Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kekuatan otot merupakan komponen penting dalam menentukan

kebugaran fisik seseorang. Kekuatan otot sendiri dinilai melalui fungsi bagian otot

tersebut, salah satu cara untuk mengetahui kekuatan otot tangan yaitu dapat dinilai

dari kekuatan genggaman tangan.1 Menurut Wind et al, kekuatan genggaman

tangan dapat menjadi indikator umum untuk kekuatan otot tubuh secara

keseluruhan pada manusia.2 Kekuatan genggaman tangan (handgrip strength)

adalah metode yang umum digunakan untuk memperkirakan kekuatan otot

ekstremitas atas. Kekuatan otot adalah kapasitas otot untuk mengatasi suatu

beban. Menurut Depkes RI (1994), kekuatan otot merupakan tenaga atau gaya

atau tegangan yang dapat dihasilkan otot atau sekelompok otot pada suatu

kontraksi maksimal. Kontraksi otot diawali dengan terjadinya tumpang tindih

antara filamen aktin dan miosin. Selain itu, kekuatan genggaman tangan juga

dapat digunakan sebagai indikator status nutrisi, kandungan mineral tulang, dan

kemampuan fungsional tubuh.3 Kemampuan fungsional seseorang dapat

dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, dan komposisi tubuh.

Pada lansia seiring dengan bertambahnya usia, massa dan ukuran otot akan

berkurang. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kekuatan otot genggam

pada lansia. Seiring dengan terus bertambahnya usia, maka kekuatan otot pada

lansia akan terus menurun. Penelitian yang dilakukan olah Rosmalina dkk (2001),

pada lansia pria dengan rentang usia 60 hingga 70 tahun, didapatkan bahwa lansia
dengan umur 60-65 tahun memiliki kekuatan genggam tangan kanan dan kiri yang

lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok usia yang lebih tua. Begitu juga

dengan penelitian yang dilakukan oleh Basuki (2008) terhadap lansia didapatkan

bahwa rerata kekuatan genggam tangan pada lansia berumur 60-69 tahun jauh

lebih berat dibanding dengan lansia berumur ≥70 tahun. Disamping itu, lansia

yang mengalami penurunan kapasitas fungsional dapat menimbulkan gangguan

atau kelainan fungsi fisik maupun sosial yang akan menyebabkan ketergantungan

pada orang lain.

Faktor yang ikut mempengaruhi kekuatan otot ialah status gizi. Status gizi

merupakan kondisi tubuh hasil dari asupan, absorpsi, dan penggunaan makanan.

Salah satu metode yang dapat digunakan dalam penilaian status gizi ialah

antropometri. Pengukuran antropometri yang umumnya dilakukan pada lansia

ialah pengukuran Indeks Massa Tubuh (IMT). Dalam penelitian yang dilakukan

oleh Primana (1998) bahwa lansia wanita dengan IMT normal tidak mempunyai

kekuatan otot kurang. Namun asupan sehari-hari lansia turut mempengaruhi

kekuatan otot. Ketersediaan zat gizi dalam tubuh turut berpengaruh pada

kemampuan otot dalam berkontraksi.

Faktor lain yang berpengaruh pada lansia yaitu kondisi kesehatan, dimana

kesehatan cukup berperan dalam proses kekuatan genggaman seorang lansia.

Status kesehatan lansia adalah kriteria yang penting untuk bisa berfungsi secara

efektif dalam masyarakat. Lansia secara umum memiliki masalah pada

kesehatannya, penampilan penyakit pada usia lanjut merupakan gabungan dari

kelainan-kelainan yang timbul akibat penyakit dan juga proses tubuh yang menua
yaitu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk

mempertahankan struktur dan fungsi normalnya (Mills et al, 2016).7 Prevalensi

penyakit bawaan pada lansia merupakan tantangan kesehatan global yang dapat

menyebabkan kematian dini di seluruh dunia. Dalam penelitian Wahyunishig,

2015, lansia rentan memiliki penyakit bawaan seperti hipertensi, diabetes mellitus,

gangguan stroke dan penyakit lainnya. Dengan penyakit bawaan tersebut sehingga

lansia berkemungkinan memiliki intensitas rendah terhadap daya genggam

(Handgrip Strength).

Data Dinas Kesehatan Jawa Tengah menunjukkan cakupan pelayanan

kesehatan usia lanjut di Jawa Tengah tahun 2019 sebesar 74,9 persen, mengalami

peningkatan dibandingkan dengan capaian tahun 2018 yaitu 64,98 persen.

Kabupaten/kota dengan cakupan 100 persen atau lebih adalah Kota Semarang,

Pati, Kota Pekalongan, Jepara dan Demak. Sementara kabupaten/kota dengan

cakupan terendah adalah Kudus (20,9 persen) diikuti Banjarnegara (32,5 persen). 8

Melihat data yang terbesar peningkatan lansia di kota Semarang maka penelitian

di lakukan di Puskemas Karangayu. Puskesmas Karangayu merupakan salah satu

puskesmas yang terletak di Kota Semarang. Dalam survey yang dilakukan

sebelumnya dilakukan, ditemukan bahwa sebagian besar lansia di puskemas ini

memiliki otot genggam yang rendah, terlihat dari data lansia yang tercatat. Dan

juga puskesmas ini belum pernah dilakukan penelitian mengenai kekuatan

genggaman tangan (Handgrip strength). Oleh karena itu peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian mengenai hubungan pengukuran antropometri dengan


handgrip strength (kekuatan genggaman) pada lansia di puskesmas Karangayu,

Kota Semarang.

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

1. Ruang Lingkup Keilmuan

Keilmuan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Gizi

Masyarakat.

2. Ruang Lingkup Tempat

Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Karangayu, Kota

Semarang.

3. Ruang Lingkup Waktu

a. Penyusunan Proposal: Mei-Juni

b. Pengambilan Data: Juli-Agustus 2022

c. Pengolahan Data: Agustus 2022

B. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode studi kuantitatif dengan desain

cross- sectional. Penelitian cross sectional merupakan jenis penelitian yang

menekankan waktu pengukuran data variabel independen dan dependen

hanya satu kali pada suatu saat. Variabel dinilai secara simultan pada satu

saat, jadi tidak ada tindak lanjut. Studi ini menghadirkan prevalensi atau

efek suatu fenomena (variabel dependen) dihubungkan dengan penyebab

(variabel independen) (Nursalam, 2016). Melalui desain pendekatan cross


sectional ini dapat diketahui dan dijelaskan mengenai ada atau tidaknya

hubungan antar variabel dalam penelitian.

Gambar 1. Alur Rancangan Penelitian

Populasi Target

Populasi
Terjangkau

Pengacakan

Karakteristik Individu
1. Umur
2. Jenis Kelamin
3. Penyakit Bawaan

Faktor Antropometri Kekuatan


1. IMT (TB dan BB) Genggaman Tangan
2. Persen Lemak Tubuh (Handgrip strength)
3. Viseral Fat pada lansia

Perbandingan hasil ukur faktor antropometri dan


handgrip strength pada lansia
C. Subjek Penelitian
1. Populasi
Populasi target dalam penelitian ini adalah lansia usia diatas 60 tahun.

Populasi terjangkau adalah lansia usia diatas 60 tahun di Puskesmas

Karangayu.

2. Sampel

Sampel penelitian ini yaitu bagian dari populasi terjangkau yang

memenuhi kriteria inklusi dan tidak memenuhi kriteria eksklusi.

a. Kriteria inklusi:

1) Pria dan Wanita berusia diatas 60 tahun dengan penyakit bawaan


tertentu.

2) Berada dalam cakupan wilayah penelitian yang telah ditentukan

3) Tinggal bersama keluarga dan masih bisa beraktivitas (minimal


gerakan ringan)

4) Kondisi sehat dan bisa diwawancarai

b. Kriteria eksklusi:

1) Menderita kelainan/penyakit pada anggota gerak dan genggam


serta komplikasi lain pada saat penelitian berlangsung.

2) Bungkuk

3) Pikun (dapat menyebutkan salah satu dari tempat dan tanggal lahir
atau alamat rumah atau nomor telepon)

Jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini menggunakan


rumus Slovin:
Keterangan:

n adalah jumlah sampel yang dicari

N adalah jumlah populasi

e adalah margin eror yang ditoleransi.

40
n=
(1+ ( 40 x 5 % ) )
2

n = 40/(1+(40x0.0025))

n = 40/(1+0,1)

n = 40/1,1

n = 36,3

Berdasarkan perhitungan Rumus Slovin didapatkan Jumlah sampel


minimal yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah 36 responden dengan
margin error sebesar 5%.

D. Variabel Penelitian

1. Variabel Terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah faktor Antrometri.

2. Variabel Bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini faktor Kekuatan Genggaman


Tangan pada Lansia.
E. Defenisi Operasional

Tabel 2. Definisi Operasional Penelitian

No Variabel Defenisi Operasional Hasil Pengukuran Skala


.
1. Kekuatan Kontraksi maksimal otot Kategori: Ordinal
otot genggam atau sekelompok Pria 60-99 tahun: dan Rasio
genggam otot yang dapat Lemah: <30,2- <21,3
dikeluarkan terhadap Normal: 30,2- 48,0
tahanan tertentu. Kuat: > 48,0

Wanita 60-99
Tahun:
Lemah: <17,2- <14,7
Normal: 17.2-31.0
Kuat: > 31.0

Sumber: Kementrian Standar Kekuatan


Pendidikan Nasional Pusat Genggaman Tangan
Pengembangan Kualitas dalam Kilogram
Jasmani, 2010. CAMRY

2. Umur Lamanya kehidupan Lansia dengan Ordinal


seseorang dihitung sejak caupan usia 60-99
tahun lahir sampai tahun saat Tahun
dilakukan penelitian.
Dihitung dengan angka
tahun. standar Depkes RI,
2006)
3. Jenis jenis kelamin (seks) adalah 1. Laki-laki Nominal
Kelamin perbedaan antara perempuan 2. Perempuan
dengan laki-laki secara
biologis sejak seseorang lahir (Depkes, 2009)

3. Indeks Pengukuran yang Angka Satuan: Rasio


Massa membandingkan berat dan kg/m2
Tubuh tinggi badan seseorang
(IMT) dengan tujuan
memperkirakan berat
badan ideal untuk tinggi
badan tersebut.
Sumber: Kamus Gizi
Pelengkap Kesehatan
Keluarga, 2009.
4. Persen Persen lemak tubuh adalah Angka Satuan : Rasio
Lemah komponen penyusun kg/m2
Tubuh komposisi tubuh selain
massa tulang, massa otot,
dan kadar air tubuh. Persen
lemak tubuh
menggambarkan kondisi
berat atau massa lemak yang
ada di tubuh seseorang
secara umum, baik lemak
subkutan maupun lemak
viseral (lemak yang terdapat
pada organ).

5. Visceral Fat Visceral fat adalah jenis Angka Satuan : Rasio


lemak tubuh yang disimpan kg/m2
di dalam rongga perut.
Lemak ini terletak di dekat
beberapa organ vital seperti
hati, perut, dan usus.
Beberapa lemak visceral juga
bisa menumpuk di pembuluh
darah.
F. Alur Kerja

Gambar 3. Alur Kerja

Responden

Informed Consent

Pengisian Kuesioner Krakteristik Lansia

Pengukuran Antropometri

Pengukuran Kekuatan Genggam Responden

Analisis Statistika
G. Pengumpulan Data
Data penelitian diperoleh dari data primer dan data sekunder.
Sebelum melakukan pengumpulan data primer, responden (lansia) akan
diberikan penjelasan mengenai penelitian yang akan dilakukan. Kemudian
dilakukan kajian etik untuk memberikan kepastian perlindungan kepada
responden. Responden akan memberikan tanda tangannya dalam informed
consent sebagai bentuk persetujuan dari penelitian yang dilakukan.
1. Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung,


meliputi karakteristik lansia (usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan,
pekerjaan, riwayat penyakit), karakteristik keluarga (pendapatan keluarga,
jumlah anak).

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak


langsung, meliputi gambaran umum Puskesmas Karangayu Kota
Semarang.

Instrumen pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian


ini yaitu:

a. Wawancara dilakukan untuk memperoleh informasi data karakteristik


individu yaitu usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan, riwayat
penyakit.
b. Pengukuran berat badan (BB) diukur dengan menggunakan timbangan
injak dengan ketelitian 0,1 kg. Lansia berdiri di atas timbangan dan
pandangan lurus ke depan tanpa menggenggam ataupun menyentuh
apapun, sepatu, tas, barang lain yang dikenakan juga dilepas,
kemudian angka yang muncul akan dibaca.

c. Tinggi badan (TB) diukur dengan menggunakan alat microtoise dengan


ketelitian 0,1 cm. Lansia melepaskan alas kaki dan penutup kepala jika
ada. Lansia berdiri dalam keadaaan tegak dengan membelakangi dinding,
kaki lurus, bahu dalam keadaan rileks. Belakang tumit, betis, bokong,
belakang bahu dan kepala belakang lansia menempel pada dinding.
Pandangan lurus ke depan dan diminta untuk menarik nafas dalam.
Petugas menurunkan microtoise sampai rapat pada kepala bagian
atas, siku-siku microtoise lurus menempel pada dinding, kemudian baca
angka pada skala yang nampak pada lubang gulungan microtoise. IMT
dihitung dengan rumus BB (kg) dibagi TB (m2).
d. Untuk mengukur kekuatan otot genggam adalah dengan menggunakan
alat hand-grip dynamometer yang dapat mengukur gaya 0-100 kg dengan
cara berdiri atau duduk tegak, pilih salah satu tangan yang lebih dominan
digunakan. Setelah itu, tangan ditekuk membentuk 900, sesuaikan posisi
ukuran genggaman dengan tangan. Lakukan sebanyak 3x pengulangan
dengan istirahat 1 menit di antara percobaan. Baca penunjukkan jarum
pada skala (dalam satuan kg). Hasil pengukuran adalah nilai tertinggi
yang dicapai dari 3x percobaan.

H. Analisis Data

1. Pengolahan Data

a. Penyuntingan Data (Cleaning)

Penyuntingan data dilakukan dengan cara pemeriksaan data


yang sudah diperoleh.

b. Pengkodean Data (Coding)

Pengelompokan data dan pemberian kode atau nilai pada


pertanyaan-pertanyaan yang diberikan untuk mempermudah
dalam memasukkan data atau analisis data. Kemudian tiap
variabel dikategorikan sesuai jumlah skor/nilai untuk masing-
masing variabel.
c. Entry Data

Memasukkan data pada program komputer sebelum dianalisis,


dimana data ditabulasikan.

d. Cleaning Data

Mengkoreksi data sebelum analisis agar kualitas data terjaga.

2. Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan menggunakan SPSS versi


17.0. Analisis pada penelitian ini menggunakan 2 jenis analisis
yaitu analisis univariat, analisis bivariat,

a. Analisis Unvariat

Analisis data univariat dilakukan untuk memperoleh


tingkat kekuatan otot genggam pada lansia
b. Analisis Bivariat

Analisis data bivariat dilakukan untuk memperoleh nilai


hubungan kekuatan genggaman tangan lansia dengan karakteristik
antropometri.

Anda mungkin juga menyukai