NIM : P05140121038
1
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Rabbil’Alamin, puji syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT, karena
dengan rahmat, taufik serta hidayah-Nya sehingga laporan ini dapat terselesaikan dengan tepat
waktu, walaupun dengan berbagai macam halangan atau rintangan. Dan tidak lupa Shalawat serta
salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-
nantikan syafa-atnya di yaumul qiyamah nanti, Amin.
Semoga dengan tersusunnya laporan ini bisa menambah khazanah keilmuan dalam
mempelajari dan memberikan manfaat bagi pembacanya. Dalam penyusunan laporan ini,
penyusun menyadari masih banyak kesalahan dan kekhilafan di dalamnya. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang bersifat membangun senantiasa kami harapkan demi penyempurnaan laporan
berikutnya ini.
Penulis
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
mereka terhadap sejarah. Media informasi yang berupa media komunikasi audio visual merupakan salah
satu cara yang dapat dijadikan bentuk upaya sebagai sarana edukasi. Menurut Ibiz Fernandez McGraw
(California: 2002) animasi adalah sebuah proses merekam dan memainkan kembali serangkaian gambar
statis untuk mendapatkan sebuah ilusi pergerakan. Andi Fachruddin (2012: 318) John Gierson
menyampaikan pandangannya bahwa apa yang dilakukan oleh Flaherty tersebut merupakan sebuah
perlakuan kreatif terhadap kejadian-kejadian aktual yang ada A Creative treatment of actuality. Dari
pengertian animasi dan dokumenter dapat perancang simpulkan bahwa animasi dokumenter merupakan
proses merekam dan memainkan kembali serangkain gambar statis yang merepresentasikan sebuah
realita. Mengangkat permasalahan salah satu cagar budaya di Indonesia adalah suatu kebanggaan
tersendiri. Selain untuk memperkenalkan cagar budaya tersebut, hal ini juga memberikan pengetahuan
sejarah dari cagar budaya yang harus dijaga dan dilestarikan. Inti permasalahan yang perancang bahas
yaitu mengenai sejarah terbangunnya Fort Marlborough.
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
dekat kompas terdapat tulisan yang digoreskan ke beton, “Die dit kompas mnzii berisp den knoeijer
niet bedenk dat-lee cen leidt en dat voor tijdverdrijf ik dit hier nederschrijf.” Artinya: “Barang siapa
mengamati kompas ini janganlah memarahi yang membuat coretan ini, ingatlah bahwa kesengsaraan
dan waktulah yang membuat saya mencoret-coret di sini dan waktu saya menulis ini.” Tulisan tersebut
diterjemahkan Prof Dr Haryati Soebado pada 14 Oktober 1983.
Konon di ruangan itu juga Bung Karno pernah mendekam ketika diasingkan di Bengkulu. Selanjutnya,
di sebelah kiri, terdapat ruang tahanan bawah tanah juga gudang harta. Sedangkan memasuki ke
pintu utama di sebelah kanan terdapat barak militer berisikan beberapa meriam dan peluru yang
tersisa. Terus ke depan terdapat perkantoran yang digunakan untuk perwira. Terdapat pula beberapa
gudang mesiu dan beberapa meriam tersisa. Jika dilihat dari udara, maka benteng terlihat berbentuk
seperti kura-kura memiliki kepala dan empat buah kaki, oleh karena itu benteng ini juga disebut
dengan benteng kura-kura. Pada bagian sudut dahulunya digunakan sebagai menara pengintai dan
terdapat beberapa meriam berjaga bila musuh datang menyerang. Benteng Marlborough merupakan
dermaga laut milik Inggris untuk mengirim hasil jarahan ke negeri Inggris. Beberapa literatur
menyebutkan benteng ini merupakan benteng terbesar di kawasan Asia Tenggara. Fungsi benteng
berubah menjadi kepentingan perdagangan. Benteng dijadikan tempat koordinasi bagi kelancaran
suplai lada bagi perusahaan dagang Inggris, East Indian Company (EIC), dan pusat pengawasan jalur
pelayaran dagang yang melewati selat sunda.
Perisitiwa bersejarah juga terjadi pada 17 Maret 1824, Belanda menyerahkan Malaka dan
Semenanjung Melayu pada Inggris. Sedangkan, Inggris menyerahkan kekuasaannya di
Bengkulu dan seluruh kepemilikannya di Pulau Sumatera kepada Belanda. Perjanjian tersebut
dilakukan pada 17 Maret 1824 di London, dikenal dengan "traktat London". Pada perjanjian itu
Belanda diwakili oleh Hendrik Fagel dan Anton Reinhard Falck, sedangkan Inggris diwakili
George Canning dan Charles Watkins Williams Wynn. Hal ini dilakukan untuk menguasai
wilayah jajahan masing-masing. Benteng ini dibuka untuk umum pada 24 April 1984. Beberapa
pemugaran terjadi yang mengubah bentuk dan keasliannya. Benteng ini selain berdekatan
dengan samudera, juga dikelilingi kawasan wisata pecinan dan sebuah Vihara. Karena pada
masa Inggris mereka menggunakan warga etnis Tionghoa sebagai pedagang dan pekerja.
Sebenarnya ada banyak wisata sejarah dan alam di Bengkulu, sayang belum dikelola secara
baik dan terpadu antara pemerintah dan pihak swasta yang bergerak di bisnis pariwisata secara
profesional sehingga tak banyak yang dikenal. Namun belakangan beberapa potensi wisata
Bengkulu mulai membuka diri dan dikenali para pelancong dari dalam dan luar negeri.
7
2.2 Meriam-Meriam Benteng Marlborough
Sebanyak delapan meriam peninggalan Inggris di Benteng Marlborough, Kota Bengkulu
diperiksa oleh tim Balai Pelestarian Cagar Budaya Jambi (BPCBJ), Rabu (21/5/2014).
Pemeriksaan dilakukan menggunakan larutan kimia dan alami untuk menghindari keropos akibat
dimakan usia dan cuaca. "Terlebih dahulu dilakukan identifikasi terhadap meriam,” kata
Koordinator Pemeliharaan BPCBJ, Sri Mulyati. Identifikasi dilakukan untuk mengetahui tingkat
korosi, penyakit meriam dan lainnya yang menyebabkan meriam menjadi keropos dan rusak akibat
faktor cuaca dan terpaan air garam. Sebab, benteng tersebut berada di tepi pantai. Usai identifikasi,
delapan meriam itu dicuci dengan jeruk nipis, kristal lilis, larutan teh serta bahan kimia paraloit
dan tanin. "Hasil indentifikasi akan diketahui tingkat korosi meriam tersebut. Ini bertujuan agar
meriam tersebut awet," papar Sri Mulyati. Konservasi ringan dan identifikasi meriam, melibatkan
peserta bimbingan teknis konservasi cagar budaya dari empat provinsi, yakni Bengkulu, Jambi,
Sumatera Selatan dan Bangka Belitung. Sementara, pemateri berasal dari Kantor BPCBJ Jambi,
instruktur, dari Balai Konservasi Borobudur.
Banteng Marlborough adalah benteng peninggalan Inggris di kota Bengkulu. Nama benteng ini
menggunakan nama seorang bangsawan dan pahlawan Inggris, yaitu John Churchil, Duke of
Marlborough I. Benteng ini tergolong terbesar di kawasan Asia. Dibangun pada tahun 1685 hingga
1825.
8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Jauh sebelum Inggris mendirikan benteng Marlborough, Bengkulu telah dikenal sebagai
penghasil lada dengan kualitas terbaik. Lada Bengkulu pada masanya ibarat susu cap nona dalam
sejarah Bengkulu yang menjadi daya tarik ekonomi dan politik kerajaan-kerajaan Nusantara
terutama Aceh dan Banten maupun kolonial Barat. Temuan arkeologis menunjukkan bahwa
kebudayaan Bengkulu telah berkembang sejak jaman megalit yang tersebar di seluruh wilayah
provinsi Bengkulu. Ekskavasi situs Padang Sepan Bengkulu Utara ditemukan tempayan kubur,
guci, beliung persegi, belincung, juga keramik dinasti Sung, Yuan, dan Ming yang secara
arkeologis mengindikasikan bahwa masyarakatnya sudah menguasai teknologi yang berhubungan
dengan religi dan organisasi sosial. Tinggalan arkeologis Hindu-Budha di Bengkulu hanya didapati
pada situs Trisakti Suban Air Panas. Sementara itu Islam masuk di Bengkulu sekitar abad ke 16
yang kemudian menjadi nafas kebudayaan Bengkulu, Namun demikian aksara Ka- Ga-Nga yang
merupakan turunan dari aksara Palawa dapat berkembang bahkan menjadi salah satu aset budaya
yang perlu dilestarikan. Aksara ini dipakai pada naskah-naskah Ka-Ga-Nga yang berisi adat
isitiadat/hukum adat, jampi/mantra, pengobatan, pertanian maupun kisah/kejadian. Sejarah juga
mencatat bahwa pada waktu itu Bengkulu terbelah dua; dari Air Urai ke Utara dibawah pengaruh
Aceh, dan ke Selatan dibawah pengaruh Banten. Bahkan Banten mengklaim Bengkulu sebagai
bagian dari wilayahnya, sementara Inggris dan Belanda juga saling berebut pengaruh. Perancis
dengan skwadron lautnya dibawah Comte Charles Hendri d’Estaing baru dapat menguasai fort
Marlborough 11 Agustus 1760. Sumber luar seperti Sejarah Melayu, Banten dan catatan kolonial
menyebutkan pada abad ke 16 dan 17 berkembang kerajaan-kerajaan kecil seperti: Sungai Serut,
Selebar, Depati Tiang Empat, Sungai Lemao, Sungai Itam, dan Anak Sungai. Walaupun tidak
berbentuk negara yang mempunyai kekuasaan tunggal dan mutlak, tetapi mereka dipersatukan
secara genealogis dan adat. Kerajaan-kerajaan ini terdiri dari beberapa dusun dan secara bersama
mengangkat pemimpinnya kemudian bergabung pula dusun-dusun lain secara sukarela sehingga
menjadi lebih kuat. Kerajaan- kerajaan ini adalah penghasil lada terbaik dibawah monopoli
Kesultanan Aceh dan Banten. Meningkatnya permintaan lada pada awal abad ke 17 menyebabkan
Banten memperketat pengawasan atas Bengkulu. Sebuah piagam (dari lempengan tembaga) yang
9
dikeluarkan sultan Banten 1668 merupakan bukti begitu kuatnya hasrat untuk menguasai
perdagangan lada di kerajaan Selebar. Setelah kekuasaan Inggris di Bengkulu pada akhir abad ke
17 membentang dari Mejunto di Utara sampai ke Kroi (Kaur) di Selatan. Banten yang tidak
berdaya dengan licik menawarkan Bengkulu seharga 10.000 real Spanyol, tapi tawaran ini tidak
pernah ditampik Inggris. Lada yang telah memashurkan Bengkulu menyebabkan nafsu
keserakahan mengikis rasa kemanusiaan penguasa kolonial terhadap penduduk pribumi. Untuk
memperkuat posisinya, Inggris mendirikan benteng York 1701 di tepi Sungai Bengkulu, karena
letak yang kurang strategis dan banyak tentara yang mati karena malaria akhirnya benteng ini
terbengkalai. Pada tahun 1714, gubernur Joshep Collet (1712-1716) mulai membangun benteng
Marlborough Kedua benteng ini sepertinya melegitimasi kekuasaan Inggris setidaknya untuk
Belanda yang merupakan saingan utamanya. Namun, tidak lama setelah pembangunan tahap
pertama benteng ini selesai, pada tanggal 17 Maret 1719 gerakan sosial rakyat Bengkulu berhasil
mendepak Inggris keluar dari Bumi Raflesia. Untuk mengenang semangat patriotisme peristiwa
ini pemerintah daerah Kota Bengkulu menjadikan 17 Maret 1719 sebagai hari jadi kota Bengkulu.
Sementara Bengkulu menikmati kemerdekaannya, Belanda (VOC) kembali menanamkan
pengaruhnya, untuk mengurangi pengaruh Belanda, Inggris dizinkan kembali ke Bengkulu 1720.
Sebanyak delapan meriam peninggalan Inggris di Benteng Marlborough, Kota Bengkulu
diperiksa oleh tim Balai Pelestarian Cagar Budaya Jambi (BPCBJ), Rabu (21/5/2014).
Pemeriksaan dilakukan menggunakan larutan kimia dan alami untuk menghindari keropos akibat
dimakan usia dan cuaca.
10
B. Manfaat Sejarah
Seperti diketahui, setiap hal tentu mempunyai perjalanan sejarah tersendiri. Mulai dari ilmu
sejarah terbentuknya bumi, perubahan peradaban manusia dari masa ke masa, terbentuknya suatu
negara yang merdeka dan berdaulat, hingga sejarah berdirinya bangunan kuno yang menjadi saksi
suatu peristiwa. Dari berbagai sejarah yang ada, terdapat nilai-nilai yang menjadi pembelajaran
tersendiri bagi masyarakat. Selain itu, manfaat belajar sejarah juga dapat membangun
kewarganegaraan yang lebih baik. Dengan mempelajari sejarah, tentu setiap warga negara bisa
lebih menghargai perjuangan para tokoh nasional yang berkontribusi membangun negara tersebut.
Dengan begitu masyarakat bisa melanjutkan perjuangan yang ada untuk menciptakan negara yang
maju, beretika, dan berbudaya luhur.
Berikut adalah hal yang dapat saya ambil dari hasil meneliti tempat peninggalan bersejarah
antara lain:
11
1. Menambah kekayaan dan khasanah budaya bangsa
2. Menambah pendapatan negara melalui kegiatan wisata
3. Sebagai bukti nyata peristiwa sejarah yang dapat diamati zaman sekarang
4. Dapat menambah wawasan dan pengetahuan
5. Sangat membantu dalam bidang pendidikan dan ilmu pengetahuan
6. Dapat mempertebal rasa kebangsaan
7. Dapat memperkokoh rasa persatuan
12