Anda di halaman 1dari 3

PTN-BH

Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum, disingkat PTN BH adalah perguruan tinggi
negeri yang didirikan oleh pemerintah yang berstatus sebagai badan hukum publik yang otonom.
Munculnya istilah Perguruan Tinggi berbadan hukum diawali dengan diberlakukannya Undang-
Undang Nomor 9 Tahun 2009 tentang Badan Hukum Pendidikan, yang diberi nama PTN-BHMN.
Tetapi pada akhirnya Undang-Undang BHP dibatalkan oleh Mahkamah Konstitusi, dengan
Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 11- 14-21-126-136/PUU-VII-2009 tanggal 10 Maret 2010,
UU BHP bertentangan dengan UUD NRI Tahun 1945. Terdapat beberapa poin alasan pembatalan
Undang-Undang, yaitu terkait dengan keberadaan BHP yang nantinya berimbas kepada
komersialisasi pendidikan, hal tersebut tidak sejalan, karena diartikan sebagai dapat mencari dana
atau sumber keuangan dari pihak lain yang dapat dibebankan kepada peserta didik.
Istilah Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum pasca dibatalkannya Undang-Undang BHP,
terdapat dalam Pasal 65 ayat (1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan
Tinggi, sebagaimana yang telah disebutkan dalam Bab III, menyatakan bahwa: “Penyelenggaraan
otonomi Perguruan Tinggi dapat diberikan secara selektif berdasarkan evaluasi kinerja oleh
Menteri kepada PTN dengan menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum atau
dengan membentuk PTN Badan Hukum untuk menghasilkan Pendidikan Tinggi bermutu”.
Terdapat syarat-syarat yang harus dipenuhi PTN untuk menjadi PTN-BH, yang diatur
dalam Pasal 2 ayat (1) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 88 Tahun 2014
tentang Perubahan Perguruan Tinggi Negeri Menjadi Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum,
menyatakan. Persyaratan PTN menjadi PTN badan hukum mencakup tingkat dan derajat
kemampuan dari PTN untuk:
A. menyelenggarakan Tridharma Perguruan Tinggi yang bermutu
B. mengelola organisasi PTN berdasarkan prinsip tata kelola yang baik
C. memenuhi standar minimum kelayakan finansial
D. menjalankan tanggung jawab sosial
E. berperan dalam pembangunan perekonomian.
Dimana, pada tahun 2014, Unhas berada pada posisi sembilan peringkat nasional dalam
publikasi internasional, institusi terakreditasi A, opini laboratorium keuangan dan prestasi
kegiatan mahasiswa di kancah internasional, yang memicu Unhas menjadi PTN-BH. Dalam hal
ini, Unhas berwenang untuk membuka dan menutup prodi sesuai dengan kebutuhan kampus, serta
bisa mengatur anggaran rumah tangga dan keuangannya sendiri. Dan unhas menilai bahwa dengan
menjadi PTN-BH adalah langkah untuk mengurangi komersialisasi pendidikan di lingkungan
kampus. Sehingga, unhas mengembangkan konsep kerja sama dengan pihak luar dan
pengembangan aset yang telah dimiliki Unhas dan dianggap tepat untuk memperoleh dana dan
kebutuhan pendanaan di kampus tidak akan berkurang. Pada tahun 2017 Universitas Hasanuddin
resmi telah menyandang status sebagai PTN-BH, dimana unhas di harapkan mampu menciptakan
inovasi-inovasi yang ke depan dapat memberikan nilai tambah pembiayaan bagi universitas.
Akibat yang diperoleh PTN yang berubah status menjadi PTN-BH yaitu perguruan tinggi
memiliki kewenangan dalam mengatur bidang akademik dan non-akademiknya. Maka PTN yang
berstatus sebagai PTN-BH harus mencari sumber pembiayaan pendidikan dan mengkomersilkan
sarana-sarana pendidikan yang dimiliki dan ditawarkan oleh perguruan tinggi tersebut. Untuk
pembiayaan ini tidak menutup kemungkinan perguruan tinggi tersebut akan menaikkan biaya
pendidikan bagi mahasiswa demi memperoleh biaya pengelolaan kampus, walaupun kampus harus
tetap berkonsultasi dengan menteri dalam hal penetapan biaya pendidikan dengan
mempertimbangkan ekonomi mahasiswa dan pihak yang akan membiayai pendidikan mahasiswa
tersebut.
Akibat lainnya yaitu dikarenakan pemerintah yang akan mengurangi dana subsidi yang
diberikan kepada PTN maka PTN tersebut akan bekerja sama dan rela dimasuki oleh korporasi
guna menjalankan pembangunan infrastruktur yang seharusnya tidak ada dan tidak berdampak
pada pendidikan mahasiswanya. Pihak dari luar ini juga akan memiliki pengaruh dalam keputusan
yang dikeluarkan oleh kampus. Dampaknya yaitu pihak dari luar ini atau pihak swasta akan
mempengaruhi kebijakan agar sesuai dengan motif ekonominya.
Universitas Hasanuddin yang dalam hal ini berstatus sebagai PTN-BH ditakutkan akan
menjadi kampus yang privat dan diliberalkan, dalam hal ini Unhas yang seharusnya adalah sebuah
institusi pendidikan nantinya hanya milik segelintir orang saja. Ditakutkan bahwa Universitas
Hasanuddin sebagai P6TN-BH tidak akan lagi menjadi ruang publik yang bisa diakses atau
dikenyam semua orang dengan uang kuliah yang terjangkau dan tetap menjunjung tinggi marwah
pendidikan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Padahal seperti yang diketahui bahwa
pendidikan itu sangat penting pada kemajuan Indonesia ke depannya, tetapi jika biaya dari
pendidikan tersebut tidak terjangkau maka akan banyak pemuda dan pemudi kita yang tidak akan
bisa mengenyam dan merasakan pendidikan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Darlis, A., Lubis, M. A., Farha, M., Laoli, R. R. P., & Lestari, S. I. (2023). PERGURUAN
TINGGI BERBADAN HUKUM (PTN-BH). Humantech: Jurnal Ilmiah Multidisiplin
Indonesia, 2(3), 585-597.
Kartini, Santi. 2019. Kilas Balik Status PTN-BH. Diakses pada tanggal 27 April 2023, dari Kilas
Balik Status PTN-BH - Identitas Unhas
Redaksi. (2023). “Keuntungan dan Kelemahan Berstatus PTN BH”. Keuntungan dan Kelemahan
Berstatus PTN BH - Dunia Dosen, diakses pada tanggal 27 April 2023 pukul 10:25.
Zainab. (2022). “Sempurnanya Dunia Pendidikan PTN-BH”. Sempurnanya Komersialisasi Dunia
Pendidikan , PTN-BH – LEMBAGA PERS MAHASISWA SINOVIA (unhas.ac.id),
diakses pada tanggal 27 April 2023 pukul 9:02.
Catatan Kaki. (2016). “Aliansi Unhas Bersatu Melakukan Aksi Pencabutan Unhas Sebagai PTN-
BH”. Aliansi Unhas Bersatu Melakukan Aksi Pencabutan Unhas Sebagai PTNBH |
Catatan Kaki, diakses pada tanggal 27 April 2023 pukul 9:24.

Anda mungkin juga menyukai