Anda di halaman 1dari 19

COACHING CLINIC HIBAH

KEMDIKBUD RISTEK
29 JULI 2022
COACHING CLINIK
HIBAH KEMENRISTEK DIKTI
(29 JULI 2022)

Acara pembukaan coaching clinic


Peserta sedang memperhatikan penjelasan dari Narasumber

Peserta sedang menyempurnakan proposal masing-masing


Isian Substansi Proposal l
PENELITIAN DASAR KOMPETITIF NASIONAL (PDKN)
Petunjuk:Pengusul hanya diperkenankan mengisi di tempat yang telah disediakan sesuai dengan petunjuk
pengisian dan tidak diperkenankan melakukan modifikasi template atau penghapusan di setiap bagian.

Tuliskan judul usulan penelitian


JUDUL USULAN
Sistem Informasi Geografis dalam Pemetaan Sebaran Kasus dan Faktor Risiko Kejadian Stunting
di Kabupaten Gunungkidul

RINGKASAN
Ringkasan penelitian tidak lebih dari 500 kata yang berisi latar belakang penelitian, tujuan dan
tahapan metode penelitian, luaran yang ditargetkan, serta uraian TKT penelitian yang diusulkan.
Masalah gizi terutama stunting menjadi masalah global terutama di negara berkembang yaitu
Indonesia. Saat ini stunting adalah masalah kesehatan yang menjadi prioritas karena Indonesia
sedang menghadapi tantangan besar terkait kualitas sumber daya manusia dengan prevalensi
balita stunting sebesar 30,8% pada tahun 2018. Hal ini dikarenakan stunting terkait erat dengan
risiko morbiditas dan mortalitas jangka pendek, penyakit menular di kemudian hari,
produktifitas, dan perkembangan kognitif. Walaupun stunting di Daerah Istimewa Yogyakarta
(DIY) masih dibawah standar WHO tetapi prevalensinya masih mengkhawatirkan dan menjadi
masalah. Sebaran kasus stunting dan faktor risiko stunting yang dihasilkan puskesmas di
Kabupaten Gunungkidul sebagian masih diolah secara manual dan semi otomatis dengan
penyajian masih terbatas dalam bentuk tabel dan grafik, sedangkan penyajian dalam bentuk peta
belum dilakukan. Berdasarkan kenyataan tersebut perlu adanya Sistem Informasi Geografis
(SIG) yang didibutuhkan dalam menghasilkan peta faktor risiko, peta kasus, dan peta kegiatan
lain, yang pada akhirnya membantu mengarahkan intervensi pencegahan kejadian stunting dan
menurunkan insidensi kasus. Tujuan pelitian ini untuk mendapatkan data spasial mengenai faktor
risiko kejadian stunting (faktor ibu, anak, pelayanan kesehatan) dan peta kasus stunting di
Kabupaten Gunungkidul. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan rancangan studi
kasus kontrol. Populasi penelitian adalah kejadian stunting di wilayah kerja Puskesmas Wonosari
dan Puskesmas Semanu. Sampel diambil secara purposive sampling yaitu balita stunting
berumur 0-59 bulan sebanyak 170 orang sebagai kelompok kasus balita stunting dan sebanyak
170 orang sebagai kelompok kontrol. Instrumen penelitian menggunakan GPS (Global
Positioning System) dan Software ArcGIS 10.2. Metode analisis data dengan analisis spasial,
analisis univariat, dan analisis bivariat dengan uji chi square dengan tingkat kepercayaan 95%
untuk mengidentifikasi faktor risiko kejadian stunting. Luaran yang ditargetkan adalah satu
artikel di jurnal internasional yang terindeks pada database yang bereputasi yaitu International
Journal of Public Health Science (IJPHS) dan satu buku hasil penelitian ber ISBN. TKT
penelitian yang diusulkan adalah kategori sosial humaniora pada pengukuran TKT 1-3.

KATA KUNCI
Kata kunci maksimal 5 kata
Stunting, sistem informasi geografis, peta faktor risiko, balita

LATAR BELAKANG
Latar belakang penelitian tidak lebih dari 500 kata yang berisi latar belakang dan permasalahan
yang akan diteliti, tujuan khusus dan studi kelayakannya. Pada bagian ini perlu dijelaskan
uraian tentang spesifikasi keterkaitan skema dengan bidang fokus atau renstra penelitian PT.
Stunting pada usia dini masih menjadi masalah global dan menjadi penghambat pertumbuhan

manusia, secara global mempengaruhi sekitar 162 juta anak di bawah 5 tahun. Stunting atau

terlalu pendek untuk satu usia, diartikan sebagai tinggi lebih dari dua standar deviasi di bawah

median standar pertumbuhan WHO [1]. Tinggi merupakan salah satu parameter status kesehatan

yang penting. Walaupun tinggi badan anak dalam dua tahun pertama ditentukan oleh kesehatan

ibu selama kehamilan dan nutrisi intrauterine dan pertumbuhan, tinggi juga merupakan cerminan

dari adaptasi metabolisme yang optimal, pematangan organ, dan risiko penyakit di masa depan

[2]. Masalah gizi merupakan masalah kesehatan utama yang terjadi di negara berkembang.

Masalah gizi dapat terjadi dari kehamilan sampai usia dewasa dan kelompok yang paling rentan

adalah pada usia anak-anak [3]. Indonesia merupakan salah satu dari 17 negara dengan prevalesi

stunting, wasting, dan overweight yang tinggi[4]. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS)

melaporkan 30,8% anak Indonesia mengalami stunting [5]. Berdasarkan laporan RISKESDAS

2018, angka stunting di Daerah Intimewa Yogyakarta (DIY) adalah di bawah nasional yaitu

kurang dari 20% yaitu 19,8%, namun begitu angka tersebut perlu mendapatkan perhatian dan

menjadi masalah kesehatan masyarakat. Berdasarkan Profil Kesehatan DIY prevalensi balita

pendek terbesar berada di Kabupaten Gunungkidul (18,47) dan terendah berada di Kabupaten

Bantul [6].
Di Indonesia, stunting merupakan masalah serius dan juga merupakan masalah gizi utama

yang sedang dihadapi [7]. Bila masalah ini bersifat kronis, maka akan memengaruhi fungsi

kognitif yakni tingkat kecerdasan yang rendah dan berdampak pada kualitas sumberdaya

manusia. Masalah stunting memiliki dampak yang cukup serius; antara lain, jangka pendek

terkait dengan morbiditas dan mortalitas pada bayi/balita, jangka menengah terkait dengan

intelektualitas dan kemampuan kognitif yang rendah, dan jangka panjang terkait dengan kualitas

sumberdaya manusia dan masalah penyakit degeneratif di usia dewasa [8]. Anak-anak stunted

menghadapi kemungkinan yang lebih besar untuk tumbuh menjadi orang dewasa yang kurang

berpendidikan, miskin, kurang sehat dan lebih rentan terhadap penyakit tidak menular [9].

Pemaparan Informasi melalui Sistem Informasi Geografis dapat digunakan oleh pihak yang

terkait yaitu dinas Kesehatan dan Puskesmas untuk memperoleh informasi serta memberi

informasi kepada masyarakat mengenai sebaran kejadian stunting di Kabupaten Gunungkidul.

SIG merupakan salah satu bagian dari sistem informasi kesehatan yang dapat menghasilkan

informasi spasial tentang suatu keadaan tertentu sehingga dapat membantu dalam mengambil

keputusan. Oleh karna itu penulis akan melakukan penelitian dengan memadukan teknik

informasi dan ilmu kesehatan dengan membuat suatu peta penyakit dengan memanfaatkan fungsi

dari Sistem Informasi Geografis. Dalam penelitian ini akan dilakukan analisis menggunakan

Software Arc Gis mengenai kejadian stunting kemudian dideskripsikan mengenai hal atau faktor

yang bisa mempengaruhi kejadian stunting di Puskesmas Wonosari dan Puskesmas Semanu

sebagai kecamatan dengan angka stunting tertinggi. Tujuan dari penelitian ini adalah

menggambarkan peta sebaran kasus dan faktor risiko kejadian stunting di Kabupaten

Gunungkidul

Tema penelitian yang diusulkan oleh peneliti sesuai dan sejalan dengan reinstra penelitian

STIKes Surya Global khususnya prodi Kesehatan Masyarakat (KM). Topik-topik penelitian

unggulan di prodi KM berdasarkan 3 konsentrasi (Manajemen Rumah Sakit, Kesehatan


Reproduksi, dan Sistem Informasi Kesehatan (SIK). Stunting merupakan isu kesehatan yang

menjadi topik penelitian unggulan pada bidang unggulan Gizi Masyarakat .

TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan pustaka tidak lebih dari 1000 kata dengan mengemukakan state of the art dalam bidang
yang diteliti/teknologi yang dikembangkan. Penyajian dalam bagan dapat dibuat dalam bentuk
JPG/PNG yang kemudian disisipkan dalam isian ini. Sumber pustaka/referensi primer yang
relevan dan dengan mengutamakan hasil penelitian pada jurnal ilmiah dan/atau paten yang
terkini. Disarankan penggunaan sumber pustaka 10 tahun terakhir.
1. Stunting
a. Pengertian
Stunting adalah kondisi tinggi (panjang) badan rendah menurut umur yang merupakan salah satu
indikator gizi kronis yang dapat memberikan gambaran gangguan keadaan sosial ekonomi secara
keseluruhan di masa lampau. Stunting muncul pada dua sampai tiga tahun awal kehidupan dan
ini merupakan refleksi dari akibat atau pengaruh karena kurangnya asupan energi, zat gizi, berat
badan lahir rendah dan penyakit infeksi. Stunting adalah retardasi pertumbuhan linier dengan
defisit dalam panjang badan sebesar <- 2 SD atau lebih menurut baku rujukan pertumbuhan [10].
Untuk menentukan seorang anak stunting atau tidak dilakukan dengan mengukur tinggi badan
(TB) atau panjang badan (PB) berdasarkan umur dibandingkan dengan indikator PB/U atau
TB/U dapat dinyatakan TB normal, kurang atau tinggi menurut standar WHO. Menurut WHO
TB/U kurang dikategorikan sebagai stunted yang diterjemahkan sebagai pendek tidak sesuai
umur. Tingkat keparahannya dapat digolongkan menjadi ringan, sedang dan berat [11]. Stunting
menggambarkan keadaan gizi kurang yang sudah berjalan lama dan memerlukan waktu bagi
anak-anak untuk berkembang serta pulih kembali [12].
b. Faktor risiko stunting pada anak
Proses pertumbuhan dipengaruhi oleh sebagian faktor genetik dan sebagian faktor lingkungan.
Pada negara maju pertumbuhan lebih dominan dipengaruhi oleh faktor genetik sedangkan pada
negara berkembang faktor lingkungan yang lebih berperan. Di antara faktor lingkungan, asupan
gizi yang adekuat dan status higiene merupakan elemen penting dari kualitas lingkungan [13].
Salah satu faktor risiko yang mempengaruhi kejadian stunting pada anak balita adalah riwayat
berat badan lahir rendah (BBLR) [14]. Selain BBLR kondisi stunting secara tidak langsung juga
dipengaruhi oleh faktor sosial ekonomi, seperti tingkat pendidikan, dan jumlah anggota keluarga
[15]. Pemberian ASI eksklusif dapat menurunkan risiko kejadian stunting karena ASI
mengandung antibodi dan kandungan kalsium pada ASI mempunyai bioavailabilitas yang tinggi
sehingga dapat diserap dengan optimal terutama dalam fungsi pembentukan tulang [16].
2. Status Gizi
a. Pengertian status gizi
Status gizi berasal dari kata “status” dan “gizi”. Status diartikan sebagai tanda-tanda atau
penampilan yang diakibatkan oleh suatu keadaan, sedangkan gizi diartikan sebagai hasil proses
pencernaan, penyerapan, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pembuangan untuk
pemeliharaan hidup, pertumbuhan dan fungsi organ tubuh serta untuk produksi energi. Jadi status
gizi adalah tanda-tanda atau penampilan fisiologis yang diakibatkan oleh keseimbangan asupan
zat gizi dan penggunaannya oleh organisme [17].
b. Penilaian status gizi
Penilaian status gizi dapat dikerjakan dengan beberapa pendekatan. Penilaian status gizi secara
langsung dapat dikerjakan dengan: pemeriksaan klinis, antropometri, biokimiawi, biofisik.
Penilaian status gizi secara tidak langsung pada prinsipnya adalah bahwa malnutrisi dapat
mempengaruhi morbiditas maupun mortalitas beberapa jenis penyakit pada berbagai golongan
tersebut, misalnya, mortalitas ibu dan bayi baru lahir, angka harapan hidup dan lain-lain.
Penilaian status gizi adalah inteprestasi dari data yang didapatkan dengan menggunakan berbagai
metode untuk mengidentifikasi populasi atau individu yang beresiko atau dengan status gizi
buruk . Penilaian status gizi ini bertujuan untuk memberikan gambaran secara umum mengenai
metode penilaian status gizi, memberikan penjelasan mengenai keuntungan dan kelemahan dari
masing-masing metode yang ada, memberikan gambaran singkat mengenai pengumpulan data,
perencanaan dan implementasi untuk penilaian status gizi [18].
c. Pengukuran antropometri
Pengukuran antropometri adalah pengukuran terhadap dimensi tubuh dan komposisi tubuh.
Macam-macam pengukuran antropometri yang bisa digunakan untuk melihat pertumbuhan
adalah berat badan, tinggi badan,panjang badan, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar lengan atas,
tinggi lutut dan lemak. Antropometri merupakan cara pengukuran status gizi yang murah dan
mudah dilaksanakan tetapi dengan syarat tersedianya alat ukur yang baik dengan cara
pengukuran yang benar. Antropometri secara umum digunakan untuk melihat
ketidakseimbangan asupan energi dan protein [17]. Untuk menilai status gizi balita, maka tinggi
badan/panjang badan dan berat badan setiap balita dikonversikan ke dalam bentuk nilai yang
terstandar (Z-score) dengan menggunakan baku antropometri balita WHO 2005. Untuk anak usia
di bawah dua tahun, dilakukan pengukuran panjang badan dengan cara terlentang dengan
menggunakan alat pengukur panjang badan (lengthboard), sedangkan untuk anak usia di atas
dua tahun diukur tinggi badan dengan cara berdiri dan diukur dengan menggunakan microtoice.
Dengan dasar nilai Z-score tersebut ditentukan status gizi balita sesuai dengan indikator masing-
masing. Jenis kelamin laki-laki dan perempuan dibedakan karena masing-masing memiliki
standar/batasan yang berbeda. Adapun batasan yang digunakan dalam penentuan status gizi
berdasarkan nilai Z-score pada standar WHO 2005 adalah sebagai berikut [19].

2. Sistem Informasi Geografi

Sistem informasi geografis adalah alat bantu yang sangat esensial dalam menyimpan,
memanipulasi, menganalisis dan menampilkan kembali kondisi alam 1 dengan
menggabungkan data spasial (peta wilayah termasuk sungai, rawa, persawahan dan lain-lain)
dan non spasial / atribut (angka mortalitas, morbiditas, kebiasaan/pola hidup masyarakat dan
lain-lain). Hasil pengolahan data tersebut disajikan dalam bentuk peta digital. 2.2.1 Subsistem
SIG Sistem Informasi Geografis dapat diuraikan menjadi subsistem sebagai berikut : a. Data
input; bertugas mengumpulkan dan mempersiapkan data spasial dan atribut dari berbagai
sumber untuk ditransformasikan dari format aslinya ke dalam format SIG. b. Data output;
menghasilkan keluaran seluruh atau sebagian basis data dalam bentuk softcopy maupun
hardcopy (tabel, grafik, peta dan lain-lain) c. Data manajemen; mengorganisasikan data
spasial maupun atribut ke dalam sebuah basis data sehingga mudah dipanggil, di-update dan
di edit; d. Data manipulasi dan analisis; menentukan informasi yang dapat dihasilkan oleh
SIG dan melakukan pemodelan untuk menghasilkan informasi yang diharapkan. Jika
subsistem di atas diperjelas berdasarkan uraian jenis masukan, proses dan keluaran yang ada
didalamnya, maka SIG dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 1. Uraian subsistem-subsistem sistem informasi geografis

Dalam sistem informasi geografis dapat digunakan untuk memetakan faktor risiko
sebagai data spasial yang dibedakan sesuai tingginya faktor risiko. Faktor risiko ini diperoleh
dengan melakukan survei di wilayah puskesmas. Dari informasi ini dapat direncanakan suatu
bentuk intervensi sesuai faktor kejadian stunting. Kasus stunting yang diperoleh
diintegrasikan ke dalam peta dengan cara “spot map” yaitu meletakkan titik pada peta sesuai
terjadinya kasus stunting. Dengan cara tersebut dapat dijelaskan terjadinya stunting dikaitkan
dengan faktor risiko dan determinan penyakit lainnya yang meliputi faktor lingkungan,
perilaku, kependudukan dan sarana pelayanan kesehatan sebagai bahan evaluasi program
pencegahan penyakit stunting.

Beberapa penelitian tentang pemetaan kasus stunting sudah pernah dilakukan seperti
penelitian Putra dkk (2021) di Kabupaten Bangli dan Halimah&Suntin tahun 2020 di Kota
Makassar [20,21]. Peneliti dalam usulan penelitiannya tidak hanya menganalisa pemetaan
kasus stunting akan tetapi disertai dengan pemetaan faktor risiko sehingga dapat menunjukkan
apakah persebaran kasus stunting itu terdapat pada daerah dengan faktor risiko kejadian
stunting. Harapan dari penelitian ini adalah data sebaran berupa informasi geografis kasus
stunting dan faktor risiko ini dapat dijadikan acuan penanganan dan pencegahan kasus
stunting di wilayah tersebut.
METODA
Metode atau cara untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan ditulis tidak melebihi 600 kata.
Bagian ini dilengkapi dengan diagram alir penelitian yang menggambarkan apa yang sudah
dilaksanakan dan yang akan dikerjakan selama waktu yang diusulkan. Format diagram alir dapat
berupa file JPG/PNG. Bagan penelitian harus dibuat secara utuh dengan penahapan yang jelas,
mulai dari awal bagaimana proses dan luarannya, dan indikator capaian yang ditargetkan. Usulan
penelitian dasar yang diusulkan dapat mencakup prinsip dasar dari teknologi, formulasi konsep
dan/atau aplikasi teknologi, hingga pembuktian konsep (proof-of-concept) fungsi dan/atau
karakteristik penting secara analitis dan eksperimental. Penelitian Dasar dapat berorientasi
kepada penjelasan atau penemuan (invensi) guna mengantisipasi suatu gejala/fenomena, kaidah,
model, atau postulat baru yang mendukung suatu proses teknologi, kesehatan, pertanian, dan lain-
lain dalam rangka mendukung penelitian terapan. Sebutkan juga kualitas luaran berupa jurnal
atau prosiding yang menjadi target. Bagian ini harus juga menjelaskan tugas masing-masing
anggota pengusul sesuai tahapan penelitian yang diusulkan.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan rancangan penelitian epidemiologi case
control. Penelitian akan dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Wonosari dan Kecamatan
Semanu, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Pengambilan sampel
dilakukan dengan purposive sampling yaitu Kecamatan dengan angka stunting tinggi yaitu di
Kecamatan Wonosari dan Kecamatan Semanu. Tahap kedua sampel diambil dengan penemuan
kasus dan kontrol sampai jumlah sampel terpenuhi yaitu sebanyak 340 terdiri 170 kasus dan 170
kontrol. Analisa spasial, digunakan untuk melihat wilayah sebaran kasus stunting dan sebaran
faktor risiko dengan menggunakan software ArcGIS 10.2 untuk mengetahui distribusi lokasi
pasti kejadian stunting pada balita. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan dan kekuatan
hubungan antara dua variabel menggunakan uji chi square. Variabel yang paling berisiko
menggunakan Odds Ratio.
Gambar 2. Roadmap penelitian
Gambar 3. Alur penelitian.

JADWAL PENELITIAN
Jadwal penelitian disusun dengan mengisi langsung tabel berikut dengan memperbolehkan
penambahan baris sesuai banyaknya kegiatan.

Tahun ke-1
Bulan
No Nama Kegiatan (tahun-1)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1. Tahap persiapan, studi pendahuluan
2. Perizinan
3. Pengambilan data tahap 1
4. Pengambilan data tahap 2
5. Pengambilan data tahap 3
6. Rekap data
7. Olah data
8. Pembahasan
9. Laporan
10. Monitoring dan Evaluasi Internal tahun 1
11. Seminar
12. Penulisan laporan tahun 1
Penyusunan dan cetak buku penelitian ber
13.
ISBN tahap 1

Tahun ke-2
Bulan
No Nama Kegiatan (tahun-1)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1. Persiapan
2. FGD 1 dan FGD 2
3. Pengembangan SIG
4. FGD 3, FGD 4, dan FGD 5
5. Penyusunan sistem informasi geografi
6. Penyusunan laporan kemajuan
7. Monitoring evaluasi
Submit artikel pada jurnal internasional
10.
bereputasi
8. Penyusunan laporan akhir
9. Cetak buku penelitian ber ISBN tahap 2

DAFTAR PUSTAKA
Daftar pustaka disusun dan ditulis berdasarkan sistem nomor sesuai dengan urutan pengutipan.
Hanya pustaka yang disitasi pada usulan penelitian yang dicantumkan dalam Daftar Pustaka.
1. WHO, child growth standards and the identification of severe acute malnutrition in
infants and children: joint statement by the World Health Organization and the United
Nations Children's Fund. 2009.
2. Badham, J. and L. Sweet, Stunting: an overview. Sight and Life Magazine, 2010(3/2010):
p. 40-47.
3. Kemenkes, R., Profil Kesehatan Indonesia tahun 2017 http://www. depkes. go.
id/resources/download/profil. PROFIL KES_RI, 2016. 2017.
4. Achadi, E. Stunting: Permasalahan dan potensi dampaknya terhadap kualitas SDM di
Indonesia. in Disampaikan pada rembug stunting Kementerian Perencanaan
Pembangunan Nasional RI (Stunting: Problems and potential impacts on quality of
human resources in Indonesia. Presented at the stunting meeting of the Indonesian
Ministry of National Development Planning. Website. 2018.
5. BAPPENAS, Hasil utama riskesdas 2018. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan, 2018.
6. Anonim, Profil Kesehatan DIY tahun. 2018.
7. Anonim, Situasi Balita Pendek (Stunting) di Indonesia, Edisi 1 Semester 1 Tahun 2018
(Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan 2018). 2018.
8. Aryastami, N.K. and I. Tarigan, Kajian kebijakan dan penanggulangan masalah gizi
stunting di Indonesia. Buletin Penelitian Kesehatan, 2017. 45(4): p. 233-240.
9. WHO, Global nutrition targets 2025: Stunting policy brief. 2014, World Health
Organization.
10. Bloem, M., Preventing stunting: why it matters, what it takes, in The Road to Good
Nutrition. 2013, Karger Publishers. p. 13-23.
11. WHO, Stunting, Childhood. Context, Causes and Consequences WHO Conceptual
Framework. 2013, WHO.
12. Soekirman, A.N. and J. Erikania, Gizi seimbang untuk anak usia 0-2 tahun. dalam: Sehat
& Bugar Berkat Gizi Seimbang. Jakarta: Nakita Kompas-Gramedia & Institut Danone
Indonesia, 2010.
13. Sudiman, H., Stunting Atau Pendek: Awal Perubahan Patologis Atau Adaptasi Karena
Perubahan Sosial Ekonomi Yang Berkepanjangan? Media Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan, 2008. 18(1).
14. Proverawati, A. and C. Ismawati, BBLR (berat badan lahir rendah). Yogyakarta: Nuha
Medika, 2010. 61.
15. Soetjiningsih, Tumbuh kembang anak. 2012, Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
16. Almatsier, S., Prinsip Dasar Ilmu Gizi. 2009, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
17. Gibson, R.S., Principles of nutritional assessment. 2001: Oxford university press.
18. UI, F.K.M., Gizi dan Kesehatan Masyarakat. 2008, Jakarta: PT Rajagrafindo Perkasa.
19. WHO, Child Growth Standards : length/height-forage, weight-for-age, weightfor-lenght,
weight for height snd body mass index-for-age : methods and develpoment. Geneva.
2006, Geneva: Departement of Nutrition for Helath and Development
20. Putra, P.A.B. and Suariyani, N.L.P., 2021. PEMETAAN DISTRIBUSI KEJADIAN
DAN FAKTOR RISIKO STUNTING DI KABUPATEN BANGLI TAHUN 2019
DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS. Health, p.72.
21. Halimah, N. and Suntin, S., 2020. Proyeksi dan Pemetaan Wilayah Sebaran Balita
Stunting Di Kota Makassar Berbasis Sistem Informasi Geografi (SIG). Promotif: Jurnal
Kesehatan Masyarakat, 10(2), pp.173-184..

Anda mungkin juga menyukai