Anda di halaman 1dari 80

MODUL TEORI

PARASITOLOGI I

PROGRAM STUDI TEKNOLOGILABORATORIUM


MEDIK

INSTITUT KESEHATAN MEDISTRA LUBUK PAKAM


VISI dan MISI

INSTITUT KESEHATAN MEDISTRA LUBUK PAKAM

Visi

Menjadi Institut yang unggul dan profesional dalam bidang kesehatan di


tingkat Nasional dan Asia tahun 2028.

Misi

1. Menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran yang unggul, berkarakter,


dan kompeten yang adaptif terhadap perkembangan ilmu pengetahuan,
teknologi, seni dan globalisasi;
2. Menyelenggarakan penelitian yang inovatif, produktif dan responsif
terhadap ilmu pengetahuan, teknologi dan kebutuhan masyarakat;
3. Menyelenggarakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat berlandaskan
nilai dan tanggung jawab sosial; dan
4. Menjalin kerjasama yang baik dengan stakeholder mulai dari pemerintah,
dunia usaha dan masyarakat sebagai pengguna lulusan.
VISI dan MISI

FAKULTAS FARMASI

Visi

Menghasilkan lulusan yang unggul dan professional dalam mutu pendidikan di


bidang Farmasi Klinis dan Komunitas serta Mikrobiologi Molekuler Klinis yang
Mampu Bersaing di tingkat Nasional dan Asia Tahun 2022.

Misi

1) Menyelenggarakan proses belajar mengajar yang kondusif dengan sistem


yang mendukung pada FF sehingga pembelajaran tersebut menghasilkan
prodi yang dapat menghasilkan alumni berkarakter unggul, kompeten, dan
excellent service;
2) Menyelenggarakan proses praktik laboratorium yang kondusif dan handal
di berbagai fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat;
3) Mengoptimalkan dan mengimplementasikan penelitian bidang Farmasi
Klinis dan Komunitas dan Mikrobiologi Molekuler Klinis dengan
menggunakan pendekatan riset dalam bidang Farmasi dan Teknologi
Laboratorium Medik;
4) Mengimplementasikan program pengabdian kepada masyarakat berbasis
riset untuk menyelesaikan berbagai permasalahan di bidang Farmasi dan
Teknologi Laboratorium Medik; dan
5) Mengembangkan kerjasama dengan institusi pendidikan, pelayanan,
organisasi, dan stakeholders baik dalam maupun luar negeri.
VISI dan MISI

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK

Visi

Menjadi program studi yang unggul dan professional dalam bidang Mikrobiologi
Molekuler Klinis Tahun 2022

Misi

1. Menyelenggarakan pendidikan Teknologi Laboratorium Medik yang unggul


dan excelent service dalam bidang Mikrobiologi Molekuler Klinis;
2. Menyelenggarakan proses praktik laboratorium yang kondusif diberbagai
fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat;
3. Mengoptimalkan dan mengimplementasikan penelitian di bidang
Mikrobiologi Molekuler Klinis dengan menggunakan pendekatan riset dalam
bidang Teknologi Laboratorium Medik;
4. Mengimplementasikan program pengabdian kepada masyarakat berbasis riset
untuk menyelesaikan berbagai permasalahan di bidang Mikrobiologi
Molekuler Klinis; dan
5. Mengembangkan kerjasama dengan institusi pendidikan, pelayanan,
organisasi, dan stakeholders baik dalam maupun luar negeri.
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami Panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas

Karunia dan izin-Nya, sehingga Kami dapat menyelesaikan Modul Teori

“PARASITOLOGI I ”. Pada kesempatan ini pula, kami mengucapkan terima

kasih kepada pihak- pihak yang mendukung dan mengarahkan kami sehingga

Modul ini dapat diselesaikan dengan baik dan bermanfaat dalam pembelajran,

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan modul ini, masih banyak

kekurangan yang ditemui. Untuk itu, kami mengharapkan adannya saran dan

kritik yang sifatnya membangun demi kesempurnaan Modul ini . Akhir kata,

semoga Modul ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua terutama bagi

para pembaca dan pelajar dibidang ilmu biologi medik.

Lubuk Pakam,

8 Oktober 2021
DAFTAR ISI

Visi Dan Misi Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam ........................ i

Visi Dan Misi Fakultas Farmasi ................................................................ ii

Visi Dan Misi Program Studi Teknologi Laboratorium Medik .................. iii

Sk Modul.................................................................................................. iv

Rencana Pembelajaran Semester ............................................................... v

Kata Pengantar ......................................................................................... vi

Daftar Isi .................................................................................................. vii

Tata Tertib Praktikum Biologi Medik Ii .................................................... viii

Petunjuk Kerja Di Laboratorium ............................................................... ix

BAB I Pemeriksaan Parasitologi Yang Ada Di Tubuh .............................. 1

BAB II Menganalisa Istilah-Istilah Parasitologi ........................................ 14

BAB III Mengidentifikasi Macam Macam Parasit .................................... 19

BAB IV Mengidentifikasi Cara Penularan ............................................... 21

BAB V Mengamati Siklus Hidup Parasit dan Mengidentifikasi

Diagnosa Laboratorium ............................................................................ 25

BAB VI Mengamati Spesimen Pemeriksaan Parasitologis ........................ 27

BAB VII Mengetahui Jenis Jenis Helmintes ............................................. 31

BAB VIII Mengidentifikasi Nematoda Usus ............................................. 32

BAB IX Mengidentifikasi Nematoda Jaringan .......................................... 34

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 35


BAB
PARASITOLOGI
I
A. RUANG LINGKUP

1. Pengertian Parasit

Hidup parasitis harus dibedakan dari hidup predatorisme

(pemangsaan), dengan kata lain parasitisme itu berbeda dari pemangsaan.

Pemangsaan adalah perbuatan yang selain berakibat merugikan juga

menimbulkan kerusakan pada pihak lain secara langsung, bahkan dapat

sampai berakibat matinya organisme lain. Dalam dunia hewan, juga

dikenal pemangsaan yaitu hewan predator, yang menyerang hewan jenis

lain untuk mendapatkan makanan secara paksa. Sebagai contoh, harimau

mempredasi kijang berupa pembunuhan, burung mencuri telur penyu,

laba-laba menangkap dan mengisap darah lalat, dan lain sebagainya. Jadi,

ada perbedaan nyata antara prinsip hidup hewan predator dengan hewan

parasit. Predator membuat mangsanya tidak berdaya, bahkan sampai

membunuh korbannya. Meskipun demikian, di alam terlihat jelas bahwa

predator-predator yang berupa binatang buas itu tidak serakah, karena

mereka tidak mau membunuh tanpa batas, atau membunuh asal

membunuh. Binatang-binatang buas itu berburu untuk mendapat makan

secukupnya saja dan masih mengingat akan hari esok.

Prinsip hidup suatu parasit nampaknya lebih moderat. Demi untuk

kelangsungan hidupnya maka parasit-parasit tidak berbuat yang

menyebabkan matinya organisme yang ditumpanginya, sebab jika

organisme yang ditumpanginya mati maka parasit yang bersangkutan pun


ikut mati Rupanya parasitpun bersemboyan “jangan membunuh ayam agar

mendapat telurnya”, artinya jangan membunuh inang agar terjamin

kelangsungan hidupnya. Jadi, ditinjau dari segi hubungan antara pemangsa

dengan korbannya dan parasit dengan inangnya, tampak bahwa parasit

lebih cerdik, karena di samping mendapat makanan dari inang, parasit

sekaligus memperoleh perumahan dan pengangkutan secara gratis (free

home and free ride)

Berdasarkan uraian di atas maka kita telah mengenal organisme

yang hidup mandiri dan yang hidup sebagai parasit. Tidak ada satu

organisme pun yang dapat mempertahankan kelulushidupannya dan

kelangsungan hidupnya tanpa adanya hubungan timbal balik dengan

organisme lainnya. Dalam hidup mandiri, walau kecil sekalipun, juga

membutuhkan adanya organisme lain. Hidup parasitis tidak berdiri

terpisah dari bentuk-bentuk kehidupan lain yang ada. Oleh karena itu,

hidup parasitis mengenal bentuk-bentuk kehidupan perantaraan. Sebagai

contoh tentang adanya bentuk kehidupan peralihan itu adalah sebagai

berikut: lalat jenis tertentu semula berbiak dengan meletakkan telurnya

dalam luka yang membusuk. Larva yang kemudian menetas dari telur yang

diletakkan dalam luka itu dapat disebut parasit, sedang larva yang berasal

dari lalat sama jenis dan yang terjadi di dalam bangkai itu bukan parasit.

Beda antara parasit dan hewan karnivora (pemakan daging) hanya dalam

suatu hal adalah tingkatannya, demikian pula beda antara hidup parasitis

dan hubungan hidup manusia per individu dengan manusia lainnya juga

dalam hal tingkatannya. Karnivora biasanya lebih besar dan lebih kuat
daripada korbannya, sedang parasit biasanya jauh lebih kecil jika

dibandingkan dengan inangnya. Oleh karena itu, beda antara karnivora dan

parasit itu, sebenarnya hanya dalam hal ukuran jatah yang diperoleh dari

korbannya atau inangnya. Berdasarkan uraian di atas, maka timbul

pertanyaan-pertanyaan mendasar mengenai: apakah dalam pra-kehidupan

telah ada parasit? Ataukah dalam pra-kehidupan itu, semua organisme

hidup mandiri, dan parasit-parasit itu berasal daripadanya? Apakah parasit-

parasit yang sekarang ini ada bernenek-moyang parasit-parasit sama jenis

atau berbeda jenis?

2. Perkembangan Parasitologi

Teori heterologous menyatakan bahwa organisme parasit semula

berasal dari organisme bebas atau organisme yang hidupnya mandiri,

tetapi karena sesuatu hal maka berubah menjadi organisme parasit. Teori

yang lain, yaitu teori homologous, menyatakan bahwa organisme parasit

yang sekarang ini (ada), berasal dari organisme yang sejak awal mulanya

memang merupakan organisme parasit.

Cacing dan serangga telah dikenal oleh nenek moyang kita sejak

mereka hidup secara nomaden. Begitu pula cacing parasit telah lama

dikenal sebagai penyebab penyakit di dalam saluran pencernaan. Oleh

sebab itu, cacing sebagai penyebab penyakit telah dikenal oleh nenek

moyang kita jauh sebelum mereka mengenal bakteri dan protozoa.

Hewan-hewan parasit telah dikenal dan dibicarakan semenjak

zaman Hippocrates (460-377 sebelum masehi) dan Aristoteles (384-322

sebelum masehi) di Yunani, tetapi ilmu parasit baru berkembang setelah


manusia menyadari pentingnya ilmu tersebut di dalam pengetahuan

eksakta biologi.

Diduga orang pertama yang berjasa mengembangkan ilmu parasit

adalah Redi (1626-1698), seorang ahli ilmu alam berkebangsaan Italia. Ia

menemukan larva di dalam daging membusuk yang kemudian menjadi

lalat. Pada tahun 1752 Swammerdam dari Jerman membuktikan bahwa

kutu berasal dari telur. Oleh karena masih kuatnya pengaruh ajaran gereja

dan dogma-dogma lain dalam kehidupan masyarakat pada waktu itu,

kedua penemu tersebut tidak berani mengemukakan pendapatnya.

Dengan ditemukannya mikroskop oleh LEEUWENHOEK (1632-

1723) dari Belanda, berbagai jenis hewan parasit bersel satu pun

(Protozoa) mulai teridentifikasi sehingga teori abiogenesis mulai

ditinggalkan. Pada tahun 1831 Mehlis mengamati proses menetasnya

larva dari telur cacing daun (Trematoda). Semenjak itu daur hidup

berbagai parasit dapat dipelajari. Kuchen Meister pada tahun 1852

membuktikan bahwa Cysticercus cellulosae merupakan stadium

peralihan (intermedier) dari cacing pita pada manusia. Dikemukakan pula

bahwa Cysticercus cellulosae dapat ditemukan dalam daging babi,

sedangkan proses penularan oleh cacing pita pada manusia disebabkan

penderita mengonsumsi daging babi yang mengandung cacing stadium

peralihan tersebut. Namun demikian, pembuktian Kuchen Meister

disangkal oleh Von Siebold yang berpendapat bahwa Cysticercus

merupakan cacing pita yang mengalami degenerasi hidrophis. Degenerasi

hidrophis biasanya terdapat pada inang abnormal. Dengan demikian,


pembuktian secara eksak yang dikemukakan oleh Kuchen Meister adalah

hal yang benar.

Lebih lanjut Pasteur (1822-1895) dari Perancis bekerja sama

dengan Koch (1843-1910) dari Jerman menemukan adanya penyakit-

penyakit yang ditimbulkan oleh bakteri, kemudian keduanya juga

menyusun dasar teori kekebalan (imunologi). Dalam perkembangan lebih

lanjut ilmu parasit atau parasitologi tidak terlepas dari ilmu-ilmu eksak

yang lain, di antaranya imunologi, biokimia, dan fisiologi. Sebagai

contoh, mengenai hubungan antara parasit dengan inang. Bagaimana kita

dapat menerangkan proses terjadinya keseimbangan yang dapat dicapai

sedemikian rupa antara parasit dan inangnya sehingga parasit dapat tetap

hidup dalam tubuh inang. Sementara itu, kondisi inang seolah-olah tidak

menunjukkan adanya gejala klinis (sakit) atau mungkin indikasi

timbulnya kekebalan penyakit parasiter yang diperoleh inang setelah

terjadi infeksi parasit atau adanya tanggapan hipersensitivitas yang

dihasilkan oleh infeksi parasit. Hal-hal tersebut, tentunya dapat dipelajari

melalui ilmu kekebalan (imunologi).

Berdasarkan uraian sejarah, perkembangan dan wawasan

parasitologi sebagaimana telah diuraikan maka seorang ahli parasitologi

(Parasitolog) tidak boleh hanya mengetahui bahwa sesuatu organisme itu

hidup sebagai parasit. Ia harus pula mengikuti daur hidupnya dan

memahami masingmasing stadium dalam daur hidup itu, baik aspek-

aspek morfologi maupun biologinya. Ia harus memahami mengapa dalam

daur hidup sesuatu parasit terdapat stadium-stadium yang berbeda


kebutuhan dan fungsi hidupnya. Ia harus mencari jawaban, mengapa

dalam daur hidup sesuatu parasit dibutuhkan adanya organisme lain, dan

apa pula pengaruh lingkungan terutama temperatur, dan air, terhadap

pertumbuhannya.

Setiap ahli ilmu hayat pasti dapat menemukan suatu bagian

dalam bidang parasitologi yang menarik perhatiannya. Bidang

parasitologi itu sedemikian luasnya sehingga setiap peneliti ilmu hayat

akan mendapat jalan untuk mengisi kegiatan sepanjang hidupnya. Setiap

kemajuan, sekalipun kecil, dan seolah-olah terpisah satu dari yang lain,

akan menyumbang pengetahuan alam, kimia, matematika dan biologi.

Tergantung macam perhatiannya, peneliti dalam bidang parasitologi

mungkin memerlukan pendalaman dalam ilmu fisika-kimia, immunologi

dan serologi, statistika, genetika, dan sistematika. Oleh karena luasnya

bidang ilmu yang harus dipahami seorang ahli parasitologi, maka selama

ahli-ahli parasitologi itu menghabiskan masa pensiunpun, mereka masih

dapat melanjutkan keaktifannya dalam penelitian untuk menambah

kesibukan, kegembiraan hidup dan yang terutama adalah agar mereka

masih merasa diperlukan oleh masyarakat. Sesungguhnya, parasitologi

itu memberi sesuatu kepada setiap orang Seperti telah disebutkan pada

bagian pendahuluan, bahwa pengajaran parasitologi meliputi selain jenis-

jenis parasit, juga mengajarkan pengertianpengertian tentang taksonomi,

nomenklatur, morfologi, daur hidup serta epidemiologi dan patologi

penyakit yang ditimbulkannya. Hewan-hewan parasit yang akan dibahas

termasuk dalam golongan protozoa, helminth, dan artropoda parasit


3. Nomenklatur dalam Parasitologi

Pengertian-pengertian tentang taksonomi dan nomenklatur parasit

tidak hanya penting secara intelektual, tetapi juga penting dalam

komunikasi ilmiah. Pemberian nama terhadap parasit itu mulai terasa

pentingnya sejak manusia menyadari akan akibat gangguan parasit

terhadap kesejahteraan manusia dan hewan. Nama-nama parasit itu tentu

saja pada awalnya tidak tertulis dalam buku, tetapi ada dalam benak

manusia. Semakin tinggi tingkat kebudayaan manusia maka semakin

tinggi pula pengetahuan kita dalam ilmu obat-obatan, dan semakin

banyak jumlah parasit yang dikenal. Akibatnya, kita perlu menggolong-

golongkan hewan parasit dalam kategori yang besar sesuai dengan

prinsip-prinsip mantik.

Pengelompokan atau penggolongan tersebut dapat bersifat

nonilmiah yang menghasilkan nama-nama umum. Sebagai contoh, yaitu

nama-nama: cacing, serangga demikian pula terhadap nama umum yang

lebih spesifik, contohnya: cacing pita, cacing kait, cacing cambuk,

nyamuk, lalat, caplak, nyamuk malaria, nyamuk filaria, lalat rumah, lalat

pasir, lalat kandang, sedangkan pengelompokan atau penggolongan yang

lain, bersifat ilmiah eksak, yaitu sesuai dengan metode yang dipakai

dalam ilmu pengetahuan dan dikenal sebagai nama ilmiahnya.

Ternyata untuk nama-nama umum tersebut masih perlu disertai

namanama internasionalnya atau nama ilmiahnya. Oleh karena nama-

nama umum yang bermacam-macam tersebut dapat mengganggu

komunikasi idea parasitologi. Nama-nama tersebut tidak sama di


berbagai tempat di masingmasing negara yang berbeda. Bahkan di dalam

satu negara pun dapat dijumpai istilah-istilah yang berbeda untuk

menunjuk jenis dari suatu organisme tertentu. Dengan menggunakan

nama ilmiah atau internasional, sebagai contoh Musca domestica untuk

lalat rumah, Rhipicephalus sanguineus untuk caplak anjing maka akan

terhindarlah kekacauan dalam komunikasi idea parasitologi.

Nomenklatur hewan parasit mengikuti prinsip-prinsip untuk

hewan umumnya, sebab seperti yang telah dijelaskan dalam teori

biogenesis, hewan parasit itu baik langsung maupun tidak langsung

berasal dari hewan-hewan yang semula hidup mandiri. Pemberian nama

berdasarkan golongan itu sebenarnya telah dimulai sejak zaman Plato

(400 tahun sebelum Masehi), tetapi baru pada abad ke-18 nomenklatur

sistem binominal dikembangkan. Carl Von Linne (1707-1778), seorang

Swedia, biasanya namanya dilatinkan menjadi Carolus Linnaeus adalah

bapak nomenklatur sistem binominal. Sistem binominal sebenarnya

artifisial dalam arti kategorisasinya berdasar pada sifat-sifat morfologis

tanpa mempertimbangkan struktur yang mungkin menunjukkan adanya

hubungan antara hewan yang terdapat pada saat ini dan hewan yang

terdahulu. Setelah terbitnya buku Origin of Species pada tahun 1859

yang dikarang oleh Darwin maka sistem filogenetis yang berdasarkan

sebagian ajaran evolusi Darwin tersebut menggantikan sebagian ajaran

konsep special creation yang telah berabad-abad dianut oleh para

cendekiawan. Dalam ajaran evolusi keserupaan struktur menjadi lebih

diperhatikan dan dianggap sebagai adanya hubungan antara hewan


sekarang dan hewan zaman dahulu, sebagai bukti diduga adanya evolusi.

Selanjutnya, sistem filogenetis mulai menggantikan sistem artificial.

Perubahan tersebut perlu diketahui bidang biologi. Dalam

memberi nama jenis parasit yang baru dan menempatkannya dalam suatu

susunan serial hewan, perlu dicari dan ditunjukkan kemungkinan adanya

hubungan filogenetis tersebut.

Penyusunan serial hewan menurut sistem filogenetis tersebut

berdasar pada pengertian bahwa tren evolusi mulai dari organisme yang

susunannya relatif sederhana kepada organisme yang susunannya lebih

kompleks. Karena adanya aksi mekanisme evolusi tersebut maka

terjadilah penyimpanganpenyimpangan dan dari sini dapat disusun dalam

urutan yang teratur ke dalam:

Spesies Filum

Genus Klasis

Familia Ordo

Ordo atau Familia

Klasis Genus

Filum Spesies

Pada umumnya organisme-organisme yang mempunyai kesamaan

dalam jumlah besar digolongkan ke dalam jenis, dan yang mempunyai

kesamaan ciri tertentu dalam jumlah terkecil, digolongkan ke dalam

Filum.

Morfologi, baik eksternal maupun internal, dan fisiologi atau

proses yang terjadi dalam tubuh parasit merupakan sifat-sifat dasar dalam
taksonomi sistem filogenetis. Seperti telah disebutkan, bahwa

penggunaan nama ilmiah sangat dibutuhkan dalam komunikasi ilmiah.

Nama ilmiah atau nama internasional tiap hewan parasit, terdiri dari 2

bagian, yaitu sebagai berikut

a. Nama genus (jamaknya genera).

Nama genus selalu kata benda, dan mungkin diambil dari kata

Latin atau Greek.

b. Nama species (jamaknya species atau jenis).

Nama species adalah kata sifat deskriptif, walaupun dapat

juga nama benda.

Berikut ini beberapa contoh nama-nama spesies parasit.

a. Filaria conjunctiva

"Filaria" berasal dari kata "filum" dari bahasa latin,

yang berarti benang. "Conjunctiva" berasal dari

bahasa latin, yang berarti membran yang berbatasan

dengan kelopak mata dan menutup bagian depan bola

mata. Jadi, menunjukkan bahwa Filaria conjunctiva

adalah: cacing yang berbentuk benang dan berlokasi

pada conjunctiva.

b. Fasciola hepatica

"Fasciola" berarti sabuk, berasal dari bahasa latin.

"Hepatica" berasal dari kata "hepaticos" dari bahasa

Greek yang berarti hati. Jadi, Fasciola hepatica berarti

cacing yang berbentuk seperti sabuk dan terdapat di


dalam hati.

c. Cysticercus bovis

"Cysticercus" berasal dari kata cystis, yang berarti

kantung, "cercos" berarti ekor, dari bahasa Greek.

"Bovis" dari kata bovinus yang berarti sapi, dari

bahasa latin. Jadi, Cysticercus bovis adalah organisme

hidup yang berbentuk gelembung berekor dan

terdapat dalam daging sapi.

Varietas adalah suatu unit klasifikasi di bawah spesies dan

berbeda dengan spesies dalam beberapa sifat, tetapi perbedaannya tidak

cukup untuk dipertimbangkan sebagai spesies tersendiri.

B. TATA NAMA PENYAKIT PARASITIS

Penyakit parasitis adalah penyakit yang timbul sebagai akibat

adanya serangan hewan parasit (zooparasit). Pemberian namanya

disesuaikan dengan nama dari genus parasit yang bersangkutan, ditambah

akhiran asis. Sebagai contoh:

1. "Ascariasis" untuk nama penyakit yang disebabkan oleh cacing

Ascaris sp., misalnya oleh Ascaris lumbricoides.

2. "Enterobiasis" untuk nama penyakit yang disebabkan oleh cacing

Enterobius sp., misalnya oleh Enterobius vermicularis.

3. "Taeniasis" untuk nama penyakit yang disebabkan oleh cacing Taenia

sp., misalnya oleh Taenia saginata.

Dalam ilmu parasit, taksonomi dapat didefinisikan sebagai suatu

ilmu yang mencakup masalah identifikasi dan tata nama berbagai hewan
yang hidupnya bersifat parasitis.

Hampir semua filum dalam dunia hewan mengandung bentuk-

bentuk parasit walaupun sebagian besar hidup mandiri. Filum

Echinodermata mungkin satu-satunya yang tidak mengandung bentuk

parasitis, sedang filum Porifera, Coelenterata, Mollusca, dan Vertebrata,

masing-masing hanya mengandung beberapa jenis bentuk parasit.

Hewan-hewan parasit yang penting, terutama terdapat di antara filum

Protozoa, Platyhelmines (klasis Cestoda dan Trematoda), filum

Nemathelmines, dan Arthropoda (klasis Insecta dan Arachnida)

Berdasarkan kamus kedokteran, yang dimaksud dengan patologi

adalah pengetahuan tentang perubahan fisik dan fungsional tubuh sebagai

akibat adanya penyakit. Aktivitas hidup parasit di dalam tubuh inangnya,

di antaranya cara hidup, pemilihan habitat di dalam tubuh inang, toksin

yang dikeluarkannya, ikut menentukan perubahan fisik dan fungsional

tubuh inang yang bersangkutan.

Dengan demikian, kelulushidupan parasit bergantung pada

kemampuan dalam menjaga keseimbangan dengan inangnya. Berikut

adalah diagram (Gambar 1.1) yang menjelaskan derajat parasitisme.


Pada diagram A, hubungan parasit-inang merupakan hubungan

yang seimbang antara kebutuhan nutrisi (pakan) parasit dengan hambatan

yang diberikan oleh inang. Dan sebagaimana telah dijelaskan

sebelumnya, hubungan yang seimbang ini menunjukkan hubungan yang

stabil dan telah berlangsung lama. Namun, pada diagram B,

keseimbangan telah berubah, dalam arti kebutuhan nutrisi parasit sangat

tinggi (yang dapat disebabkan oleh infeksi yang berat) sehingga inang

menderita dan berdampak patologis bagi inang. Sedangkan, diagram C

menunjukkan bahwa akibat lanjut dari dampak patologis pada inang

adalah kematian parasit itu sendiri. Dengan demikian, dampak patologis

inang atau bahkan kematian inang, bukan merupakan kondisi yang

diinginkan oleh parasit karena dia tidak akan memperoleh keuntungan

apapun. Parasit hanya menyebabkan rasa kurang nyaman saja bagi inang,

oleh karena itu, implikasinya adalah mengambil nutrien hanya sekadar

lulus hidup saja, bukan menghabiskannya.

Kebanyakan parasit yang teradaptasi dalam bagian-bagian

tertentu tubuh inang disebut endoparasit, sedangkan parasit yang tinggal

pada bagianbagian permukaan tubuh inang disebut ektoparasit.

Setiap macam jaringan atau setiap alat tubuh vertebrata

merupakan tempat berparasitnya jenis parasit tertentu. Misalnya:

Plasmodium, Babesia, Theileria yang hidup pada sel darah merah.


Namun, Toxoplasma gondii mungkin merupakan satu-satunya jenis

parasit yang dapat hidup dalam segala macam jaringan tubuh, kecuali sel

darah merah. Hidup parasitis yang seperti itu masih tergolong bentuk-

bentuk parasitisme yang normal atau wajar.

Di samping itu, terdapat pula bentuk-bentuk parasitisme yang

istimewa, yaitu sebagai superparasitisme, hiperparasitisme, dan

poliparasitisme.

1. Superparasitisme Superparasitisme,

yaitu parasit yang berparasit pada parasit lain. Contoh:

Cotylurus flabelliformis adalah cacing daun bentuk primitif

yang berparasit dalam usus halus itik. Sebagai stadium

serkaria parasit-parasit tersebut dapat ditemukan dalam

stadium sporokista atau redia dari Trematoda lain yang hidup

sebagai parasit dalam siput air tawar Planorbis sp. Jadi, parasit

C. flabelliformis muda berparasit pada parasit lain (stadium

sporokista atau redia Trematoda) yang berparasit pada siput

Planorbis sp

2. Hiperparasitisme Hiperparasitisme,

yaitu kondisi berupa infestasi oleh parasit yang jumlahnya

kelewat batas. Di sini satu individu inang ditempati parasit

dari satu jenis yang jumlahnya jauh lebih besar dari biasanya.

Contoh, seekor ayam muda berumur 4 bulan menderita

infestasi cacing Ascaridia galli yang berjumlah sekitar 1.000

ekor, dapat disebut kasus hiperparasitisme.


3. Poliparasitisme (Multiparasitisme) Poliparasitisme,

yaitu kondisi berupa infestasi oleh bermacam-macam jenis

parasit dalam satu individu (inang). Contoh, di Indonesia

poliparasitisme pada manusia biasanya disebabkan oleh

malaria, skistosomiasis, filariasis dan cacing-cacing

gastrointestinal. Di negara Afrika, biasanya oleh malaria,

skistosomiasis, filariasis, trypanosomiasis dan leishmaniasis.

Pada hewan ternak disebabkan oleh tripanosomiasis,

anaplasmosis, babesiosis, koksidiosis, fassioliasis, theileriasis

dan cacingcacing gastrointestinal.

Pada manusia penyakit parasit tersebut predominan di

daerah di mana kemiskinan menonjol yang berkaitan dengan

buta aksara yang tinggi jumlahnya dan kesadaran sanitasi

yang rendah. Pada hewan, penyakit parasit tersebut

predominan di daerah yang mutu makannya rendah,

lingkungan tidak sehat, dan tingginya kesempatan untuk

mendapat penularan. Pada manusia kesempatan untuk

mendapat penularan tergantung pula pada macam

pekerjaannya, contoh pekerja tambang mudah sekali

mendapat penularan oleh cacing tambang.

Parasit dapat digolongkan dalam berbagai macam,

berdasar pada: tempat manifestasinya, lama waktu hidup

parasitnya, sifat keparasitannya, kebutuhan jumlah individu

inang dalam menyelesaikan daur hidupnya.


BAB

II

ISTILAH ISTILAH PARASITOLOGI

1. Pengertian
Parasitologi adalah suatu ilmu cabang Biologi yang mempelajari
tentang semua organism parasit. Tetapi dengan adanya kemajuan ilmu,
parasitologi kini terbatas mempelajari organism parasit yang tergolong
hewan parasit, meliputi: protozoa, helminthes, arthropoda dan
insektaparasit, baik yang zoonosis atau pun anthroponosis. Cakup
anparasitologi meliputi taksonomi, morfologi, siklus hidup masing-masing
parasit, serta patologi dan epidemiologi penyakit yang ditimbulkannya.
A. PARASIT
Organisme parasit adalah organisme yang hidupnya bersifat
parasitis; yaitu hidup yang selalu merugikan organisme yang ditempatinya
(hospes).
Macam macamnya :
1. Parasit obligat
parasit yang tidak dapat hidup bebas, harus menginfeksi inangnya
untuk dapat mendapatkan makanan, bertahan hidup, dan untuk dapat
melakukan daur hidup. Parasit obligat adalah jenis parasit yang harus
menginfeksi makhluk lain untuk daur hidupnya. Bila parasit ini tidak dapat
memperoleh inang, ia akan gagal berreproduksi.

Contohnya adalah cacing pita babi (Taenia solium) dan cacing pita sapi
(Taenia saginata) yang harus menginfeksi babi atau sapi, untuk dapat
berkembang biak.

Semua virus adalah parasit obligat, sebab virus hanya dapat berreproduksi
dengan menyerang sel makhluk hidup lain dan menggunakan materi
genetiknya untuk memperbanyak diri.
2. Parasit permanen :
parasit yang hidup pada hospes selama hidupnya. Contoh Ascaris
Lumbricoides
3. Parasit fakultatif
Parasit yang dapat hidup bebas dan dapat pula hidup sebagai parasit.
Contoh : strongloides stercocallis
4. Parasit insendetal
parasit yang secara kebetulan bersarang pada satu hospes
5. Parasit patogen
parasit yang menimbulkan kerusakan pada hospes karena pengaruh
mekanik, traumatic dan toksik
6. Parasit apatogen
parasit yang hidup dengan mengambil sisa makanan dalam tubuh
hospes dengan tidak menimbulkan kerugian atau kerusakan pada
hospes
7. ektoparasit
parasit yang hidup dipermukaan tubuh hospes
8. endoparasit
parasit yang hidup di dalam tubuh heospes
9. parasitmonoksen
parasit yang menghinggapi satu spesies hospes
10. parasitpoliksen
parasit yang dapat menghinggapi berbagai spesies hospes
11. pseudoparasit
suatu benda asing yang disangka sebagai parasit yang terdapat di
dalam tubuh hospes.

B. HOSPES
Hospes adalah jasad yang mengandung parasit.Hospes yang
dirugikan dapat digolongkan menjadi 4 macam yaitu ;
1. Hospes definitive adalah hospes yang membantu hidup parasit dalam
stadium dewasa/stadium seksual
2. Hospes perantara adalah hospes tempat parasit tumbuh menjadi bentuk
infektif yang siap ditularkan kepada manusia (hospes)
3. Hospes paratenik adalah hospes yang mengandung stadium infektif
parasit tanpa menjadi dewasa dan stedium infektif ini dapat ditularkan
dan menjadi dewasa pada hospes definitive
4. Hospes reservoir adalah hewan yang mengandung parasit dan
merupakan sumber infeksi bagi manusia

C. PARASITISME
Parasitisme merupakan hubungan timbale balik suatu spesies
dengan spesies lain untuk kelangsungan hidupnya. Dalam hal tersebut,
jenis jasad mendapat makanan dan lindungan jasad lain yang dirugikan
dan mungkin dibunuhnya. Sebenarnya parasit tidak bermaksud untuk
membunuh hospesnya tanpa membahayakan dirinya. Menurut derajat
parasitisme dapat dibagi menjadi:
1. Komensalisme
Suatu jenis jasad mendapat keuntungan dari jasad lain akan tetapi
jasad lain tersebut tidak dirugikan.
2. Mutualisme
Hubungan dua jenis jasad yang ke dua nya mendapat keuntungan
3. Simbiosis
Hubungan permanent antara dua jenis jasad dan tidak dapat hidup
terpisah
4. Pemangsa
Adalah parasit yang membunuh terlebih dahulu mangsanya dan
kemudian memakannya.
BAB

III
ISTILAH-ISTILAH PARASITOLOGI
5. VEKTOR
Vektor dalam arti luas yaitu pembawa/pengangkut. vektor dalam
arti lain adalah hewan avertebrata yang berperan sebagai penular
penyebab penyakit (agen) dari host pejamu yang sakit ke pejamu lain
yang rentan(28). Vektor dapat berupa vektor mekanis dan biologis, dan
juga berupa vektor primer dan sekunder. Vektor mekanis yaitu hewan
yang menularkan penyakit tanpa agen tersebut mengalami perubahan,
vektor mekanis ini sangat penting bagi penyebaran penyakit karena
dalam tubuh vektor mekanis biasanya parasit telah mencapai stadium
infektif. Daya tahan tubuh parasit di dalam tubuh vektor mekanis
terbatas karena, maka dari itu vektor mekanis berfungsi sebagai
pemindah.
Vektor biologis parasit mengalami tumbuh dan berkembang dalam
tubuh vektor, contohnya seperti nyamuk Aedes aegypti yang bertindak
sebagai vektor demam berdarah. Vektor biologis juga mempunyai
peran sebagai tuan rumah, dalam penyebaran parasit oleh vektor
biologis, arthropoda sebagai inang sangat diperlukan dalam siklus
hidup parasit.
Vektor primer merupakan penyebab utama terjadinya penularan
penyakit, baik pada orang maupun hewan yang secara klinis telah
terbukti sakit, sedangkan vektor sekunder adalah vektor yang dianggap
tidak penting sebagai penyebaran penularan penyakit, dalam keadaan
wabah, karena situasinya menyebabkan lebih dekatnya hubungan
vektor sekunder dengan inang, maka vektor sekunder dianggap sebagai
vektor penting.

A. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberadaan vektor


Ada beberapa karakteristik terhadap faktorfaktor yang
mempengaruhi suatu spesies dapat dikategorikan sebagai
vektor penyakit, berikut ini merupakan faktor-faktor yang
mempengaruhinya, yaitu :

a. Faktor Kebiasaan
Faktor kebiasaan atau kesukaan ini dapat
dihubungkan dengan berpengaruhnya nyamuk
terhadap bisa atau tidaknya kontak dengan agent
maupun host, misalnya nyamuk yang kebiasaannya
menggit manusia, tentu memiliki peluang untuk
menjadi vektor DBD.
b. Faktor Kecepatan Berkembangbiak
Adanya percepatan perkembangbiakan pada
nyamuk tentu akan mempengaruhi jumlah populasi
pada suatu spesies. Kondisi ini akan berpengaruh
terhadap frekuensi kontak dengan agent dan host
baru. Artiya nyamuk memiliki kecepatan
berkembangbiak lebih banyak, maka memiliki
peluang besar untuk menjadi vektor penyakit
c. Faktor biokimia
Faktor biokimia ini terjadi pada agent yang
mengalami perkembangan dalam tubuh vektor,
yaitu nyamuk, ketika nyamuk menghisap darah
manusia, maka agent yang ada di dalam darah akan
ikut terhisap dan akan masuk kedalam lambung
nyamuk, kemudian darah dicerna untuk selanjutnya
diserap kandungann proteinnya, sedangkan agent
ada yang terus berkembangbiak dan ada juga yang
akan mati karena pengaruh zat biokimia yang ada
di dalam lambung dan ikut dicerna.
MACAM-MACAMVEKTOR :
1. Vektor Mekanik :Mahluk hidup yang mengeluarkan parasit melalui
permukaan tubuh nya.

2. Vektor Biologis : Vector yang mengeluarkan penyakit


dimana sebelumnya bibit penyakit atau parasit masuk
kedalam tubuh vektor mengalami perubahan bentuk

6. ZOONOSIS
Zoonosis adalah penyakit atau infeksi yang ditularkan secara
alamiah di antara hewan vertebrata dan manusia. Zoonosis merupakan
ancaman baru bagi kesehatan manusia. Berdasarkan hewan
penularnya, zoonosis dibedakan menjadi zoonosis yang berasal dari
satwa liar, zoonosis dari hewan yang tidak dipelihara tetapi ada di
sekitar rumah, seperti tikus yang dapat menularkan leptospirosis, dan
zoonosis dari hewan yang dipelihara manusia.
mencakup berbagai penyakit menular yang secara biologis
berbeda satu dengan lainnya. Banyaknya penyakit yang dapat
digolongkan sebagai zoonosis dikarenakan adanya perbedaan yang
kompleks di antara penyakit tersebut. Penyakit zoonosis dapat
dibedakan antara lain berdasarkan penularannya, reservoir utamanya,
asal hewan penyebarnya, dan agens penyebabnya.

Berdasarkan agens penyebabnya, zoonosis dibedakan atas


zoonosis yang disebabkan oleh bakteri, virus, parasit, atau yang
disebabkan oleh jamur :

1. Zoonosis yang Disebabkan oleh Virus

Rabies (penyakit anjing gila) adalah penyakit infeksi yang


menyerang susunan syaraf pusat, terutama menular melalui gigitan
anjing dan kucing. Penyakit ini bersifat zoonosik, disebabkan oleh
virus Lyssa dari famili Rhabdoviridae.

2. Zoonosis yang Disebabkan oleh Parasit


Toksoplasmosis disebabkan oleh parasit protozoa bersel
tunggal yang dikenal dengan nama Toxoplasma gondii. Penyakit
menimbulkan ensefalitis (peradangan pada otak) yang serius serta
kematian, keguguran, dan cacat bawaan pada janin/bayi. T.
gondii dapat dibedakan dalam tiga bentuk, yaitu trofozoit, kista, dan
oosit dan dapat menular pada berbagai jenis hewan. Walaupun inang
definitifnya sebangsa kucing dan hewan dari famili Felidae, semua
hewan berdarah panas dan mamalia seperti anjing, sapi, kambing, dan
burung juga berperan dalam melanjutkan siklus T. gondii.

Taeniasis ditularkan secara oral karena memakan daging yang


mengandung larva cacing pita, baik daging babi (Taenia solium)
maupun daging sapi (Taenia saginata). Penularan taeniasis dapat
terjadi karena mengonsumsi makanan yang tercemar telur cacing pita
dan dari kotoran penderita sehingga terjadi infeksi pada saluran
pencernaan (cacing pita dewasa hanya hidup dalam saluran
pencernaan manusia).

3. Zoonosis yang disebabkan oleh bakteri.

Brucellosis merupakan salah satu penyakit zoonosis terutama


melalui kontak langsung dari hewan terinfeksi, minum susu dari hewan
yang terinfeksi, dan menghirup udara yang tercemar oleh bakteri
penyebab Brucellosis yaitu Brucella sp. Indonesia belum bebas dari
penyakit ini dengan prevalensi Brucellosis pada ternak di Indonesia
sekitar 40%. Bakteri penyebab Brucellosis termasuk bakteri jenis gram
negatif, berbentuk coccobacilus, dan hidup dalam sel. Terdapat empat
spesies Brucella yang dapat menginfeksi manusia yaitu B. abortus yang
terdapat di sapi, B. mellitensis hidup pada kambing dan domba, B.
suis pada babi, dan B. canis yang ada pada anjing. Penularan penyakit
ini dapat terjadi dengan mengkonsumsi susu dan daging yang berasal
dari hewan yang mengandung Brucella sp. Penularan paling banyak
terjadi melalui konsumsi susu dan produk olahannya yang tidak
dipasteurisasi secara sempurna, karena Bakteri ini dapat bertahan
hingga beberapa bulan di susu dan produk olahannya.

Menurut Cara Penularan (Transmisi)-nya zoonosis dibagi


menjadi empat golongan,

1. Zoonosis langsung (Direct zoonosis)

Zoonosis itu dapat berlangsung di alam hanya dengan satu jenis


vertebrata saja dan agen penyebab penyakit hanya sedikit berubah atau
malahan tidak mengalami perubahan sama sekali selama penularan.
Penyebab penyakit ditularkan dari satu induk semang vertebrata ke induk
semang vertebrata lainnya yang peka melalui kontak, wahana (vehicle),
ataupun dengan vektor mekanis. Yang termasuk dalam golongan penyakit
ini adalah rabies, bruselosis, leptospirosis, dan lain-lain.

2. Siklo-zoonosis

Siklus penularan diperlukan lebih dari satu jenis vertebrata, tetapi


tidak melibatkan invertebrata, untuk menyempurnakan siklus hidup agen
penyebab penyakit. Contohnya adalah penularan beberapa zoonosis
parasiter seperti pada hidatidosis dan taeniasis.

3. Meta-zoonosis

Penyakit yang digolongkan ke dalam metazoonosis siklus


penularannya memerlukan baik vertebrata maupun invertebrata. Dalam
golongan ini dimasukkan antara lain infeksi oleh arbovirus atau arthropod-
borne virus dan tripanosomiasis

Menurut reservoir utamanya ,zoonosis dapat berupa hewan


piara atau hewan domestik, maupun satwa liar, dapat digolongkan
menjadi 3 golongan, yaitu:

1. Antropozoonosis

Merupakan penyakit yang dapat secara bebas berkembang di alam


di antara hewan – hewan liar maupun domestik. Pada zoonosis jenis ini,
manusia tidak dapat menularkannya kepada manusia atau hewan lain.
Berbagai penyakit yang termasuk golongan ini adalah rabies, leptospirosis,
tularaemia dan hidatidosis.

2. Zooanthroponosis
Suatu penyakit digolongkan ke dalam grup ini bila penyakit itu
berlangsung secara bebas pada manusia atau merupakan penyakit
manusia dan hanya kadang-kadang saja menyerang hewan.

Zoonosis dapat disebabkan oleh berbagai macam organisme seperti


bakteri, virus serta parasit. Dan penyebarannya dapat dilakukan melalui
berbagai macam hewan perantara baik vertebrata maupun avertebrata.
Serta dapat ditularkan baik secara langsung maupun tidak langsung
melalui makanan ataupun gigitan berbagai jenis organisme

7. CARIER
Carrier adalah pengandung parasit tanpa memperlihatkan gejala-
gejala klinis sehingga dpt menjadi sumber infeksi bagi orang lain.
8. Virulensi
Virulensi adalah kapasitas relative pathogen untuk mengatasi
pertahanan tubuh. Dengan kata lain, derajat atau kemampuan dari
organism pathogen untuk menyebabkan penyakit.

Tingkat virulensi berbanding lurus dengan


kemampuan organisme menyebabkan penyakit .Tingkat
virulensi dipengaruhi oleh jumlah bakteri, jalur masuk
ketubuh inang, mekanisme pertahanan inang, dan faktor
virulensi bakteri. Secara eksperimental virulensi diukur
dengan menentukan jumlah bakteri yang menyebabkan
kematian, sakit, atau lesi dalam waktu yang ditentukan setelah
introduksi

BAB

IV

MACAM MACAM PARASIT


Parasit (~ tinggal berdekatan) adalah organisme yang eksistensinya
tergantung adanya organisme lain yang dikenal sebagai induk semang atau
hospes. Organisme yang hidup sebagai parasit seperti cacing telah dikenal
beratus-ratus tahun yang lalu oleh nenek moyang kita. Hewan-hewan parasit
telah dikenal dan dibicarakan semenjak zamannya Aristoteles (384-322 SM)
dan Hipocrates (460-377 SM) di yunani tetapi ilmu parasitnya sendiri baru
berkembang menjadi lalat. Dan penemuan ini maka redi didugaorang yang
pertama mengembangkan ilmu parasit. Kemudian setelah di temukan alat
pembesar oleh Leeuwenhoek (1632-1723) dan Belanda, hewan hewanparasit
bersel satu banyak di temukan

Oleh karena eksistensi parasit tergantung dengan eksistensi


hospesnya,kadang adanya hospes disuatu daerah dapat digunakan untuk
memprediksi eksitensi parasit di daerah tersebut

Pada pokok bahasan ini di bahas disertai dengan contoh contohnya parasit
dan jenis jenis parasit

Setelah mempelajari pokok bahasan ini di harapkann mahasiswa dapat


menjelaskan dengan contoh contohnnya berbagai jenis parasit berdasarksan sifat
parasitnya, waktu jumlah hospes, lokasi / predileksi, pengaruhnya
terhadap hospes, dan berdasarkan klasifikasi hewan.

A. BEDASARKAN SIFAT PARASITNYA

1. Parasit fakultatif

Parasit fakultatif adalah organisme yang sebenarnya organisme hidup


bebas, tetapi karena kondisi tertentu mengharuskan organisme tersebut
hidup sebagai parasit sehingga sifat hidup keparasitnya itu tidak mutlak
sebagai contoh : lalat-lalat seperti Sarcophaga,Chrysomyia,Caelophora dan
lain lainya yang termasuk keluarga Calliphorinae.stadium lavarnya normal
hidup di dalam kotoran ternak, tetapi karena tidak ada kotoran ternak,
terpaksa lalat betina bertelur di tubuh yang luka sehingga waktu menetas
larva dan menimbulkan miasis yang biasanya di jumpai di sela sela tracak
atau bagian belakang kuku bahkan dibagian lubang telinga luar

2. Parasit obligat

Parasit obligat adalah semua organisme yang kelangsungan hidup dan


eksistensinya mutlak memerlukan hospes. Semua organisme yang
merupakan parasit obligat

3. Pasit insidentil atau parasit sporadis


Parasit insidentil adalah suatu parasit yang karena sesuatu sebab berada
pada hospes yang tidak sewajarnya. Conto parasit insidentil diplidium
caninum. Parasit ini adalah cacing pita pada anjing yang dikenal dengan
cacing pita biji ketimun, tetapi karena kebetulan atau suatu karena suatu
“kecelakaan” terdapat pada manusia. Kecelakaan itu dapat terjadi sebagai
berikut : bila ada segmen yang gravid lepas dan merayap keluar melalui
anus anjing dan diluar temakan oleh pinja;l anjing ctenocephalus canis
atau pinjal manusia pulex irritans maka telur yang telah berembrio tumbu
menjadi sistisekoid atau kriptosista. Oleh karena kedekatan antara anjing
dan manusia bila pinjal tersebut termakan olehnya maka didalam saluran
pencernaan manusia tersebut dapat ditemukan cacing biji ketimun.
Gonglonema scutum parisit ini adalah termasuk cacing nematoda yang
secara normal parasit pada mulut sapi, tetapi karena kebetulan mungkin
dapat di temukan pada mulut orang

4. Parasit eratika

Parasit eratika adalah parasit yang terdapat pada hospes yang wajar tetapi
lokasinya pada daerah yang tidak sewajarnya contoh parasit eratika :
Ascaris lumbricoides. Parasit ini termasuk cacing nematoda yang
normalnya berlokasi didalam doudenum manusia dan babi. Namun
demikia karena pengaruh sesuatu hal seperti misalnya kelaparan atau
karena pengaruh gerakanantipistatik dinding usus,cacing tersebut
terdorong masuk ke lambung atau memasuki kandung empedu lewat
saluran empedu. Terjadinya parasit eratika ini mungkin juga karena
migrasi cacing dalam siklus hidupnya tidak normal. Misalnya, Larva
Ascaris sesampainya di dalam paru tidak terbatukan agar tertelan lewat
trakea, tetapi dari paru mala masuk peredaran darag sehingga cacing
datang disembarang jaringan tubuh hospesnya sehingga perna cacing ini
ditemukan di dalam medula oblongata seekor kera. Fasciola hepatica,
parasit ini termasuk cacing trematoda yang secara normal berlokasi
didalam hati sapi tetapi karena kecelakaan mungkin ditemukan di dalam
jaringan bawah kulit kelinci atau mungkin ditemukan di dalam di dalam
paru kuda. Kejadian ini tidak hanya bersifat parasit eratika tetapi juga
termasuk parasit indisentil.

5. Parasit spuriosa

Istilah ini sebenarnya tidak tepat untuk menyatakan parasit sudah duga.
Hal ini terjadi pada saat diagnosa pasca mato, misalnya karena sebelum
mati anjing makan tinja sapi yang mengandung telur cacing Moniezia
expansa, maka pada pemeriksaaan pasca mati bisa saja anjing didiangnosa
terinfeksi cacing Moniezia expansan
B. BERDASARKAN WAKTU ATAU DERAJAT
KEPARASITANNYA

1. Parasit temporer atau parasit non periodik

Parasit temporer adalah organisme yang sebagian waktu hidupnya


sebagai parasit sedang sisa hidupnya sebagai organisme hidup bebas.
Contoh contohnya dari parasit temporer :

Nyamuk Anopheles Anopheles betina sebagai kecil waktu hidupnya


sebagai parasit penghisap darah hanya pada malam hari yang panas,
sedang setelah itu Anopheles betina tesebut hidup bebas. Cimex
lecticularis, parasit ini di kenal sebagai kutu busuk. Cimex lecticularis
hidup sebagai parasit hanya 15 menit pada saat menghisap darah
hospesnya, tetapap dengan hidup sebagai parasitr 15 menit, kutu
tersebut dapat hidup bebas selama satu tahun. Omithodorus moubata,
organisme ini adalah caplak parasit pada babi,domba,kambing,anjing
mkelinci bahkan pada manusia caplak ini hidup sebagai parasit hanya
beberapa caplak tersebut dapat hidup bebas selama 14 tahun dalam
debu atau di dalam celah celah gubuk

2. Parasit stasioner permanen

Perasit statisioner permanen adalah organisme yang selama hidupnya


selalu kontak dan hidup sebagai parasit pada atau didalam hospesnya
yang termasuk parasit golongan ini adalah baik yang stadium larva dan
dewasanya hidup sebagai parasit di dalam satu hospesnya yang sama
maupun yang stadium larva dan stadium dewasanya hidup sebagai
parasit pada atau di dalam hospes yang berbeda

Contoh parasit yang stadium larva dan dewasanya permanen pada atau
didalam satu hospes adalah kutu. Semua stadium hidupnya mulai telur,
larva nimfa dan dewasa biasanya berada dalam satu hospes contoh parasit
stadium larva dan stadium dewasannya selalu berada didalam hospes yang
berbeda adalah protozoa darah seperti plasmodium. Plasmodium stadium
dewasanya berparasit dalam tubuh nyamuk anophesies sedang stadium
mudanya di dalam tubuh manusia jadi untuk plasmodium tidak ada
stadium hidup bebas.

C. BEDASARKAN JUMLAH HOSPESNYA

1. Parasit holoksenosa atau parasit monoksenosa


parasit holoksenosa adalah parasit yang dalam siklus hidupnya hanya
membutuhkan satu organisme lain sebagai hospesnya contoh contoh
parasit holoksenosa Eimeria tenella. Parasit termasuk protozoa yang dalam
siklus hidupnya hanya membutuhkan satu hospes yaitu ayam.cacing
golongan strongil ( haemonchus sp., Thichostrongylus sp,.dll) cacing
cacing tersebut dalam siklus hidupnya hanya membutuhkan satu hospes
yaitu herbivora. Kutu semua kutu umumnya hanya hidup dalam satu
hospes.
2. Parasit heteroksenosa
Parasit heteroksenosa adalah parasit didalam siklus hidupnya
membutuhkan lebih dan satu organisme lain sebagai hospesnya. Contoh
contoh parasit heteroksenosa : Babesia motasoi. Babesia motasi adalah
protozoa yang berparasit dalam sel darah domba. Dalam siklus hidupnya
protozoa tersebut membutuhkan caplak dan domba sebagai hospesnya
paragonimus westermani parasit ini termasuk cacing trematoda yang
berparasit pada paru manusia sebagai hospesnya yaitu keong (
semisuicospira libertina) dan udang atau kepiting sebagai hospesnya.
Parasit ini juga termasuk cacing trematoda yang berparasit di dalam
saluran atau kantung empedu domba di dalam siklus hidupnya trematoda
tersebyt selain domba membutuhkan keong dan semut
Parasit poliksenosa adalah parasit berhospes dua atau tiga merupakan
parasit poliksenosa kecuali ixodes ricinus yang termasuk parasit
hetersenosa karena stadium larva dan nimfanya membutuhkan burung
sebagai hospesnya dan stadium dewasa hidup berparasit pada anjing dan
mamalia lainnya .

D. BERDASARKAN LOKASI DAN PREDIKSINYA


1. Ektoparasit atau ektozoa
Ektoparasit adalah parasit parasit yang hidup berparastnya pada
permukaan hubungan bebas dengan dunia luar.Termasuk golongan ini
adalah parasit temporer atau non periodik atau di kenal parasit datang
pergi. Disebut parasit datang pergi karena parasit mengunjungi
hospesnya hanya pada waktu tertentu saja. Contoh contoh ektoparasit
Nyamuk dan lalat, Nyamuk dan lalat seperti nyamuk anopheles (
manusia) dan lalat stomoxys ( kuda,sapi) termasuk parasit termporer
karena keduanya mengunjungi hospesnya untuk hidup berparasit pada
waktu tertentu untuk menghisap darah. Kutu, pinjal dan caplak. Kutu
seperti Pediculus ( manusia ), Haematopinus (sapi) dan Linognathus
(sapi, domba, kambing, anjing), pinjal seperti Pulex (tikus), dan
Ctenocephalus (anjing, kucing), caplak seperti Ixodes, Boophilus,
Riphicephalus (herbivora, karnivora) semuanya termasuk ektoparasit
karena hidup pada permukaan tubuh hospesnya. Tungau, tungau-
tungau seperti Sarcoptes, Psoroptes, Chorioptes ( herbivora ),
Demodex ( anjing, sapi, manusia ), Cnemidocoptes (unggas ),
Otodectes (kelinci) adalah tungau yang hidup di dalam liang-liang
kulit dan karena liang-liang tersebut masih berhubungan dengan dunia
luar maka tungau juga termasuk ektoparasit.
2. Endoparasit atau entoparasit atau entozoon. Endoparasit adalah parasit-
parasit yang berlokasi didalam jaringan tubuh hospesnya kecuali yang
hidup dipermukaan tubuh dan di dalam liang-liang kulit. Contoh-
contoh endoparasit: Di dalam saluran pencernaan. Saluran pencernaan
tampaknya lokasi yang banyak disenangi sebagai tempat tinggal atau
predileksi parasit. Parasit dan berbagai spesies cacing nernatoda,
trematoda dan cestoda banyak tinggai di dalam lumen atau di dalam
mukosa dinding saluran pencernaan. Cacing nematoda yang berlokasi
di dalam lumen contohnya adalah Spirocerca (esophagus anjing),
Ascaridia (Ayam), Ascaris (babi, manusia), Neoascaris (sapi),
Parascaris (kuda), Toxocara (anjing, kucing), Bunostomum,
Haemonchus (sapi, domba, kambing) Strongylus (kuda), Strongyloides
(herbivore), Ancylostoma (anjing, manusia) dll. Cacing trematoda
yang berparasit di dalam lumen usus contohnya: Paramphistomum
(ruminansia), Echinostoma (unggas), Metagonimus, Platynosomum
(anjing)dll, sedang cacing cestoda yang berlokasi di dalam lumen usus
contohnya adalah Taenia (manusia), Moniezia (ruminansia),
Raillietina, Davaina, Hymenolepis, Choanotaenia (unggas). Selain itu
ada juga parasit yang berlokasi di dalam hati seperti Fasciola hepatica
(sapi), Opistorchis (anjing, babi, manusia), Eimeria stidae (kelinci),
Histomonas (unggas) dan di dalam pancreas seperti Eurythrema
pancreaticum (sapi). Di dalam saluran pernafasan, saluran pernafasan
juga banyak ditempati beberapa spesies parasit seperti
Metrastrongylus, Dictyocaulus (domba), Paragonimus (manusia),
Syngamus (ayam) dll. Selain itu banyak stadium larva terutama cacing
nematode yang dalam siklus hidupnya melewati saluran pernafdasan
sebelum mencapai predileksinya di dalam saluran pencernaan. Di
dalam saluran urmasi dan reproduksi. Parasit-parasit yang berlokasi di
dalam organ ini antara lain Stephaneurus dentatus (babi), Capilaria
plica (anjing), Setaria (kantung testis kuda), Prosthogonimus ( saluran
telur dan bursa fabrisius unggas), Tritrichomonas foetus (sapi),
izypanosoma equierdum (kuda) Di dalam sirkulasi. Banyak parasit
juga ditemukan dalam sirkulasi baik di dalam jantung, dalam plasma
darah (ekstra seluler) maupun pada atau di dalam sel-sel darah
(intraseluier). Parasit yang terdapat di dalam jantung biasanya di bilik
kanan antara lain adalah Dirofflaria (anjing), Dipetalonema ( manusia
). Yang berlokasi di dalam plasma darah antara lain adalah cacing
Schistosoma (manusia, sapi), Strongylus vuigaris (kuda),
Trypanosoma (anjing, kuda, ruminansia) dan beberapa larva nematoda
seperti Microfilaria bancrofti M malayi (manusia) dan larva dari
Stephanofflaria (sapi). Parasitparasit intraseluler sel darah antara lain
yang berada pada permukaan sel darah merah adalah Eperytrozoon
(domba), yang berparasit di dalam sel darah merah antara lain
Plasmodium (kera, manusia, ayam) Haemoproteus, Leucocytozoon
(ayam) , Babesia (sapi, domba, anjing ), dan Theileria ( sapi, domba ),
sedang yang berparasit di dalam sel darah putih adalah Hepatozoon (
anjing ). Parasit di mata. Ada beberapa parasit yang berlokasi di mata
antara lain, Loa-loa (manusia), Thelazia (sapi) dan Oxyspirura
mansoni (ayam). Parasit di jaringan kulit. Parasit yang terdapat
dijaringan kulit antara lain, Besnoitia, Sarcocystis (sapi), Leishmania
(anjing, manusia) sedang yang di bawah kulit adalah Onchocerca
gibsoni ( manusia) dan Stephanofflaria ( sapi). Parasit di dalam otot
serang lintang. Beberapa larva cacing pita seperti sistiserkus selulosa
(pada babi) (larva cacing Taenia solium ), sistiserkus bovis (pada sapi)
(larva Taenia saginata) dan larva Trichinella spfralis berlokasi di dalam
otot seran lintang. Parasit di dalam organ lain seperti di otak adalah
sista Toxoplasma (berbagai hewan) dan Neospora (anjing), di dalam
air susu anjing mungkin ditemukan larva Ancylostoma.

E. BERDASARKAN KLASIFIKASI HEWAN


Hewan terdiri dari hewan bersel satu ( uniseluler atau protozoa )
dan bersel banyak (multiseluler atau metazoa)
1. Uniseluler parasit. Kebanyakan hewan-hewan bersel satu sebagian
besar hidupnya sebagai parasit seperti misalnya, hewan-hewan
yang termasuk filum Sarcomastigophora, Apicomplexa,
Microspora, Myxospora dan Ciliophora. Contoh parasit yang
termasul dalam filum Sarcomastigophora adalah Trypanosoma,
Trichomonas, Tritrichomonas, Histomonas, Giardia. Contoh
parasit yang termasuk filum Apicomplexa adalah Hepatozoon,
Eimeria, Isospora, Cryptospondia, Toxoplasma, Sarcocystis
Besnoitia, Hammondia, Plasmodiuin. Haemoproteus,
Leucocytozoon, Baesia dan Theileria. Contoh parasit yang
termasuk Microspora adalah Encephalotozoon (parasit pada otak
dan ginjal kelinci, tikus, marmut, anjing, hamster). Myxozoa
parasit biasanya ditemukan pada ikan, sedang contoh parasit yang
termasuk kedalam filum Ciliophora adalah Balantidium.
2. Multiseluler parasit. Hewan-hewan multiseluler yang hidupnya
sebagai parasit kebanyakan pada hewan-hewan invertebrata seperti
yang termasuk filum Nemathelininthes, Plathyhelminthes,
Crustacea Arthropoda. Contoh parasit yang termasuk filum
Nemathelininthes adalah Ascaris, Ancylostoma, Haemonchus,
Spirocerca. Contoh parasit yang termasuk filum Platyhelminthes
adalah Taema, Raillietina, Fasciola, Eurythrema,
Paramphistomum. Contoh parasit yang termasuk Crustace adalah
kebanyakan anggota ordo Isopoda, dan sebagian dari ordo
Amphipoda dan Decapoda yang kesemuanya parasit pada hewan
akuatik. Pada filum-filum lainnya dan hewan ertebrata seperti
Spongifera, Porifera, Echinodermata, Coelanterata, dan Mollusca
walaupun ada tapi jarang sekali yang hidup sebagai parasit bahkan
filum Echinodermata mungkin satu-satunya yang tidak miliki
anggota yang hidupnya sebagai parasit. Sedangkan, hewan-hewan
vertebrata yang umumnya ukuran tubuhnya jauh lebih besar dari
hewan-hewan yang disebut sebelumnya hampir tidak ada yang
hidup sebagai parasit bahkan kebanyakan dari mereka berperan
sebagai hospes dalam kehidupn simbiosis parasitik. Walaupun
demikian ada informasi bahwa di Amerika selatan ada hewan
vertebrata yang hidup sebagai parasit yaitu sejenis ikan golongan
uritormis (Branchioica dan Vandeffia) hidup di dalam rongga
insang ikan lain dimana ikan tersebut menghisap darah ikan lain
yang berperan sebagai hospesnya, sedangkan klasifikasi parasit
dapat dilihat pada lampiran.

BA
B

CARA PENULARAN PARASIT V

parasit adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit, misalnya cacing atau
kutu. Infeksi parasit terjadi ketika parasit masuk ke dalam tubuh melalui makanan
atau minuman yang terkontaminasi, gigitan serangga, atau kontak langsung dan
tidak langsung dengan penderita infeksi parasit.

Parasit adalah mikroorganisme yang hidup dan menggantungkan hidup


dari organisme lain. Sebagian parasit tidak berbahaya, sedangkan sebagian lain
dapat hidup dan berkembang di dalam tubuh manusia kemudian
menyebabkan infeksi

A. PENGERTIAN MIKROORGANISME
Kata mikroorganisme merupakan istilah yang tidak asing bagi dunia
kesehatan. Mikroorganisme atau mikroba merupakan organisme hidup yang
berukuran sangat kecil (diameter kurang dari 0,1 mm) dan hanya dapat diamati
dengan menggunakan mikroskop. Mikroorganisme ada yang tersusun atas satu
sel (uniseluler) dan ada yang tersusun beberapa sel (multiseluler). Organisme
yang termasuk ke dalam golongan mikroorganisme adalah bakteri, archaea,
fungi, protozoa, alga mikroskopis, dan virus. Virus, bakteri dan archaea termasuk
ke dalam golongan prokariot, sedangkan fungi, protozoa, dan alga mikroskopis
termasuk golongan eukariota. Mikrobiologi (dalam Bahasa Yunani mikros =
kecil, bios = hidup, dan logos = ilmu) merupakan suatu ilmu tentang organisme
hidup yang berukuran mikroskopis. Mikrobiologi merupakan ilmu aneka disiplin
karena ilmu ini mencakup beberapa bidang, pembagiannya dapat berdasarkan
tipe mikrobiologi (pendekatan taksonomis) atau berdasarkan aktivitas fungsional.
Berdasarkan pendekatan taksonomis, mikrobiologi dibagi menjadi virologi,
bakteriologi, mikologi, fikologi, dan protozoologi. Sedangkan berdasarkan
pendekatan fungsional, mikrobiologi dibagi atas ekologi mikroba, mikrobiologi
industri, mikrobiologi pertanian, mikrobiologi kedokteran, mikrobiologi pangan,
fisiologi mikroba, genetika mikroba, dan sebagainya.

Setelah Anda mengerti batasan mikrobiologi, marilah kita lanjutkan


pembahasan tentang bagaimana sejarah mikroorganisme berikut ini

Struktur Mikroorganisme dan Ukuran Sel terdiri atas dua tipe, yaitu sel
prokariotik dan sel eukariotik. Kedua tipe sel secara kimiawi adalah serupa,
yakni sama-sama memiliki asam nukleat, protein, lipid, dan karbohidrat. Kedua
tipe sel tersebut juga menggunakan reaksi kimia yang sama untuk
memetabolisme makanan, membentuk protein, dan menyimpan energi.
Perbedaan sel prokariotik dari sel eukariotik adalah struktur dinding sel,
membran sel, serta tidak adanya organel, yaitu struktur seluler yang
terspesialisasi yang memiliki fungsi-fungsi spesifik.

a. Sel Prokariotik

Sel prokariotik secara struktural lebih sederhana dan hanya


ditemukan pada organisme bersel satu dan berkoloni, yaitu bakteri
dan archaea. Dapat dikatakan sel prokariotik sebagai suatu molekul
yang dikelilingi oleh membran dan dinding sel karena tidak
mempunyai organel sel, tetapi mempunyai sistem membran dalam
dinding selnya. Suatu sel prokariotik terdiri atas DNA, sitoplasma,
dan suatu struktur permukaan termasuk membran plasma dan
komponen dinding sel, kapsul, dan lapisan lendir (slime ayer). Ada
sebagian sel prokariotik yang mempunyai pigmen fotosintesis
seperti ditemukan pada Cyanobakteria.
Ciri-ciri sel prokariotik adalah:

1) sitoplasma sel prokariotik bersifat difuse dan bergranular karena


adanya ribosom yang melayang di sitoplasma sel;

2) membran plasma yang berbentuk dua lapis fosfolipid yang


memisahkan bagian dalam sel dari lingkungannya dan berperan
sebagai filter dan komunikasi sel;

3) tidak memiliki organel yang dikelilingi membran;

4) memiliki dinding sel kecuali mycoplasma dan thermoplasma;

5) kromosom umumnya sirkuler. Sel prokariotik tidak memiliki


inti sejati karena DNA tidak terselubung oleh membran;

6) dapat membawa elemen DNA ekstrakromosom yang disebut


plasmid, yang umumnya sirkuler (bulat). Plasmid umumnya
membawa fungsi tambahan, misalnya resistensi antibiotik; 7)
beberapa prokariotik memiliki flagela yang berfungsi sebagai alat
gerak; 8) umumnya memperbanyak diri dengan pembelahan biner

b. Sel Eukariotik

Sel eukariotik mengandung organel seperti nukleus,


mitokondria, kloroplas, retikulum endoplasma (RE), badan golgi,
lisosom, vakuola, peroksisom, dan lain-lain. Organel dan
komponen lain berada pada sitosol, yang bersama dengan nukleus
disebut protoplasma

Ciri-ciri sel eukariotik adalah:

1) Sitoplasma sel eukariotik tidak tampak berbutir-butir


(bergranular), karena ribosom terikat pada retikulum endoplasma;

2) Memiliki sejumlah organel yang dikelilingi oleh membran,


termasuk mitokondria, retikulum endoplasma, badan golgi,
lisosom, dan kadang terdapat pula kloroplas;

3) DNA eukariotik terikat oleh protein kromosomal (histon dan


non histon). Struktur kromosom bersama protein kromosomal
disebut kromosom. Seluruh DNA Kromosom tersimpan dalam inti
sel; dan

4) Sel eukariotik bergerak dengan menggunakan silia atau flagela


yang secara struktural lebih komplek dibandingkan silia atau
flagela pada sel prokariotik.
Penyebab Infeksi Parasit
Infeksi parasit terjadi ketika parasit masuk ke dalam tubuh manusia
melalui mulut atau kulit. Di dalam tubuh, parasit akan berkembang dan
menginfeksi organ tubuh tertentu.
a. Protozoa
Protozoa merupakan jenis parasit yang umumnya hanya bisa dilihat
melalui mikroskop. Protozoa yang dapat menginfeksi manusia dapat
dibagi ke dalam 4 jenis, yaitu:

 Amoeba, yang menyebabkan penyakit amebiasis


 Siliofora, yang menjadi penyebab balantidiasis
 Flagellata, yang mengakibatkan penyakit giardiasis
 Sporozoa, yang menjadi penyebab kriptosporidiosis, malaria, dan
toksoplasmosis

b. Cacing

Cacing adalah parasit yang umumnya dapat dilihat dengan mata


telanjang. Sama seperti protozoa, cacing dapat hidup di dalam atau di luar
tubuh manusia.
Ada tiga jenis cacing yang bisa menjadi parasit di dalam tubuh manusia,
yaitu:

 Acanthocephala atau cacing kepala duri


 Platyhelminths atau cacing pipih, termasuk di antaranya cacing isap
(trematoda) dan cacing pita penyebab taeniasis
 Nematoda, seperti cacing gelang yang menyebabkan
penyakit ascariasis, cacing kremi, dan cacing tambang

Cacing dewasa umumnya hidup di saluran pencernaan, darah,


sistem getah bening, atau jaringan di bawah kulit. Namun, cacing tidak
dapat memperbanyak diri di dalam tubuh manusia. Selain bentuk cacing
dewasa, bentuk larva dari cacing juga dapat menginfeksi berbagai jaringan
tubuh
c. Ektoparasit
Ektoparasit adalah jenis parasit yang hidup di kulit manusia dan
mendapat makanan dengan mengisap darah manusia. Beberapa contoh
ektoparasit adalah:

 Pediculus humanus capitus, yaitu kutu rambut yang menyebabkan


kulit kepala terasa gatal
 Pthirus pubis, yaitu kutu kemaluan yang membuat kulit kemaluan
terasa gatal, mengalami iritasi, dan terkadang menimbulkan demam
 Sarcoptes scabiei, yaitu tungau penyebab penyakit skabies atau kudis
PARASIT YANG PENULARANNYA MELALUI KEONG/SIPUT
Terjadi sejak larva masuk kesaluran empedu sampai menjadi
dewasa. Parasit ini dapat menyebabkan iritasi pada saluran empedu dan
penebalan dinding saluran. Selain itu, dapat terjadi perubahan jaringan hati
berupa radang sel hati. Pada keadaan lebih lanjut dapat timbul sirosis hati
disertai asites dan edema. Luasnya organ yang mengalami kerusakan
bergantung pada jumlah cacing yang terdapat disaluran empedu dan
lamanya infeksi gejala dari penyakit fascioliasis biasanya pada stadium
ringan tidak ditemukan gejala. Stadium progresif ditandai dengan
menurunnya nafsu makan, perut terasa penuh, diare dan pembesaran hati.
Pada stadium lanjut didapatkan sindrom hipertensi portal yang terdiri dari
perbesaran hati, ikterus, asites, dan sirosis hepatis.

PARASIT YANG PENULARANNYA MELALUI KONTAK


LANGSUNG DAN TIDAK LANGSUNG
Parasit yang ditularkan melalui kontak langsung antar manusia
adalah Trichomonas vaginalis. Parasit ini termasuk kelompok flagellata
genital yang habitatnya ada di dalam organ genitalia baik pria maupun
wanita. Karena habitatnya yang di dalam organ genital maka sangat mudah
dimengerti cara penularan parasit ini tentu melalui kontak langsung antara
organ genital pria dan wanita. Dengan kata lain cara penularan parasit ini
melalui hubungan seksual. Habitatnya yang di dalam organ genital
menyebakan terjadinya peradangan pada organ tersebut dan seringkali
disebut sebagai penyebab penyakit kelamin di masyarakat. Sementara itu
parasit yang ditularkan dengan cara tak langsung diantaranya adalah
cacing kremi (Enterobius vermicularis). Untuk cacing kremi tidak akan
dibahas kembali pada KBM ini karena akan dibahas pada KBM VII
dimana cacing ini termasuk kelompok cacing usus non soil transmitted
helminth yang penularannya secara mekanik. Cacing kremi juga
dimasukkan dalam kelompok parasit yang penularannya dengan kontak
tidak langsung karena penderita yang biasanya anak seringkali tanpa sadar
telah menebarkan banyak telur cacing yang keluar melalui anus saat tidur
malam pada area tempat tidur yang dapat menginfeksi anggota keluarga
lain saat melakukan pembersihan. Parasit dari kelompok tungau spesies
Sarcoptes scabiei merupakan penyebab penyakit kudis (scabies). Penyakit
ini seringkali berhubungan erat dengan kehidupan berkelompok dan
kebersihan diri serta sanitasi lingkungan yang kurang mendukung. Spesies
ini memiliki cara penularan baik secara kontak langsung maupun tidak
langsung

PARASIT YANG PENULARANNYA MELALUI MAKANAN DAN


MINUMAN
Parasit yang penularannya melalui makanan dan minuman
spesiesnya sangat banyak namun pada KBM V ini hanya akan dibahas
beberapa spesies yang masih sering ditemukan di sekitar kita dan
mengakibatkan infeksi pada masyarakat. Keberadaan parasit ini pada
makanan dan minuman bukan selalu berarti bahan makanan atau minuman
mengandung parasit yang hidup pada bahan makanan tersebut, namun
umumnya sebagian besar bahan makanan atau minuman mengalami
kontaminasi parasit dari luar. Proses pencucian dan pengolahan bahan
pangan yang kurang higienis menyebabkan parasit yang mengkontaminasi
tidak terbunuh dan masuk ke tubuh manusia bersama makanan dan
minuman tersebut. Parasit yang sering mengkontaminasi bahan pangan
berasal dari berbagai jenis baik kelompok helminth maupun protozoa.
Parasit dari kelompok helminth yang masih sering ditemukan kasus
infeksinya diantaranya adalah cacing pita sapi (Taenia saginata), cacing
pita babi (Taenia solium) dan cacing pita tikus (Hymenolepis nana dan
Hymenolepis diminuta). Manusia berpeluang menderita Taeniasis akibat
konsumsi daging sapi atau babi yang menagalami proses pemasakan
kurang sempurnya, sedangkan Hymenolepiasis terjadi kerena populasi
tikus di sekitar kita yang relatif cukup banyak sehingga kotorannya sangat
mungkin berserakan menebarkan telur cacing pada bahan pangan
simpanan kita. Khusus untuk hymenolepiasis akan dibahas pada KBM VII
karena cacing ini juga dapat ditularkan dengan cara mekanik oleh host
perantaranya. Parasit dari kelompok protozoa yang seringkali
menyebabkan penyakit diare biasanya akibat infeksi kelompok rizophoda
yaitu amoeba usus yang telah mengkontaminasi makanan dan minuman.
Perilaku menjaga higiene perorangan dan sanitasi bahan pangan akan
menjadi tumpuan pencegahan terjadinya infeksi akibat parasit dari
kelompok ini. Salah satu spesies pathogen dari protozoa usus ini adalah
Entamoeba histolityca. Spesies ini harus diwaspadai karena menjadi
penyebab diare amoeboid. Sementara itu spesies lain seperti Entamoeba
coli, Iodamoeba butschlii bahkan flagellata usus spesies Giardia lamblia
secara teoritik dianggap tidak pathogen, namun apabila jumlahnya
melebihi ambang batas toleransi sangat mungkin akan menjadi pathogen
pula.
PARASIT YANG PENULARANNYA DENGAN CARA
DITURUNKAN
Penyakit yang tak menunjukkan tanda dan gejala khas sebelum
berdampak serius merupakan kesulitan tersendiri bagi kita untuk
mengantisipasinya, terlebih yang diakibatkan masuknya mikroorganisme
termasuk parasit. Banyak yang belum mengetahui bahwa spesies parasit
tertentu dapat menyebabkan penyakit yang dapat diturunkan dari ibu ke
janin yang dikandungnya. Parasit spesies Toxoplasma gondii merupakan
mikroorganisme yang mengakibatkan terjadinya toxoplasmosis dimana
salah satu cara penularannya dengan diturunkan. Kesukaan masyarakat
memelihara binatang ternak berdarah panas merupakan faktor pendukung
merebaknya kasus toxoplasmosis mengingat binatang tersebut dapat
menjadi host definitif dari Toxoplasma gondii. Diantara beberapa jenis
binatang yang mungkin menjadi sumber infeksi toxoplasmosis, paling
sering dilaporkan adalah dari binatang kucing dan anjing. Kotoran
binatang yang terinfeksi biasanya mengandung ookista yang menjadi
stadium infektif
BAB

VI

DIAGNOSA LABORATORIUM
Cacing Ascaris lumbricoides memiliki 3 tahapan perkembangan
hidupnya namun stadium larva tidak banyak diulas sehingga lebih dikenal
dalam 2 stadium dalam perkembangan, yaitu : 1. Telur : pada stadium ini
dapat kita temukan berbagai bentuk telur diantaranya telur fertil, infertil
dan yang telah mengalami dekortikasi. 2. Bentuk dewasa : pada stadium
ini cacing ditemukan dalam 2 jenis kelamin yang terpisah (tidk
hermaprodit). Stadium telur spesies ini berbentuk bulat oval dan
ukurannya berkisar antara 45 – 75 mikron x 35 – 50 mikron. Telur Ascaris
lumbricoides sangat khas dengan susunan dinding telurnya yang relatif
tebal dengan bagian luar yang berbenjol-benjol. Dinding telur tersebut
tersusun atas tiga lapisan, yaitu :
a. Lapisan luar yang tebal dari bahan albuminoid yang bersifat
impermiabel.
b. Lapisan tengah dari bahan hialin bersifat impermiabel (lapisan
ini yang memberi bentuk telur)
c. Lapisan paling dalam dari bahan vitelline bersifat sangat
impermiabel sebagai pelapis sel telurnya

DIAGNOSA LABORATORIUM
Diagnosa pasti untuk Ascariasis dengan cara menemukan telur atau
cacing dewasa pada faeces yang dapat diperiksa secara langsung maupun
konsentrasi.

CACING CAMBUK (Trichuris trichiura)


Stadium perkembangan dari Trichuris trichiura adalah telur dan
cacing dewasa. Telurnya berukuran 50 x 25 mikron, bentuknya khas
seperti tempayan kayu atau biji melon. Pada kedua kutub telur memiliki
tonjolan yang jernih yang dinamakan mucoid plug. Tonjolan pada kedua
kutub.kulit telur tersebut bagian luar berwarna kekuningan dan bagian
dalammya jernih. Pada stadium lanjut telur kadang tampak sudah berisi
larva cacing. Cacing dewasa berbentuk seperti cambuk, bagian antarior
merupakan 3/5 bagian tubuh berbentuk langsing seperti ujung cambuk,
sedangkann 2/5 bagian postterior lebih tebal seperti gagang cambuk.
Ukuran cacing betina relatif lebih besar dibanding cacing jantan. Cacing
jantan panjangnya berkisar antara 3-5 cm dengan bagian kaudal membulat,
tumpul dan melingkar ke ventral seperti koma. Pada bagian ekor ini cacing
jantan mempunyai sepasang spikula yang refraktil. Cacing betina
panjangnya antara 4-5 cm dengan bagian kaudal membulat, tumpul tetepi
relatif lurus. Cacing betina bertelur sebanyak 3.000 – 10.000 telur tiap hari

DIAGNOSA LABORATORIUM
Diagnosa pasti untuk infeksi Trichuris trichiura dengan cara
menemukan telur atau cacing dewasa pada faeces yang dapat diperiksa
secara langsung maupun konsentrasi

CACING TAMBANG (Ancylostoma duodenale dan Necator americanus)


Cacing betina berukuran panjang kurang lebih 1 cm, cacing jantan
kurang lebih 0,8 cm. Bentuk badan Necator Americanus biasanya
menyerupai huruf S, sedangkan Ancylostoma duodenale menyerupai huruf
C. Rongga mulut kedua jenis cacing ini besar. Necator Americanus
mempunyai benda kitin, sedangkan pada Ancylostoma duodenale ada dua
pasang gigi. Cacing jantan mempunyai kopulatriks. Telur cacing tambang
berukuran kurang lebih 55 x 35 mikron, bentuknya bulat oval dengan
selapis dinding yang transparan dari bahan hialin. Sel telur yang belum
berkembang tampak seperti kelopak bunga. Dalam perkembangan lebih
lanjut dapat berisi larva yang siap untuk ditetaskan.
DIAGNOSA LABORATORIUM
Diagnosa pasti untuk infeksi cacing tambang dengan cara
menemukan telur, larva atau cacing dewasa pada faeces yang dapat
diperiksa secara langsung maupun dengan teknik konsentrasi.
CACING BENANG (Strongylides stercoralis)
Cacing betina yang hidup sebagai parasit, dengan ukuran 2,20 x
0,04 mm, adalah seekor nematoda filariform yang kecil, tak berwarna,
semi transparan dengan kutikulum yang bergaris halus. Cacing ini
mempunyai ruang mulut dan oesophagus panjang, langsing dan silindris.
Sepanjang uterus berisi sebaris telur yang berdinding tipis, jenih dan
bersegmen. Cacing betina yang hidup bebas lebih kecil dari pada yang
hidup sebagai parasit, menyerupai seekor nematoda rabditoid khas yang
hidup bebas dan mempunyai sepasang alat reproduksi. Cacing jantan yang
hidup bebas lebih kecil dari pada yang betina dan mempunyai ekor
melingkar. Telur dari bentuk parasitik, sebesar 54 x 32 mikron berbentuk
bulat oval dengan selapis dinding yang transparan. Bentuknya mirip
dengan telur cacing tambang, biasanya diletakkan dalam mukosa usus,
telur itu menetas menjadi larva rabditiform yang menembus sel epitel
kelenjar dan masuk kedalam lumen usus serta keluar bersama tinja. Telur
jarang ditemukan di dalam tinja kecuali sesudah diberi pencahar yang kuat
DIAGNOSA LABORATORIUM
Diagnosa pasti dapat ditegakkan dengan ditemukannya larva pada
daerah perianal yang diperiksa dengan metoda graham scoth atau
ditemukan telur atau larva pada faeses penderita yang diperiksa dengan
cara langsung maupun konsentrasi menggunakan teknik pengapungan dan
pengendapan.
CACING FILARIA PENYEBAB PENYAKIT KAKI GAJAH
(Wuchereria bancrofti, Brugia malayi, Brugia timori)
Filariasis merupakan salah satu penyakit yang ditularkan oleh
vektor nyamuk. Penularan penyakit ini melalui gigitan beberapa jenis
nyamuk, yaitu Anopheles, Culex, Mansonia, Aedes dan Armigeres.
Filariasis banyak ditemukan terutama di pedesaan, walaupun ditemukan
pula di perkotaan (Wuchereria bancrofti). Filariasis adalah penyakit
menular menahun yang disebabkan oleh cacing filaria. Penyakit ini
menampakkan gejala demam berulang dan peradangan kelenjar limfe.
Pada tingkat lanjut akan terjadi penyumbatan pada saluran kelenjar limfe
dan dapat menimbulkan pecahnya saluran pada area penyumbatan tersebut
sehingga akan menimbulkan gejala elephantiasis (kaki gajah).
DIAGNOSA
Diagnosis klinis ditegakkan bila pada seseorang tersangka terkena
penyakit Kaki Gajah ditemukan tanda-tanda dan gejala klinis akut maupun
kronis digabung dengan anamnese yang berhubungan dengan nyamuk.
Diagnosa laboratorium dilakukan dengan pemeriksaan darah kapiler yang
dilakukan pada malam hari mulai pukul 20.00 dan optimal pada tengah
malam karena berkaitan dengan microfilaria mempunyai perodisitas
nocturna atau hanya berada di peredaran darah tepi pada malam hari.
Metode untuk pemeriksaan mikrofilaria adalah sediaan darah tebal dapat
langsung diperiksa dengan mikroskop untuk melihat adanya mikrofilaria
yang hidup dan bergerak aktif. Sedangkan untuk menetapkan jenis spesies
maka sediaan tebal atau tipis dipulas dengan pewarnaan Wright atau
Giemsa untuk melihat sifat-sifat yang penting untuk diagnosa. Untuk
menemukan infeksi ringan maka digunakan Teknik Konsentrasi
mikrofilaria metode Knott yaitu 1 ml darah malam dicampur dengan 1 cc
larutan formalin 2%, kocok kemudian disentrifuge selama 5 – 10 menit
sehingga terdapat endapan, larutan dibuang dan endapan diambil dengan
pipet kapiler dan dibuat sediaan selebar 2 x 5 cm. Sediaan dapat langsung
diperiksa dalam keadaan basah ataupun dibiarkan kering 1 malam dan
dipulas dengan Giemsa selama 45 menit (1 bagian Giemsa pekat dalam 50
bagian air buffer pH 7,2). Pulasan dicuci selama 10 – 15 menit dengan air
pH 7,2. Dibiarkan sampai kering dan diperiksa secara mikroskopis. Darah
penderita dengan gejala filariasis tidak selalu mengandung mikrofilaria .
Kira–kira 1 tahun sejak terjadi infeksi hingga cacing menjadi dewasa dan
menghasilkan mikrofilaria, maka dari itu selama bulan–bulan pertama
filariasis dengan gejala peradangan tidak tidak dapat ditemukan
mikrofilaria. Terdapat kemungkinan bahwa pada stadium lanjut, bila telah
terbentuk elephantiasis, cacing dewasa dan mikrofilaira telah mati
PLASMODIUM PENYEBAB PENYAKIT MALARIA
DIAGNOSA LABORATORIUM
Jenis Pemeriksaan
Jenis pemeriksaan untuk penegakan diagnosis penyakit malaria ada
beberapa, namun hingga saat ini metode yang masih dianggap sebagai
standar emas (gold standart) adalah menemukan parasit Plasmodium
dalam darah. Beberapa jenis metode pemeriksaan parasit Plasmodium ini
diantaranya :
1. Pemeriksaan mikroskopis. Pemeriksaan mikroskopis ini dilakukan
untuk menemukan parasit Plasmodium secara visual dengan melakukan
identifikasi langsung pada sediaan darah penderita. Pemeriksaan
mikroskopis ini sangat bergantung pada keahlian pranata laboratorium
(analis kesehatan) yang melakukan 29 identifikasi. Teknik pemeriksaan
inilah yang masih menjadi standar emas dalam penegakan diagnosis
penyakit malaria. Termasuk di dalam jenis pemeriksaan mikroskopis ini
adalah pemeriksaan QBC (Quantitative Buffy Coat). Pada pemeriksaan
QBC dilakukan pewarnaan fluorescensi dengan Acridine Orange yang
memberikan warna spesifik terhadap eritrosit yang terinfeksi oleh parasit
Plasmodium. Plasmodium akan mengikat zat warna Acridine Orange
sehingga dapat dibedakan dengan sel lain yang tidak terinfeksi.
Kelemahan teknik ini adalah tidak dapat membedakan spesies dan tidak
dapat melakukan hitung jumlah parasit. Selain itu juga reagensia yang
digunakan relatif mahal dibandingkan pewarna Giemsa yang sering kita
gunakan sehari-hari untuk pewarnaan rutin sediaan malaria.
2. Pemeriksaan immunoserologis. Pemeriksaan secara immunoserologis
dapat dilakukan dengan melakukan deteksi antigen maupun antibodi dari
Plasmodium pada darah penderita. a. Deteksi antigen spesifik. Teknik ini
menggunakan prinsip pendeteksian antibodi spesifik dari parasit
Plasmodium yang ada dalam eritrosit. Beberapa teknik yang dapat dipilih
diantaranya adalah : Radio immunoassay, Enzym immunoassay, Immuno
chromatography. Penemuan adanya antigen pada teknik ini memberikan
gambaran pada saat dilakukan pemeriksaan diyakini parasit masih ada
dalam tubuh penderita. Kelemahan dari teknik tersebut adalah tidak dapat
memberikan gambaran derajat parasitemia. b. Deteksi antibodi. Teknik
deteksi antibodi ini tidak dapat memberikan gambaran bahwa infeksi
sedang berlangsung. Bisa saja antibodi yang terdeteksi merupakan
bentukan reaksi immunologi dari infeksi di masa lalu. Beberapa teknik
deteksi antibodi ini antara lain : Indirect Immunofluoresense Test (IFAT)
3. Sidik DNA. Teknik ini bertujuan untuk mengidentifikasi rangkaian
DNA dari tersangka penderita. Apabila ditemukan rangkaian DNA yang
sama dengan rangkaian DNA parasit Plasmodium maka dapat dipastikan
keberadaan Plasmodium. Kelemahan teknik ini jelas pada pembiayaan
yang mahal dan belum semua laboratorium bisa melakukan pemeriksaan
ini.
CACING PITA SAPI (Taenia saginata)

DIAGNOSA LABORATORIUM
Untuk menegakkan diagnosa pasti atas infeksi Taenia solium dapat
dilakukan pemeriksaan tinja cara langsung atau cara tak langsung dan
harus ditemukan telur atau bagian dari cacing dewasa (skolek atau
proglotid) dalam sampel feses. Sampel feses dari tersangka penderita yang
diyakini positif namun memberikan hasil labortorium yang negatif
sebaiknya dilakukan pemeriksaan ulang dengan memberikan obat
pencahar sehingga terjadi pengurasan lambung dan diharapkan cacing
dewasa beserta telur yang ada di dalamnya dapat benarbenar dikeluarkan.
Hasil pemeriksaan ulang ini akan lebih meyakinkan apakah tersangka
penderita tersebut benar-benar telah mengalami taeniasis atau tidak.
PARASIT YANG PENULARANNYA DENGAN CARA
DITURUNKAN
DIAGNOSIS
Diagnosis toxoplasmosis dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinis,
pemeriksaan serologis dan menemukan parasit dalam jaringan tubuh
penderita. Seperti telah diuraikan diatas, gejala klinis sering kali
meragukan dan menemukan parasit dalam jaringan tubuh penderita
bukanlah suatu hal yang mudah. Maka pemeriksaan secara serologis
terhadap antibodi penderita toxoplasmosis merupakan alat bantu diagnosis
yang mudah dan baik. Dasar pemeriksaan serologis ialah antigen
toxoplasmosis bereaksi dengan antibodi spesifik yang terdapat dalam
serum darah penderita. Beberapa jenis pemeriksaan serologis yang umum
dipakai ialah : Dye test Sabin Feldman, Complement Fixation test (CFT),
reaksi Fluoresensi antibodi, Indirect Hemagglutination Test dan enzym
linked immunosorben assay (Elisa). Dye test Sabin Feldman merupakan
pemeriksaan yang pertama kali ditemukan.

BAB

VII
SIKLUS HIDUP PARASIT

Siklus hidup parasit adalah rangkaian tahapan pertumbuhan suatu


parasit yang langsung atau tidak langsung dari satu stadium parasit ke
stadium parasit lainnya. Rangkaian tahapan dan stadium satu ke stadium
parasit lainnya tersebut sebenarnya juga merupakan rangkaian tahapan
adapatasi parasit dan miliu satu kemilu lainnya, dan suhu lingkungan tertentu
ke suhu lingkungan tertentu
lainnya dan lain sebagainnya.
Pokok bahasan ini membahas stadium-stadium parasit beserta siklus
hidupnya.Setelah mempelajari pokok bahasan ini diharapkan mahasiswa dapat
menjelaskan stadium-stadium dan siklus hidup dari Protozoa
(Sarcomastigophora, Apicomplexa), cacing (Nemathelminthes,
Platyhehninthes) dan Arthropoda.
Pokok bahasan ini terdiri dari5 subpokok bahasan yang diberikan selama
6 jam tatap muka. Subpokok bahasan-subpokok bahasan tersebut adalah
stadium- stadium parasit dan siklus hidup : Sarcomastigophora,
Apicomplexa, Nemathelminthes, Platyhelininthes dan Arthropoda.
contoh stadium-stadium dan sikius hidup beberapa parasit yang
penting di bidang Kedokteran Hewan:Filum Sarcomastigophora
(hanya memiliki reproduksi aseksual)
Salah satu genus yang penting di bidang kedokteran hewan adalah
genus
Trypanosoma. Stadium perkembangan genus ini di dalam hospes vertebrata
biasanya hanya stadium tripomastigot atau amastigot, sedang pada hospes
invertebrata adalah amastigot, romastigot, epimastigot atau tripomastigotn
tergantung spesiesnya.

1. Trypanosoma evans

2. Trypanosoma brucei

3. Trypanosoma cruzi

Filum Apricomplexa
(memiliki reproduksi seksual dan aseksual)
Siklus hidup filum Apicoplexa lebih kompleks karena memiliki reproduksi
seksual dan
aseksual juga beberapa spesies ada yang bers
ifat heteroksenosa. Stadium-stadium
Apricomplexa parasit terlihat seperti gambar dibawah ini
Contoh siklus hidup Apicompexa yang holoksenosa

1. Eimeria tenella

2. Eimeria stidae

Contoh siklus hidup Apicomplexa yang poliksenosa

Siklus hidup cacing Cestoda memiliki dua alur. Alur yang pertama
melibatkan
hospes-hospes intermedier yang hidup diair (akuatik) sedang alur yang
kedua melibatkan hospes-hospes intermedier yang hidup di darat (terestik).
Stadium-stadium cacing Cestoda yang siklus hidupnya melibatkan hospes
intermedier yang akuatik adalah telur-korasidium-proserkoid-cacing Cestoda
dewasa. Stadium-stadium cacing Cestoda yang siklus hidupnya melibatkan
hospes intermedier yang terestik adalah telur-embrioheksakan atau onkosfer-(
berbagai bentuk larva cacing Cestoda (

sistiserkus, sistiserkoid, sista hidatida, strobioserkus atau senurus) tergantung


dari spesies cacingnya-cacing pita dewasa.

Contoh siklus hidup cacing Cestoda yang membutuhkan hospes intermedier


akuatik.

Diphyllobothrium latum

Contoh siklus hidup cacing Cestoda yang membutuhkan hospes intermedier


terestik

Raillietina cesticillus

Echinococcus granulosus / E. Multilocularis


1. Taenia solium /T.saginata

Selain cacing daun dan cacing pita ada jenis cacing lainyang disebut cacing
kepala berduri yang hidupnya berparasit. Cacing tersebut kelas
Archiacanthocephala. Stadium-stadium pertumbuhan cacing dalam siklus
hidupnya adalah telur-akantor-
akantela-sistakan dan cacing kepala berduri dewasa.

Contoh sikus hidup cacing kepala berduri.

1. Macracanthorrhynchus himdeneaus

filum Arthrpoda Nyamuk, lalat, pinjal dan kutu adalah anggota dan
Filum
Arthopoda yang berkaki enam (Hexapoda atau Insekta) sedang caplak
dantungau
( Arachnida ) adalah anggota filum Arthropoda yang stadium dewasanya
berkaki delapan. Dua yang pertama dari insekta punya sayap,sedang dua
berikutnya tidak punya sayap. Stadium-stadium pertumbuhan dalam siklus hidup
Anthropoda adalah
Telur-larva –pupa-dewasa.

Contoh siklus hidup Insekta:

1. Nyamuk Anopheles, sp., Culex sp., Aedes sp.,hanya yang betina yang
menghisap darah sebagai parasit temporer yang non periodic
2. Lalat : Stomoxys sp., Lyperosia sp.,dsbnya. Lalat jantan dan betina
menghisap darah sebagai parasit temporer non periodic

1. Pinjal Ctepanocephalides sp, Pulex sp., pinjal jantan dan betina hidup
sebagai parasit stasioner periodic

Stadiu-stadium pertumbuhan Arachnida dalam sikius hidupnya adalah telur


→larva→nimfa →dewasa

Contoh contoh sikius hidup Arachnida

1.Caplak berhospes tiga: Ixodes ricinus, Haemaphysalis leachi,


Dennacentor andersoni

2. Caplak berhospes dua: Rhipicephalus evertsi, Hyaloma aegyptica

3.Caplak berhospes satu : Dermacentor albifectum, Boophy microphylus,


Boophylus decoloratus
BAB

IX
SIKLUS HIDUP PARASIT

CACING GELANG

SIKLUS HIDUP

Bentuk infektif bila tertelan oleh manusia dengan menetas diusus halus.
Larvanya akan menembus dinding usus halus menuju pembuluh darah atau
saluran limfe, lalu dialirkan ke jantung, kemudian mengikuti aliran darah ke paru,
larva yang ada di paru menembus dinding pembuluh darah, lalu dinding alveolus
masuk rongga alveolus kemudian naik ke trakea melalui bronkiolus dan bronkus.
Dari trakea larva ini menuju ke faring, sehingga akan menimbulkan rangsangan
pada faring. Selanjutnya larva akan masuk ke saluran pencernaan dan di usus
halus larva berubah menjadi cacing dewasa. Cacing dewasa akan melakukan
perkawinan sehingga cacing betina akan gravid dan bertelur. Telur cacing akan
bercampur dengan faeces manusia. Pada saat buang air besar telur keluar
bersama faeces dan berada di alam (tanah) untuk menjadi matang. Telur matang
tertelan kembali oleh manusia melalui makanan yang terkontaminasi telur. Satu
putaran siklus hidup Ascaris lumbricoides akan berlangsung kurang lebih selama
dua bulan.

CACING CAMBUK (Trichuris trichiura)

SIKLUS HIDUP

Telur keluar bersama tinja dalam lingkungan (tanah), selanjutnya


mengalami pematangan dalam tanah. Proses pematangan telur ini membutuhkan
waktu 3–5 minggu. Telur yang sudah matang ini bersifat infektif. Telur yang 11
infektif akan meninfeksi manusia melalui vektor mekanik atau benda–benda lain
yang terkontaminasi, misalnya tanah yang terkontaminasi dengan tinja manusia
yang mengandung telur atau sayuran yang disemprot menggunakan faeces.
Infeksi langsung terjadi apabila secara kebetulan hospes menelan telur matang.
Telur yang tertelan oleh manusia akan masuk dalam usus dan menetas
didalamnya. Larva keluar melalui dinding telur dan masuk ke usus halus.
Selanjutnya akan menjadi dewasa. Setelah dewasa, cacing bagian distal usus dan
selanjutnya menuju ke daerah colon. Cacing ini tidak mempunyai siklus paru.
Masa pertumbuhan mulai dari telur sampai cacing dewasa kurang lebih selama
30–90 hari. Cacing dewasa jantan dan betina mengadakan kopulasi, sehingga
cacing betina menjadi gravid. Pada saatnya cacing betina akan bertelur yang akan
bercampur dengan faeces dalam usus besar. Telur cacing akan keluar bersama
faeces pada saat manusia melakukan aktifitas buang air besar. Selanjutnya telur
akan mengalami pematangan dalam waktu 6 minggu. Pematangan ini akan
berjalan dalam lingkungan yang sesuai yaitu pada tanah yang lembab dan tempat
yang teduh.

CACING TAMBANG (Ancylostoma duodenale dan Necator americanus)

SIKLUS HIDUP

Telur keluar bersama tinja, dalam waktu 1 – 2 hari telur akan berubah
menjadi larva rabditiform (menetas ditanah yang basah dengan temperatur yang
optimal untuk tumbuhnya telur adalah 23 – 300 C). Larva rabditiform makan zat
organisme dalam tanah dalam waktu 5 – 8 hari membesar sampai dua kali lipat
menjadi larva filariform, dapat tahan diluar sampai dua minggu, bila dalam
waktu tersebut tidak segera menemukan host, maka larva akan mati. Larva 13
filariform masuk kedalam tubuh host melalui pembuluh darah balik atau pembulu
darah limfe, maka larva akan sampai ke jantung kanan. Dari jantung kanan
menuju ke paru, kemudian alveoli ke broncus, ke trakea dan apabila manusisa
tersedak maka telur akan masuk ke oesophagus lalu ke usus halus (siklus ini
berlangsung kurang lebih dalam waktu dua minggu)

CACING BENANG (Strongylides stercoralis)


SIKLUS HIDUP

Parasit ini mempunyai beberapa macam siklus kehidupan :

1. Siklus langsung Sesudah 2 – 3 hari di tanah, larva rabditiform berubah menjadi


larva filariform, bila larva filariform menembus kulit manusia, larva tumbuh dan
15 masuk ke dalam peredaran darah vena dan kemudian melalui jantung kanan
sampai ke paru, dari paru parasit yang mulai menjadi dewasa menembus
alveolus, masuk ke trakea dan laring. Sesudah sampai di laring reflek batuk,
sehingga parasit tertelan, kemudian sampai diusus halus bagian atas dan menjadi
dewasa.

2. Siklus tidak langsung Larva rabditiform berubah menjadi cacing jantan dan
betina bentuk bebas, sesudah pembuahan, cacing betina menghasilkan telur yang
menetas menjadi larva rabditiform, larva rabditiform dalam waktu beberapa hari
dapat menhasilkan larva filariform yang infektif dan masuk kedalam hospes.

3. Auto infeksi Larva rabditiform menjadi larva filariform di usus atau di daerah
sekitar anus (perianal) bila larva filariform menembus mukosa atau kulit perianal,
mengalami suatu lingkaran perkembangan di dalam hospes. Auto infeksi
menerangkan adanya Strongyloidiasis yang persisten, mungkin selama 36 tahun,
di dalam penderita yang hidup di derah non endemik.

CACING FILARIA PENYEBAB PENYAKIT KAKI GAJAH


(Wuchereria bancrofti, Brugia malayi, Brugia timori)
SIKLUS HIDUP

Pada saat nyamuk menghisap darah menusia/hewan yang mengandung


mikrofilaria, maka mikrofilaria akan terbawa masuk kedalam lambung nyamuk
dan melepaskan selubungnya, kemudian menembus dinding lambung dan
bergerak menuju otot atau jaringan lemak di bagian dada. Setelah 3 hari
mikrofilaria mengalami perubahan bentuk menjadi larva stadium 1 (L1)
bentuknya seperti sosis berukuran 125-250 µm x 10-17 µm dengan ekor runcing
seperti cambuk. Setelah 6 hari larva tumbuh menjadi larva stadium 2 disebut
larva preinfektif berukuran 200-300 µm x 15 – 30 µm dengan ekor tumpul dan
memendek. Pada stadium ini larva menunjukkan adanya gerakan. Hari ke 8 – 10
pada spesies Brugia atau hari ke 10 – 14 pada spesies Wuchereria , larva tumbuh
menjadi larva stadium 3 (L3) berukuran 1400 – 20 µm tampak panjang dan
ramping disertai gerakan yang aktif. Stadium 3 ini merupakan cacing infektif.
Hospes definitive yang telah diketahui hanya manusia dan penularan penyakit
memerlukan suatu spesies nyamuk yang sesuai.

Lingkaran hidup cacing filaria meliputi :

(1) Pada siang hari cacing dewasa dan mikrofilaria berada


dalamsaluran limfe,
(2) Mikrofilaria bermigrasi ke darah tepi pada malam hari,
(3) Mikrofilaria terisap oleh nyamuk yang menggigit,
Metamorfosis mikrofilaria dalam tubuh nyamuk,
membentuk larva stadium 1 – 3 dalam waktu lebih kurang
10 – 14 hari,
(4) Larva bermigrasi ke proboscis nyamuk,
(5) Siap ditularkan melalui gigitan nyamuk. 23 Tuan rumah
adalah manusia yang merupakan hospes definitive. Larva
infektif akan masuk kedalam tubuh manusia saat nyamuk
yang membawa filaria menghisap darah manusia. Larva
infektif tersebut akan menuju pembuluh limfe dan kelenjar
limfe. Dalam waktu kurang lebih 1 tahun larva akan
menjadi matang. Dalam waktu 3 tahun akan menjadi cacing
dewasa (makrofilaria) dan selanjutnya akan menghasilkan
mikrofilaria yang dikeluarkan secara bertahap ke aliran
darah.

CACING PITA SAPI (Taenia saginata)

SIKLUS HIDUP

Telur yang keluar melekat pada rumput. Apabila rumput dimakan oleh
hewan ternak maka akan masuk menuju usus. Di ddalam usus telur menetas
menjadi embrio heksakan yang dapat menembus dinding usus menuju ke aluran
getah bening atau ke saluran darah kemudian akan menuju jaringan ikat dan
berkembang di sela-sela otot untuk tumbuh menjadi cacing gelembung (larva)
yang disebut cysticercus bovis. Apabila daging yang mengandung cysticercus
bovis dimakan oleh manusia setelah sampai di usus skoleknya akan keluar dan
melekat ke usus halus. Selanjutnya akan menjadi cacing dewasa dalam waktu 8 –
10 minggu. Cacing dewasa akan menghasilkan proglotid gravid yang apabila
dinding proglotid ini pecah maka akan mengeluarkan telur. Saat manusia buang
air besar, telur cacing ini dapat ikut dikeluarkan bersama tinja.

PARASIT YANG PENULARANNYA DENGAN CARA DITURUNKAN


SIKLUS HIDUP

Bangsa kucing tertulari Toxoplasma karena memakan tikus yang


mengandung kista dalam jaringan ototnya. Di dalam usus kucing Toxoplasma
bereproduksi (untuk melengkapi siklus hidupnya) sehingga kotoran kucing
mengandung ookista. Kotoran kucing yang banyak mengandung ookista ini
merupakan sumber penularan bagi manusia, kucing dan hewan lainnya.
Perkembangbiakan toxoplasma terjadi dengan membelah diri menjadi 2, 4 dan
seterusnya, belum ada bukti yang jelas mengenai perkembangbiakan dengan
jalan schizogoni. Setelah sel yang ditempatinya penuh lalu pecah parasit-parasit
menyebar melalui peredaran darah dan hinggap di sel-sel baru dan demikian
seterusnya. Toxoplasmosis tidak menular dari manusia ke manusia lainnya,
kecuali penularan secara kongenital (melalui plasenta) yaitu dari ibu ke anak
yang ada dalam kandungannya.

BAB
X

SPESIMEN PEMERIKSAAN PARASITOLOGI

Tata Cara Pengambilan dan Pengelolaan Spesimen


Tubuh kita harus mempertahankan diri melawan potensial bahaya
baik yang datang dari lingkungan luar sekeliling kita maupun dari
lingkungan dalam kita. Materi sebelumnya membahas tentang agen luar
tubuh yang dapat menginvasi, mengganggu, serta menyebabkan penyakit
infeksi pada tubuh kita. Penginvasi ini meliputi: virus, bakteri, protozoa,
atau parasit yang lebih besar. Kerusakan sel akibat agen luar dapat pula
menyebabkan kerusakan DNA, sel menjadi ganas (malignan), dan tubuh
harus melawan sel sendiri yang tidak normal. Strategi pertahanan pada
tubuh dikenal sebagai kekebalan atau imunitas (immunity). Pada topik 3
ini akan membahas respon kekebalan nonspesisik dan sistem kekebalan
spesifik yang digunakan untuk melindungi tubuh.
A. PERSIAPAN PENGUMPULAN SPESIMEN
1. Persiapan untuk Pemeriksaan
Pemeriksaan laboratorium merupakan bagian dari rangkaian
pemeriksaan untuk mengetahui penyebab penyakit, menilai perkembangan
penyakit setelah diberikan pengobatan atau meyakinkan kebenaran
penyebab penyakit yang diduga berdasarkan gejala klinisnya yang khas
(gejala pathognomonic). Untuk mengetahui penyebab atau perkembangan
penyakit infeksi, diusahakan isolasi dan identifikasi mikroorganisme dari
spesimen (sampel) yang diambil. Hasil pemeriksaan ini dipakai sebagai
pedoman dalam pengobatan, perawatan atau tindakan lainnya pada klien.
Kegagalan hasil pemeriksaan penyebab penyakit dapat disebabkan oleh
beberapa faktor, dan bila hasil pemeriksaan negatif tidak berarti bahwa
hasil diagnosis klinik salah tetapi dapat disebabkan oleh tehnik atau cara
kerja pengambilan dan pengiriman spesimen (sampel, bahan pemeriksaan)
yang salah. Mengingat hasilnya yang sangat penting, maka pengambilan
dan penangan spesimen harus dilakukan dengan benar.
Spesimen pemeriksaan sebaiknya harus diambil sebelum
pemberian obat-obatan, bila terlanjur mengkonsumsi antibiotik sebaiknya
setelah 24 jam pemberian antibiotik. Kadangdiperlukan bantuan secara
aktif dalam pengambilan spesimen pemeriksaan dengan memberikan
keterangan kerja yang jelas terhadap pengambilan spesimen yang
diperlukan/dikehendaki. Pengambilan harus dilakukan dengan cara aseptik
untuk menghindari kontaminasi mikroorganisme lain, dengan wadah
(tempat penampung) yang steril.
Prinsip pengambilan sampel harus representatif (mewakili proses
pemeriksaan yang dikehendaki dan ada kaitannya dengan infeksi
mikroorganisme penyebab penyakit), tanpa memandang asal/jenis
spesimen. Spesimen dalam wadah/tempat steril yang dapat ditutup dengan
baik dan tidak bocor. Hal penting untuk mencegah pencemaran, sampel
spesimen harus segera dikirimkan ke laboratorium mikrobiologi untuk
diproses secepatnya, dapat diisolasi dari suatu tempat pada saat akut atau
selama perjalanan penyakitnya. Kesalahan dalam pemilihan spesimen
dalam pengambilan dan pengiriman dapat memberikan hasil yang tidak
sesuai, dan dapat mengacaukan pengobatan terhadap klien. Dalam
pengambilan spesimen harus memperhatikan kenyamanan dan privasi
klien, beri penjelasan dan arahan yang cukup, sehingga spesimen yang
diambil sesuai dengan kebutuhan pemeriksaan tanpa mengganggu hak
klien.
2.Alat Pengambilan Spesimen
Sebelum mengambil spesimen terlebih dahulu dipersiapkan alat
untuk pengambilan spesimen yang meliputi tempat penampungan
spesimen/pewadahan, label atau barcode, registrasi, media transport atau
media pembiakan, biakan aerob dan anaerob dan lingkungan tempat
pengambilan spesimen. Alat yang dipakai pada saat pengambilan spesimen
dan tempat spesimen harus steril untuk menghindari terjadinya infeksi
pada tubuh klien dan untuk menghindari terjadinya kesalahan hasil
pemeriksaan. Hasil pemeriksaan harus dipastikan benar berasal dari
spesimen, bukan dari alat yang dipakai untuk pengambilan spesimen,
misalnya berasal spuit dan jarum, tempat spesimen, lidi kapas, spatel dan
alat lainnya.
B. PENGAMBILAN SPESIMEN
1. Macam spesimen Dalam pemeriksaan laboratorium, diperlukan
spesimen yang wujudnya bermacammacam sesuai dengan kebutuhan yang
erat kaitannya dengan penyakit. Spesimen dapat berasal dari pengambilan
di tempat pemeriksaan, atau berupa spesimen kiriman berasal dari tempat
pelayanan kesehatan lain, bahkan dapat berasal dari pengambilan di
lapangan. Di tatanan pelayanan klinik perawat sering harus melakukan
pengambilan dan pengumpulan spesimen. Spesimen untuk pemeriksaan
meliputi darah, urin, feses atau rectal swab, sputum, drainase luka,
makanan maupun jaringan atau bagian tubuh dan lain-lain tergantung dari
gejala klinik (Tabel 4.6)

2.Waktu pengambilan Waktu pengambilan sangat penting diperhatikan,


agar didapatan hasil yang tepat dan meyakinkan. Waktu ini disesuaikan
dengan kepentingan dan tujuan pemeriksaan.
Contoh: untuk pemeriksaaan yang dicurigai menderita demam
tifoid/typhus abdominalis, maka untuk:
kepentingan gal cultur, pengambilan darah dilakukan pada minggu I
proses penyakit,
kepentingan pemeriksaan Widal (serologis), pengambilan darah dilakukan
pada minggu ke III,
kepentingan kontrol (pada klien yang sudah sembuh), diambil tinja
sebagai bahan pemeriksaan. Hal ini diperlukan untuk menghindari
terjadinya bahaya penularan kepada orang lain, karena meskipun secara
klinis sudah sembuh, tetapi biasanya masih mengandung bakteri
Salmonella typhi, terutama dalam fesesnya (keadaan ini disebut carrier).
Pengambilan spesimen yang bertujuan untuk menemukan
microfilaria Wuchereria bancrofti, pengambilan darah dilakukan pada
malan hari, sedangkan untuk menemukan Plasmodium sp. pengambilan
darah dilakukan saat demam. Kadang pengambilan spesimen dilakukan
secara serial (tiga hari berturut-turut) untuk memperbesar kemungkinan
mendapatkan mikrobanya. Pengambilan spesimen untuk
pemeriksaan toksikologik pada dugaan keracunan, harus dilakukan
secepatnya agar betul-betul ditemukan bahan penyebab keracunan
tersebut. Spesimen dapat berupa sisa makanan yang dimakan, bahan
muntahan, dan bahan mentah sisa yang dicurigai sebagai penyebab
keracunan.
3. Jumlah atau banyaknya spesimen Jumlah spesimen ini penting agar
pemeriksaan berhasil dan tidak perlu banyak yang terbuang, contohnya:
Sampel darah Pada pemeriksaan Widal/gal kultur diperlukan 3-5 ml darah
vena. Pada bakterimia 10 ml darah yang diambil dapat diinokoluasikan
langsung ke media kultur/biakan atau ke dalam tabung berisi antikoagulan.
Sampel urin
Urine merupakan tempat yang baik untuk pertumbuhan dan multiplikasi
(perkembangbiakan) mikroorganisme sehingga syarat aseptik dalam
pengambilan dan pengiriman harus diperhatikan. Urin dapat diambil
dengan beberapa cara:
Kateterisasi, pada kasus khusus. Pada klien dengan kateter yang
terpasang selama beberapa hari (dower kateter), urin dapat diambil dengan
spuit disposible langsung pada selang karet yang sebelumnya telah
didesinfeksi dengan alkohol 70%, dan jangan diambil dari kantong urin
(urobag).

Aspirasi suprapubik pada kasus khusus. Aspirasi suprapubik


dilakukan dengan menusukkan jarum langsung ke buli-buli dengan
persyaratan atau keahlian tertentu.
Urin prosi tengah dengan cara clean catch (cara ini sering
digunakan), klien harus membersihkan daerah periurethral dengan air dan
sabun sampai bersih dan dibilas dengan air matang, baru klien disuruh
kencing (aliran awal dibuang, aliran tengah/pori tengah langsung
ditampung dalam wadah steril yang telah dipersiapkan, lebih kurang 10-20
ml urin. Jumlah secukupnya dan diambil dari porsi/pancaran urin tengah
atau melalui kateter steril. Spesimen harus dikirim dalam 1-2 jam untuk
segera diperiksa, bila tidak memungkinkan dikirim dapat disimpan dalam
almari es, paling lama 24 jam.

Sampel sputum/dahak
Pada klien diduga penumonia, klien harus batuk yang dalam dan
mengeluarkan dahaknya langsung ke wadah steril, dan apabila diperlukan
dapat diberikan nebulizer atau obat ekspektoransia untuk mempermudah
pengeluaran sputum. Untuk tujuan pemeriksaan bakteri tahan asam
(BTA/Mycobacterium tuberculose), bahan dapat diambil dengan cara:
1) sputum sesaat/spot sputum, yaitu sputum yang keluar saat klien
memeriksakan diri,
2) sputum pagi hari (early morning sputum), yaitu sputum yang
keluar pada pagi hari, dan
3) sputum tampung (collecting sputum), yakni sputum yang
dikumpulkan selama 24 jam.
Spesimen saluran napas
bagian atas Spesimen didapat dengan cara swab hidung,
nasofaring, tenggorokan, dan aspirasi sinus. Sekresi nasofaring diambil
dengan swab kapas, swab dimasukkan melalui hidung, diputar, dan
dikeluarkan dengan hati-hati dan dimasukkan ke medium transport.
Usapan tenggorokan diperoleh dengan menekan lidah menggunakan spatel
lidah, kemudian daerah tonsil kiri kanan, faring sebelah posterior, dan
daerah yang ada kelainan diusap dengan lidi kapas steril, dan usahakan
tidak menyentuh lidah, uvula, atau bibir klien.
Sekret genital
Spesimen berupa usapan vagina atau serviks. Untuk pengambilan
sekret serviks dipergunakan speculum (tanpa lubrikan) dan sekret diambil
langsung dengan swab lidi, hatihati jangan menyentuh dinding vagina.
Bila diperkirakan infeksi disebabkan bakteri gonokokus, sebaiknya
langsung diinokulasikan pada medium yang sesuai seperti medium
transgrow yang merupakan modifikasi medium Thayer-Martin.
Pus (nanah dari luka)
Pada luka tertutup paling baik dengan spuit dan jarum yang
didesinfeksi sebelumnya, apabila diambil saat operasi sebagian dari
dinding abses perlu disertakan. Spesimen permukaan luka diambil dengan
swab, juga spesimen dari mata, telinga dan lainnya.

C.PEWADAHAN SPESIMEN
Tempat penampungan spesimen atau pewadahan harus memenuhi
syarat bersih atau steril. Untuk mendapatkan tempat (wadah) yang steril
sebaiknya menggunakan sterilisasi fisik (autoklaf), tidak dianjurkan
memakai antiseptik atau desinfektan untuk mensucihamakan wadah
tersebut. Wadah dalam pengambilan spesimen yang dipakai disesuaikan
dengan kebutuhan. Kadang ada satu wadah yang sekaligus dapat
dipergunakan untuk transport (pengiriman).
D. PENGIRIMAN SPESIMEN
1. Pengantar Pemeriksaan Tiap spesimen atau bahan pemeriksaan yang
dikirim ke laboratorium harus disertai dengan surat pengantar atau blanko
permintaan pemeriksaan yang meliputi:
a. nama lengkap, jenis kelamin, umur, serta alamat;
b. tanggal pengambilan spesimen;
c. jenis spesimen (darah, urin, pus dan lain-lain);
d. jenis pemeriksaan yang diminta, misalnya bahan: feses, jenis
pemeriksaan: Shigella, Salmonella, Cholera;
e. asal spesimen: hasil muntahan, rectum (rectal swab),
tenggorokan;
f. keterangan klinik klien, lebih baik ditambahkan sedikit tentang
riwayat penyakit sudah mendapat pengobatan atau belum, kalau
sudah maka disebutkan jenis obat yang telah dikonsumsi;
g. nama, alamat pengirim serta tanda tangannya.
2. Waktu Pengiriman
Waktu pengiriman tidak boleh terlalu lama, untuk menghindari
rusaknya spesimen yang dikirim.
3.Keamanan specimen
Harus diusahakan supaya spesimen yang dikirim tidak mengalami
kerusakan tetap murni, misalnya tempat harus steril, ditutup dengan rapat
supaya tidak terjadi kontaminasi dengan mikroorganisme lain dan tidak
mengalami kerusakan dalam perjalanan. Untuk menghindari rusaknya
bahan dalam pengiriman, maka diusahakan beberapa cara, misalnya:
a) untuk pemeriksaan Widal tidak perlu ditambahkan anti koagulan
karena akan diambil serumnya.
b) spesimen feses, beberapa gram tinja (5-10 gram) ditaruh dalam
tempat steril kemudian ditutup lalu dibungkus rapat, setelah itu
dikirim ke laboratorium segera.
c) khusus spesimen untuk pemeriksaan Cholera spesimen terdiri
atas: d) Feses yang pengambilannya dengan cara rectal swab steril
langsung, kemudian swab dan feses dimasukkan ke dalam tabung
steril berisi 10 ml pepton alkali
BAB

XI

PENGANTAR HELMINTHES
Nemathelminthes atau Aschelminthes adalah filum yang pernah dipakai
pada Kerajaan Binatang (Animalia). Pengelompokan ini sekarang tak dipakai lagi karena
polifiletik. Meskipun demikian, pengelompokannya kadang-kadang sedang dipakai
untuk kemudahan
Anggota-anggotanya mencakup berbagai cacing yang dikenal sebagai cacing
gilig: binatang dengan tubuh ada bangun silinder memanjang, bahkan sangat panjang
sehingga muncullah nama 'Nemathelminthes', yang berfaedah "cacing berkas"
(dari bahasa Yunani).Tubuhnya tak beruas-ruas.

Ciri Tubuh

Nemathelminthes memiliki tubuh ada bangun bulat panjang


seperti benang dengan ujung-ujung yang meruncing. Cacing ini memiliki rongga
tubuh semu, sehingga dinamakan sebagai binatang pseudoselomata

Nemathelminthes umumnya memiliki ukuran tubuh yang mikroskopis,


namun ada pula yang sampai panjang 1 meter. Individu betina berukuran
semakin akbar daripada individu jantan.

Permukaan tubuh Nemathelminthes dilapisi kutikula untuk melindungi


diri dari enzim pencernaan yang berasal dari inangnya. Kutikula ini akan semakin
menguat apabila cacing ini hidup parasit pada usus inang daripada hidup lepas

Sistem pencernaan cacing ini telah lengkap, terdiri dari mulut, faring, usus,
dan anus. Mulut terdapat pada ujung anterior, sedangkan anus terdapat pada
ujung posterior. Beberapa jenis ada yang memiliki kait pada mulutnya.
Nemathelminthes tak memiliki pembuluh darah dan sistem respirasi. Air
pseudoselom yang akan mengalirkan makanan ke seluruh tubuh dan pernapasan
akan berlangsung secara difusi melewati permukaan tubuh.

Cara Hidup dan Habitat

Nemathelminthes ada yang hidup lepas, ada pula yang parasit pada
manusia. Nemathelminthes yang hidup lepas terdapat di tanah becek dan di dasar
perairan, memerankan untuk menguraikan sampah organik, sedangkan yang
parasit akan hidup di tubuh inangnya dan mendapat makanan dengan
menyerap nutrisi dan darah dari inangnya. Hampr seluruh binatang mampu
menjadi inang untuk Nemathelminthes

Reproduksi

Nemathelminthes umumnya bereproduksi secara seksual karena sistem


reproduksinya bersifat gonokoris, yaitu alat kelamin jantan dan betinanya
terpisah pada individu yang berbeda. Fertilisasi dilakukan secara internal.
Hasil fertilisasi mampu sampai semakin dari 100.000 telur per hari. Saat terletak
di bagian yang terkait yang tak menguntungkan, karenanya telur mampu
membentuk kista untuk perlindungan dirinya.
BAB

XII

FILUM NEMATHELMINTHES NEMATODA USUS

A. Landasan Teori
1. Nematoda
Nematoda ini merupakan filum dari nemathelminthes. Nematoda
mempunyai jumlah spesies yang terbesar diantara cacing-cacing yang
hidup sebagai parasit. Cacing-cacing ini berbeda-beda dalam setiap
habitat, daur hidup, dan hubungan hospes parasit (host-parasite
relationship) (Gandahusada, Llahude, Pribadi, 2006).
Nemathelminthes berasal dari kata yunani, nematos yang berarti
benang dan helminthes yang artinya cacing atau cacing benang. Cacing ini
juga sering disebut cacing gilik. Cacing yang termasuk dalam filum ini
sangat banyak, sehingga dalam tanah, halaman terdapat jutaan jumlahnya,
namun demikian peluang untuk melihatnya sangat kecil. Hal ini
disebabkan karena ukurannya sangat kecil seperti benang (Irianto,2013).
Nematoda mempunyai bentuk tubuh bulat panjang, silindris,
filariform, tidak mempunyai segmen, dan bilateral simetris dengan ukuran
panjang tubuh yang bervariasi, dengan panjang antara 2 mm – 1 meter.
Nematoda yang tubuhnya tertutup oleh kutikulum ini sudah memiliki
rongga tubuh (body cavity). System pencernaannya sudah lengkap, tetapi
system syaraf dan organ ekskresinya belum sempurna (Soedarto, 2011).
Nematoda digolongkan menjadi 2 kelompok menurut habitat atau
tempat tinggalnya yaitu Nematoda usus (intestinal) dan Nematoda darah
atau jaringan (Natadisastra, 2009).

2. Nematoda Usus
Berdasarkan cara transmisi atau penularan, nematoda usus dibagi
menjadi 2 kelompok, yaitu nematoda usus yang ditularkan melalui tanah
“Soil transmitted helminths” dan kelompok nematoda usus yang tidak
membutuhkan tanah “Non-soil transmitted helminthes” (Natadisastra,
2009). Soil transmitted helminths adalah kelompok cacing yang
membutuhkan tanah untuk pematangan dari bentuk non-infektif menjadi
bentuk infektif. Nematoda dalam kelompok ini terdiri dari spesies Ascaris
lumbricoides, Trichuris trichiura, Cacing tambang (Necator americanus,
Ancylostoma duodenale), dan Strongyloides stercoralis (Natadisastra,
2009). Penularan nematoda yang paling banyak adalah penularan melalui
aspek Soil transmitted helminths (Onggowaluyo, 2002).
a. Ascaris Lumbricoides
Cacing ini ditemukan kosmopolit (di seluruh dunia),
terutama didaerah tropik dan erat hubungannya dengan hygine dan
sanitasi. Lebih sering ditemukan pada anak-anak (Safar, 2010).
Ascaris lumbricoides atau dikenal dengan caing gelang ini tempat
hidup cacing dewasanya adalah didalam usus halus manusia, tetapi
kadang- kadang cacing ini dijumpai menggembara di bagian usus
lainnya (Soedarto, 2011).
Klasifikasi Ascaris lumbricoides
Kingdom : Animalia
Filum : Nemathelminthes
Kelas : Nematoda
Sub kelas : Phasmida
Ordo : Rhabditida
Sub ordo : Ascaridata
Familia : Ascarididae
Genus : Ascaris
Spesies : Ascaris lumbricoides (Irianto, 2013)

Morfologi Ascaris lumbricoides Cacing dewasa Ascaris


lumbricoides mempunyai ukuran paling besar diantara Nematoda
intestinalis yang lain. Bentuknya silindrik dan ujung anterior lancip.
Bagian anterior dilengkapi oleh tiga bibir (triplet) yang tumbuh dengan
sempurna. Cacing betina panjangnya 20-35 cm, sedangkan yang jantan
panjangnya 15-31 cm. Cacing jantan ujung posteriornya lancip dan
melengkung ke arah ventral, dilengkapi pepil kecil dan dua buah spekulum
berukuran 2 mm, sedangkan cacing betina bagian posteriornya membulat
dan lurus, dan 1/3 pada anterior tubuhnya terdapat cincin kopulasi,
tubuhnya berwarna putih sampai kuning kecoklatan dan diselubungi oleh
lapisan kutikula yang bergaris halus (Onggowaluyo, 2002)
Telur mempunyai empat bentuk yaitu tipe dibuahi (fertilized), tidak
dibuahi (infertilized), matang dan dekortikasi. Telur yang dibuahi besarnya
60 x 45 mikron, dinding tebal terdiri dari dua lapis, lapisan luarnya terdiri
dari jaringan albuminoid, sedangkan lapisan dalam jernih. Isi telur berupa
massa sel telur. Telur yang tidak dibuahi berbentuk lonjong dan lebih
panjang dari pada tepi yang dibuahi, besarnya 90 x 40 mikron, dan dinding
luarnya lebih tipis. Isi telur adalah masa granula refraktil. Telur matang
berisi larva (embrio). Telur yang dekortikasi tidak dibuahi tetapi lapisan
luarnya (albuminoid) sudah hilang (Onggowaluyo, 2002)
Patologi dan Gejala Klinis Gejala yang timbul pada penderita dapat
disebabkan oleh cacing dewasa dan larva. Gangguan karena larva biasanya
terjadi pada saat berada di paru. Pada orang yang rentan terjadi perdarahan kecil
pada dinding alveolus dan timbul gangguan pada paru yang disertai dengan
batuk, demam, dan eosinofilia. Gangguan yang disebabkan cacing dewasa
biasanya ringan. Kadang-kadang penderita mengalami gejala gangguan usus
ringan seperti mual, nafsu makan berkurang, diare atau konstipasi. Pada keadaan
tertentu cacing dewasa dapat menggembara ke saluran empedu, apendiks, atau
bronkus akan menimbulkan 10 keadaan gawat darurat sehingga kadang-kadang
perlu tidakkan operatif (Gandahusada, 2006).
b. Trichuris trichiura
Trichuris trichiura termasuk nematoda usus yang biasa disebut cacing
cemeti atau cambuk, karena tubuhnya menyerupai cemeti dengan bagian depan
yang tipis dan bagian belakangnya yang jauh lebih tebal. Cacing ini pada
umumya hidup di sekum manusia, sebagai penyebab Trichuriasis dan tersebar
secara kosmopolitan. Trichuris trichiura adalah cacing yang relatif sering
ditemukan pada manusia dan pada umumnya tidak berbahaya (Irianto, 2013).
Klasifikasi Trichuris trichiura
Kingdom : Animalia
Filum : Nemathelminthes
Kelas : Nematoda
Sub-kelas : Aphasmida
Ordo : Enoplida
Sub-ordo : Trichurata Super
famili : Trichurioidea
Famili : Trichuridae
Genus : Trichuris
Spesies : Trichuris trichiura (Irianto, 2013)
Morfologi
Bentuk tubuh cacing dewasa sangat khas, mirip cambuk, dengan
tiga per lima panjang tubuh bagian anterior berbentuk langsing seperti tali
cambuk, sedangkan dua per lima bagian tubuh posterior lebih tebal mirip
pegangan cambuk. Panjang cacing jantan sekitar 4 cm sedangkan panjang
cacing betina sekitar 5 cm. Ekor cacing jantan melengkung ke arah ventral,
mempunyai satu spikulum retraktil yang berselubung. Badan bagian
kaudal cacing betina membulat, tumpul berbentuk seperti seperti koma.
Bentuk telur Trichuris trichiura khas bentuknya, mirip biji melon yang
berwarna coklat, berukuran sekitar 50 x 25 mikron dan mempunyai dua
kutub jernih yang menonjol (Soedarto, 2011)

Patologi dan Gejala Klinis


Trichuris trichiura Cacing Trichuris pada manusia umumnya
terdapat di sekum, akan tetapi dapat juga ditemukan di kolon asendens.
Pada infeksi berat terutama pada anak, cacing ini tersebar di seluruh kolon
dan rectum. Biasanya terlihat di mukosa rectum dan mengalami prolapsus
akibat mengejannya penderita pada waktu defekasi. Cacing Trichuris
memasukkan kepalanya ke dalam mukosa usus, 13 hingga terjadi trauma
yang menimbulkan iritasi dan peradangan mukosa usus, dapat terjadi
perdarahan di tempat perlekatannya. Di samping itu cacing ini juga
menghisap darah hospesnya, sehingga dapat menyebabkan anemia. Infeksi
berat Trichuris trichiura sering disertai dengan infeksi cacing lainnya.
Infeksi ringan biasanya tidak memberikan gejala klinis yang jelas atau
sama sekali tanpa gejala, parasit ini sering di temukan pada pemeriksaan
tinja secara rutin (Sutanto, 2008)
C.Cacing Tambang (Ancylostoma duodenale dan Necator americanus)
Beberapa spesies cacing tambang yang dapat menginfeksi manusia
yaitu Ancylostoma duodenale dan Necator americanus. Cacing tambang
tersebar luas di seluruh dunia, terutama di daerah beriklim tropis dan
subtropics yang bersuhu panas dan mempunyai kelembaban yang tinggi.
Cacing tambang yang menginfeksi manusia disebabkan oleh Ancylostoma
duodenale yang menyebabka penyakit ankilostomiasis dan Necator
americanus yang menimbulkan nekatoriasis (Soedarto, 2011).
Klasifikasi Cacing Tambang (Ancylostoma duodenale dan Necator
americanus)
a) Ancylostoma duodenale
Kingdom : Animalia
Filum : Nemathelminthes
Kelas : Nematoda
Sub-kelas : Phasmidia
Ordo : Rhabditida
Sub-ordo : Strongylata
Super famili : Strongyloidea
Familia : Ancylostomatidae
Genus : Ancylostoma
Spesies : Ancylostoma duodenale (Irianto, 2013).
Morfologi
Cacing dewasa hidup di usus halus manusia. Ancylostoma
duodenale ukurannya lebih besar dari Necator americanus. Betina
ukurannya 10-13 mm x 0,6 mm, yang jantan 8-11 x 0,5 mm, bentuknya
menyerupai huruf C sedangkan Necator americanus berbentuk huruf S,
yang betina berukuran 9-11 x 0,4 mm dan yang jantan 7-9 x 0,3 mm.
Rongga mulut Ancylostoma duodenale mempunyai dua pasang gigi,
sedangkan Necator americanus mempunyai sepasang benda kitin. Alat
kelamin jantan adalah tunggal disebut bursa copalatrix. Ancilostoma
duodenale betina dalam satu hari dapat bertelur 10.000 butir, sedangkan
Necator americanus 9.000 butir. Telur dari kedua spesies ini tidak dapat
dibedakan, ukurannya 40-60 mikron, bentuk lonjong dengan dinding tipis
dan jernih. Ovum dari telur yang baru dikeluarkan tidak memiliki segmen.
Di tanah dengan suhu optimum 23oC-33oC, ovum akan berkembang
menjadi 2, 4 dan 8 lobus (Safar, 2010). Cacing tambang (Ancylostoma
duodenale dan Necator americanus) tedapat dua stadium larva, yaitu larva
rabditiform yang tidak infektif dan larva filariform yang infektif.
Keduanya dapat dibedakan karena larva rabditiform 15 mempunyai bentuk
tubuh agak gemuk dengan panjang 250 mikron, sedangkan larva filariform
mempunyai bentuk yang langsing panjang tubuhnya sekitar 600 mikron (
Soedarto, 2011)
BAB

XIII

FILUM NEMATHELMINTHES NEMATODA USUS


1. Pengertian
Soil Transmitted Helminth STH (Soil Transmitted Helminth)
adalah cacing golongan nematoda usus yang memerlukan tanah untuk
perkembangan bentuk infektif. Di Indonesia golongan cacing ini yang
amat penting dan menyebabkan masalah kesehatan pada masyarakat
adalah cacing gelang (Ascaris lumbricoides) penyakitnya disebut
Ascariasis, cacing cambuk (Trichuris trichiura) penyakitnya disebut
Trichuriasis dan cacing tambang (Ancylostoma duodenale dan Necator
americanus) penyakitnya disebut Ankilostomiasis dan Nekatoriasis
(Hendrawan, 2013)
Nematoda mempunyai bentuk tubuh yang bulat panjang, silindris,
filariform, tidak bersegmen, dan bilateral simetris. Cacing ini memiliki
rongga tubuh (body cavity), dan tubuhnya tertutup oleh kutikulum. Ukuran
panjang tubuhnya sangat bervariasi, antara 2 mm – 1 meter. Alat
pencernaanya telah lengkap, tetapi sistem saraf dan sistem ekskresinya
belum sempurna.
Nematoda adalah cacing yang diecious atau uniseksual, dengan
jenis kelamin cacing yang sudah terpisah antara jantan dan betina. Sistem
reproduksi jantan terdiri dari testis, vas deferens, vesikula seminalis, dan
duktus ejakulatorius. sistem reproduksi betina terdiri atas ovarium, oviduk,
seminal reseptakel, uterus, vagina, dan vulva (Soedarto, 2008).
Nematoda usus mempunyai jumlah spesies terbanyak diantara
cacingcacing yang hidup sebagai parasit. Cacing tersebut berbeda-beda
dalam habitat, 7 8 daur hidup dan hubungan hospes-parasit (host parasite
relationship). Besar dan panjang cacing nematoda beragam, ada yang
panjangnya beberapa milimeter, ada pula yang melebihi satu meter.
Nematoda mempunyai kepala, ekor, dinding, rongga badan, dan alat-alat
lain yang agak lengkap. Sistem pencernaan, ekskresi dan reproduksi
biasanya terpisah
Pada umumnya cacing bertelur, tetapi ada juga yang vivipar dan
yang berkembangbiak secara partenogenesis. Cacing dewasa tidak
bertambah banyak didalam badan manusia. Seekor cacing betina dapat
mengeluarkan telur atau larva sebanyak 20 sampai 200.000 butir sehari.
Telur atau larva tersebut dikeluarkan dari badan hospes dengan tinja.
Larva biasanya mengalami pertumbuhan diikuti pergantian kulit.
Bentuk infektif dapat memasuki badan manusia dengan berbagai
cara. Ada yang masuk secara aktif, ada pula yang tertelan atau masuk
melalui gigitan vektor. Manusia merupakan hospes beberapa nematoda
usus. Sebagian besar nematoda tersebut menyebabkan masalah kesehatan
masyarakat di Indonesia. Di antara nematoda usus terdapat sejumlah
spesies yang ditularkan melalui tanah disebut Soil Transmitted Helminths
(STH), yang termasuk nematoda ini adalah Ascaris lumbricoides, cacing
tambang ada dua spesies yaitu Necator americanus dan Ancylostoma
duodenale, Trichuris trichiura, serta Stongyloides stercoralis (Sutanto,
2008).
Kelas Nematoda merupakan anggota filum Nemathelmintes,
merupakan kelas yang sangat bervariasi, terdiri dari beberapa cacing kecil
dan menempati setiap habitat dimana organisme hidup multiseluler dapat
hidup baik di tanah, laut, dan air tawar serta dikenal sebagai parasit dan
menginvasi hampir seluruh spesies tanaman dan berbagai vertebrata.
Nematoda mempunyai jumlah spesies terbanyak di antara cacing-cacing
yang hidup sebagai parasit, berbeda-beda dalam daur hidup dan hubungan
hospesparasit. Besar dan panjang cacing nematoda beragam, dari
berukuran milimeter hingga melebihi satu meter. Bentuk infektif dapat
mememasuki badan manusia dengan berbagai cara, baik secara aktif,
tertelan atau masuk melalui gigitan vektor (Sutanto, 2009).
Ciri khas nematoda , yaitu: kutikula non seluler resisten yang dapat
diganti empat kali selama ontogeni, otot longitudinal yang memungkinkan
probing, penembusan, pergerakan, sistem digestif komplit yang
beradaptasi secara baik dengan pencernaan yang aktif dari usus inang,
dengan sel – sel, darah, atau produk kerusakan seluler, sistem reproduksi
seks terpisah yang sangat berkembang. Cacing dewasa tidak bertambah
banyak dalam badan manusia. Cacing betina dapat mengeluarkan telur
atau larva sebanyak 20 – 200.000 butir sehari. Telur dan larva dikeluarkan
dari badan hospes dengan tinja (Sandjaja, 2007).
Nematoda pada manusia dibagi menjadi dua golongan menurut
tempat hidupnya, yaitu: nematoda usus dan nematoda jaringan. Nematoda
usus yang sering ditemukan pada manusia dan sering menginfeksi manusia
adalah Ascaris lumbricoides, Trichuris thichura, Oxyuris vermicularis,
Strongyloides stercoralis, Ancylostoma duodenale/Necator americanus.
(Gandahusada, 1998)
Strongyloides stercoralis
Klasifikasi
Menurut Koes Irianto dalam buku Parasitologi Medis, 2013,
klasifikasi dari Strongyloides stercoralis adalah
Kingdom : Animalia
Filum : Nemathelminthes
Kelas : Nematoda
Sub-kelas : Phasmidia
Ordo : Rhabditida
Sub-ordo : Strongylina
Familia : Strongyloididea
Genus : Strongyloides
Spesies : Strongyloides stercoralis
Morfologi
Cacing dewasa yang hidup bebas terdiri atas : cacing betina yang
memiliki ukuran 1 mm x 50 m, mempunyai esofagus dibagian
posterior, ekor lurus meruncing, vulva terletak dekat pertengahan
tubuh yang merupakan muara dari uterus bagian posterior. Cacing
jantan, berukuran 700 x 45 m, ekor melengkung ke depan memiliki
dua buah spikula kecil kecoklat-coklatan, esofagus lonjung dilengkapi
bulbus esofagus. Cacing dewasa sebagai parasit terdiri atas cacing
betina memiliki ukuran 2,2 mm x 50 m, esofagus silindris terletak pada
1/3 panjang tubuh, vulva pada batas 1/3 panjang posterior dan 1/3
bagian tengah tubuh cacing jantan, tidak pernah ditemukan, diduga
setelah masa perkawinan yang tetap bertahan di dalam trachea
(Rusmartini, 2009).
Telur hanya didapatkan di dalam tinja dengan diare berat atau
setelah pemberian pencahar. Mirip telur cacing tambang bentuk
lonjong, memiliki ukuran (50-60) x (30-35) m, dinding tipis di
dalamnya mengandung embrio (Gambar 2.7) (Rusmartini, 2009).

Kontaminasi
parasit Kotoran manusia adalah semua benda atau zat yang tidak
dipakai lagi oleh tubuh dan harus dikeluarkan dalam tubuh. Zat-zat
yang harus dikeluarkan oleh tubuh berbentuk tinja (feses), air seni
(urine) dan CO2 sebagai hasil dari proses pernafasan. Dengan
pertambahan penduduk yang tidak sebanding dengan pemukiman,
masalah pembuangan kotoran manusia merupakan masalah yang sedini
mungkin harus diatasi, karena kotoran manusia (tinja) adalah sumber
penyebaran penyakit yang multikompleks. Penyebaran penyakit yang
bersumber pada tinja dapat melalui berbagai cara. Selain dapat
langsung mengkontaminasi makanan, minuman, sayuran dan buah-
buahan, serangga (lalat, kecoa), air, tanah, dan juga pasir melalui
beberapa media diatas dapat juga melalui bagian-bagian dari tubuh kita
(Haqqi, 2009).
Benda atau bahan yang terkontaminasi oleh tinja seorang yang
menderita suatu penyakit tertentu, merupakan penyebab penyakit bagi
orang lain. Kurangnya perhatian terhadap pengelolaan tinja dan
sampah disertai dengan cepatnya pertumbuhan penduduk, akan
mempercepat penyebaran penyakit-penyakit yang ditularkan melalui
tinja (Haqqi, 2009). Bahan buangan organik dapat membusuk 31 atau
terdegradasi oleh mikroorganisme. Bahan buangan yang termasuk
kelompok ini sebaiknya tidak dibuang di air lingkungan karena dapat
menaikkan populasi mikroorganisme di dalam air. Misalnya feses,
kotoran ayam, sisa tumbuhan dan daun yang berguguran, serta bangkai
tikus.
Feses berasal dari ekskreta manusia ketika penduduk menggunakan
WC darurat yang langsung dibuang ke sungai. Kotoran ayam berasal
dari perternakan ayam dan bebek yang ada di sekitar pantai. Sisa-sisa
tumbuhan berasal dari pengguguran tumbuhan di pinggir pantai.
Adanya bangkai tikus karena banyaknya populasi tikus di sekitar
rumah penduduk sehingga memotivasi penduduk untuk meracuni tikus
dan bangkainya dibuang ke sungai (Tosepu, 2016).
BAB

XIV
FILUM NEMATHELMINTHES NEMATODA JARINGAN
Nematoda adalah hewan multiseluler yang paling banyak jumlahnya di
bumi dan terdapathampir di seluruh habitat dan beberapa juga terdapat di tempat
yang tidak biasa seperti sumber mata air panas, es, laut dalam, dan lingkungan
berasam dan dengan kadar oksigen rendah.Kelimpahannya mencapai jutaan
individu per m2 tanah pada tanah dan sedimen dasar perairan.
Nematoda memiliki fungsi yang sangat penting dalam menjaga kelestaria
n tanah, salahsatunya adalah sebagai dekomposisi material racun atau secara
istilah disebut bioremediasi. Nilainematoda sebagai bioremediasi tanah ini
sangatlah penting. Jika dihitung dengan rupiah makaakan didapatkan seberapa
pentingnya hewan kecil ini bagi tanah dan tentunya bagi manusia.
Nematoda Darah / Jaringan Tubuh Manusia dan Hewan. Nematoda darah
atau dikenalsebagai Nematoda filaria, menyebabkan penyakit kaki gajah atau
elefantiasis/filariasis. DiIndonesia terdapat 3 spesies cacing ini yang dikenal juga
sebagai cacing filaria limfatik, sebabhabitat cacing dewasa adalah di dalam
sistem limfe (saluran dan kelenjar limfe) manusia yangmenjadi hospes
definitifnya, maupun dalam sistem limfe hewan yang menjadi hospes
reservoar (kera dan kucing hutan). Spesies cacing filaria yang ada di Indonesia
adalah: Wuchereria bancrofti, Brugia malayi dan Brugia timori. Cacing filaria
ini ditularkan melalui gigitan nyamuk yang menjadi vektornya
Nematoda (cacing bulat) mempunyai bentuk bulat panjang dan tidak bers
egmen.Mempunyai jenis kelamin jantan dan betina. Cacing jantan lebih kecil
daripada yang betina danmelengkung kearah ventral. Ukurannya bervariasi dari
beberapa millimeter (misalnya:Trychinella spiralis) sampai 35 (tiga puluh lima)
cm (misalnya: Ascaris lumbricoides) bahkanada yang mendekati 1 (satu) meter
(misalnya : Dracunculus medinensis). Bentuk telurnya bermacam-
macam bergantung jenis cacingnya. Nematoda mempunyai jumlah species yangt
erbesar di antara cacing-cacing yang hidup sebagai parasit. Cacing-cacing ini
berbeda-bedadalam habitat, daur hidup dan hubungan hospes-parasit (host-
parasite relationship).
Morfologi dan daur hidupnya beragam; ada yang panjangnya beberapa
millimeter danada pula yang melebihi satu meter. Cacing ini mempunyai kepala,
ekor, dinding, dan rongga badan dan alat alat gerak lain yang agak lengkap.
Biasanya system pencernaan, ekskresi danreproduksi terpisah. Pada umumnya
cacing bertelur , tetapi ada juga yang vivipar dan yang berkembang biak secara
parthenogenesis. Cacing dewasa tidak bertambah banyak di dalam
badan manusia. Seekor cacing betina dapat mengeluarkan telur atau larva sebany
ak 20 sampai200.000 butir sehari. Telur atau larva ini dikeluarkan dari badan
hospes dengan tinja. Larva biasanya mengalami pertumbuhan
dengan pergantian kulit. Bentuk infektif dapat memasuki badan manusia dengan
berbagai cara; ada yang masuk secara aktif, ada pula yang tertelan ataudimasukk
an oleh vector melalui gigitan. Hampir semua nematoda mempunyai daur hidup
yangtelah diketahui dengan pasti.
BAB

XV
FILUM NEMATHELMINTHES NEMATODA JARINGAN
Onchocercavolvulus
Taksonomi Onchocerca volvulus
Kingdom : Animalia
Filum : Nematoda
Kelas : Secernentea
Ordo : Spirurida
Famili : Onchocercidae
Genus : Onchocerca
Spesies:Onchocercavolvulus

Pengertian Onchorcerca volvulus


Onchocerca volvulus adalah salah satu nematoda jaringan yang dapat
menimbulkan penyakit onchocerciasis. Parasit ini disebut juga dengan Filaria
volvulus. Hospes definitif dari parasit ini adalah manusia sedangkan hospes
perantaranya adalah lalat Simulium damnosum

Siklus hidup Onchorcerca volvulus

Pada waktu lalat Simulium mengisap darah penderita, ikut masuk juga
cairan limfa yang mengandung mikrofilaria. Di dalam tubuh lalat, mikrofilaria
mengalami pertumbuhan dan 2 kali ecdysis di dalam otot thorax lalat dan
menjadi larva stadium 3 yang infektif dalam waktu ± 6 hari. Jika larva infektif ini
masuk ke dalam tubuh manusia maka akan menjadi cacing dewasa dalam waktu
kurang dari 1 tahun pada jaringan di bawah kulit.

Morfologi Onchocerca volvulus


Ciri-ciri mikrofilaria Onchocerca volvulus :

ukuran : panjang ± 290 μm dan lebar ± 7 μm


tidak mempunyai sheath / tidak bersarung ujung anterior tumpul,
tidak terdapat stylet (alat pengebor) ujung posterior runcing,
membengkok,
tidak terdapat nukleus terminalis

Ciri-ciri cacing dewasa / filaria Onchocerca volvulus

ukuran cacing jantan : panjang ± 200 μm dan lebar ± 0,17 μm


ukuran cacing betina : panjang ± 400 μm dan lebar ± 0,30 μm
berwarna putih kekuningan ujung anterior tumpul dan
terdapat papila ujung posterior cacing jantan melengkung dan terdapat spicula
ujung posterior cacing betina lurus.

Loa loa
Taksonomi Loa loa

Kingdom : Animalia
Filum : Nematoda
Kelas : Chromadorea
Ordo : Spirurida
Famili : Onchocercidae
Genus : Loa
Spesies : Loa loa

Pengertian Loa loa


Loa loa adalah salah satu nematoda jaringan yang bisa menyebabkan
penyakit loiasis / calabar swelling / fugitive swelling / eye worm disease. Loiasis
adalah penyakit kronis yang ditandai dengan proses inflamasi dan pembengkakan
subkutan yang cepat terbentuk dan bersifat sementara yang disebut dengan
calabar swelling. Cacing dewasa dapat berpindah tempat melalui jaringan
subkutan dengan kecepatan 1 cm/menit dan bisa terdapat di semua bagian tubuh,
misalnya di axilla, punggung, kulit kepala dan mata. Nama lain Loa loa adalah
Filaria oculi, Filaria oculi humani, Filaria lacrimalis, Filaria sub conjunctifslis,
dan Dracunculus loa
Siklus Hidup Loa loa

Hospes definitif parasit ini adalah manusia sedangkan hospes perantara


Loa loa adalah lalat Chrysops silacea dan Chrysops dimidiata. Pertumbuhan
mikrofilaria di dalam tubuh lalat terjadi di otot dan bagian yang berlemak yang
berlangsung selama 10 – 12 hari. Mikrofilaria kemudian menjadi larva infektif
yang keluar dari labium ke permukaan kulit dekat luka gigitan dan menembus ke
dalam jaringan subkutan dan otot, serta tumbuh menjadi dewasa di sini dalam
waktu ± 1 tahun. Periodisitas Loa loa adalah diurna yaitu aktif pada waktu siang
hari

Brugia malayi
Brugia malayi Brugia malayi adalah salah satu nematoda jaringan yang
merupakan salah satu dari tiga parasit manusia yang menyebabkan penyakit
filariasis limfatik (kaki gajah). Cacing ini pertama kali ditemukan di Sulawesi
oleh Brug sehingga disebut Brugia. Brugia malayi disebut juga dengan Filaria
malayi, dan Wuchereria malayi.

SIKLUS HIDUP
Siklus hidup parasit ini sama dengan siklus hidup Wuchereria
bancrofti. Mikrofilaria masuk ke dalam tubuh manusia dengan melalui gigitan
nyamuk (dari genus Mansonia, Culex, Aedes, dan Anopheles). Mikrofilaria
masuk ke dalam saluran limfa dan menjadi dewasa → cacing jantan dan betina
melakukan kopulasi → cacing gravid mengeluarkan larva mikrofilaria →
mikrofilaria hidup di pembuluh darah dan pembuluh limfa → mikrofilaria masuk
ke dalam tubuh nyamuk saat nyamuk menghisap darah manusia → mikrofilaria
berkembang menjadi larva stadium 1 → larva stadium 2 → larva stadium 3 dan
siap ditularkan.
DAFTAR PUSTAKA
Arcari M, Baxendine A and Bennett, 2000, Diagnosing Medical Parasites
Through Coprological Techniques, University of
Southampton.
Burris P , 2000, Direct fecal smears,, Veterinary Technician vol. 21 no. 4,
April 2000, pp. 192- 199
Daryl B. White , Michael J. Cuomo , Lawrence B. Noel. Diagnosing
Medical Parasites: A Public Health Officers Guide to Assisting
Laboratory and Medical Officers
Hendrix CM 2002: Laboratory Procedures for Veterinary Technicians,
Mosby, Philadelphia, 2002, pp. 307-308 University of
Pennsylvania
McWilson Warren , 1991; Basic Malaria Microscopy (part I and II) (WHO;
1991; 72 Member States in the Eastern Mediterranean,
South-East Asia and Western Pacific Regions
Nugraha Budy, Buku Penuntun Praktikum Mikrobiologi & Parasitologi,
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (Stikes) Mitra Kencana Tasik
Malaya.
Paul G. Engelkirk,Janet L. Duben-Engelkirk, Laboratory Diagnosis of
Infectious Diseases: Essentials of Diagnostic : laboratory
diagnostic of selected helminth infection, Lippincott Williams
& Wilkins
Prasetyo Heru, 2005, Pengantar Praktikum Protozoologi Kedokteran,
edisi 2, Airlangga University Press
Preparation of blood smears, Laboratory Identification of Parasites of
Public Health Concern, CDC
Sri Hastuti U, dkk, 2007, Penuntun Praktikum Mikrobiologi &
Parasitologi, Jurusan Biologi Fakultas Matematika Dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Negeri Malang
Wijaya Kusuma. Pemeriksaan Mikroskop Dan Tes Diagnostik Cepat
Dalam Menegakkan Diagnosis Malaria. Bagian/SMF Patologi
Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/ Rumah Sakit
Umum Pusat Sanglah Denpasar
World Health Organisation. Basic Laboratory Methods in Medical
Parasitology. ISBN 92 4 154410 4. (1991)

Anda mungkin juga menyukai