Anda di halaman 1dari 2

TUGAS TUTORIAL 2

Nama Mahasiswa : Dessy Hermayanthi


Kode/Nama Mata Kuliah : PDGK4301/ EVALUASI PEMBELAJARAN di SD
Kelas/NIM : D/857222015
Nama Tutor : Een Rochaeni, M.Pd.

SOAL TUGAS TUTORIAL 1:


1. Jelaskan 3 keunggulan tes objektif!
2. Bagaimana cara memeriksa tes uraian agar reliabilitas penskoran terjaga? Jelaskan!
3. Tulislah 2 buah landasan psikologis asesmen alternatif dan jelaskan dengan rinci!
4. Buatlah contoh Analytic rubric untuk mata pelajaran matematika di kelas Anda!

Jawab:
1. Keunggulan tes objektif!
a. Dapat dilakukan analisis butir soal khususnya pada soal pilihan ganda. Dengan adanya hasil
dari analisis butir soal yang kita lakukan maka kita akan mengetahui karakteristik setiap
butir soal yang kita buat, mulai dari tingkat kesukaran (soal mudah, sedang dan sulit), daya
beda, efektivitas pengecoh serta reliabilitasnya set tes. Dengan begitu kita bisa
merevisi/memperbaiki soal untuk bisa dibuat menjadi lebih baik lagi.
b. Hasil tes atau pemberian skor dapat diolah dengan cepat karena kita sudah mempunyai
pilihan jawaban yang benar dan tepat disetiap soalnya. Canggihnya teknologi saat ini juga
dapat membantu kita mengoreksi soal – soal tes tersebut dengan menggunakan bantuan
komputer.
c. Sebagian besar materi yang kita ajarkan dapat ditanyakan saat ujian dengan menggunakan
tes objektif. Karena pada tes objektif, jumlah soal yang dibuat lebih banyak daripada tes
uraian sehingga tujuan pembelajaran dan rencana pembelajaran yang ingin kita capai bisa
diukur ketercapaiannnya.
2. Agar kita bisa memeriksa tes uraian dengan menjaga reliabilitas penskoran kita harus
melakukannya dengan cara sebagai berikut:
a. Setiap jawaban siswa diperiksa oleh 2 orang pemeriksa yang masing – masing bekerja
sendiri.
b. Sebelum memeriksa, kedua pemeriksa tersebut harus duduk bersama untuk menyamakan
persepsi mereka dengan cara mendiskusikan kecocokan antara pertanyaan dengan jawaban
yang dikehendaki oleh penulis soal dalam pedoman penskoran yang telah dibuat, termasuk
pemberian skor pada setiap aspek.
c. Jika persepsi kedua pemeriksa sudah sama, maka akan dilakukan uji coba pemeriksaan 5
siswa terlebih dahulu. Kemudian hasilnya dibandingkan, jika skornya masih berbeda berarti
persepsi belum sama sehingga harus diskusi lagi.
d. Jika persepsi sudah sama, maka pemeriksaan yang sesungguhnya boleh dilakukan. Untuk
menghindari hallo effect, kita bisa menutup nama siswa yang kita koreksi. Dan untuk
menghindari carry over effect, kita bisa mengoreksi jawaban no 1 untuk seluruh siswa
kemudian dilanjut no 2, dan begitu seterusnya.
e. Setelah selesai memeriksa hasil tes siswa, kedua pemeriksa harus duduk bersama kembali
untuk melihat adanya perbedaan skor. Jika masih ada perbedaan skor yang cukup tinggi
maka hasil tes siswa tersebut harus diperiksa ulang. Kemudian skor akhir bisa ditentukan
dari rata – rata skor yang diberikan kedua pemeriksa tersebut.
3. Berikut ini adalah 2 landasan psikologis asesmen alternatif:
a. Teori Belajar Bruner
Menurut Bruner, belajar itu melewati tiga proses dalam kognitif, yaitu mendapat
informasi baru, mengolah atau transformasi dan menguji ketepatannya atau evaluasi.
Maksud dari tahap pertama, yaitu mendapat informasi baru adalah sebuah tahapan awal yang
mendapatkan pemahaman atau pengalaman baru. Yang kedua, yaitu tahap pengolahan atau
transformasi adalah tahap dimana seseorang tersebut mencerna, memahami dan
menganalisis pengetahuan yang telah ia dapatkan. Dan tahap ketiga yaitu tahap evaluasi
yang berfungsi untuk menilai bagaimana jalan dan proses transformasi yang telah dilalui.
Pada teori kognitif yang terpenting bukanlah hasil akhir tetapi proses belajarnyalah yang
diutamakan.
Pada teori bruner ini seringkali dikenal dengan nama discovery learning yang pada
penerapannya meliputi yang pertama yaitu pembelajaran berbasis lingkungan yang
dilakukan agar anak mempunyai ras peduli terhadap lingkungan sekitarnya yang pada
prosesnya langsung dilakukan diluar ruangan agar anak dapat langsung bersosialisasi dan
menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Yang kedua yaitu pembelajaran berbasis
percobaan, dalam hal ini dapat dilakukan beberapa eksperimen sederhana untuk mengolah
cara berpikir dan kognitif anak, seperti halnya pencampuran warna, pengurutan balok
dengan berbagai ukuran dan menyusun manik-manik berdasarkan warna atau bentuknya.
Selanjutnya, adalah pemecahan masalah yang dilakukan dengan cara yang mudah dilakukan
oleh anak. Seperti mencocokkan gambar binatang dengan makanan atau habitatnya.
b. Generative Learning Model dari Osborne dan Wittrock (1983)
Berdasarkan Generative Learning Model, siswa harus aktif memaknai apa yang sedang
dipelajarinya dalam belajar. Siswa harus dapat membuat model atau menjelaskan tentang
apa yang sedang dipelajari kemudian mengorganisasikan informasi yang sudah diseleksi
berdasarkan pengalaman yang sesuai, logis, riil, atau keduanya. Dengan cara tersebut ia akan
dapat memunculkan informasi dari ingatannya dan menggunakan strategi pengolahan
informasi untuk membuat generalisasi makna berdasarkan informasi yang masuk dan
kemudian ditandai serta disimpan dalam memorinya.
Generative Learning Model berbasis pada pandangan konstruktivisme, dengan asumsi
dasar bahwa pengetahuan dibangun dalam pikiran siswa. Hal ini ditegaskan Wittrock bahwa
intisari dari pembelajaran generatif adalah otak tidak menerima informasi dengan pasif,
melainkan justru dengan aktif mengkonstruksi suatu interpretasi dari informasi tersebut dan
kemudian membuat kesimpulan.
Generative Learning Model merupakan salah satu model pembelajaran yang dilakukan
dengan tujuan agar siswa secara aktif mengkonstruksi pengetahuan dalam pembelajaran.
Dalam teori belajar generatif merupakan suatu penjelasan tentang bagaimana seorang siswa
membangun pengetahuan dalam fikirannya seperti membangun ide tentang arti suatu istilah
dan membangun strategi agar sampai pada suatu penjelasan tentang pertanyaan bagaimana
dan mengapa.
4. Berikut ini adalah salah satu contoh Analytic rubric yang digunakan dalam pelajaran
matematika kelas 1 SD.
Kegiatan: Siswa Menghitung Penjumlahan 1-20 menggunakan stik es krim
No. Aspek Penilaian 4 3 2 1 Skor
1. Menghitung hasil Siswa mampu Siswa mampu Siswa mampu Siswa belum
penjumlahan menghitung hasil menghitung hasil menghitung mampu
bilangan 1-5 dengan penjumlahan penjumlahan hasil menghitung hasil
stik es krim. bilangan 1-5 bilangan 1- 5 penjumlahan penjumlahan
dengan benar dengan benar bilangan 1-5 bilangan 1-5
tanpa bantuan tetapi kadang tetapi belum
guru. masih dibantu benar
guru
2. Menghitung hasil Siswa mampu Siswa mampu Siswa mampu Siswa belum
penjumlahan menghitung hasil menghitung hasil menghitung mampu
bilangan 6-10 dengan penjumlahan penjumlahan hasil menghitung hasil
stik es krim. bilangan 6-10 bilangan 6-10 penjumlahan penjumlahan
dengan benar dengan benar bilangan 6-10 bilangan 6-10
tanpa bantuan tetapi kadang tetapi belum
guru. masih dibantu benar
guru
3. Menghitung hasil Siswa mampu Siswa mampu Siswa mampu Siswa belum
penjumlahan menghitung hasil menghitung hasil menghitung mampu
bilangan 11-15 penjumlahan penjumlahan hasil menghitung hasil
dengan stik es krim. bilangan 11-15 bilangan 11-15 penjumlahan penjumlahan
dengan benar dengan benar bilangan 11-15 bilangan 11-15
tanpa bantuan tetapi kadang tetapi belum
guru. masih dibantu benar
guru
4. Menghitung hasil Siswa mampu Siswa mampu Siswa mampu Siswa belum
penjumlahan menghitung hasil menghitung hasil menghitung mampu
bilangan 16-20 penjumlahan penjumlahan hasil menghitung hasil
dengan stik es krim. bilangan 16-20 bilangan 16-20 penjumlahan penjumlahan
dengan benar dengan benar bilangan 16-20 bilangan 16-20
tanpa bantuan tetapi kadang tetapi belum
guru. masih dibantu benar
guru

Nilai Siswa = (Jumlah skor siswa : Jumlah skor maksimal) x 100

Anda mungkin juga menyukai