetapi dewan ini tidak
bertahan lama
o Uu 22/1948 jadi dasar membentuk daerah istimewa, seperti Aceh, Yogyakarta,
dan Pontianak
o MHA hendak dijadikan sebagai pemerintahan bawahan, tetapi tidak ada
rumusan yg jelas dalam UUD.
 Konstitusi RIS (1949-1950)
o KRIS disiapkan di jogja, disahkan di den haag ketika KMB 1949
o Dua wakil:
 Pemerintahan republikmoh.hatta
 BFOmajelis permusyawarahan federal (wakil dari kerajaan), yakni
Ida Gde Agung, Kalamsyah
o Menghendaki daerah feodal, daerah swapradja diakui, di Pasal 64 KRIS
 UUDS (1950-1959)
o UU 1/1957 tentang Pokok Pokok Pemerintahan (menggantikan UU 22/1946)
o Pembentukan Panitia Agraria Jakarta (1951), Panitia Soewahjo (1956),
Rancangan Soenarjo (1958)kebutuhan UU agraria baru yg antikolonial dan
antifeodalisme
o Ada di Pasal 132 UU 1/1957, intinya swapradja diakui tapi implementasinya
kurang
 Demokrasi Terpimpin
o Berlakunya UUD 1945 membuat swapradja kehilangan basis konstitusional
o Pengesahan UUPA 24 September 1960
 Adat dan hak ulayat sebagai basis
 Pengakuan bersyarat
 Tidak boleh bertentangan dengan kepentingan nasional dan
negara, kesatuan nasional, sosialisme indonesia, peraturan
perundangan, dan nilai agama
 Delegasi kewenangan
 Penghapusan tanah swapradja
o Khusus tanah swapradja, tanah kerajaan dihapus tetapi tanah ulayat diakui tapi
bersyarat
o UU Desapraja 19/1965jadi kades harus komitmen untuk menjalankan
sosialisme indonesia
 Orde Baru
o Suharto mempertahankan UUD 1945
o MHA dianggap sebagai ancaman
 Pasal 17masyarakat harus dianggap MHA, dalam hal itu, negara
menganggap masyarakat sebagai ancaman dalam hal menguasai tanah
seluas-luasnya (disewenangkan untuk mengusir MHA yg udah tinggal
di hutan untuk dikuasai negara)
o Banyak perampasan tanah adat atas nama pembangunan
o UU 5/1979menyeragamkan semua bentuk pemerintahan desa (misal nagari,
negeri itu seragam jadi desa, udah ga tradisional lagi)
o Pemerintah terbuka dengan isu lingkungan dengan ikut Earth Summit 1992
 Amendemen UUD 1945
o Penghapusan Pasal 6 ayat (1) karena alat diskriminasi thdp warga tionghoa yg
dianggap bukan WNI asli
o J.E. Sahetapy mengatakan bahwa ketentuan Pasal 6 ayat (1) bersifat fasis
karena frasa “Orang Indonesia asli”
o Digantikan dengan dimaknai lahir di Indonesia, jadi boleh ras mana aja, suku
mana aja
o Penambahan Pasal 18B, eksplisit mengakui daerah istimewa, MHA diakui
sepanjang masih hidup dan sesuai dengan prinsip NKRI
o Dlm praktik, ada negara dengan status khusus:
 UU 21/2001hanya orang papua yg bisa jadi gubernur
 UU 11/2006Mahkamah Syariah
 UU 13/2012Sistem politik tradisional ala Yogyakarta. Di satu sisi
harus melihat ketika demokratis saat ini, ada gerakan mengembalikan
feodalisme
 UU 6/2014Perihal desa adat. 2 minggu lalu, di Jayapura ada 14
kampong adat
 Pengakuan Bersyarat (Conditional Recognition)pemerintah mengakui tapi ada
syaratnya
o Pengakuan negara thdp adat dilakukan secara bersyarat
o Syarat berubah tergantung tafsir dan rezim
 Sosialisme masa soekarnotanah ulayat diakui sepanjang sesuai
dengan sosialisme kala itu
 Developmentalisme masa soehartotanah ulayat diakui sepanjang
tidak menghalangi pembangunan (termasuk eksploitasi kayu dan hutan
untuk kepentingan negara)
o Pengakuan bersyarat itu menciptakan hubungan yg tidak seimbang, apalagi
melihat prosedur pengakuan yg rumit, penuh tafsir dan besarnya diskresi
pemerintah untuk memberi atau tidak memberi pengakuan
o Pengakuan bersyarat menjadi hambatan untuk merealisasikan hak MHA
o Untuk mengakui MHA, Pemda harus buat Perda yg menetapkan MHA. Kalau
udah jelas, harus dipetakan wilayah adatnya dan disetujui barulah didaftarkan
ke BPN atau kalau kawasan hutan diajukan ke kementerian LHK yg kemudian
sebagai hutan adat atau tanah ulayat di luar kawasan hutan
22 Agustus 2022
Pengantar Negara, Hukum, dan Demokrasi
Pemisahan Kekuasaan dengan Checks and Balances
 Pengertian Demokrasi
o Berasal dari demos (rakyat) dan kratos (pemerintahan). Demokrasi secara
literal berarti pemerintahan oleh rakyat (rule by people)
o Konsep demoktrasi berasal dari yunani kuno. Pertama kali diadopsi oleh
negara kota Athena pada 508-507 BC
o Pada konsep yunani kuno, demokrasi bersifat demokrasi langsung (direct
democracy) Karena satuan politiknya relatif kecil sehingga semua orang
bisa berpartisipasi langsung (ibaratnya desa). Negara yg masih pakai konsep
iniSwiss (referendum).
o Demoktrasi terus dikembangkan hingga pada sekarang umumnya dikenal
sebagai demokrasi perwakilan (representative democracy) Makin lama
berkembang semakin kompleks dan urusan masyarakat makin banyak, hal itu
butuh birokrasi besar dan untuk menjalankan pemerintahan saat itu, petani ga
mampu. Oleh karena itu, perlu ditunjuk wakil rakyat untuk mengurus itu
 Prinsip dasar demokrasi:
o Pemisahan kekuasaan
 Antitesis absolutisme kekuasaan
 John locke (two treatieses of civil government) (1689) membagi 3
kekuasaan:
 Legislatifkekuasaan pembentuk UU
 Eksekutifkekuasaan melaksanakan UU termasuk yudikatif
 Federatifkekuasaan melaksanakan hubungan luar negeri dan
menyatakan perang perang dengan damai
 Montesquieu (L’Esprit de Lois) (1748) Trias Politicasecara praktik,
murni tidak ada. Indonesia tidak menganut Trias Politica secara murni
karena organ negara tidak mempunyai satu fungsi saja. Presiden itu
ikut membentuk UU, UU itu hasil kesepakatan dengan legislatif, jadi
ga sepenuhnya terpisah. Kalau mau terpisah ya UU dibuat DPR tanpa
ada campur tangan presiden. Misal lain ada kewenangan untuk grasi,
abolisi, amnesti. Itu sebenernya kewenangan yudikatif, tapi presiden
yg memutuskan, jadi masih ada saling memasuki kewenangan satu
sama lain. *Tigo Tungku Sajarahadanya tokoh adat, kelompok
agama, kelompok intelektual. Itu Trias Politica masyarakat minang
 Legislatifkekuasaan pembentuk UU
 Eksekutifkekuasaan melaksanakan UU
 Yudikatifkekuasaan kehakiman
 Pemisahan kekuasaan
 Horizontalpemisahan antara eksekutif, legislatif, dan
yudikatif
 Vertikalpermisahan berdasarkan pemerintahan (misalnya
nasional dengan subnasional, pusat dengan daerah, dst)
 Paradigma Baru Pemisahan Kekuasaan
 Peter L. Straussseparation of power and the fourth
brancheksekutif, legislatif, yudikatif, dan lembaga negara
independen
 Bruce Ackermanmembagi 5 cabang, legislatif menjadi house
dan senat, eksekutif, yudikatif, lembaga negara independen,
house, senat
 Cindy Skachmembagi 6 cabang, eksekutif (presiden dan
perdana menteri), presiden, PM, House, senat, yudikatif, dan
lembaga negara independen
 Kondisi Indonesia
UUD NRI 1945:
1. LegislatifDPR dengan pres
2. Eksekutifpresiden dibantu menteri
3. YudikatifMK, MA, dan badan peradilan
4. KepenasihatanDPA (dulu) dan Dewan Pertimbangan
Presiden (Watimpres) (sekarang) di bawah presiden
5. Peraturan KeuanganDPR bersama Presiden serta Bank
Sentral
6. Pemeriksaan Keuangan NegaraBPK
7. KepolisianPolri dan lembaga pemeriksa serta KPK
8. Fungsi Hubungan Luar NegeriPresiden bersama DPR
o Pemerintahan konstitusional
 Suatu sistem pemerintahan disebut konstitusional atau menganut
paham konstitusionalisme apabila memiliki 4 ciri:
 Ada prosedur hukum utk memberi wewenang kepada pejabat
 Ada batasan efektif penggunaan kekuasaan
 Ada prosedur yg dilembagakan utk menjamin
pertanggungjawaban dan akuntabilitas pejabat pemerintah
(pertanggungjawaban politik dari yg memerintah kepada yg
diperintah)
 Ada sistem jaminan hukum bagi hak hak warga negara
 Andrew Heywood (2002):
 Pemerintahan konstitusional dlm arti sempit itu
penyelenggaraan negara yg dibatasi oleh UUD
 Pemerintahan konstitusional dlm arti luas itu mencakup nilai,
aspirasi politik WN, perlindungan kebebasan, pengawasan,
sampai dengan kontrol internal dan eksternal terhadap
kekuasaan
 Kondisi Indonesia
 UUD lama menyatakan bahwa kedaulatan berada di tangan
rakyat dan dijalankan sepenuhnya oleh MPR
 Pasca amendemen tidak lagi menjadi lembaga tertinggi negara
yg menjalankan kedaulatan rakyat. Pasal 2 UUD menyatakan
bahwa kedaulatan berada di tangan rakyat dan dijalankan
berdasarkan UUD
 Sekarang bukan MPR yg tertinggi, tetapi UUD. Dulu MPR
tertinggi, presiden mandataris yg ditetapkan oleh TAP MPR
dan GBHN
o Pemerintahan bedasarkan hukum
 Negara hukum merupakan konsekuensi dari konstitusionalisme
 Pasal 1 ayat (3) UUD NRI 1945negara indonesia adalah negara
hukum.
o Peradilan independen Tidak berada dlm intervensi rezim pemerintahan.
Dulu masa Soekarno, ia menjadikan ketua MA menjadi menteri. Bagaimana
bisa independen kalau yudikatif masuk ke eksekutif. Saat soeharto,
administrasi kehakiman itu dikelola menteri kehakiman (termasuk mengurusi
hakim). Hal itu membuat pengadilan tidak bisa mengendalikan kebijakan dari
pemerintah, itu bikin ga independen karena mereka berhubungan dengan
eksekutif. Dulu ada sistem 2 kamar, 1 sisi ke MA, 1 ke menteri kehakiman.
Sekarang 1 atap, semua di bawah MA.
 Alasan diperlukan kemandirian pengadilan
 Perlindungan atas kekuasaan eksekutif (protection against
executive oppression)ini berkaitan check and balances, scr
tidak langsung dlm JR. misal MK sedang JR, MK diberi
kewenangan pengawasan yg dilakukan DPR dengan presiden.
Karena mereka punya kekuasaan kontrol pemerintah, harus
bebas dari tekanan.
 Perlindungan atas hak-hak dasar (protection against violations
of fundamental human rights)secara sosiologis, pengadilan
itu posisinya harus sbg penyeimbang antara rakyat dgn
penguasa krn kita tau penguasa lebih punya kuasa dari rakyat.
Misal di JR, kita dihadapkan dgn wakil dr pemerintah, itu
sebenernya peran pengadilan utk menyeimbangkan WN dengan
pemerintahan
 Jaminan utk mempertahankan dan membebaskan kekuasaan
kehakiman dari pengaruh luar (assurances of upright
 Elemen kemandirian
 Pemisahan kekuasaan
 Kemandirian finansial
 Penggajian
 Kejelasan pemberhentianzaman soekarno, hakim bisa
diberhentikan ketika melakukan tindakan kontrarevolusioner,
sekarang udah ada, ga mudah untuk diberhentikan. Ketika
melanggar etik pun, tidak serta merta diberhentikan
 Kejelasan proses pengangkatankalau berkaca dari MK, DPR
dan pemerintah mengotak atik hakim MK. Awalnya cukup
baik, sebelum korupsi aqil mochtar dan pemerintah serta DPR
mencoba ganggu MK dengan cara revisi UU MK, salah satunya
seperti syarat usia dan putusan MK harus diikuti perubahan
UU. ketika UU MK di JR, hakim MK mengabulkan pemohon.
Pas aqil mochtar korupsi, ada perppu, ada majelis kehormatan
MK. 2020 mengubah UU MK, jabat 15 tahun dan dipilih 1x,
dan perubahan menguntungkan itu diberlakukan ke hakim MK
sekarang (gratifikasi konstitusional).
o Pemerintahan mayoritas
o Pemilihan umum yg bebas
o Parpol lebih dari Satu
o Pers bebas
o Perliindungan terhadap hak hak asasi manusia dan kelompok minoritas
o Pengakuan terhadap hak minoritas

Pemerintahan Berdasar Hukum
Pemerintahan Konstitusional
Independensi Peradilan

Anda mungkin juga menyukai