Modul Teori Parasitologi .
Modul Teori Parasitologi .
PARASITOLOGI I
Visi
Misi
FAKULTAS FARMASI
Visi
Misi
Visi
Menjadi program studi yang unggul dan professional dalam bidang Mikrobiologi
Molekuler Klinis Tahun 2022
Misi
Puji syukur kami Panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas
kasih kepada pihak- pihak yang mendukung dan mengarahkan kami sehingga
Modul ini dapat diselesaikan dengan baik dan bermanfaat dalam pembelajran,
kekurangan yang ditemui. Untuk itu, kami mengharapkan adannya saran dan
kritik yang sifatnya membangun demi kesempurnaan Modul ini . Akhir kata,
semoga Modul ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua terutama bagi
Lubuk Pakam,
8 Oktober 2021
DAFTAR ISI
Visi Dan Misi Program Studi Teknologi Laboratorium Medik .................. iii
Sk Modul.................................................................................................. iv
1. Pengertian Parasit
laba-laba menangkap dan mengisap darah lalat, dan lain sebagainya. Jadi,
ada perbedaan nyata antara prinsip hidup hewan predator dengan hewan
yang hidup mandiri dan yang hidup sebagai parasit. Tidak ada satu
terpisah dari bentuk-bentuk kehidupan lain yang ada. Oleh karena itu,
dalam luka yang membusuk. Larva yang kemudian menetas dari telur yang
diletakkan dalam luka itu dapat disebut parasit, sedang larva yang berasal
dari lalat sama jenis dan yang terjadi di dalam bangkai itu bukan parasit.
Beda antara parasit dan hewan karnivora (pemakan daging) hanya dalam
suatu hal adalah tingkatannya, demikian pula beda antara hidup parasitis
dan hubungan hidup manusia per individu dengan manusia lainnya juga
dalam hal tingkatannya. Karnivora biasanya lebih besar dan lebih kuat
daripada korbannya, sedang parasit biasanya jauh lebih kecil jika
dibandingkan dengan inangnya. Oleh karena itu, beda antara karnivora dan
parasit itu, sebenarnya hanya dalam hal ukuran jatah yang diperoleh dari
2. Perkembangan Parasitologi
tetapi karena sesuatu hal maka berubah menjadi organisme parasit. Teori
yang sekarang ini (ada), berasal dari organisme yang sejak awal mulanya
Cacing dan serangga telah dikenal oleh nenek moyang kita sejak
mereka hidup secara nomaden. Begitu pula cacing parasit telah lama
sebab itu, cacing sebagai penyebab penyakit telah dikenal oleh nenek
eksakta biologi.
kutu berasal dari telur. Oleh karena masih kuatnya pengaruh ajaran gereja
1723) dari Belanda, berbagai jenis hewan parasit bersel satu pun
larva dari telur cacing daun (Trematoda). Semenjak itu daur hidup
lanjut ilmu parasit atau parasitologi tidak terlepas dari ilmu-ilmu eksak
sedemikian rupa antara parasit dan inangnya sehingga parasit dapat tetap
hidup dalam tubuh inang. Sementara itu, kondisi inang seolah-olah tidak
dalam daur hidup sesuatu parasit dibutuhkan adanya organisme lain, dan
pertumbuhannya.
kemajuan, sekalipun kecil, dan seolah-olah terpisah satu dari yang lain,
bidang ilmu yang harus dipahami seorang ahli parasitologi, maka selama
itu memberi sesuatu kepada setiap orang Seperti telah disebutkan pada
saja pada awalnya tidak tertulis dalam buku, tetapi ada dalam benak
prinsip-prinsip mantik.
nyamuk, lalat, caplak, nyamuk malaria, nyamuk filaria, lalat rumah, lalat
lain, bersifat ilmiah eksak, yaitu sesuai dengan metode yang dipakai
(400 tahun sebelum Masehi), tetapi baru pada abad ke-18 nomenklatur
hubungan antara hewan yang terdapat pada saat ini dan hewan yang
memberi nama jenis parasit yang baru dan menempatkannya dalam suatu
berdasar pada pengertian bahwa tren evolusi mulai dari organisme yang
Spesies Filum
Genus Klasis
Familia Ordo
Klasis Genus
Filum Spesies
Filum.
proses yang terjadi dalam tubuh parasit merupakan sifat-sifat dasar dalam
taksonomi sistem filogenetis. Seperti telah disebutkan, bahwa
Nama ilmiah atau nama internasional tiap hewan parasit, terdiri dari 2
Nama genus selalu kata benda, dan mungkin diambil dari kata
a. Filaria conjunctiva
pada conjunctiva.
b. Fasciola hepatica
c. Cysticercus bovis
ilmu yang mencakup masalah identifikasi dan tata nama berbagai hewan
yang hidupnya bersifat parasitis.
tinggi (yang dapat disebabkan oleh infeksi yang berat) sehingga inang
apapun. Parasit hanya menyebabkan rasa kurang nyaman saja bagi inang,
parasit yang dapat hidup dalam segala macam jaringan tubuh, kecuali sel
darah merah. Hidup parasitis yang seperti itu masih tergolong bentuk-
poliparasitisme.
1. Superparasitisme Superparasitisme,
sebagai parasit dalam siput air tawar Planorbis sp. Jadi, parasit
Planorbis sp
2. Hiperparasitisme Hiperparasitisme,
dari satu jenis yang jumlahnya jauh lebih besar dari biasanya.
II
1. Pengertian
Parasitologi adalah suatu ilmu cabang Biologi yang mempelajari
tentang semua organism parasit. Tetapi dengan adanya kemajuan ilmu,
parasitologi kini terbatas mempelajari organism parasit yang tergolong
hewan parasit, meliputi: protozoa, helminthes, arthropoda dan
insektaparasit, baik yang zoonosis atau pun anthroponosis. Cakup
anparasitologi meliputi taksonomi, morfologi, siklus hidup masing-masing
parasit, serta patologi dan epidemiologi penyakit yang ditimbulkannya.
A. PARASIT
Organisme parasit adalah organisme yang hidupnya bersifat
parasitis; yaitu hidup yang selalu merugikan organisme yang ditempatinya
(hospes).
Macam macamnya :
1. Parasit obligat
parasit yang tidak dapat hidup bebas, harus menginfeksi inangnya
untuk dapat mendapatkan makanan, bertahan hidup, dan untuk dapat
melakukan daur hidup. Parasit obligat adalah jenis parasit yang harus
menginfeksi makhluk lain untuk daur hidupnya. Bila parasit ini tidak dapat
memperoleh inang, ia akan gagal berreproduksi.
Contohnya adalah cacing pita babi (Taenia solium) dan cacing pita sapi
(Taenia saginata) yang harus menginfeksi babi atau sapi, untuk dapat
berkembang biak.
Semua virus adalah parasit obligat, sebab virus hanya dapat berreproduksi
dengan menyerang sel makhluk hidup lain dan menggunakan materi
genetiknya untuk memperbanyak diri.
2. Parasit permanen :
parasit yang hidup pada hospes selama hidupnya. Contoh Ascaris
Lumbricoides
3. Parasit fakultatif
Parasit yang dapat hidup bebas dan dapat pula hidup sebagai parasit.
Contoh : strongloides stercocallis
4. Parasit insendetal
parasit yang secara kebetulan bersarang pada satu hospes
5. Parasit patogen
parasit yang menimbulkan kerusakan pada hospes karena pengaruh
mekanik, traumatic dan toksik
6. Parasit apatogen
parasit yang hidup dengan mengambil sisa makanan dalam tubuh
hospes dengan tidak menimbulkan kerugian atau kerusakan pada
hospes
7. ektoparasit
parasit yang hidup dipermukaan tubuh hospes
8. endoparasit
parasit yang hidup di dalam tubuh heospes
9. parasitmonoksen
parasit yang menghinggapi satu spesies hospes
10. parasitpoliksen
parasit yang dapat menghinggapi berbagai spesies hospes
11. pseudoparasit
suatu benda asing yang disangka sebagai parasit yang terdapat di
dalam tubuh hospes.
B. HOSPES
Hospes adalah jasad yang mengandung parasit.Hospes yang
dirugikan dapat digolongkan menjadi 4 macam yaitu ;
1. Hospes definitive adalah hospes yang membantu hidup parasit dalam
stadium dewasa/stadium seksual
2. Hospes perantara adalah hospes tempat parasit tumbuh menjadi bentuk
infektif yang siap ditularkan kepada manusia (hospes)
3. Hospes paratenik adalah hospes yang mengandung stadium infektif
parasit tanpa menjadi dewasa dan stedium infektif ini dapat ditularkan
dan menjadi dewasa pada hospes definitive
4. Hospes reservoir adalah hewan yang mengandung parasit dan
merupakan sumber infeksi bagi manusia
C. PARASITISME
Parasitisme merupakan hubungan timbale balik suatu spesies
dengan spesies lain untuk kelangsungan hidupnya. Dalam hal tersebut,
jenis jasad mendapat makanan dan lindungan jasad lain yang dirugikan
dan mungkin dibunuhnya. Sebenarnya parasit tidak bermaksud untuk
membunuh hospesnya tanpa membahayakan dirinya. Menurut derajat
parasitisme dapat dibagi menjadi:
1. Komensalisme
Suatu jenis jasad mendapat keuntungan dari jasad lain akan tetapi
jasad lain tersebut tidak dirugikan.
2. Mutualisme
Hubungan dua jenis jasad yang ke dua nya mendapat keuntungan
3. Simbiosis
Hubungan permanent antara dua jenis jasad dan tidak dapat hidup
terpisah
4. Pemangsa
Adalah parasit yang membunuh terlebih dahulu mangsanya dan
kemudian memakannya.
BAB
III
ISTILAH-ISTILAH PARASITOLOGI
5. VEKTOR
Vektor dalam arti luas yaitu pembawa/pengangkut. vektor dalam
arti lain adalah hewan avertebrata yang berperan sebagai penular
penyebab penyakit (agen) dari host pejamu yang sakit ke pejamu lain
yang rentan(28). Vektor dapat berupa vektor mekanis dan biologis, dan
juga berupa vektor primer dan sekunder. Vektor mekanis yaitu hewan
yang menularkan penyakit tanpa agen tersebut mengalami perubahan,
vektor mekanis ini sangat penting bagi penyebaran penyakit karena
dalam tubuh vektor mekanis biasanya parasit telah mencapai stadium
infektif. Daya tahan tubuh parasit di dalam tubuh vektor mekanis
terbatas karena, maka dari itu vektor mekanis berfungsi sebagai
pemindah.
Vektor biologis parasit mengalami tumbuh dan berkembang dalam
tubuh vektor, contohnya seperti nyamuk Aedes aegypti yang bertindak
sebagai vektor demam berdarah. Vektor biologis juga mempunyai
peran sebagai tuan rumah, dalam penyebaran parasit oleh vektor
biologis, arthropoda sebagai inang sangat diperlukan dalam siklus
hidup parasit.
Vektor primer merupakan penyebab utama terjadinya penularan
penyakit, baik pada orang maupun hewan yang secara klinis telah
terbukti sakit, sedangkan vektor sekunder adalah vektor yang dianggap
tidak penting sebagai penyebaran penularan penyakit, dalam keadaan
wabah, karena situasinya menyebabkan lebih dekatnya hubungan
vektor sekunder dengan inang, maka vektor sekunder dianggap sebagai
vektor penting.
a. Faktor Kebiasaan
Faktor kebiasaan atau kesukaan ini dapat
dihubungkan dengan berpengaruhnya nyamuk
terhadap bisa atau tidaknya kontak dengan agent
maupun host, misalnya nyamuk yang kebiasaannya
menggit manusia, tentu memiliki peluang untuk
menjadi vektor DBD.
b. Faktor Kecepatan Berkembangbiak
Adanya percepatan perkembangbiakan pada
nyamuk tentu akan mempengaruhi jumlah populasi
pada suatu spesies. Kondisi ini akan berpengaruh
terhadap frekuensi kontak dengan agent dan host
baru. Artiya nyamuk memiliki kecepatan
berkembangbiak lebih banyak, maka memiliki
peluang besar untuk menjadi vektor penyakit
c. Faktor biokimia
Faktor biokimia ini terjadi pada agent yang
mengalami perkembangan dalam tubuh vektor,
yaitu nyamuk, ketika nyamuk menghisap darah
manusia, maka agent yang ada di dalam darah akan
ikut terhisap dan akan masuk kedalam lambung
nyamuk, kemudian darah dicerna untuk selanjutnya
diserap kandungann proteinnya, sedangkan agent
ada yang terus berkembangbiak dan ada juga yang
akan mati karena pengaruh zat biokimia yang ada
di dalam lambung dan ikut dicerna.
MACAM-MACAMVEKTOR :
1. Vektor Mekanik :Mahluk hidup yang mengeluarkan parasit melalui
permukaan tubuh nya.
6. ZOONOSIS
Zoonosis adalah penyakit atau infeksi yang ditularkan secara
alamiah di antara hewan vertebrata dan manusia. Zoonosis merupakan
ancaman baru bagi kesehatan manusia. Berdasarkan hewan
penularnya, zoonosis dibedakan menjadi zoonosis yang berasal dari
satwa liar, zoonosis dari hewan yang tidak dipelihara tetapi ada di
sekitar rumah, seperti tikus yang dapat menularkan leptospirosis, dan
zoonosis dari hewan yang dipelihara manusia.
mencakup berbagai penyakit menular yang secara biologis
berbeda satu dengan lainnya. Banyaknya penyakit yang dapat
digolongkan sebagai zoonosis dikarenakan adanya perbedaan yang
kompleks di antara penyakit tersebut. Penyakit zoonosis dapat
dibedakan antara lain berdasarkan penularannya, reservoir utamanya,
asal hewan penyebarnya, dan agens penyebabnya.
2. Siklo-zoonosis
3. Meta-zoonosis
1. Antropozoonosis
2. Zooanthroponosis
Suatu penyakit digolongkan ke dalam grup ini bila penyakit itu
berlangsung secara bebas pada manusia atau merupakan penyakit
manusia dan hanya kadang-kadang saja menyerang hewan.
7. CARIER
Carrier adalah pengandung parasit tanpa memperlihatkan gejala-
gejala klinis sehingga dpt menjadi sumber infeksi bagi orang lain.
8. Virulensi
Virulensi adalah kapasitas relative pathogen untuk mengatasi
pertahanan tubuh. Dengan kata lain, derajat atau kemampuan dari
organism pathogen untuk menyebabkan penyakit.
BAB
IV
Pada pokok bahasan ini di bahas disertai dengan contoh contohnya parasit
dan jenis jenis parasit
1. Parasit fakultatif
2. Parasit obligat
4. Parasit eratika
Parasit eratika adalah parasit yang terdapat pada hospes yang wajar tetapi
lokasinya pada daerah yang tidak sewajarnya contoh parasit eratika :
Ascaris lumbricoides. Parasit ini termasuk cacing nematoda yang
normalnya berlokasi didalam doudenum manusia dan babi. Namun
demikia karena pengaruh sesuatu hal seperti misalnya kelaparan atau
karena pengaruh gerakanantipistatik dinding usus,cacing tersebut
terdorong masuk ke lambung atau memasuki kandung empedu lewat
saluran empedu. Terjadinya parasit eratika ini mungkin juga karena
migrasi cacing dalam siklus hidupnya tidak normal. Misalnya, Larva
Ascaris sesampainya di dalam paru tidak terbatukan agar tertelan lewat
trakea, tetapi dari paru mala masuk peredaran darag sehingga cacing
datang disembarang jaringan tubuh hospesnya sehingga perna cacing ini
ditemukan di dalam medula oblongata seekor kera. Fasciola hepatica,
parasit ini termasuk cacing trematoda yang secara normal berlokasi
didalam hati sapi tetapi karena kecelakaan mungkin ditemukan di dalam
jaringan bawah kulit kelinci atau mungkin ditemukan di dalam di dalam
paru kuda. Kejadian ini tidak hanya bersifat parasit eratika tetapi juga
termasuk parasit indisentil.
5. Parasit spuriosa
Istilah ini sebenarnya tidak tepat untuk menyatakan parasit sudah duga.
Hal ini terjadi pada saat diagnosa pasca mato, misalnya karena sebelum
mati anjing makan tinja sapi yang mengandung telur cacing Moniezia
expansa, maka pada pemeriksaaan pasca mati bisa saja anjing didiangnosa
terinfeksi cacing Moniezia expansan
B. BERDASARKAN WAKTU ATAU DERAJAT
KEPARASITANNYA
Contoh parasit yang stadium larva dan dewasanya permanen pada atau
didalam satu hospes adalah kutu. Semua stadium hidupnya mulai telur,
larva nimfa dan dewasa biasanya berada dalam satu hospes contoh parasit
stadium larva dan stadium dewasannya selalu berada didalam hospes yang
berbeda adalah protozoa darah seperti plasmodium. Plasmodium stadium
dewasanya berparasit dalam tubuh nyamuk anophesies sedang stadium
mudanya di dalam tubuh manusia jadi untuk plasmodium tidak ada
stadium hidup bebas.
BA
B
parasit adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit, misalnya cacing atau
kutu. Infeksi parasit terjadi ketika parasit masuk ke dalam tubuh melalui makanan
atau minuman yang terkontaminasi, gigitan serangga, atau kontak langsung dan
tidak langsung dengan penderita infeksi parasit.
A. PENGERTIAN MIKROORGANISME
Kata mikroorganisme merupakan istilah yang tidak asing bagi dunia
kesehatan. Mikroorganisme atau mikroba merupakan organisme hidup yang
berukuran sangat kecil (diameter kurang dari 0,1 mm) dan hanya dapat diamati
dengan menggunakan mikroskop. Mikroorganisme ada yang tersusun atas satu
sel (uniseluler) dan ada yang tersusun beberapa sel (multiseluler). Organisme
yang termasuk ke dalam golongan mikroorganisme adalah bakteri, archaea,
fungi, protozoa, alga mikroskopis, dan virus. Virus, bakteri dan archaea termasuk
ke dalam golongan prokariot, sedangkan fungi, protozoa, dan alga mikroskopis
termasuk golongan eukariota. Mikrobiologi (dalam Bahasa Yunani mikros =
kecil, bios = hidup, dan logos = ilmu) merupakan suatu ilmu tentang organisme
hidup yang berukuran mikroskopis. Mikrobiologi merupakan ilmu aneka disiplin
karena ilmu ini mencakup beberapa bidang, pembagiannya dapat berdasarkan
tipe mikrobiologi (pendekatan taksonomis) atau berdasarkan aktivitas fungsional.
Berdasarkan pendekatan taksonomis, mikrobiologi dibagi menjadi virologi,
bakteriologi, mikologi, fikologi, dan protozoologi. Sedangkan berdasarkan
pendekatan fungsional, mikrobiologi dibagi atas ekologi mikroba, mikrobiologi
industri, mikrobiologi pertanian, mikrobiologi kedokteran, mikrobiologi pangan,
fisiologi mikroba, genetika mikroba, dan sebagainya.
Struktur Mikroorganisme dan Ukuran Sel terdiri atas dua tipe, yaitu sel
prokariotik dan sel eukariotik. Kedua tipe sel secara kimiawi adalah serupa,
yakni sama-sama memiliki asam nukleat, protein, lipid, dan karbohidrat. Kedua
tipe sel tersebut juga menggunakan reaksi kimia yang sama untuk
memetabolisme makanan, membentuk protein, dan menyimpan energi.
Perbedaan sel prokariotik dari sel eukariotik adalah struktur dinding sel,
membran sel, serta tidak adanya organel, yaitu struktur seluler yang
terspesialisasi yang memiliki fungsi-fungsi spesifik.
a. Sel Prokariotik
b. Sel Eukariotik
b. Cacing
VI
DIAGNOSA LABORATORIUM
Cacing Ascaris lumbricoides memiliki 3 tahapan perkembangan
hidupnya namun stadium larva tidak banyak diulas sehingga lebih dikenal
dalam 2 stadium dalam perkembangan, yaitu : 1. Telur : pada stadium ini
dapat kita temukan berbagai bentuk telur diantaranya telur fertil, infertil
dan yang telah mengalami dekortikasi. 2. Bentuk dewasa : pada stadium
ini cacing ditemukan dalam 2 jenis kelamin yang terpisah (tidk
hermaprodit). Stadium telur spesies ini berbentuk bulat oval dan
ukurannya berkisar antara 45 – 75 mikron x 35 – 50 mikron. Telur Ascaris
lumbricoides sangat khas dengan susunan dinding telurnya yang relatif
tebal dengan bagian luar yang berbenjol-benjol. Dinding telur tersebut
tersusun atas tiga lapisan, yaitu :
a. Lapisan luar yang tebal dari bahan albuminoid yang bersifat
impermiabel.
b. Lapisan tengah dari bahan hialin bersifat impermiabel (lapisan
ini yang memberi bentuk telur)
c. Lapisan paling dalam dari bahan vitelline bersifat sangat
impermiabel sebagai pelapis sel telurnya
DIAGNOSA LABORATORIUM
Diagnosa pasti untuk Ascariasis dengan cara menemukan telur atau
cacing dewasa pada faeces yang dapat diperiksa secara langsung maupun
konsentrasi.
DIAGNOSA LABORATORIUM
Diagnosa pasti untuk infeksi Trichuris trichiura dengan cara
menemukan telur atau cacing dewasa pada faeces yang dapat diperiksa
secara langsung maupun konsentrasi
DIAGNOSA LABORATORIUM
Untuk menegakkan diagnosa pasti atas infeksi Taenia solium dapat
dilakukan pemeriksaan tinja cara langsung atau cara tak langsung dan
harus ditemukan telur atau bagian dari cacing dewasa (skolek atau
proglotid) dalam sampel feses. Sampel feses dari tersangka penderita yang
diyakini positif namun memberikan hasil labortorium yang negatif
sebaiknya dilakukan pemeriksaan ulang dengan memberikan obat
pencahar sehingga terjadi pengurasan lambung dan diharapkan cacing
dewasa beserta telur yang ada di dalamnya dapat benarbenar dikeluarkan.
Hasil pemeriksaan ulang ini akan lebih meyakinkan apakah tersangka
penderita tersebut benar-benar telah mengalami taeniasis atau tidak.
PARASIT YANG PENULARANNYA DENGAN CARA
DITURUNKAN
DIAGNOSIS
Diagnosis toxoplasmosis dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinis,
pemeriksaan serologis dan menemukan parasit dalam jaringan tubuh
penderita. Seperti telah diuraikan diatas, gejala klinis sering kali
meragukan dan menemukan parasit dalam jaringan tubuh penderita
bukanlah suatu hal yang mudah. Maka pemeriksaan secara serologis
terhadap antibodi penderita toxoplasmosis merupakan alat bantu diagnosis
yang mudah dan baik. Dasar pemeriksaan serologis ialah antigen
toxoplasmosis bereaksi dengan antibodi spesifik yang terdapat dalam
serum darah penderita. Beberapa jenis pemeriksaan serologis yang umum
dipakai ialah : Dye test Sabin Feldman, Complement Fixation test (CFT),
reaksi Fluoresensi antibodi, Indirect Hemagglutination Test dan enzym
linked immunosorben assay (Elisa). Dye test Sabin Feldman merupakan
pemeriksaan yang pertama kali ditemukan.
BAB
VII
SIKLUS HIDUP PARASIT
1. Trypanosoma evans
2. Trypanosoma brucei
3. Trypanosoma cruzi
Filum Apricomplexa
(memiliki reproduksi seksual dan aseksual)
Siklus hidup filum Apicoplexa lebih kompleks karena memiliki reproduksi
seksual dan
aseksual juga beberapa spesies ada yang bers
ifat heteroksenosa. Stadium-stadium
Apricomplexa parasit terlihat seperti gambar dibawah ini
Contoh siklus hidup Apicompexa yang holoksenosa
1. Eimeria tenella
2. Eimeria stidae
Siklus hidup cacing Cestoda memiliki dua alur. Alur yang pertama
melibatkan
hospes-hospes intermedier yang hidup diair (akuatik) sedang alur yang
kedua melibatkan hospes-hospes intermedier yang hidup di darat (terestik).
Stadium-stadium cacing Cestoda yang siklus hidupnya melibatkan hospes
intermedier yang akuatik adalah telur-korasidium-proserkoid-cacing Cestoda
dewasa. Stadium-stadium cacing Cestoda yang siklus hidupnya melibatkan
hospes intermedier yang terestik adalah telur-embrioheksakan atau onkosfer-(
berbagai bentuk larva cacing Cestoda (
Diphyllobothrium latum
Raillietina cesticillus
Selain cacing daun dan cacing pita ada jenis cacing lainyang disebut cacing
kepala berduri yang hidupnya berparasit. Cacing tersebut kelas
Archiacanthocephala. Stadium-stadium pertumbuhan cacing dalam siklus
hidupnya adalah telur-akantor-
akantela-sistakan dan cacing kepala berduri dewasa.
1. Macracanthorrhynchus himdeneaus
filum Arthrpoda Nyamuk, lalat, pinjal dan kutu adalah anggota dan
Filum
Arthopoda yang berkaki enam (Hexapoda atau Insekta) sedang caplak
dantungau
( Arachnida ) adalah anggota filum Arthropoda yang stadium dewasanya
berkaki delapan. Dua yang pertama dari insekta punya sayap,sedang dua
berikutnya tidak punya sayap. Stadium-stadium pertumbuhan dalam siklus hidup
Anthropoda adalah
Telur-larva –pupa-dewasa.
1. Nyamuk Anopheles, sp., Culex sp., Aedes sp.,hanya yang betina yang
menghisap darah sebagai parasit temporer yang non periodic
2. Lalat : Stomoxys sp., Lyperosia sp.,dsbnya. Lalat jantan dan betina
menghisap darah sebagai parasit temporer non periodic
1. Pinjal Ctepanocephalides sp, Pulex sp., pinjal jantan dan betina hidup
sebagai parasit stasioner periodic
IX
SIKLUS HIDUP PARASIT
CACING GELANG
SIKLUS HIDUP
Bentuk infektif bila tertelan oleh manusia dengan menetas diusus halus.
Larvanya akan menembus dinding usus halus menuju pembuluh darah atau
saluran limfe, lalu dialirkan ke jantung, kemudian mengikuti aliran darah ke paru,
larva yang ada di paru menembus dinding pembuluh darah, lalu dinding alveolus
masuk rongga alveolus kemudian naik ke trakea melalui bronkiolus dan bronkus.
Dari trakea larva ini menuju ke faring, sehingga akan menimbulkan rangsangan
pada faring. Selanjutnya larva akan masuk ke saluran pencernaan dan di usus
halus larva berubah menjadi cacing dewasa. Cacing dewasa akan melakukan
perkawinan sehingga cacing betina akan gravid dan bertelur. Telur cacing akan
bercampur dengan faeces manusia. Pada saat buang air besar telur keluar
bersama faeces dan berada di alam (tanah) untuk menjadi matang. Telur matang
tertelan kembali oleh manusia melalui makanan yang terkontaminasi telur. Satu
putaran siklus hidup Ascaris lumbricoides akan berlangsung kurang lebih selama
dua bulan.
SIKLUS HIDUP
SIKLUS HIDUP
Telur keluar bersama tinja, dalam waktu 1 – 2 hari telur akan berubah
menjadi larva rabditiform (menetas ditanah yang basah dengan temperatur yang
optimal untuk tumbuhnya telur adalah 23 – 300 C). Larva rabditiform makan zat
organisme dalam tanah dalam waktu 5 – 8 hari membesar sampai dua kali lipat
menjadi larva filariform, dapat tahan diluar sampai dua minggu, bila dalam
waktu tersebut tidak segera menemukan host, maka larva akan mati. Larva 13
filariform masuk kedalam tubuh host melalui pembuluh darah balik atau pembulu
darah limfe, maka larva akan sampai ke jantung kanan. Dari jantung kanan
menuju ke paru, kemudian alveoli ke broncus, ke trakea dan apabila manusisa
tersedak maka telur akan masuk ke oesophagus lalu ke usus halus (siklus ini
berlangsung kurang lebih dalam waktu dua minggu)
2. Siklus tidak langsung Larva rabditiform berubah menjadi cacing jantan dan
betina bentuk bebas, sesudah pembuahan, cacing betina menghasilkan telur yang
menetas menjadi larva rabditiform, larva rabditiform dalam waktu beberapa hari
dapat menhasilkan larva filariform yang infektif dan masuk kedalam hospes.
3. Auto infeksi Larva rabditiform menjadi larva filariform di usus atau di daerah
sekitar anus (perianal) bila larva filariform menembus mukosa atau kulit perianal,
mengalami suatu lingkaran perkembangan di dalam hospes. Auto infeksi
menerangkan adanya Strongyloidiasis yang persisten, mungkin selama 36 tahun,
di dalam penderita yang hidup di derah non endemik.
SIKLUS HIDUP
Telur yang keluar melekat pada rumput. Apabila rumput dimakan oleh
hewan ternak maka akan masuk menuju usus. Di ddalam usus telur menetas
menjadi embrio heksakan yang dapat menembus dinding usus menuju ke aluran
getah bening atau ke saluran darah kemudian akan menuju jaringan ikat dan
berkembang di sela-sela otot untuk tumbuh menjadi cacing gelembung (larva)
yang disebut cysticercus bovis. Apabila daging yang mengandung cysticercus
bovis dimakan oleh manusia setelah sampai di usus skoleknya akan keluar dan
melekat ke usus halus. Selanjutnya akan menjadi cacing dewasa dalam waktu 8 –
10 minggu. Cacing dewasa akan menghasilkan proglotid gravid yang apabila
dinding proglotid ini pecah maka akan mengeluarkan telur. Saat manusia buang
air besar, telur cacing ini dapat ikut dikeluarkan bersama tinja.
BAB
X
Sampel sputum/dahak
Pada klien diduga penumonia, klien harus batuk yang dalam dan
mengeluarkan dahaknya langsung ke wadah steril, dan apabila diperlukan
dapat diberikan nebulizer atau obat ekspektoransia untuk mempermudah
pengeluaran sputum. Untuk tujuan pemeriksaan bakteri tahan asam
(BTA/Mycobacterium tuberculose), bahan dapat diambil dengan cara:
1) sputum sesaat/spot sputum, yaitu sputum yang keluar saat klien
memeriksakan diri,
2) sputum pagi hari (early morning sputum), yaitu sputum yang
keluar pada pagi hari, dan
3) sputum tampung (collecting sputum), yakni sputum yang
dikumpulkan selama 24 jam.
Spesimen saluran napas
bagian atas Spesimen didapat dengan cara swab hidung,
nasofaring, tenggorokan, dan aspirasi sinus. Sekresi nasofaring diambil
dengan swab kapas, swab dimasukkan melalui hidung, diputar, dan
dikeluarkan dengan hati-hati dan dimasukkan ke medium transport.
Usapan tenggorokan diperoleh dengan menekan lidah menggunakan spatel
lidah, kemudian daerah tonsil kiri kanan, faring sebelah posterior, dan
daerah yang ada kelainan diusap dengan lidi kapas steril, dan usahakan
tidak menyentuh lidah, uvula, atau bibir klien.
Sekret genital
Spesimen berupa usapan vagina atau serviks. Untuk pengambilan
sekret serviks dipergunakan speculum (tanpa lubrikan) dan sekret diambil
langsung dengan swab lidi, hatihati jangan menyentuh dinding vagina.
Bila diperkirakan infeksi disebabkan bakteri gonokokus, sebaiknya
langsung diinokulasikan pada medium yang sesuai seperti medium
transgrow yang merupakan modifikasi medium Thayer-Martin.
Pus (nanah dari luka)
Pada luka tertutup paling baik dengan spuit dan jarum yang
didesinfeksi sebelumnya, apabila diambil saat operasi sebagian dari
dinding abses perlu disertakan. Spesimen permukaan luka diambil dengan
swab, juga spesimen dari mata, telinga dan lainnya.
C.PEWADAHAN SPESIMEN
Tempat penampungan spesimen atau pewadahan harus memenuhi
syarat bersih atau steril. Untuk mendapatkan tempat (wadah) yang steril
sebaiknya menggunakan sterilisasi fisik (autoklaf), tidak dianjurkan
memakai antiseptik atau desinfektan untuk mensucihamakan wadah
tersebut. Wadah dalam pengambilan spesimen yang dipakai disesuaikan
dengan kebutuhan. Kadang ada satu wadah yang sekaligus dapat
dipergunakan untuk transport (pengiriman).
D. PENGIRIMAN SPESIMEN
1. Pengantar Pemeriksaan Tiap spesimen atau bahan pemeriksaan yang
dikirim ke laboratorium harus disertai dengan surat pengantar atau blanko
permintaan pemeriksaan yang meliputi:
a. nama lengkap, jenis kelamin, umur, serta alamat;
b. tanggal pengambilan spesimen;
c. jenis spesimen (darah, urin, pus dan lain-lain);
d. jenis pemeriksaan yang diminta, misalnya bahan: feses, jenis
pemeriksaan: Shigella, Salmonella, Cholera;
e. asal spesimen: hasil muntahan, rectum (rectal swab),
tenggorokan;
f. keterangan klinik klien, lebih baik ditambahkan sedikit tentang
riwayat penyakit sudah mendapat pengobatan atau belum, kalau
sudah maka disebutkan jenis obat yang telah dikonsumsi;
g. nama, alamat pengirim serta tanda tangannya.
2. Waktu Pengiriman
Waktu pengiriman tidak boleh terlalu lama, untuk menghindari
rusaknya spesimen yang dikirim.
3.Keamanan specimen
Harus diusahakan supaya spesimen yang dikirim tidak mengalami
kerusakan tetap murni, misalnya tempat harus steril, ditutup dengan rapat
supaya tidak terjadi kontaminasi dengan mikroorganisme lain dan tidak
mengalami kerusakan dalam perjalanan. Untuk menghindari rusaknya
bahan dalam pengiriman, maka diusahakan beberapa cara, misalnya:
a) untuk pemeriksaan Widal tidak perlu ditambahkan anti koagulan
karena akan diambil serumnya.
b) spesimen feses, beberapa gram tinja (5-10 gram) ditaruh dalam
tempat steril kemudian ditutup lalu dibungkus rapat, setelah itu
dikirim ke laboratorium segera.
c) khusus spesimen untuk pemeriksaan Cholera spesimen terdiri
atas: d) Feses yang pengambilannya dengan cara rectal swab steril
langsung, kemudian swab dan feses dimasukkan ke dalam tabung
steril berisi 10 ml pepton alkali
BAB
XI
PENGANTAR HELMINTHES
Nemathelminthes atau Aschelminthes adalah filum yang pernah dipakai
pada Kerajaan Binatang (Animalia). Pengelompokan ini sekarang tak dipakai lagi karena
polifiletik. Meskipun demikian, pengelompokannya kadang-kadang sedang dipakai
untuk kemudahan
Anggota-anggotanya mencakup berbagai cacing yang dikenal sebagai cacing
gilig: binatang dengan tubuh ada bangun silinder memanjang, bahkan sangat panjang
sehingga muncullah nama 'Nemathelminthes', yang berfaedah "cacing berkas"
(dari bahasa Yunani).Tubuhnya tak beruas-ruas.
Ciri Tubuh
Sistem pencernaan cacing ini telah lengkap, terdiri dari mulut, faring, usus,
dan anus. Mulut terdapat pada ujung anterior, sedangkan anus terdapat pada
ujung posterior. Beberapa jenis ada yang memiliki kait pada mulutnya.
Nemathelminthes tak memiliki pembuluh darah dan sistem respirasi. Air
pseudoselom yang akan mengalirkan makanan ke seluruh tubuh dan pernapasan
akan berlangsung secara difusi melewati permukaan tubuh.
Nemathelminthes ada yang hidup lepas, ada pula yang parasit pada
manusia. Nemathelminthes yang hidup lepas terdapat di tanah becek dan di dasar
perairan, memerankan untuk menguraikan sampah organik, sedangkan yang
parasit akan hidup di tubuh inangnya dan mendapat makanan dengan
menyerap nutrisi dan darah dari inangnya. Hampr seluruh binatang mampu
menjadi inang untuk Nemathelminthes
Reproduksi
XII
A. Landasan Teori
1. Nematoda
Nematoda ini merupakan filum dari nemathelminthes. Nematoda
mempunyai jumlah spesies yang terbesar diantara cacing-cacing yang
hidup sebagai parasit. Cacing-cacing ini berbeda-beda dalam setiap
habitat, daur hidup, dan hubungan hospes parasit (host-parasite
relationship) (Gandahusada, Llahude, Pribadi, 2006).
Nemathelminthes berasal dari kata yunani, nematos yang berarti
benang dan helminthes yang artinya cacing atau cacing benang. Cacing ini
juga sering disebut cacing gilik. Cacing yang termasuk dalam filum ini
sangat banyak, sehingga dalam tanah, halaman terdapat jutaan jumlahnya,
namun demikian peluang untuk melihatnya sangat kecil. Hal ini
disebabkan karena ukurannya sangat kecil seperti benang (Irianto,2013).
Nematoda mempunyai bentuk tubuh bulat panjang, silindris,
filariform, tidak mempunyai segmen, dan bilateral simetris dengan ukuran
panjang tubuh yang bervariasi, dengan panjang antara 2 mm – 1 meter.
Nematoda yang tubuhnya tertutup oleh kutikulum ini sudah memiliki
rongga tubuh (body cavity). System pencernaannya sudah lengkap, tetapi
system syaraf dan organ ekskresinya belum sempurna (Soedarto, 2011).
Nematoda digolongkan menjadi 2 kelompok menurut habitat atau
tempat tinggalnya yaitu Nematoda usus (intestinal) dan Nematoda darah
atau jaringan (Natadisastra, 2009).
2. Nematoda Usus
Berdasarkan cara transmisi atau penularan, nematoda usus dibagi
menjadi 2 kelompok, yaitu nematoda usus yang ditularkan melalui tanah
“Soil transmitted helminths” dan kelompok nematoda usus yang tidak
membutuhkan tanah “Non-soil transmitted helminthes” (Natadisastra,
2009). Soil transmitted helminths adalah kelompok cacing yang
membutuhkan tanah untuk pematangan dari bentuk non-infektif menjadi
bentuk infektif. Nematoda dalam kelompok ini terdiri dari spesies Ascaris
lumbricoides, Trichuris trichiura, Cacing tambang (Necator americanus,
Ancylostoma duodenale), dan Strongyloides stercoralis (Natadisastra,
2009). Penularan nematoda yang paling banyak adalah penularan melalui
aspek Soil transmitted helminths (Onggowaluyo, 2002).
a. Ascaris Lumbricoides
Cacing ini ditemukan kosmopolit (di seluruh dunia),
terutama didaerah tropik dan erat hubungannya dengan hygine dan
sanitasi. Lebih sering ditemukan pada anak-anak (Safar, 2010).
Ascaris lumbricoides atau dikenal dengan caing gelang ini tempat
hidup cacing dewasanya adalah didalam usus halus manusia, tetapi
kadang- kadang cacing ini dijumpai menggembara di bagian usus
lainnya (Soedarto, 2011).
Klasifikasi Ascaris lumbricoides
Kingdom : Animalia
Filum : Nemathelminthes
Kelas : Nematoda
Sub kelas : Phasmida
Ordo : Rhabditida
Sub ordo : Ascaridata
Familia : Ascarididae
Genus : Ascaris
Spesies : Ascaris lumbricoides (Irianto, 2013)
XIII
Kontaminasi
parasit Kotoran manusia adalah semua benda atau zat yang tidak
dipakai lagi oleh tubuh dan harus dikeluarkan dalam tubuh. Zat-zat
yang harus dikeluarkan oleh tubuh berbentuk tinja (feses), air seni
(urine) dan CO2 sebagai hasil dari proses pernafasan. Dengan
pertambahan penduduk yang tidak sebanding dengan pemukiman,
masalah pembuangan kotoran manusia merupakan masalah yang sedini
mungkin harus diatasi, karena kotoran manusia (tinja) adalah sumber
penyebaran penyakit yang multikompleks. Penyebaran penyakit yang
bersumber pada tinja dapat melalui berbagai cara. Selain dapat
langsung mengkontaminasi makanan, minuman, sayuran dan buah-
buahan, serangga (lalat, kecoa), air, tanah, dan juga pasir melalui
beberapa media diatas dapat juga melalui bagian-bagian dari tubuh kita
(Haqqi, 2009).
Benda atau bahan yang terkontaminasi oleh tinja seorang yang
menderita suatu penyakit tertentu, merupakan penyebab penyakit bagi
orang lain. Kurangnya perhatian terhadap pengelolaan tinja dan
sampah disertai dengan cepatnya pertumbuhan penduduk, akan
mempercepat penyebaran penyakit-penyakit yang ditularkan melalui
tinja (Haqqi, 2009). Bahan buangan organik dapat membusuk 31 atau
terdegradasi oleh mikroorganisme. Bahan buangan yang termasuk
kelompok ini sebaiknya tidak dibuang di air lingkungan karena dapat
menaikkan populasi mikroorganisme di dalam air. Misalnya feses,
kotoran ayam, sisa tumbuhan dan daun yang berguguran, serta bangkai
tikus.
Feses berasal dari ekskreta manusia ketika penduduk menggunakan
WC darurat yang langsung dibuang ke sungai. Kotoran ayam berasal
dari perternakan ayam dan bebek yang ada di sekitar pantai. Sisa-sisa
tumbuhan berasal dari pengguguran tumbuhan di pinggir pantai.
Adanya bangkai tikus karena banyaknya populasi tikus di sekitar
rumah penduduk sehingga memotivasi penduduk untuk meracuni tikus
dan bangkainya dibuang ke sungai (Tosepu, 2016).
BAB
XIV
FILUM NEMATHELMINTHES NEMATODA JARINGAN
Nematoda adalah hewan multiseluler yang paling banyak jumlahnya di
bumi dan terdapathampir di seluruh habitat dan beberapa juga terdapat di tempat
yang tidak biasa seperti sumber mata air panas, es, laut dalam, dan lingkungan
berasam dan dengan kadar oksigen rendah.Kelimpahannya mencapai jutaan
individu per m2 tanah pada tanah dan sedimen dasar perairan.
Nematoda memiliki fungsi yang sangat penting dalam menjaga kelestaria
n tanah, salahsatunya adalah sebagai dekomposisi material racun atau secara
istilah disebut bioremediasi. Nilainematoda sebagai bioremediasi tanah ini
sangatlah penting. Jika dihitung dengan rupiah makaakan didapatkan seberapa
pentingnya hewan kecil ini bagi tanah dan tentunya bagi manusia.
Nematoda Darah / Jaringan Tubuh Manusia dan Hewan. Nematoda darah
atau dikenalsebagai Nematoda filaria, menyebabkan penyakit kaki gajah atau
elefantiasis/filariasis. DiIndonesia terdapat 3 spesies cacing ini yang dikenal juga
sebagai cacing filaria limfatik, sebabhabitat cacing dewasa adalah di dalam
sistem limfe (saluran dan kelenjar limfe) manusia yangmenjadi hospes
definitifnya, maupun dalam sistem limfe hewan yang menjadi hospes
reservoar (kera dan kucing hutan). Spesies cacing filaria yang ada di Indonesia
adalah: Wuchereria bancrofti, Brugia malayi dan Brugia timori. Cacing filaria
ini ditularkan melalui gigitan nyamuk yang menjadi vektornya
Nematoda (cacing bulat) mempunyai bentuk bulat panjang dan tidak bers
egmen.Mempunyai jenis kelamin jantan dan betina. Cacing jantan lebih kecil
daripada yang betina danmelengkung kearah ventral. Ukurannya bervariasi dari
beberapa millimeter (misalnya:Trychinella spiralis) sampai 35 (tiga puluh lima)
cm (misalnya: Ascaris lumbricoides) bahkanada yang mendekati 1 (satu) meter
(misalnya : Dracunculus medinensis). Bentuk telurnya bermacam-
macam bergantung jenis cacingnya. Nematoda mempunyai jumlah species yangt
erbesar di antara cacing-cacing yang hidup sebagai parasit. Cacing-cacing ini
berbeda-bedadalam habitat, daur hidup dan hubungan hospes-parasit (host-
parasite relationship).
Morfologi dan daur hidupnya beragam; ada yang panjangnya beberapa
millimeter danada pula yang melebihi satu meter. Cacing ini mempunyai kepala,
ekor, dinding, dan rongga badan dan alat alat gerak lain yang agak lengkap.
Biasanya system pencernaan, ekskresi danreproduksi terpisah. Pada umumnya
cacing bertelur , tetapi ada juga yang vivipar dan yang berkembang biak secara
parthenogenesis. Cacing dewasa tidak bertambah banyak di dalam
badan manusia. Seekor cacing betina dapat mengeluarkan telur atau larva sebany
ak 20 sampai200.000 butir sehari. Telur atau larva ini dikeluarkan dari badan
hospes dengan tinja. Larva biasanya mengalami pertumbuhan
dengan pergantian kulit. Bentuk infektif dapat memasuki badan manusia dengan
berbagai cara; ada yang masuk secara aktif, ada pula yang tertelan ataudimasukk
an oleh vector melalui gigitan. Hampir semua nematoda mempunyai daur hidup
yangtelah diketahui dengan pasti.
BAB
XV
FILUM NEMATHELMINTHES NEMATODA JARINGAN
Onchocercavolvulus
Taksonomi Onchocerca volvulus
Kingdom : Animalia
Filum : Nematoda
Kelas : Secernentea
Ordo : Spirurida
Famili : Onchocercidae
Genus : Onchocerca
Spesies:Onchocercavolvulus
Pada waktu lalat Simulium mengisap darah penderita, ikut masuk juga
cairan limfa yang mengandung mikrofilaria. Di dalam tubuh lalat, mikrofilaria
mengalami pertumbuhan dan 2 kali ecdysis di dalam otot thorax lalat dan
menjadi larva stadium 3 yang infektif dalam waktu ± 6 hari. Jika larva infektif ini
masuk ke dalam tubuh manusia maka akan menjadi cacing dewasa dalam waktu
kurang dari 1 tahun pada jaringan di bawah kulit.
Loa loa
Taksonomi Loa loa
Kingdom : Animalia
Filum : Nematoda
Kelas : Chromadorea
Ordo : Spirurida
Famili : Onchocercidae
Genus : Loa
Spesies : Loa loa
Brugia malayi
Brugia malayi Brugia malayi adalah salah satu nematoda jaringan yang
merupakan salah satu dari tiga parasit manusia yang menyebabkan penyakit
filariasis limfatik (kaki gajah). Cacing ini pertama kali ditemukan di Sulawesi
oleh Brug sehingga disebut Brugia. Brugia malayi disebut juga dengan Filaria
malayi, dan Wuchereria malayi.
SIKLUS HIDUP
Siklus hidup parasit ini sama dengan siklus hidup Wuchereria
bancrofti. Mikrofilaria masuk ke dalam tubuh manusia dengan melalui gigitan
nyamuk (dari genus Mansonia, Culex, Aedes, dan Anopheles). Mikrofilaria
masuk ke dalam saluran limfa dan menjadi dewasa → cacing jantan dan betina
melakukan kopulasi → cacing gravid mengeluarkan larva mikrofilaria →
mikrofilaria hidup di pembuluh darah dan pembuluh limfa → mikrofilaria masuk
ke dalam tubuh nyamuk saat nyamuk menghisap darah manusia → mikrofilaria
berkembang menjadi larva stadium 1 → larva stadium 2 → larva stadium 3 dan
siap ditularkan.
DAFTAR PUSTAKA
Arcari M, Baxendine A and Bennett, 2000, Diagnosing Medical Parasites
Through Coprological Techniques, University of
Southampton.
Burris P , 2000, Direct fecal smears,, Veterinary Technician vol. 21 no. 4,
April 2000, pp. 192- 199
Daryl B. White , Michael J. Cuomo , Lawrence B. Noel. Diagnosing
Medical Parasites: A Public Health Officers Guide to Assisting
Laboratory and Medical Officers
Hendrix CM 2002: Laboratory Procedures for Veterinary Technicians,
Mosby, Philadelphia, 2002, pp. 307-308 University of
Pennsylvania
McWilson Warren , 1991; Basic Malaria Microscopy (part I and II) (WHO;
1991; 72 Member States in the Eastern Mediterranean,
South-East Asia and Western Pacific Regions
Nugraha Budy, Buku Penuntun Praktikum Mikrobiologi & Parasitologi,
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (Stikes) Mitra Kencana Tasik
Malaya.
Paul G. Engelkirk,Janet L. Duben-Engelkirk, Laboratory Diagnosis of
Infectious Diseases: Essentials of Diagnostic : laboratory
diagnostic of selected helminth infection, Lippincott Williams
& Wilkins
Prasetyo Heru, 2005, Pengantar Praktikum Protozoologi Kedokteran,
edisi 2, Airlangga University Press
Preparation of blood smears, Laboratory Identification of Parasites of
Public Health Concern, CDC
Sri Hastuti U, dkk, 2007, Penuntun Praktikum Mikrobiologi &
Parasitologi, Jurusan Biologi Fakultas Matematika Dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Negeri Malang
Wijaya Kusuma. Pemeriksaan Mikroskop Dan Tes Diagnostik Cepat
Dalam Menegakkan Diagnosis Malaria. Bagian/SMF Patologi
Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/ Rumah Sakit
Umum Pusat Sanglah Denpasar
World Health Organisation. Basic Laboratory Methods in Medical
Parasitology. ISBN 92 4 154410 4. (1991)