i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
perilaku mencari pengobatan (health seeking behavior), misalnya pengobatan
sendiri, kedukun, dokter, puskesmas,dan lainnya. Hal ini sangat berkaitan dengan sosial-
ekonomi dan tingkat pengetahuan/pengalaman seseorang, sedangkan tingkat pendidikan
tidak menjamin seseorang untuk selalu berobat ke pelayanan kesehatan. Pada situasi
tertentu, orang lebih percaya terhadap pengobatan alternatif. Misalnya pada kasus
penyakit kronis, atau penderita mengalami putus asa karena kurangnya informasi dari
petugas kesehatan tentang penyakitnya, atau pengalaman yang kurang menyenangkan
dengan pelayanan kesehatan. Contoh lain adalah seorang ibu melahirkan yang lebih
memilih dukun bayi daripada pelayanan kesehatan.
B. Tujuan
1. Memahami Pengaruh Lingkungan Sosial Budaya Terhadap Penyakit
2. Memahami Aspek Sosial Budaya yang Mempengaruhi Status Gizi
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Banyak suku yang ada diindonesia menganggap bahwa penyakit itu timbul akibat
guna-guna. Orang yang terkena guna-guna akan mendatangi dukun untuk meminta
pertolongan. Masing-masing suku diindonesia memiliki dukun atau tertua adat sebagai
penyembuh orang yang terkena guna-guna tersebut. Cara yang digunakan juga berbeda
pada masing-masing suku. Begitu pula suku-suku didunia. Mereka menggunakan
pengobatan tradisional masing-masing untuk menyembuhkan anggota sukunya masing-
masing.
2
3) Faktor penguat mencakup pengaruh sikap dan perilaku tokoh yang dipandang
tinggi oleh masyarakat.
3
b. Penyakit
Konsumsi makanan yang rendah juga dapat disebabkan oleh penyakit,
terutama penyakit infeksi pada saluran pencernaan. Namun tidak hanya infeksi
pada saluran pencernaan saja. Biasanya kondisi sakit juga mempengaruhi nafsu
makan.dalam kondisi sakit seseorang cenderung merasa lemas dan nafsu
makannya berkurang.
c. Jarak kelahiran anak
Jarak kelahiran anak yang terlalu dekat dan jumlah terlalu banyak
mempengaruhi asupan zat gizi anak dalam keluarga.
d. Produksi pangan
Konsumsi zat gizi yang redah dalam keluarga juga dipengaruhi oleh
produksi pangan. Rendahnya produksi pangan juga disebabkan karena para petani
masih menggunakan teknologi yang bersifat tradisional.
Data yang relevan untuk produksi pangan :
Penyediaan makanan keluarga (produksi sendiri, membeli atau barter)
Sistem pertanian (alat pertanian,irigasi, pembuangan air, pupuk,
pengontrolan serangga, penyuluhan pertanian)
Tanah (kepemilikan tanah, luas perkeluarga kecocokan tanah, tanah yang
digunakan, jumlah tenaga kerja)
Perternakan dan perikanan (jumlah ternak seperti kambing dan bebek) dan
alat penangkap ikan
Keuangan(keuangan yang tersedia, fasilitan untuk kridit)
4
kompor, bahan bakar, alat maak, pembuangan sampah), penyimpanan
makanan (ukuran, isi, penutup serangga), air (sumber, jarak dari rumah).
Pada umumnya banyak keluarga yang masih tidak peduli terhadap asupan
kandungan gizi yang dikonsumsi oleh anak-anaknya. Mereka lebih banyak
peduli bahwa “yang penting anak kenyang”, tanpa memperhatikan keseimbangan
gizinya. Padahal akibat dari asupan gizi yang kurang diantaranya daya tahan
tubuh terhadap tekanan atau stress menjadi menurun. Sistem imunitas dan
5
antibodi berkurang, sehingga mudah terserang infeksi seperti pilek, batuk, dan
diare. Pada anak-anak hal ini dapat bisa berbahaya dan bahkan bisa membawa
kematian. Tumbuh kembangnya anak usia sekolah yang optimal juga tergantung
pemberian nutrisi dengan kualitas dan kuantitas yang baik dan benar. Pada masa
tumbuh kembang tersebut pemberian nutrisi atau asupan makanan pada anak-
anak tidak selalu dapat dilaksanakan dengan sempurna sehingga dampak masalah
gizi bagi anak sekolah dapat berupa gangguan pertumbuhan dan kesegaran
jasmani yang rendah. Oleh karena itu, pertumbuhan dan perkembangan anak
harus diperhatikan sedini mungkin, agar terhindar dari ancaman berbagai
penyakit yang bisa berujung pada kematian. Salah satu contoh yang bisa diambil
adalah kasus-kasus di daerah endemik Gangguan Akibat Kekurangan Yodium
(GAKY), akibatnya pertumbuhan penduduknya sangat terhambat seperti cebol
atau kretinisme. (Notoadmojo, 2011)
6
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Kita sebagai tenaga kesehatan hendaknya dapat memberikan wawasan yang lebih kepada
masyarakat mengenai konsep sehat sakit. Selain itu, perlu pula peran aktif semua pihak dalam
mengatasi masalah kesehatan masyarakat, dibutuhkan kerjasama dalam merumuskan dan
mengembangkan program kesehatan masyarakat secara bertahap sehingga tahap perubahan
menuju masyarakat sehat dalam pengelolaan kesehatan masyarakat menjadi bagian kesadaran
dan pengetahuan masyarakat.
7
DAFTAR PUSTAKA
Foster. (2010). Pengantar Antropologi. Jakarta: Graha Medika.