Anda di halaman 1dari 48

PRESENTASI KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. N G1P0A0 DENGAN PARTUS


PREMATURUS
DI PONEK DAN RUANG CUT NYAK DIEN BLUD RS SEKARWANGI
KABUPATEN SUKABUMI

Disusun Oleh :
Nama : Annies Shafira Asyarie
NIM : P17324112005
Program Jalur Umum 3A / Semester V

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN BANDUNG


JURUSAN KEBIDANAN BANDUNG
2014-2015

1
Daftar isi

Daftar isi......................................................................................................i

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1

1. Latar Belakang..................................................................................1

2. Tujuan...............................................................................................2

3. Manfaat.............................................................................................2

BAB II TINJAUAN KASUS........................................................................3

1. Dokumentasi Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin.........................3

2. Dokumentasi Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas 3 Jam..................14

3. Dokumentasi Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir 1 Jam.......17

4. Dokumentasi Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas 2 Hari..................21

5. Dokumentasi Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas 21 Hari................25

BAB III PERUMUSAN MASALAH DAN PEMBAHASAN MASALAH.....28

BAB IV PENUTUP...................................................................................42

1. Kesimpulan.....................................................................................42

2. Saran..............................................................................................42

Daftar Pustaka.........................................................................................44

i
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Persalinan preterm atau prematur didefinisikan sebagai persalinan
dengan bayi lahir hidup sebelum usia kehamilan 37 minggu tercapai (WHO,
2014). Persalinan prematur berpotensi meningkatkan kematian perinatal
sekitar 65-67%(Nugroho, 2010). Berbagai komplikasi dapat timbul akibat
terjadinya partus prematurus ini, baik pada ibu maupun pada bayi.
Komplikasi yang dapat terjadi akibat Partus Prematurus pada ibu yaitu
dapat menyebabkan infeksi endometrium sehingga menyebabkan sepsis
dan lambatnya penyembuhan luka episiotomi (Nugroho, 2010). Sedangkan
pada bayi memiliki resiko yang lebih tinggi seperti gangguan resprasi,
gagal jantung kongesif, perdarahan intraventrikel dan kelainan neurologik,
hiperbilirubinemia, sepsis dan kesulitan makan (Benson, 2012).
WHO (2014) dalam salah satu penelitian7 menunjukkan angka kejadian
yang tinggi akan kasus persalinan pretem ini, disebutkan bahwa Indonesia
masuk kedalam urutan ke lima dari negara-negara di seluruh dunia dengan
angka kejadian persalinan preterm tertinggi.6
Kemudian dari data persalinan di PONEK RS Sekarwangi pada tahun
2012 dan 2013 menunjukkan tingginya angka kejadian partus prematurus
yaitu 79 kasus dari total persalinan yang terjadi pada interval waktu
tersebut di RS Sekarwangi.
Melihat beratnya komplikasi dan masih tingginya angka kejadian partus
prematurus ini, maka diperlukan tindakan cepat yang tepat sasaran sesuai
dengan evidence based untuk mengoptimalkan tindakan dan asuhan yang
akan diberikan pada kasus partus prematurus, begitu juga dengan tindakan
promotif dan preventif sehingga sebisa mungkin kejadian kejadian
persalinan premature dapat terhindar dan motalitas juga morbilitas pada
ibu dan bayi prematur dapat ditekan seminimal mungkin.
Dari uraian diatas, penulis tertarik untuk mengangkat kasus partus
prematurus sebagai studi kasus dalam kegiatan Praktik kebidanan II.

1
2. Tujuan
a. Mengidentifikasi faktor-faktor penyebab terjadinya partus
prematurus dalam kasus
b. Mengidentifikasi komplikasi yang terjadi pada ibu dan bayi pada
kasus
c. Mengidentifikasi dan memberi asuhan pada kasus partus
prematurus
d. Menganalisis kesesuaian antara protap dan teori dengan
pelaksanaan langsung terhadap kasus yang terjadi
3. Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini ialah untuk menambah
pengetahuan mengenai kasus partus prematurus beserta
penatalaksanaannya baik berdasarkan teori terbaru maupun
berdasarkan dalam tindakan nyata dilapangan dengan pengaruh
berbagai faktor.

a.

2
BAB II
TINJAUAN KASUS

DOKUMENTASI ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN


DENGAN PARTUS PREMATURUS
Nama Pengkaji : Annies Shafira Asyarie
Waktu Pengkajian : 13-11-2014 / 15.00 WIB
Tempat Pengkajian : PONEK BLUD RS Sekarwangi
Nomor Rekam Medis : 448261
KALA I
A. Data Subjektif
1. Identitas

Ibu Suami
Nama Ny. N Tn. A
Usia 26 tahun 26 tahun
Agama Islam Islam
Suku Bangsa Sunda Sunda
Pendidikan SMA SMP
Pekerjaan Swasta Swasta
Golongan Darah (tidak tahu) (tidak tahu)
Alamat Kp. Pajagan Rt 04 Rw 11 Desa Benda
Kecamatan Cicurug
2. Alasan Kunjungan dan yang ibu rasakan
Ibu datang ke PONEK tanggal 13 November 2014 pukul 03.00 WIB.
Ibu datang dirujuk dari puskesmas, dengan surat pengantar rujukan
yang berisi:

 Ibu datang ke Puskesmas tanggal 13 November pukul 13.15


WIB dengan keluhan utama: ibu mengeluh keluar lendir
bercampur darah pervaginam dan sudah merasa mulas
yang teratur sejak pukul 19.00 (tgl 12-11-2014).
 HPHT: 3 – 6 – 2014 / Usia Kehamilan : 22-23 minggu
 Tekanan darah : 100/60mmHg, Nadi :82 kali/menit, Suhu
36°C, Respirasi 22 kali/menit
 Palpasi Leopold menyatakan presentasi bokong,

3
 Pembukaan 2 cm
 Diagnosa : G1P0A0 hamil 22-23 minggu dengan prematur
his
 Tindakan prarujukan yang dilakukan ialah dipasang infus
jaga dengan cairan RL 20 tetes/menit.
Ibu mengaku hamil 4½ bulan, hamil pertama kali, tidak pernah
keguguran. Ibu mengeluh mulas tiap lima menit sekali, mulas
sebentar-sebentar, mulas yang dirasakan sangat kuat, tak
tertahankan. Gerakan janin masih ibu rasakan. Keluar air-air
disangkal ibu.
3. Riwayat Kehamilan Sekarang
a. Hamil pertama, tidak pernah keguguran
b. HPHT : 3 Juni 2014 / TP : 10 Maret 2015
Usia Kehamilan : 22-23 minggu
c. Quickening : sudah ibu rasakan sejak sebulan lalu,
d. Riwayat ANC : ibu sudah 7 kali memeriksakan
kehamilannya di puskesmas dan BPS, belum pernah
diimunisasi TT, ibu rajin mengkonsumsi vitamin dari bidan,
kenaikan berat badan selama hamil 2 Kg (ANC tanggal 30
Oktober 2014), selama pemeriksaan tidak ditemukan
komplikasi.
4. Riwayat Obstetri Lalu
a. Riwayat menstruasi
Menarche : usia 13 tahun
Siklus haid : teratur tiap 28 hari
Lama haid : 5 hari
Dismenorrhoe : tidak pernah
b. Riwayat Kehamilan, persalinan, BBL, dan nifas lalu
Tidak ada, saat ini hamil yang pertama.
5. Riwayat penggunaan kontrasepsi
Belum pernah menggunakan kontrasepsi apapun.
6. Riwayat Kesehatan
Ibu memiliki riwayat penyakit asma, sering kali kambuh apabila
kedinginan dan saat sedang cemas, terakhir kambuh ±1 bulan lalu,

4
diatasi dengan penggunaan inhaler, namun saat ini tidak sedang
dalam serangan.
Ibu tidak pernah dioperasi, namun pernah dirawat inap karena
serangan asmanya.
7. Riwayat sehari-hari
a. Nutrisi terakhir
Ibu makan terakhir dengan nasi, dan tumis sayur, porsi sedang
jam 13.00 wib.
b. Hidrasi terakhir
Ibu minum terakhir dengan air putih satu gelas dengan 14.45
wib.
c. Istirahat terakhir
Ibu istirahat terakhir kemarin malam selama 7 jam.
d. Eliminasi terakhir
BAB : terakhir pukul 08.00 WIB, tidak ada keluhan.
BAK : terakhir pukul 15.00 WIB, tidak ada keluhan.
e. Gaya hidup
Ibu dan suami tidak merokok dan minum minuman beralkohol
8. Riwayat Psikososial
a. Yang menemani ibu : suami
b. Status pernikahan : sudah menikah 2 tahun, baik bagi ibu
maupun bagi suaminya pernikahan ini merupakan pernikahan
pertama.
c. Kehamilan direncanakan/tidak :Direncanakan
d. Respon ibu dan keluarga terhadap kehamilan : Senang sekali,
ibu dan suami sangat mengharapkan kehamilan ini
e. Budaya yang terkait intranatal : Tidak ada
f. Pengambil keputusan dalam keluarga : suami
g. Aktivitas : ibu bekerja tiap senin hingga sabtu di sebuah toko,
dari pukul 08.00 hingga 17.00. menurut ibu beban kerja berat.
ibu bercerita sedang memiliki masalah di tempat kerja.
h. Aktivitas seksual : ibu mengatakan tidak melakukan hubungan
seksual dalam 3 hari terakhir.

5
i. Tempat tinggal : dalam rumah hanya tinggal dua orang, ibu dan
suaminya. Lingkungan tempat tinggal nyaman, udara bersih, air
jernih dan bersih, tidak memelihara hewan peliharaan

B. Data Objektif
1. Keadaan umum
Baik, kesadaran compos mentis, keadaan emosional stabil.
2. Tanda-tanda Vital
a. Tekanan Darah : 110/70 mmHg
b. Nadi : 78 kali/menit, reguler
c. Suhu : 36°C
d. Respirasi : 21 kali/menit
3. Pemeriksaan fisik
a. Kepala
1) Muka : tidak terdapat edema
2) Mata :tidak ada pengeluaran, konjungtiva merah muda,
sklera putih
3) Mulut :bersih, tidak ada karies dan stomatitis, lidah bersih,
warna bibir dan gusi merah muda.
b. Leher
1) Kelenjar Tiroid : tidak ada pembesaran
2) Kelenjar limfe : tidak ada pembengkakan
c. Payudara
1) Puting datar, tidak terlihat lesi dan kemerahan, tidak ada
retraksi dan dimpling
2) Tidak teraba massa, terdapat pengeluaran dikedua
payudara
d. Abdomen
1) Inspeksi : Tidak ada bekas luka operasi
2) Palpasi :
a) TFU : satu jari dibawah pusat,
McDonnald : 16cm
b) Leopold I : Teraba bulat, keras, melenting
c) Leopold II : Teraba besar di sisi kanan,
Teraba bagian kecil di sisi kiri.

6
Leopold III : Teraba lunak, tidak melenting
d) His : 2x/10’/10”
3) Auskultasi : DJJ : 155 kali/menit, reguler
e. Ekstremitas
1) Atas : pergerakan normal, tidak ada edema, warna ujung jari
merah muda, terpasang infuse RL 20 tetes/menit di tangan
kanan
2) Bawah : pergerakan normal, tidak ada edema dan varices,
warna ujung jari merah muda, refleks patella +/+
f. Genitalia
1) Vulva : tidak terdapat lesi dan kemerahan, tidak ada edema
dan varices, keluar lendir darah dari introitus vagina.
2) Vagina : tidak ada bekas luka parut, tidak ada
massa/benjolan
3) Portio : tebal, lunak
4) Pembukaan :2 cm
5) Ketuban : Utuh, teraba menonjol
6) Presentasi : bokong
7) Penurunan : Hodge I
8) Bagian lain yang teraba : tidak ada
g. Anus
Tidak hemorrhoid
4. Pemeriksaan Penunjang
Tes Laboratorium (13-11-2014, dilakukan oleh petugas laboratorium
RS Sekarwangi)
a. Golongan darah : A, Rhesus (+)
b. Hb : 12,4 Gr%
c. Leukosit : 16.900 mm3
d. Trombosit : 311.000 mm3
e. Hematorit :39%

C. Analisa
Diagnosa : G1P0A0 parturient preterm kala I fase laten, Janin Hidup,
presentasi bokong
Masalah : kemungkinan ancaman persalinan prematur

7
D. Penatalaksanaan
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa sekarang ibu sudah
masuk keadaan untuk bersalin dan menjelaskan kemungkinan
terjadi persalinan prematur
E : Ibu mengetahui kondisinya
2. Melakukan kolaborasi dengan dokter mengenai tindakan awal yang
akan diberikan.
E: Dokter memberikan advis untuk memasangkan infus RL dengan
kecepatan 20 tetes/menit dan informed concent mengenai
kemungkinan persalinan premature yang akan terjadi pada
kehamilan ibu
3. Melibatkan keluarga dalam membantu memenuhi kebutuhan ibu
E : Suami menemani ibu dan membantu memenuhi kebutuhan ibu
4. mengajarkan ibu teknik pain relieve dengan cara napas dalam
E : ibu menarik napas dalam melalui hidung dan mengeluarkan
napas melalui mulut secara beraturan
5. Memfasilitasi ibu makan makanan ringan dan minum
E : ibu makan biskuit dan minum air putih
6. melakukan observasi kesejahteraan ibu dan janin, dan kemajuan
persalinan
E : his semakin sering dan ibu semakin terlihat kesakitan, denyut
jantung janin dalam batas normal
7. Mempersiapkan peralatan dan perlengkapan bersalin
E : peralatan dan perlengkapan bersalin sudah tersusun secara
ergonomis dan siap pakai

8
KALA II

Jam : 17.25 WIB

A. Data Subjektif
Ibu mengeluh mulas semakin kuat dan lama. Ibu merasa ada air-air
yang keluar banyak, dan ada keinginan untuk mengedan
B. Data Objektif
1. Keadaan umum
Baik, kesadaran compos mentis, keadaan emosi stabil
2. His : 3x/10’/30”
3. DJJ : 154 kali/menit, reguler
4. Kandung kemih : tidak tepalpasi
5. Genitalia
a. Inspeksi : terlihat air ketuban keluar dari introitus vagina
b. Pemeriksaan dalam
1) Portio : tidak teraba
2) Pembukaan : 10 cm
3) Ketuban : selaput ketuban tidak teraba
menonjol, air ketuban rembes, warna air ketuban jernih
4) Presentasi : Bokong
5) Penurunan : Hodge IV
6) Bagian lain yang teraba : tidak ada
C. Analisa
Diagnosa : G1P0A0 parturien preterm kala II, janin hidup presentasi
bokong
D. Penatalaksanaan
1. Memberitahu ibu bahwa sudah masuk waktu untuk mengedan
dan melahirkan bayi
E : ibu mengetahui
2. Mengajarkan cara mengedan efektif
E : ibu mengedan sesuai dengan yang diinstruksikan yaitu
dengan menekuk tungkai dan menariknya berlawanan arah,
sehingga vagina terbuka lebar. Mulai mengeda ketika sudah
ada dorongan untuk mengedan yang kuat, mengangkat kepala,

9
membuka mata ketika mengedan, dan mengedan seperti akan
BAB.
3. Memimpin ibu mengedan sambil menilai penurunan presentasi
janin
E : ibu mengedan efektif, bagian janin lahir meliputi bokong,
tungkai hingga badan
4. Melakukan hand manuever ketika bokong sudah lahir dengan
teknik bracht ketika bokong dan tungkai sudah lahir. Melakukan
hiperlordosis bayi pada saat scapula tampak dibawah simfisis,
menggerakkan badan bayi ke atas hingga lahir dagu, mulut,
hidung, dahi dan kepala
E: bayi lahir spontan jam 17.35wib
5. Melakukan penilaian selintas keadaan bayi sambil
mengeringkan bayi
E: bayi tidak langsung menangis, warna kulit merah, tonus otot
lemah
6. Menjepit tali pusat dengan dua klem dengan jarak antar klem 2
cm, memotong tali pusat
E: tali pusat terpotong
7. Membawa bayi untuk dilakukan langkah awal resusitasi oleh
petugas perinatolgi

10
KALA III
Jam : 17.35 wib
A. Data Subjektif
Ibu merasa lega namun lemas.
B. Data Objektif
1. Palpasi abdomen
Tidak ada janin kedua
2. Kandung kemih
Tidak tepalpasi
3. Tanda-tanda pelepasan plasenta
Terlihat pemanjangan tali pusat, semburan darah, dan uterus
globuler
C. Analisa
P1A0 parturient kala III
Masalah Potensial : Tali pusat putus
D. Penatalaksanaan
1. Memberitahu ibu bahwa akan dilahirkan plasentanya
E : ibu mengetahui
2. Memberitahu ibu untuk relaks dan tidak mengedan
E : ibu melakukan teknik napas dalam
3. Menyuntikkan oksitosin 10 IU secara IM di 1/3 antero latral paha
kanan
E : oksitosin telah disuntikkan
4. Melakukan peregangan tali pusat terkendali ketika ada kontraksi
sambil menahan uterus kearah dorso kranial.
E: Tali pusat memanjang, tali pusat putus karena tali pusat tipis
dan rapuh
5. Melakukan manual plasenta untuk membantu melahirkan
plasenta. Memberitahu ibu untuk menerapkan teknik napas
dalam dan melemaskan tubuh.
E. Plasenta lahir pukul 17.42WIB, keadaan plasenta tidak utuh
6. Melakukan masase uterus selama 15 detik.
E : kontraksi uterus lembek, darah masih terlihat mengalir dari
introitus vagina,

11
KALA IV

Jam : 17.42 wib

A. Data Subjektif
Ibu masih mengeluh lemas
B. Data Objektif
1. Keadaan umum
Ibu terlihat lemas, kesadaran compos mentis, keadaan emosi
stabil
2. Tanda-tanda vital
a. Tekanan darah : 110/70 mmHg
b. Nadi : 78 kali / menit
c. Respirasi : 18 kali/meenit
d. Suhu : 36,2 °C
3. Abdomen
a. TFU : sepusat
b. Kontraksi uterus : lembek
c. Kandung kemih : tidak tepalpasi
4. Genitalia dan anus
a. Perdarahan : ±150 ml, darah masih terus
mengalir dari introitus vagina
b. Laserasi jalan lahir : tidak ada
c. Anus : tidak ada fistula rectovaginal
C. Analisa
Diagnonsa : P1A0 Kala IV dengan suspek sisa plasenta
Diagnosa potensial : Hemorragic postpartum primer
Antisipasi masalah potensial : melakukan eksplorasi cavum uteri
saat cervik masih terbuka
D. Penatalaksanaan
1. Memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa banyak
darah yang mengalir keluar dan menjelaskan akan dilakukan
prosedur pengeluaran sisa plasenta
E: ibu mengetahui kondisi yang terjadi dan mengizinkan
dilakukan prosedur eksplorasi

12
2. Menambahkan oksitosin 20 IU kedalam cairan infuse RL yang
terpasang sesuai dengan advis dokter
E : oksitosin telah ditambahkan
3. Melakukan eksplorasi cavum uteri.
E: Terdapat sisa selaput plasenta dan bekuan darah,
perdarahan ±200cc, masih ada kesan sisa plasenta
4. Menilai ulang kontraksi uterus setelah dilakukan eksplorasi
cavum uterus
E: kontraksi uterus kuat
5. Memberitahu ibu pentingnya kontraksi uterus dan mengajarkan
ibu cara penilaian kontraksi uterus serta cara melakukan
masase uterus apabila kontraksi uterus lembek.
E : Ibu mengerti dan melakukan masase uterus dengan benar
6. Membersihkan ibu, tempat tidur dan memasangkan ibu pakaian
E : ibu terlihat lebih nyaman
7. Mengobservasi ibu selama kala IV
E : hasil observasi dalam batas normal, terlampir dalam
partograf
8. Memberitahu ibu untuk berkemih apabila ada keinginan untuk
berkemih, jangan menahan keinginan untuk berkemih
E : ibu belum ingin berkemih selama kala IV
9. Memberitahu ibu untuk memberitahu petugas apabila darah
yang keluar sangat banyak
E : darah yang keluar setelah diganti pembalut ±30cc
10. Memberikan ibu obat per oral setelah makan sesuai dengan
advis dokter
E : ibu menerima obat dan meminum obat
11. Menyarankan ibu istirahat
E : ibu berbaring selama kala IV
12. Memfasilitasi ibu untuk makan dan minum
E : ibu minum teh manis hangat, namun ibu belum ingin makan
13. Melakukan kolaborasi dengan dokter dalam perencanaan
penanganan diagnosis yang terjadi pada ibu yaitu dengan
dilakukan USG untuk menegakkan diagnosa atas kecurigaan
adanya sisa plasenta. Melakukan informed concent kepada ibu

13
dan keluarga bahwa ibu akan dilakukan USG besok tanggal 14
November 2014
E: ibu menyetujui

DOKUMENTASI ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS 3 JAM


Waktu pengkajian : 13 November 2014 / 20.35 wib
Tempat Pengkajian : PONEK BLUD RS Sekarwangi

A. Data Subjektif
1. Yang ibu rasakan
Ibu masih merasa lemas, dan sedih akan kondisi bayinya
2. Pengkajian nifas saat ini
a. Perdarahan : jumlah sedikit, pembalut pertama tidak penuh,
warna merah, tidak berbau
b. Laktasi : ibu tidak menyusui
c. Respon ibu terhadap bayi : ibu masih merasa sedih karena
bersalin premature, sehingga kondisi bayinya buruk
d. Eliminasi : belum ada keinginan untuk BAB dan berkemih
e. Istirahat : ibu istirahat dengan berbaring namun belum ada
keinginan untuk tidur
f. Personal hygien : belum mengganti pembalut.
g. Dukungan keluarga : keluarga terus menyemangati ibu,
suami selalu menemani ibu
3. Aktivitas sehari-hari
a. Makan : semenjak setelah melahirkan ibu belum makan, ibu
mengatakan belum lapar. Selama hamil ibu makan menu
yang bervariasi tiap harinya, namun dengan porsi yang lebih
sedikit. Tidak ada pantangan makanan selama masa nifas
b. Minum : ibu sudah minum teh manis hangat setengah gelas.
Ibu biasanya minum air putih 5-6 gelas / hari
c. Aktivitas : sejak selesai bersalin, ibu hanya berbaring di
tempat tidur untuk istirahat dan miring kanan atau kiri. Ibu
masih lemas dan belum ingin turun dari tempat tidur.
d. Rencana KB pasca salin : belum dipikirkan

14
B. Data Objektif
1. Keadaan umum : baik, kesadaran compos mentis, keadaan
emosi stabil
2. Tanda-tanda vital
a. Tekanan darah : 110/80 mmHg
b. Nadi : 80 kali/menit
c. Suhu : 36 °C
d. Respirasi : 18 kali/menit
3. pemeriksaan fisik
a. Kepala dan leher : sklera putih, konjungtiva merah muda,
bibir merah muda, tidak ada pembesaran kelenjar limfa dan
tiroid
b. Payudara : simetris, putting menonjol, bersih, sudah ada
pengeluaran
c. Abdomen : tidak ada bekas luka operasi, TFU 1 jari diatas
pusat, kontraksi baik, kandung kemih tidak tepalpasi
d. Ekstremitas : tidak ada edema, dan varices, terpasang
infuse RL+oksitosin 20IU kolf I di tangan kanan
e. Genitalia dan anus : bersih, tidak ada edema dan varices,
tidak ada luka laserasi, perdarahan memenuhi 1/3 bagian
pembalut, warna merah, anus tidak hemorroid
C. Analisa
Diagnosa : P1A0 postpartum 3 jam dengan suspek sisa plasenta
Masalah : ibu belum BAK
Diagnosa potensial : sub involusi, postpartum hemorrhagic

D. Penatalaksanaan
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan (Tanda-tanda vital,
perdarahan dan kontraksi uterus)
E : ibu menggetahui kondisinya
2. Menyaranan ibu untuk BAK dan tidak menahan keinginan untuk
berkemih
E : ibu langsung BAK, urine yang keluar sedikit
3. Menyarankan sering ganti pembalut apabila sudah terasa basah
atau minimal ganti pembalut 3 kali/hari

15
E : ibu mengganti pembalut saat selesai BAK
4. Menyarankan ibu makan dan minum
E: ibu makan biskuit dan minum teh manis hangat
5. Menyarankan ibu untuk beristirahat apabila ibu merasa masih
lemas
E : ibu tidak bisa tidur, hanya berbaring saja untuk istirahat
6. Memberitahu ibu dan keluarga tanda bahaya saat nifas meliputi
perdarahan, pusing hebat, kontrasi rahim lembek, demam, ibu
merasa tiba-tiba lemas hingga tak sadarkan diri. Menyarankan
ibu dan keluarga segera memberitahu petugas apabila tanda
bahaya tersebut timbul.
E : tidak timbul tanda-tanda tersebut
7. Memindahkan ibu ke ruang perawatan Cut Nyak Dien
E : ibu dipindahkan ke ruang 2 bed 4 pukul 22.00 WIB

16
DOKUMENTASI ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR
Waktu pengkajian : 15 November 2014 / 18.30 wib
Tempat pengkajian : PONEK RS Sekarwangi

A. Data Subjektif
1. Identitas bayi
a. Nama : Bayi Ny.N
b. Umur : 30 menit

17
c. Tanggal/Jam lahir : 13 November 2014 / 17.00 WIB
d. Jenis Kelamin : Laki-laki
2. Faktor psikososial ekonomi
Respon ibu dan keluarga terhadap bayi sedih akan kondisi bayi

B. Data Objektif
1. Keadaan umum
a. Ukuran keseluruhan :ukuran kepala lebih besar dari badan
namun sesuai dengan usia kehamilan 23 miinggu
b. Tonus otot dan tingkat aktifitas : lemah, selama pengkajian
bayi tidak bergerak, hanya terlihat dada naik turun ketika
bayi sedang bernapas
2. Berat Badan : 440gram
3. Panjang badan : 26 cm
4. Lingkar Kepala (Fronto Occipito) : 25 cm
5. Tanda-tanda vital
a. Respirasi : 26 kali/menit
b. Bunyi jantung : 124 kali/menit
c. Suhu : 36,8°C
3. Pemeriksaan fisik
a. Mata tertutup,
b. Talipusat bersih, tidak terdapat perdarahan
c. Kelamin : terlihat penis dan skrotum
d. Ekstremitas : jumlah jari 5 dimasing-masing ekstremitas atas
dan bawah
e. Kulit : warna kulit merah, mengkilat, tidak terdapat verniks
kaseosa dan rambut lanugo
C. Analisa
Diagnosa : Neonatus kurang bulan, sesuai masa kehamilan 30
menit dengan asfiksia neonatorum

D. Penatalaksanaan
1. Memberitahui kondisi bayi kepada ayah bayi bahwa karena
berat bayi yang kecil dan usia kehamilan yang beru 23 minggu
membuat kemungkinan bayi bertahan hidup kecil, namun

18
petugas perinatologi akan berusaha sebisa mungkin
memberikan bantuan selama bayi hidup.
E: ayah bayi menyerahkan perawatan bayi sepenuhnya kepada
petugas
2. Memberi bayi terapi oksigen 0,2 L/menit dengan nasal kanul
sesuai dengan advis dokter
E: nasal kanul terpasang
3. Menempatkan bayi dalam infant warmer dan menyelimuti bayi
dengan kain untuk menjaga hangat tubuh bayi stabil dan
mencegah hipotermi
E: suhu tubuh bayi
4. Membawa bayi ke ruang perinatologi untuk diberi perawatan
lebih lanjut
E: Diruang perinatologi bayi tetap diberikan terapi O2, dan
ditempatkan di Infant Warmer. Bayi hanya bertahan 5 jam, dan
meninggal pukul 22.25 WIB.
5. Memberitahu ayah bayi bahwa bayi telah meniggal

Catatan Perkembangan
Nama : Ny. N
Tempat : Ruang Cut Nyak Dien RS Sekarwangi
Waktu Catatan Perkembangan
14-11-2014 S : ibu mengeluh nyeri ulu hati, kembung dan payudara
05.00 terasa penuh
O : TD: 100/70mmHg, N:87kali/menit, S: 35,8°C, R:21
kali/menit

19
A : P1A0 Postpartum 12 jam dengan suspek sisa placenta
P : Advis dokter:
1. Informed concent tindakan-tindakan yang akan
dilakukan
2. Rencana USG
3. Peemberian terapi ranitidin 2x50mg IV, Ceftriaxone
1x2gr IV, Sukralfat 3x500mg per oral, Lynoral
2x0,05mg per oral
11.00 WIB O : Dilakukan USG. Hasil USG tampak gambaran sisa
plasenta
A : P1A0 Postpartum 18jam dengan sisa plasenta
P: Advis dokter rencana dipasang Laminaria dan dilakukan
kuretase
19.30 WIB O : Hb : 12,5 Gr%, Leukosit : 18.300mm3
A : P1A0 Postpartum hari ke 1 dengan sisa plasenta dan
leukositosis
P:
1. Memasang Laminaria 2 batang kedalam cervik
(dilakukan oleh Bidan dengan advis dokter)
2. Menyarankan ibu puasa mulai pukul 04.00 WIB
pagi nanti sebelum dilakukan kuretase
15-11-2014 O : TD : 110/60mmHg
09.00WIB A : P1A0 Postpartum hari ke 2 dengan sisa plasenta dan
leukositosis
P : Advis Dokter:
Lanjut Terapi sebelumnya, menambah terapi Metronidazole
3x500mg IV
11.00WIB O : TD : 110/60mmHg
A : P1A0 Postpartum hari ke 2 dengan sisa plasenta
P:
1. Melakukan Kuretase oleh dokter spesialis obstetric
dan ginekologi
2. Menyarankan ibu puasa 2 jam pasca kuretase
16-11-2014 S : Ibu merasa lebih baik
16.00 WIB A : P1A0 Postpartum hari ke 3 dan post kuret hari ke 1

20
P : Advis dokter: Melanjutkan terapi
17-11-2014 S: ibu merasa lebih segar, tidak ada keluhan
09.00 WIB O : TD :110/70mmHg, N:88kali/meenit, S:36,7°C, R:
20kali/menit, Hb post kuret 12,6Gr%
A : P1A0 postpartum hari ke 4 dan post kuretase hari ke 2
P : ibu dapat diperbolehkan pulang dengan instruksi dokter

DOKUMENTASI ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS 2 HARI


Waktu pengkajian : 15 November 2014 / 15.00 wib
Tempat pengkajian : Ruang Cut Nyak Dien RS Sekarwangi

A. Data Subjektif
1. Yang ibu rasakan
Ibu masih merasa lebih segar, namun masih merasa nyeri setelah
dipasang alat laminaria dan dikuret

21
2. Riwayat obstetrik lalu
Tidak ada
3. Pengkajian Nifas
a. Keluhan : ibu merasa payudara penuh, namun sejauh ini
merasa lebih baik dari hari sebelumnya, tidak ada keluhan lain.
b. Lochea : Sedikit, warna merah kecoklatan, tidak berbau
c. Laktasi : Tidak menyusui
d. Respon ibu terhadap kehilangan bayi : ibu terlihat tidak sesedih
sebelumnya, namun ibu masih suka manangis atas kehilangan
bayinya
4. Pemenuhan kebutuhan dasar
a. Makan : ibu memakan makanan yang diberikan dari rumah
sakit, ibu memakan semua makanan yang diberikan. Biasanya
ibu makan 2-3 kali/hari, dengan makanan yang bervariasi tiap
harinya, tidak ada makanan yang tidak ibu suka dan dipantang.
b. Minum : selama dirawat ibu sering minum air putih, air mineral
dalam kemasan 1500ml habis dalam 24 jam. Selain itu ibu biasa
minum teh manis hangat tiap pagi. Di rumah ibu biasa minum air
putih ±5 gelas belimbing tiap harinya.
c. Aktivitas : ibu kebanyakan berbaring terkadang duduk dan jalan
untuk ke kamar mandi saja. Untuk kegiatan selanjutnya setelah
di rumah ibu berencana hanya akan mengerjakan pekerjaan
rumah saja, dan akan berhenti bekerja.
d. Eliminasi : BAB sudah, sedikit-sedikit, konsistensi feces lunak.
BAK sudah, tidak ada kesulitan.
e. Istirahat : selama dirawat ibu dapat tidur nyenyak, malam hari
tidur 8 jam, terbangun sebentar ditengah malam. Siang hari
tidur 2 jam.
f. Personal hygien :
 Ibu sudah mandi tadi pagi, mandi sehari sekali.
 Cebok dibersihkan dan dibasuh hingga bersih, kadang
dengan sabun.
 Frekuensi ganti pembalut 3 kali/hari.
 Perawatan payudara : sudah dilakukan breast care dan
dipompa payudaranya tadi pagi

22
h. Rencana KB pasca salin : belum di pikirkan
g. Adat yang berkaitan dengan masa nifas : tidak ada
h. Rencana hubungan seksual : setelah selasai masa nifas.
B. Data Objektif
1. Keadaan umum : Baik, kesaradaran compos mentis
2. Tanda-tanda vital
a. Tekanan darah : 110/70 mmHg
b. Nadi : 78 kali/menit, regular
c. Suhu : 35,8°C
d. Respirasi : 20 kali/menit
3. Pemeriksaan fisik
a. Kepala : rambut bersih, tidak ada edema wajah, sklera putih,
konjungtiva merah muda, tidak ada pengeluaran dari hidung dan
telinga, mulut bersih, tidak ada gingivitis.
b. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar limfa dan tiroid.
c. Payudara : bersih, simetris, tidak ada retraksi dan dimpling,
tidak ada kemerahan dan puting menonjol, teraba
penuh(tegang), putting menonjol.
d. Abdomen : tidak ada bekas luka operasi, TFU 4 jari dibawah
pusat, kontraksi keras, kandung kemih tidak tepalpasi.
e. Ekstremitas : tidak ada varices dan edema tungkai.
f. Genitalia : bersih, tidak ada edema, dan varices di vulva, tidak
ada lesi, lochea sedikit, warna merah kecoklatan.
g. Anus : tidak ada hemorrhoid.

4. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium
1. Hb Sahli : 13,2 gr/dL
2. Pemeriksaan laboratorium post kuretase
 Hb : 12,6Gr%
 Leukosit : 10.100mm3

C. Analisa
Diagnosa : P1A0 postpartum hari ke 2 dan post kuretase

23
Masalah : ibu tidak tahu cara merawat payudara yang cocok dengan
kondisinya
Masalah Potensial : Breast engorgement
D. Penatalaksanaan
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa kondisi ibu secara
umum baik.
E : ibu mengetahui kondisinya
2. Mengajarkan ibu cara perawatan payudaranya yang sesuai dengan
kondisi ibu yaitu dengan menyarankan ibu sering mengompres
dingin dan membebat payudaranya dengan kain, mengingatkan ibu
untuk meminum obat oral yang telah diberikan yaitu Lynoral
2x0,05mg untuk mengurangi produksi ASInya, jangan memompa
payudara dan jangan memijat payudara agar ASI tidak bertambah
banyak,
E : membantu ibu mengompres payudaranya dan memasangkan
bebat pada payudaranya dengan kain. ibu mengatakan akan
mempraktikannya saat dirumah nanti
3. Memberi dukungan psikologis dan menyarankan ibu agar tidak
banyak pikiran.
E : ibu mengiyakan
4. Mengingatkan ibu meminum obat oral yang telah diberikan
sebelumnya meliputi asam mefenamat 3x500mg, Amoxicillin
3x500mg, Sulfat Ferosus 1x60mg, dan Lynoral 2x0,05mg peroral
E: ibu meminum obat sesuai sesuai jadwal
5. Memberi terapi yang diinstruksikan dokter yaitu Ceftriaxone 2gram
IV dan Metronidazole 500mg IV sesuai jadwal rencana terapi
E: Terapi diberikan pukul 16.00WIB
6. Memantau pemasukan cairan infus. Mempertahankan pemberikan
cairan infuse RL dengan kecepatan 20 tetes/menit sesuai instruksi
dokter.
E : infuse terpasang dengaan kecepatan 20 tetes/menit
7. Menyarankan ibu menjaga personal hygiene nya dan perawatan diri
selama nifas.
E : ibu rajin mengganti pembalut dan mandi tiap pagi
8. Menyarankan ibu cukup istirahat selama masa nifas

24
E : ibu mengiyakan
9. Menyarankan ibu banyak makan dan minum selama masa nifas
E: ibu mengerti
10. Membertahu ibu tanda bahaya masa nifas yang mungkin terjadi
saat ibu pulang ke rumah nanti. Menyarankan ibu segera
periksakan diri ke petugas kesehatan apabila tanda bahaya
tersebut timbul.
E: ibu mengerti
11. Menyarankan ibu untuk kontrol kembali ke bidan atau puskesmas
ketika sudah pulang pada hari ke 3
E: Ibu mengatakan akan memeriksakan diri ke puskesmas, ibu
pulang tanggal 17 November 2014 setelah diizinkan pulang oleh
dokter

DOKUMENTASI ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS 21 HARI


Waktu pengkajian : 04 Desembr 2014 / 18.00 wib
Tempat pengkajian : Rumah Klien

A. Data Subjektif
1. Yang ibu rasakan
Ibu merasa lebih segar, namun terkadang masih terasa nyeri bekas
dipasang alat
2. Pengkajian Nifas

25
a. Keluhan : ibu tidak sedang merasakan keluhan apapun, namun
terkadang masih merasa linu bekas dipasang alat laminaria
b. Tanda bahaya : ibu menyangkal timbulnya tanda bahaya masa
nifas meliputi perdarahan, demam, pusing yang sangat hebat,
tidapat berkemih ataupun BAB, tiba-tiba merasa lemas hingga
tak sadarkan diri.
c. Lochea : sedikit, berwarna putih seperti keputihan
d. Laktasi : Tidak menyusui
e. Respon ibu terhadap kehilangan bayi : ibu terlihat tidak sesedih
sebelumnya, ibu bercerita sudah ikhlas dan menerima kedaan.
f. PNC : ibu control ke puskesmas satu minggu setelah dari rumah
sakit. Ibu mengatakan hanya diperiksa perutnya saja dan
ditanya beberapa hal, serta diberikan tablet Fe 60mg 1x1,
Paracetamol 500mg 3x1 dan Amoxicillin 500mg 3x1
3. Pemenuhan kebutuhan dasar
a. Makan : Biasanya ibu makan 2-3 kali/hari, dengan makanan
yang bervariasi tiap harinya, tidak ada makanan yang tidak ibu
suka dan dipantang.
b. Minum : ibu biasa minum air putih ±5 gelas belimbing tiap
harinya.
c. Aktivitas : sehari-hari ibu hanya melakukan pekerjaan rumah
saja. Ibu berencana akan berhenti bekerja.
d. Eliminasi : BAB dua hari sekali, lancar, feces lunak. BAK 2-3 kali
perhari tidak ada kesulitan dalam berkemih.
e. Istirahat : ibu tidak pernah tidur siang, ibu tidur malam 7-8 jam,
tidur nyenyak
f. Personal hygien :
 Ibu mandi sehari dua kali, ibu belum keramas karena
mengatakan belum 40 hari
 Cebok dibersihkan dan dibasuh hingga bersih, kadang
dengan sabun.
 Frekuensi ganti pembalut sekarang 2 kali sehari
 Perawatan payudara : ibu memompa payudaranya dan
melakukan breast care tiap kali merasa payudara penuh

26
g. Rencana KB pasca salin : ibu tidak berencana akan
menggunakan KB apapun, ibu berencana ingin langsung hamil
lagi
h. Rencana hubungan seksual : setelah selasai masa nifas.
B. Data Objektif
1. Keadaan umum : Baik, kesaradaran compos mentis
2. Tanda-tanda vital
a. Tekanan darah : 120/80 mmHg
b. Nadi : 84 kali/menit, regular
c. Suhu : 36,2°C
d. Respirasi : 20 kali/menit, reguler
3. Pemeriksaan fisik
a. Kepala : rambut bersih, tidak ada edema wajah, sclera putih,
konjungtiva merah muda, tidak ada pengeluaran dari hidung dan
telinga, mulut bersih, tidak ada gingivitis, lidah dan gusi
berwarna merah muda
b. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar limfa dan tiroid.
c. Payudara : bersih, simetris, tidak ada retraksi dan dimpling,
tidak ada kemerahan dan puting menonjol, tidak teraba tegang
d. Abdomen : tidak ada bekas luka operasi, TFU tidak teraba,
kandung kemih tidak tepalpasi.
e. Ekstremitas : tidak ada varices dan edema tungkai.
f. Genitalia : bersih, tidak ada edema, dan varices di vulva, tidak
ada lesi, lochea tidak ada
g. Anus : tidak ada hemorrhoid.

4. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium dilakukan dengan metode lab
sederhana
HB sahli : 13,2 gr/dL
C. Analisa
Diagnosa : P1A0 post partum 21 hari
D. Penatalaksanaan

27
1. Memberitahukan ibu hasil pemeriksaan bahwa secara umum
keadaan ibu baik
E: ibu mengetahui kondisinya
2. Memberitahu ibu bahwa nyeri perut yang ibu rasakan wajar terjadi.
Memberitahu ibu bahwa ibu dapat melakukan kompres dingin
apabila nyeri yang dirasakan sangat mengganggu
E: ibu mengatakan akan melakukan hal tersebut
3. Memberitahu ibu untuk mengompres payudara terasa nyeri. Jangan
memompa payudara dan mengompres hangat karena dengan
begitu ASI akan terus bertambah banyak
E: ibu mengetahui dan mengatakan akan mengikuti saran tersebut
4. Memberitahukan ibu beberapa mitos selama masa nifas yang ibu
percayai yaitu bahwa tidur siang bagi ibu nifas baik dilakukan agar
ibu tidak kurang istirahat, dan bahwa ibu dapat tetap keramas
meskipun belum selesai 40 hari
E: ibu mengetahui
5. Melakukan konseling mengenai penggunaan kontrasepsi dengan
bantuan ABPK. Ibu tertarik membahas metode kontrasepsi pil dan
suntik 3 bulan.
E: ibu menjadi berencana menunda kehamilan hingga 3 bulan
dengan menggunakan kontrasepsi pil

BAB III
Perumusan Masalah dan Pembahasan Masalah
A. Perumusan Masalah
Rumusan masalah yang didapat dari kasus ini diantaranya:
1. Apa saja faktor-faktor penyebab terjadinya partus prematurus dalam
kasus?
2. Apa saja komplikasi yang terjadi pada ibu dan bayi pada kasus dan
bagaimana mengatasinya?
3. Apa saja asuhan yang dapat diberikan pada kasus ?

28
4. Bagaimana kesesuaian antara protap dan teori dengan
pelaksanaan langsung terhadap kasus yang terjadi?

B. Pembahasan Masalah
1. Definisi
Persalinan preterm adalah persalinan yang berlangsung pada umur
kehamilan 20-37 minggu dihitung dari hari pertama haid (ACOG,
1995). 2,5

Preterm atau prematur didefinisikan sebagai bayi lahir hidup


sebelum usia kehamilan 37 minggu tercapai. Terdapat sub kategori
dari persalinan preterm berdasarkan usia kehamilan yaitu:
 Preterm yang sangat ekstrim (<28 minggu)
 Sangat pretem (28 hingga <32 minggu)
 sedang hingga sedikit preterm (32 hingga <37 minggu).
(WHO, 2014)6
Partus prematurus ialah adanya kontraksi uterus yang teratur yang
disertai pendataran dan/atau dilatasi serviks serta turunnya bayi
pada wanita hamil yang lama kehamilannya kurang dari 37 minggu
(kurang dari 259 hari) sejak hari pertama haid terakhir.4

Dari beberapa definisi tersebut dapat diketahui bahwa Ny.N


mengalami persalinan premature melihat dari usia kehamilan yang
didapat dari HPHT masih kurang dari 37 minggu yaitu baru
menginjak usia kehamilan 23 minggu dan dari persalinan tersebut
bayi yang dilahirkan hidup.
Namun berdasarkan protap RS Sekarwangi, kasus Ny.N ini
tergolong kedalam partus immaturus imminen.
Protap tersebut salah satunya didukung dari salah satu sumber
(UNPAD, 2004) yang menyatakan berdasarkan umur kehamilan,
persalinan dikategorikan menjadi:
 Partus imaturus : lama kehamilan 20-28 minggu atau berat
bayi 500-1000g
 Partus prematurus : lama kehamilan 28-37 minggu atau
berat bayi 1000-2500g

29
 Partus matur (aterm) : lama kehamilan 37-42 minggu atau
berat bayi >2500 g3
2. Etiologi dan factor predisposisi
Persalinan prematur merupakan kelainan proses yang muktifaktorial
dan sebagian hanya karena risiko tunggal. Kombinasi keadaan
obstetrik, sosio demografi dan faktor medik mempunyai pengaruh
terhadap terjadinya persalinan premature. Banyak kasus persalinan
prematur sebagai akibat proses patogenik yang merupakan
mediator biokimia yang mempunyai dampak terjadinya kontraksi
rahim dan perubahan serviks, yaitu:
1. Aktivasi aksis kelenjar hipotalamus-hipofisis-adrenal baik pada
ibu maupun janin, akibat stress pada ibu dan janin
2. Inflamasi desidua-korioamnion atau sistemik akibat infeksi
asenden dari traktus genitourinaria atau infeksi sitemik
3. Perdarahan desidua
4. Peregangan uterus patologik
5. Kelainan pada uterus atau serviks5

Kondisi selama kehamilan yang berisiko terjadinya persalinan


preterm adalah :

1. Faktor janin dan plasenta


a. Perdarahan trimester awal
b. Perdarahan antepartum (plasenta previa, solusio plasenta,
vasa previa)
c. Ketuban Pecah Dini (KPD)
d. Pertumbuhan janin terhambat
e. Cacat bawaan janin
f. Kehamilan ganda/gemeli
g. Polihidramnion
2. Faktor ibu
a. Penyakit berat pada ibu
b. Diabeters Mellitus
c. Preeclampsia/hipertensi
d. Infeksi saluran kemih/genital/ intrauterine
e. Penyakit infeksi dengan demam

30
f. Stress psikologik. Termasuk kedalam fator psikologis seperti
tempat kerja yang kurang nyaman, tertekan dan sebagainya.
g. Kelianan bentuk uterus/serviks
h. Riwayat persalinan preterm/abortus berulang
i. Inkompetensi serviks (panjang serviks kurang dari 1 cm)
j. Pemakaian obat narkotik
k. Trauma
l. Perokok berat
m. Kelianan imunologik/kelianan resus

Drife dan Magowan menyatakan bahwa 35% persalinan preterm


terjadi tanpa diketahui penyebab yang jelas, 30% akibat persalinan
elektif, 10% pada kehamilan ganda dan sebagian lain sebagai
akibat kondisi ibu dan janinnya. 5

Apabila dilihat dari kasus Ny.N dapat dilihat bahwa terdapat


beberapa faktor yang dapat menjadi predisposisi terjadinya
persalinan premature ini yaitu:

a. Riwayat penyakit penyerta yang ibu miliki yaitu penyakit asma


yang sering kali kambuh, dan bahkan sempat terjadi serangan
ketika ibu hamil ±19 minggu.

Asma pada kehamilan sangat berbahaya, tak hanya


berpengaruh pada ibu yang dapat menyebabkan gagal napas,
pneumothoraks, dan aritmia jantung, namun juga dapat
berpengaruh pada janinnya. Pada asma berat, hipoksia janin
dapat terjadi sebelum hipoksia pada ibu terjadi. Selain itu juga
dapat terjadi gawat janin, gawat janin terjadi akibat penurunan
sirkulasi uteroplasenter dan venous return maternal.5

Komplikasi dari kehamilan dengan ibu yang memiliki asma


diantaranya ialah terjadinya IUGR 12% dan prematuritas
sebesar 12%, kondisi tersebut tergantung pada derajat penyakit
asma. 5

31
b. Tingkat aktivitas ibu yang ibu diakui berat ditambah dengan
adanya stressor dalam pekerjaan merupakan faktor predisposisi
lain terjadinya persalinan premature.

Biomekanisme yang menjelaskan bahwa stress dapat


berkontribusi terjadinya persalinan premature masih belum
sepenuhnya dimengerti, namun dalam salah satu penelitian
menunjukkan bahwa wanita yang cemas dapat meningkatkan
terjadinya persalinan premature. Kecemasan berhubungan
dengan terjadinya malaise yang sulit diukur namun dapat
mengindikasikan adanya masalah dengan kehamilannya.8

Tak hanya menyebabkan terjadinya persalinan premature,


factor ini juga yang ibu akui sebagai salah satu pencetus
terjadinya asma karena mempengaruhi psikologis ibu hingga
menjadi stress dan memicu asmanya.

c. Asupan nutrisi selama hamil juga dapat menjadi factor


predisposisi lainnya. Pada kasus Ny.N didapatkan bahwa ibu
tidak terlalu memperhatikan asupan makanannya selama hamil,
porsi makanan yang ibu makan tidak berbeda jauh dengan
sebelum hamil dan ibu mengakui bahwa makanan yang ibu
makan tiap harinya kurang bervariasi. Asupan nutrisi yang tidak
tercukupi dapat menyebabkan pertumbuhan janin terhambat,
yang merupakan salah satu factor predisposisi terjadinya
persalinan premature.

d. Selain itu masih ada lagi factor predisposisi yang mungkin


terdapat pada kasus Ny.N yang sulit dikonfirmasi melihat sulit
dipastikan bahwa factor tersebut mungkin yang menjadi
penyebabnya melihat fasilitas pemeriksaan dalam penegakan
diagnose yang terbatas dan factor social-ekonomi juga yang
dianggap tidak terlalu diperlukan untuk dilakukan yaitu seperti
untuk mengetahui apakah ibu memiliki penyakit infeksi
asimptomatik.

Banyaknya factor predisposisi pada kasus Ny.N meningkatkan


kemungkinan terjadinya persalinan preterm lainnya. Sehingga

32
diperlukan tindakan pencegahan dan edukasi terhadap ibu dan
suami dalam perencanaan prekonsepsi.

3. Tanda & Gejala


Selain kontraksi uterus yang nyeri atau tidak terasa nyeri, gejala-
gejala seperti tekanan pada panggul, kram seperti saat menstruasi,
duh vagina cair atau berdarah dan nyeri punggung bawah secara
empiris berkaitan dengan kelahiran preterm yang membakat.
Gejala-gejala tersebut terkadang dianggap sebagai kejadian yang
biasa terjadi pada kehamilan normal, sehingga sering tidak
diperhatikan oleh tenaga kesehatan. Pentingnya tanda dan gejala
ini sudah ditekankan oleh beberapa peneliti (Iams dkk., 1990; Kragt
dan Keire, 1990). Sebaliknya Copper dkk. (1990) tidak menemukan
gejala ini bermakna untuk prediksi kelahiran preterm. Iams dkk
(1994), menemukan bahwa tanda dan gejala yang menjadi sinyal
persalinan preterm, termasuk kontraksi uterus, hanya ditemukan
dalam waktu 24 jam sebelum persalinan preterm. Oleh karena itu,
tanda-tanda ini merupakan tanda peringatan kelahiran preterm yang
terlambat.2
Dari kasus Ny.N gejala yang ibu rasakan yaitu kontraksi uterus
yang kuat dan sering muncul dalam kurun waktu kurang dari 24 jam
4. Diagnosis
Sering terjadi kesulitan dalam menentukan diagnosis ancaman
persalinan preterm. Tidak jarang kontraksi yang timbul pada
kehamilan tidak benar-benar merupakan ancaman proses
persalinan. Beberapa kriteria dapat dipakai sebagai diagnosis
ancaman persalinan preterm, yaitu:
a. Kontraksi yang berulang sedikitnya setiap 7-8 menit sekali, atau
2-3 kali dalam waktu 10 menit
b. Adanya nyeri pada punggung bawah (low back pain)
c. Perdarahan bercak
d. Perasaan menekan daerah serviks
e. Pemeriksaan serviks menunjukkan telah terjadi pembukaan
sedikitnya 3 cm dan penipisan 50-80%
f. Presentasi janin rendah, sampai mencapai spina iskiadika

33
g. Selaput ketuban pecah dapat merupakan tanda awal terjadinya
persalinan preterm
h. Terjadi pada usia kehamilan 22 -37 minggu5

Dari kasus Ny. N didapatkan 4 dari 8 kriteria diatas yaitu kontraksi


yang berulang, perdarahan, pembukaan serviks 2 cm dan portio
teraba lunak, dan terjadi pada usia kehamilan 23 minggu, sehingga
dapat ditegakkan diagnosa persalinan preterm saat ibu datang ke
PONEK.

5. Pengelolaan
Menjadi pemikiran pertama pada pengelolaan persalinan preterm
adalah apakah ini memang persalinan preterm. Selanjutnya
mencari penyebabnya dan menilai kesejahteraan janin yang dapat
dilakukan secara klinis, laboratories ataupun ultrasongrafi meliputi
pertumbuhan/berat janin, jumlah dan keadaan caira amnion,
presentasi dan keadaan janin/kelainan congenital. Bila proses
persalinan kurang bulan masih tetap berlangusung atau
mengancam, meski telah dilakukan segala upaya pencegahan,
maka perlu dipertimbangkan:
 Seberapa besar kemampuan klinik (dokter spesialis kebidanan,
doter spesialis kesehatan anak, peralatan) untuk menjaga
kehidupan bayi preterm atau berapa persen yang akan hidup
menurut berat dan usia gestasi tertentu.
 Bagaimana persalinan sebaiknya berakhir, pervaginam atau
bedah sesar
 Komplikasi apa yang akan timbul, misalnya perdarahan otak
atau sindroma gawat napas.
 Bagaimana pendapat pasien dan keluarga mengenai
konsekuensi perawatan bayi preterm dan kemungkinan hidup
atau cacat.
 Seberapa besar dana yang diperlukan untuk merawat bayi
preterm, dengan rencana perawatan intensif neonatus.5

Manajemen persalinan preterm bergantung pada beberapa faktor.

34
 Keadaan selaput ketuban. Pada umumnya persalinan tidak
dihambat bilamana selaput ketuban sudah pecah.
 Pembukaan serviks. Persalinan akan sulit dicegah bila
pembukaan mencapai 4 cm.
 Umur kehamilan. Makin muda usia kehamilan, upaya mencegah
persalinan maka perlu dilakukan. Persalinan dapat
dipertimbangkan berlangsung bila TBJ > 2.000 atau kehamilan
> 34 minggu.
 Penyebab/komplikasi persalinan preterm tersebut sendiri
 Kemampuan neonatal intensive care facilities.5

Dalam berbagai sumber terdapat manajemen yang umum dilakukan


pada kasus persalinan preterm ialah :

a. Pemberian Tokolisis
Preparat farmakologi dapat menghentikan kontraksi daam fase
prapersalinan atau dalam bagian-awal kala satu persalinan.
Namun demikian, setelah fase aktif persalinan dimulai, serviks
sudah mulai melebar atau ketuban sudah pecah, maka
persalinan sudah tidak mungkin dapat dihalangi lagi.6

Beberapa langkah yang dapat dilakukan pada persalinan


preterm, terutama mencegah morbiditas dan mortalitas
neonatus preterm adalah menghambat proses persalinan
preterm dengan pemberian tokolisis. Tujuan utama terapi
terletak pada penghambatan (inhibisi) persalinan yaitu
memperpanjang lama kehamilan hingga 37 minggu untuk
mendapatkan maturitas janin, setiap penundaan kelahiran akan
sangat menguntungkan bagi janin, disamping itu masa selang
72 jam akan memungkinkan penggunaan corticosteroid untuk
memacu perkembangan maturitas paru-paru janin.6

Meski beberapa macam obat telah dipakai untuk menghambat


persalinan, tidak ada yang benar-benar efektif (ACOG, 1995).
Selain itu timbulnya kemungkinan penyulit pada ibu akibat
tokolitik juga tidak dapat dikesampingkan, sebagai contoh
tokolisis merupakan penyebab sindrom gawat napas akut dan

35
kematian pada wanita hamil nomor tiga paling sering dalam
periode 14 tahun di Jackson, Mississipi (Perry dkk., 1996).
ACOG (1998) merekomendasikan bahwa sebaiknya pemberian
tokolisis hanya jika dijumpau kontraki uterus yang regular
dengan perubahan serviks. 3

Dalam buku acuan pelayanan kesehatan maternal dan neonatal


penggunaan tokolitik ini dilakukan apabila :

 Umur kehamilan kurang dari 35 minggu


 Pembukaan serviks kurang dari 3 cm
 Tidak ada amnionitis, preeklampsia, atau perdarahan aktif
 Tidak ada gawat janin.1

Beberapa macam obat yang dapat digunakan sebagai tokolisis


adalah :

Efek samping dan hal


Obat Dosis awal Dosis selanjutnya
yang harus diperhatikan
salbutamo 10 mg Bila kontraksi masih Takhikardi ibu : kurangi
l dalam ada, tingkatkan tetesan tetesan apabila nadi
NaCl atau infuse 10 tetes per 120/menit, hati0hati
RL. menit setiap 30 menit pemakaian pada ibu
Dimulai sampai kontraksi stop anemia.
dengan 10 atau nadi ibu melebihi Edema paru ibu: dapat
tetes/menit 120/menit. Bila terjadi bila memakai
kontraksi berhenti, jaga steroid bersamaan
tetesan paling tidak 12 dengan salbutamol.
jam setelah kontraksi Batasi air, jaga
uterus terakhir. keseimbangan cairan
Maintenance ventolin dan hentikan obat.
per oral 3 x 4 mg/hari,
paling sedikit 7 hari
MgSO4 Berikan Ikuti dosis selanjutnya Hati-hati untuk
dosis awal 2 g/jam hipermagnesia untuk
6 gr janin dan ibu. Lakukan
control dengan

36
pemeriksaan reflex dan
respiratory rate dan
produksi urin
Nipedifin 20 mg oral 3 x 20 mg Lemas, hipotensi
Nitrat 10 mg 20 mg oral Pusing/sakit kepala,
sublingual mual
Tabel Pemakaian obat tokolitik untuk menghentikan kontraksi1

Namun sayangnya dari penatalaksanaan kasus Ny.N, tidak ada


sama sekali usaha untuk mempertahankan kehamilan secara
konservatif dangan pemberian tokolitik dan bedrest, padahal
dari buku acuan maternal neonatal, kondisi awal Ny.N masih
memungkinkan untuk diberi tokolitik.

Namun di RS Sekarwangi indikasi pemberian tokolitik juga perlu


melihat skor Bishop nya. Pada kasus Ny.N skor yang
didapatkan ialah 6 (pembukaan serviks 2 cm, pendataran 40%,
ststion -2 sonsistensi serviks lunak, posisi serviks di tengah),
khususnya karena konsistensi serviks sudah lunak sehingga
tidak memungkinkan lagi untuk dilakukan tindakan konservatif.
Konfirmasi dengan Bidan Hesti D (CI PONEK Rs Sekarwangi)
tanggal 08 November 2014 pukul 01.00wib.

b. Pematangan surfaktan paru janin dengan kortikosteroid


Pemberian terapi kortikosteroid dimaksudakan untuk
pematangan surfaktan paru janin, menurunkan insidensi RDS,
mencegah perdarahan intraventrikular, yang akhirnya
menurunkan kematian neonatus. Kortikosteroid perlu diberikan
bilamana usia kehamilan kurang dari 35 minggu.5

Obat yang diberikan adalah deksametason atau betametason.


Pemberian steroid ini tidak diulang karena risiko terjadinya
pertumbuhan janin terhambat. 5

Pemberian siklus tunggal kortikosteroid adalah :

 Betametason : 2 x 12 mg i.m. dengan jarak pemberian 24


jam

37
 Deksametason : 4 x 6 mg i.m. dengan jarakpemberian 12
jam.5
Dalam kasus Ny.N, tidak ada advis dokter untuk pemberian
kortikosteroid. Karena pada kasus Ny.N, dokter tidak
menginstruksikan untuk melakukan perawatan konservatif.
c. Bila perlu dilakukan pencegahan terhadap infeksi.
Antibiotika hanya diberikan bilamana kehamilan mengandung
risiko terjadinya infeksi seperti pada kasus KPD. Obat diberikan
per oral, yang dianjurkan adalah : eritromisin 3 x 500 mg selama
3 hari. Obat pilihan lain adalah ampisilin 3 x 500 mg selama 3
hari, atau dapat menggunakan antibiotika lain seperti
klindamisin. Tidak dianjurkan pemberian ko-amosiklaf karena
risiko NEC.

Penderita denga KPD dilakukan pengakhiran persalinan pad


ausia kehamilan 36 minggu. Untuk usia 32 -35 minggu jika ada
bukti hasil pemeriksaan maturitas paru, maka kemampuan
rumah sakit (tenaga dan fasilitas perinatologi) sangat
menentukan kapan sebaiknya kehamilan diakhiri.

Akan tetapi bila ditemukan adanya bukti infeksi (klinik ataupun


laboratorik), maka pengakhiran persalinan dipercepat/diinduksi,
tanpa melihat usia kehamilan.5

Persiapan persalinan preterm perlu dipertimbangan berdasar:

 Usia gestasi
 Usia gestasi 34 minggu atau lebih : dapat melahirkan di
tingkat dasar/primer, mengingat prognosis relative baik
 Usia gestasi kurang dari 34 minggu : harus dirujuk ke
rumah sakit dengan fasilitas perawatan neonatus yang
memadai.
 Keadaan selaput ketuban
Bila didapat KPD dengan usia kehamilan kurang dari 28
minggu, maka ibu dan keluarga dipersilakan untuk memilih
cara pengelolahan setelah diberi konseling dengan baik.

38
d. Persalinan
Bila tokolisis tidak berhasil, lakukan persalinan dengan upaya
optimal. Tujuannya ialah untuk menghindarkan trauma bagi
anak yang masih lemah.
Jangan menyetop kontraksi uterus apabila:
 Umur kehamilan lebih dari dari 35 minggu
 Serviks membuka lebih dari 3 cm
 Perdarahan aktif
 Janin mati dan adanya kelainan congenital yang
kemungkinan hidup kecil
 Adanya korioamnionitis
 Preeclampsia
 Gawat janin1

Prinsip persalinan preterm ialah :


a. Partus tidak boleh berlangsung terlalu lama, tetapi
sebaliknya jangan pula terlalu cepat
b. Jangan memecahkan ketuban sebelum pembukaan lengkap
c. Buatlah episotomi medialis
d. Apabila persalinan perlu diselesaikan, pilih forceps daripada
ekstraksi vakum
e. Tali pusat secepat mungkin digunting untuk menghindarkan
ikterus neonatorum yang berat.3

Pada kehamilan preterm, kemungkinan terjadinya presentasi


janin selain vertex sangat besar. Pada bayi preterm ukuran
kepala pada umumnya lebih besar dari ukuran bokong.
Sehingga jika bayi preterm, memungkinkan bagi tubuh bayi
untuk berada di pintu bawah panggul lebih besar.

Pada umur kehamilan hingga 24 minggu, kejadian kelainan


letak janin meningkat, khususnya letak lintang dibandingkan
letak sungsang ataupun dengan presentasi puncak kepala.
Pada umur kehamilan 25 hingga 35 minggu, kemungkinan
persalinan dengan presentasi puncak kepala lebih besar
dibandingkan presentasi bokong. Pada kehamilan preterm,
ukuran janin yang masih kecil dan banyaknya cairan amnion

39
menyebabkan posisi janin masih dapat berubah-ubah, namun
saat usia kehamilan menginjak 36 minggu, presentasi akan
menjadi lebih stabil, baik itu presentasi kepala maupun bokong.

Sehingga pada kasus Ny.N, dengan hamil preterm 23 minggu,


posisi janin dengan presentasi bokong sudah dapat
diprediksikan.

Bila janin presentasi kepala, maka diperbolehkan partus


pervaginam. Seksio sesarea tidak memberi prognosis yang
lebih baik bagi bayi, bahkan merugikan ibu. Setelah lebih dari 34
minggu, persalinan dibiarkan terjadi karena morbiditas dianggap
sama dengan kehamilan aterm.5

Pada kehamilan letak sungsang 30-34 minggu, seksio sesarea


dapat dipertimbangkan. Setelah kehamilan lebih dari 34 minggu,
persalinan dibiarkan terjadi karena morbiditas dianggap sama
dengan kehamilan aterm.5

Pada kasus Ny.N, persalinan spontan yang dilakukan karena


melihat prognosis bayi ketika lahir tidak cukup baik sehingga
tidak cukup sebanding hasilnya untuk dilakukan persalinan
secara seksio sesarea.

Pada persalinan spontan Ny.N, persalinan berlangsung cukup


cepat dengan diawali pecahnya ketuban. Tidak dilakukan
episotomi karena bayi kecil dan cukup mudah untuk lahir.

Hand maneuver yang dilakukan sesuai dengan prosedur tetap


menolong persalinan dengan presentasi bokong.

6. Perawatan bayi baru lahir


Melihat kasus partus prematurus Ny.N dengan usia gestasi 23
minggu, menimbulkan kebimbangan baik dari pihak petugas
kesehatan maupun dipihak orangtua. Kondisi tersebut menimbulkan
tanda tanya apakah bayi akan terus bertahan hidup lama dan hidup
normal seperti bayi aterm lainnya apabila dilakukan perawatan
intensif.

40
Rutter (1995) menyimpulkan dalam tinjauannya tentang hasil akhir
ada bayi yang sangat preterm bahwa resusitasi lengkap dan
perawatan intensif harus selalu diberikan pada bayi yang lahir
dengan usia gestasi 26 minggu, boleh diberikan pada bayi yang
lahir di minggu ke-25, dan bisa diberikan pada bayi yang lahir
dengan usia gestasi 24 minggu, tetapi tidak perlu pada bayi yang
lahir di minggu ke 23 atau kurang. Hal itu melihat bahwa tidak ada
bayi yang dilahirkan pada minggu ke 22 mampu bertahan hidup dan
semua yang dilahirkan pada usia gestasi 23 sampai 24 minggu
yang bertahan hidup hingga 6 bulan dengan bantuan perawatan
intensif secara agresif memiliki kelainan otak yang signifikasn (allen
dkk, 1993)2. Sehingga mereka menyimpulkan bahwa apakah bayi
yang dilahirkan pada usia gestasi 23 atau 24 minggu dan sehat
dapat membenarkan angka kematian dan morbiditas yang
mayoritas amat besar merupakan pertanyaan yang harus dibahas
oleh orang tua, pemberi layanan perawatan kesehatan dan
masyarakat.2

Dari kasus Ny.N dapat dilihat bahwa petugas sudah melaksanakan


tindakan terhadap bayi Ny.N sesuai dengan kondisi dan teori yang
ada.

7. Postpartum
Pada kehamilan preterm, khususnya yang baru menginjak trimester
ke II, organ-organ yang mensupport kehidupan janin dalam uterus
seperti plasenta, tali pusat, dan cairan amnion mulai dibentuk
secara optimal. Sehingga apabila terjadi persalinan preterm, maka
ada kasus Ny.N kemungkinan putusnya talipusat saat sedang
dilakukan peregangan tali pusat terkendali dapat terjadi, mengingat
usia kehamilan Ny.N yang baru 23 minggu sehingga ukuran dan
bentuk tali pusat yang kecil dan masih rapuh.

Kemudian ditambah dengan nutrisi yang kurang adekuat ketika


hamil, membuat pertumbuhan plasenta tidak cukup optimal,
sehingga plasenta terbentuk tidak kuat dan rapuh, ini meningkatkan
juga terjadinya sisa plasenta dalam cavum uterus saat plasenta
telah lahir. Oleh karena itu pada persalinan pretem perlu

41
dipertimbangkan dalam melahirkan plasnta dilakukan manual
plasenta.

Karena kemungkinan terjadinya sisa plasenta cukup besar, maka


diperlukan tindakan USG untuk memastikan adanya sisa plasenta
dalam cavum uteri.

Apabila hasil USG didapatkan gambaran sisa pasenta, maka


diperlukan tindakan kuretase karena cerviks yang telah menutup.
Apabila servikas didapatkan telah menutup, maka diperlukan
tindakan pemasangan laminaria agar terdapat dilatasi serviks,
sehingga tindakan kuretase memungkinkan untuk dilakukan.

Sehingga apabila melihat dari kasus Ny N, tindakan untuk


mengeluarkan sisa plasenta sudah sesuai dengan teori, prosedur
tetap dan evidence based terbaru.

Dari kasus Ny.N fokus asuhan yang diberikan ialah mencegah


terjadinya subinvolusi, konseling perawatan payudara pada ibu
nifas dengan bayi yang meninggal, konseling KB dan perencanaan
kehamilan.

Asuhan untuk mencegah subinvolusi sudah dilakukan sesuai


prosedur tetap, konseling KB sudah dilakukan dengan bantuan
ABPK dan konseling mengenai perencanaan kehamilan selanjutnya
telah diberikan.

BAB IV
Penutup

1. Kesimpulan
Dari studi kasus yang dilakukan diketahui bahwa faktor predisposisi
terjadinya persalinan premature ialah riwayat penyakit asma yang
ibu miliki, asupan nutrisi yang tidak adekuat selama hamil, stress
dan beban kerja yang berat selama ibu hamil, kurangnya edukasi
mengenai perawatan selama kehamilan dan jarang dilakukannya

42
antenatal care yang komprehensif juga focus dengan masalah
yang ibu alami, khususnya bagi ibu hamil dengan risiko tinggi.

Dalam kasus juga dapat diketahui berbagai komplikasi yang timbul


dari terjadinya partus prematurus, meliputi persalinan dengan letak
sungsang, sisa plasenta, asfiksia neonatorum

Pada kasus Ny.N ditemukan ketidaksesuaian antara teori dengan


pelaksanaan kasus di lapangan yaitu tidak adanya usaha untuk
melakukan perawatan konservatif dengan pemberian tokolitik untuk
mengurangi mulas, padahal apabila melihat kondisi ibu dan janin
tindakan konservatif masih mungkin untuk dilakukan. Namun
apablia melihat proses pelaksanaan asuhan baik dari asuhan
persalinan, nifas dan BBL di BLUD RS Sekarwangi telah dilakukan
secara komprehensif dan sudah mendapatkan pengelolaan atau
penanganan secara efektif sesuai dengan teori dari berbagai
sumber dan prosedur tetap yang berlaku di rumah sakit.

Sehingga dari permasalahan dan pembahasan dalam kasus


tersebut, mahasiswa mampu mengidentifikasi dan memberikan
asuhan komprehensif sesuai peran dan fungsi bidan dalam
manajemen varney dan sesuai prosedur tetap yang berlaku.

2. Saran
a. Diharapkan lahan praktik dalam hal ini pihak Rumah Sakit dapat
memotivasi dan memfasilitasi petugas kesehatan khususnya
bidan dalam memberi pelayanan kesehatan yang sesuai
standar operasional prosedur yang berlaku khusunya Antenatal
care dengan pendekatan filosofi kebidanan yaitu bahwa setiap
wanita unik. Juga diharapkan dapat mendorong agar lebih aktif
dilaksakannya promosi kesehatan yang berkualitas mengenai
perawatan selama kehamilan, sehingga diharapkan kejadian
kesakitan ibu maupun bayi dapat dicegah.
b. Diharapkan lahan praktik dapat menetapkan prosedur dalam
perawatan kasus persalinan preterm sesuai dengan evidence
based terbaru, khususnya dalam penentuan syarat dapat

43
dilakukannya perawatan secara konservatif pada kasus
persalinan pretem.
c. Diharapkan bidan sebagi petugas kesehatan dapat terus
melaksanakan asuhan kebidanan pada kasus tersebut sesuai
dengan standar operasional praktik yang telah disepakati,
sesuai dengan wewenang dan keterampilannya dan juga
dengan pendekatan asuhan sayang ibu.
d. Mahasiswa diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan
mampu melakukan asuhan kebidanan pada kasus tersebut
dengan bimbingan, dapat aktif berpartisipasi dalam penanganan
kasus kegawatdaruratan dan komplikasi, serta mampu
menerapkan teori yang didapat selama perkuliahan dengan
kasus nyata yang terdapat dilahan praktik.

44
Daftar Pustaka

1
Abdul Bari Saifuddin. 2009. Buku acuan nasional pelayanan kesehatan
maternal dan neonatal. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo

2
Cunningham, Mac Donald, Gant. 2005. William Obstetri, Edisi 22. Jakarta:
EGC.

3
FK UNPAD, 2005. Obstetri Patologi Ilmu Kesehatan Reproduksi. Jakarta :
EGC

4
Fraser, Diana M, M.A. Cooper. 2003. Myles Textbook for Midwives. Ed.
14. Edinburg: Churchil Livingstone.

5
Hanifa, Prawirohardjo. 2012. Ilmu Kebidanan. Jakarta: YBPSP

6
Oxorn, Harry dan Forte, William R.. 2010. Ilmu Kebidanan:Patologi &
Fisiologi Persalinan. Yogyakarta : Penerbit ANDI Yogyakarta dan
YEM Yogyakarta

6
WHO. 2014. Preterm Birth. [online] Tersedia di
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs363/en/ [Diakses
tanggal 14 Desember 2014]

7
Blencowe H, Cousens S, Oestergaard M, Chou D, Moller AB, Narwal R,
Adler A, Garcia CV, Rohde S, Say L, Lawn JE. National, regional
and worldwide estimates of preterm birth. The Lancet, June 2012.
9;379(9832):2162-72. Estimates from 2010.

8
Dole, N., et al. 2003. Oxford Journal Epidemiologic Reviews : Maternal
Stress and Preterm Birth. 157 (1): 14-24. Tersedia di
http://aje.oxfordjournals.org/content/157/1/14.full#sec-1 [diakses
tanggal 14 Desember 2014]

9
Wikipedia. 2013. Breech Birth. [online] tersedia di
http://en.wikipedia.org/wiki/Breech_birth. [Diakses tanggal 15
Desember 2014]

45

Anda mungkin juga menyukai