Anda di halaman 1dari 5

PROPOSAL

PENCEGAHAN STUNTING DAN GIZI ANAK

Yayasan C Tahun 2023 [Date] [Course title]


KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, berkat rahmat dan hidayah-Nya
semoga apa yang kita inginkan dan cita-citakan dapat terwujud. Sholawat dan salam semoga
tercurah limpahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW kepada keluarganya para
sahabatnya dan mudah-mudahan kita semua termasuk umatnya yang selalu taat pada
ajarannya hingga akhir jaman, Aamiin Yaa Robbal Alamiin.

Kecukupan gizi dan pangan merupakan salah satu faktor terpenting dalam
mengembangkan kualitas sumber daya manusia, sebagai indikator keberhasilan
pembangunan suatu bangsa. Dalam hal ini gizi memiliki pengaruh terhadap kecerdasan dan
produktivitas kerja sumber daya manusia. Saat ini Indonesia masih menghadapi
permasalahan gizi yang berdampak serius terhadap kualitas sumber daya manusia (SDM).
Salah satu masalah kekurangan gizi yang masih cukup tinggi di Indonesia adalah pendek
(stunting) dan kurus (wasting) pada balita serta masalah anemia dan kurang energi kronik
(KEK) pada ibu hamil.

Sejalan dengan itu, demi mengurangi tingkat stunting dan mencukupi gizi pada anak
dan yang ada di lingkungan warga, khususnya di lingkungan Rukun Tetangga, maka dari itu
kami berencana untuk mengajukan beberapa elemen demi menunjang kehidupan masyarakat
yang sehat dan sejahtera. Oleh karena itu semoga proses pengajuan ini dapat terealisasi
dengan segera.

Jakarta, 6 Maret 2023


Mengetahui,

(…………………….…..)
Ketua Yayasan A

1
I. Pendahuluan
Indonesia mempunyai masalah gizi yang cukup berat yang ditandai dengan banyaknya kasus
gizi kurang pada anak balita, usia masuk sekolah baik pada lakilaki dan perempuan. Masalah gizi
pada usia sekolah dapat menyebabkan rendahnya kualiatas tingkat pendidikan, tingginya angka
absensi dan tingginya angka putus sekolah. Malnutrisi meru-pakan suatu dampak keadaan status
gizi baik dalam jangka waktu pendek maupun jangka waktu lama. Stunting adalah salah satu
keadaan malnutrisi yang berhubungan dengan ketidakcukupan zat gizi masa lalu sehingga
termasuk dalam masalah gizi yang bersifat kronis. Stunting diukur sebagai status gizi dengan
memperhatikan tinggi atau panjang badan, umur, dan jenis kelamin balita. Kebiasaan tidak
mengukur tinggi atau panjang badan balita di masyarakat menyebabkan kejadian stunting sulit
disadari. Hal tersebut membuat stunting menjadi salah satu fokus pada target perbaikan gizi di
dunia sampai tahun 2025.
Stunting merupakan masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang
kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan
gizi. Stunting terjadi mulai janin masih dalam kandungan dan baru nampak saat anak berusia dua
tahun. Kekurangan gizi pada usia dini meningkatkan angka kematian bayi dan anak, menyebabkan
penderitanya mudah sakit dan memiliki postur tubuh tak maksimal saat dewasa. Kemampuan
kognitif para pender.ita juga berkurang, sehingga mengakibatkan kerugian ekonomi jangka
panjang bagi Indonesia
Stunting atau perawakan pendek (shortness). suatu keadaan tinggi badan (TB) seseorang yang
tidak sesuai dengan umur, yang penentuannya dilakukan dengan menghitung skor Z-indeks Tinggi
Badan menurut Umur (TB/U). Seseorang dikatakan stunting bila skor Z-indeks TB/U- nya di
bawah -2 SD (standar deviasi). Kejadian stunting merupakan dampak dari asupan gizi yang
kurang, baik dari segi kualitas maupun kuantitas, tingginya kesakitan, atau merupakan kombinasi
dari keduanya. Kondisi tersebut sering dijumpai di negara dengan kondisi ekonomi kurang.
Riset Kesehatan Dasar 2013 mencatat prevalensi stunting nasional mencapai 37,2
persen, meningkat dari tahun 2010 (35,6%) dan 2007 (36,8%). Artinya, pertumbuhan tidak
maksimal diderita oleh sekitar 8,9 juta anak Indonesia, atau satu dari tiga anak Indonesia.
Prevalensi stunting di Indonesia lebih tinggi daripada negara-negara lain di Asia Tenggara,
seperti Myanmar (35%), Vietnam (23%), dan Thailand (16%). Indonesia menduduki
peringkat kelima dunia untuk jumlah anak dengan kondisi stunting. Lebih dari sepertiga
anak berusia di bawah lima tahun di Indonesia tingginya berada di bawah rata-rata.
Dampak jangka panjang stunting pada individu dan masyarakat berupa berkurang
kognitif dan perkembangan fisik, mengurangi produktif kapasitas dan kesehatan yang
buruk, dan risiko peningkatan penyakit degeneratif seperti diabetes mellitus. Stunting yang
terjadi sebelum usia 2 tahun berdampak pada rendahnya kognitif dan prestasi belajar pada

2
usia anak sekolah dan remaja. Jika permasalahan stunting tidak di intervensi, pada tahun
2025 diestimasi 125 juta balita mengalami stunting. Beberapa studi menunjukkan dampak
akibat stunting adalah penurunan prestasi akademik, meningkatkan risiko obesitas lebih
rentan terhadap penyakit tidak menular dan peningkatan risiko penyakit degeneratif.
Besarnya prevalensi stunting merupakan indikator kemiskinan. Oleh karena itu prevalensi
stunting suatu daerah merupakan prediktor buruknya kualitas sumber daya manusia yang
selanjutnya akan berpengaruh pada pengembangan potensi bangsa.
Periode 1000 hari pertama kehidupan (1000 HPK) merupakan simpul kritis sebagai
awal terjadinya stunting yang selanjutnya akan memberikan dampak jangka panjang
hingga akan berulang dalam siklus kehidupan. Stunting pada anak menjadi permasalahan
karena berhubungan dengan meningkatnya risiko terjadinya kesakitan dan kematian,
gangguan pada perkembangan otak, gangguan terhadap perkembangan motorik dan
terhambatnya pertumbuhan mental anak. Pertumbuhan tidak optimal dalam masa janin dan
atau selama periode 1000 HPK memiliki dampak jangka panjang. Bila faktor eksternal
(setelah lahir) tidak mendukung, pertumbuhan stunting dapat menjadi permanen sebagai
remaja pendek. Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa mereka yang memiliki ukuran
lebih kecil atau stunting ketika lahir, secara biologis memiliki ukuran tinggi yang berbeda
dari mereka yang lahir dengan ukuran lebih besar.

II. Tujuan

Adapun maksud dan tujuan dari pengajuan proposal ini adalah sebagai berikut:

1. Terpenuhinya gizi yang sehat bagi warga di lingkungan Rukun Tetangga.


2. Mengurangi angka stunting yang ada di Indonesia, khususnya bagi warga di
lingkungan Rukun Tetangga.
3. Terciptanya masyarakat sehat dan sejahtera dengan gizi seimbang.

III. Rencana Penerima Bantuan

Adapun objek penerima bantuan yang telah direncanakan adalah warga yang ada di sekitar
Rukun Tetangga yang berjumlah 30 orang, yang dimana bantuan tersebut akan diberikan
kepada pejabat setempat dan dibagikan kepada warga khususnya bagi warga yang
terdampak stunting.

3
IV. Sumber Dana
(Terlampir)

V. Organisasi Pelaksana
(Terlampir)

VI. Penutup
Demikian proposal ini kami buat, berdasarkan kebutuhan yang sesuai dengan kondisi
lapangan, serta mudah-mudahan upaya pengadaan ini dapat mendukung kegiatan yang ada
di lingkungan Rukun Tetangga dan juga sebagai bahan pertimbangan bapak kami mohon
kiranya untuk berkenan memberikan bantuan sehingga apa yang selama ini kami harapkan
dapat sebagai mana yang direncanakan. Amin

Jakarta, 6 Maret 2023


Mengetahui,

(…………………….…..)
Ketua Yayasan A

Anda mungkin juga menyukai