Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kontrol diri, pengendalian diri atau penguasaan diri (self regulation)
merupakan sikap, tindakan atau perilaku seseorang secara sadar baik direncanakan
atau tidak untuk mematuhi nilai dan norma sosial yang berlaku di masyarakat.
Pengendalian diri merupakan satu aspek penting dalam kecerdasan emosi (emotional
quotient). Aspek ini penting sekali dalam kehidupan manusia sebab musuh terbesar
manusia bukan berada di luar dirinya, akan tetapi justru berada di dalam dirinya
sendiri. 
Dengan demikian, kemana pun seseorang pergi, maka orang tersebut selalu
diikuti oleh “musuh” yang ada dalam dirinya.  Pengendalian diri atau penguasaan diri
merupakan aspek yang perlu dilatih sejak dini. Tidak ada aspek kemampuan untuk
menguasai diri yang turun dari langit, melainkan diperoleh dari proses yang panjang
dalam pengalaman hidup selama berhubungan dengan orang-orang di sekitar. Bahkan
dalam sebuah kata bijak tertulis, “Siapa yang menguasai diri ibarat mengalahkan
sebuah kota”.
Diri yang kita bawa-bawa sekarang ini dapat menguasai kita atau kita yang
menguasainya, dapat menjadi sahabat atau malah menjadi lawan. Tergantung pilihan
kita menjalani hidup ini.  Hal yang harus dikendalikan dalam diri kita antara lain
perilaku berprasangka buruk kepada orang lain. Sering kali kita saksikan perkelahian
antar pelajar, bentrok antar warga. Hal ini terjadi karena masing-masing kelompok
saling mencurigai, saling berprasangka buruk terhadap yang lainnya. Adanya
kecurigaan atau prasangka buruk disebabkan oleh tidak mampunya seseorang
mengendalikan diri.
Orang yang mampu mengendalikan diri akan mampu menyelesaikan masalah
tanpa harus dengan kekerasan atau main hakim sendiri. Ia akan mengubah prasangka
buruk menjadi prasangka baik.  Tentu saja, perilaku prasangka baik akan menjadikan
kehidupan kita menjadi tentram, akan terjalin persaudaraan (ukhuwah), saling
pengertian. Sebaliknya dengan selalu berprasangka buruk kita akan berhadapan
dengan permusuhan antar sesama dan tidak adanya ketentraman dalam menjalani
kehidupan.

B. TUJUAN
Adapun tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui tentang meniti hidup
dengan kemulyaan
BAB II
PEMBAHASAN

A. Memahami Makna Pengendalian Diri, Prasangka Baik, Husnużan dan


Persaudaraan (Ukhuwah)
1. Pengendalian Diri (Mujāhadah an-Nafs)
a. Pengertian pengendalian diri
Pengendalian diri atau kontrol diri (Mujāhadah an-Nafs) adalah menahan diri dari
segala perilaku yang dapat merugikan diri sendiri dan juga orang lain, sepert sifat
serakah atau tamak.
b. Contoh Pengendalian Diri
Contoh pengendalian diri dalam kehidupan  misalnya adalah:
 Menjauhi sifat dengki atau iri hati kepada orang lain dengan tidak membalas
kedengkian mereka kepada kita.
 Memaafkan kesalahan teman dan orang lain yang berbuat “aniaya” kepada kita.
 Ikhlas terhadap segala bentuk cobaan dan musibah yang menimpa, dengan terus
berupaya memperbaiki diri dan lingkungan.
 Tidak membelanjakan uang untuk hal-hal yang tidak bermanfaat.
 Menahan nafsu dari melakukan perkara yang diharamkan.
2. Prasangka Baik (Husnużżan)
a. Pengertian prasangka baik
Prasangka baik atau ĥusnużżan berasal dari kata Arab, yaitu ĥusnu yang artiya baik,
dan żan yang artiya prasangka. Jadi, prasangka baik atau positive thinking dalam
terminologi Islam dikenal dengan istiah ĥusnużżan. Istiah ĥusnużżan adalah sikap
orang yang selalu berpikir positif terhadap apa yang telah diperbuat oleh orang lain. 
Lawan dari sifat ini adalah buruk sangka (su’użżan), yaitu menyangka orang lain
melakukan hal-hal buruk tanpa adanya bukti yang benar.
b. Macam-macam Prasangka Baik 
Dalam ilmu akhlak, ĥusnużżan dikelompokkan ke dalam tiga bagian, yaitu:
 Husnużżan kepada Allah Swt.
 Husnużżan kepada diri sendiri.
 Husnużżan kepada orang lain.
c. Contoh Berprasangka Baik 
Contoh dalam berprasangka baik dalam kehidupan misalnya adalah:
 Tidak menuduh teman melakukan kesalahan tanpa adanya bukti yang jelas.
 Tidak menyebarkan sebuah berita tanpa ditelusuri terlebih dahulu
kebenarannya.
 Selalu meyakini bahwasanya apapun yang Allah berikan adalah hal yang
terbaik untuk kehidupan kita.
 Menerima dan menghargai pendapat orang lain.
 Menerima apapun kemampuan yang sudah Allah berikan terhadap diri kita.
3. Persaudaraan (Ukhuwwah)
a. Pengertian persaudaran
Persaudaraan (ukhuwwah) dalam Islam dimaksudkan bukan sebatas hubungan
kekerabatan karena faktor keturunan, tetapi yang dimaksud dengan persaudaraan
dalam Islam adalah persaudaraan yang diikat oleh tali aqidah (sesama muslim) dan
persaudaraan karena fungsi kemanusiaan (sesama manusia makhluk Allah Swt.).

b. Contoh Persaudaraan (Ukhuwwah)


Contoh persaudaraan dalam kehidupan keseharian adalah:
 Menjenguk/mendoakan/membantu teman/orang lain yang sedang sakit atau
terkena musibah.
 Mendamaikan teman atau saudara yang berselisih agar mereka sadar dan
kembali bersatu.
 Bergaul dengan orang lain dengan tiak memandang suku, bahasa, budaya, dan
agama yang dianutnya.
 Menghindari segala bentuk permusuhan, tawuran, ataupun kegiatan yang dapat

merugikan orang lain.


 Menghargai perbedaan suku, bangsa, agama, dan budaya teman/orang lain.

B. Ayat-Ayat al-Qur’ān tentang Pengendalian Diri, Prasangka Baik, dan


Persaudaraan (ukhuwah)
1. Q.S. al-Ḥujurāt/49:12
a. Artinya
“Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya
sebagian prasangka itu dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain
dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada
di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati Tentu kamu
merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Penerima
tobat, Maha Penyayang.”
b. Isi Kandungan
Isi kandungan dalam ayat ini antara lain:
 Allah Swt. mewajibkan kita untuk berprasangka baik terhadap sesama
manusia.
 Allah Swt. melarang kita untuk berprasangka buruk dan mencari kesalahan
orang lain.
 Allah Swt. mengharamkan perilaku ghibah, karena ghibah merupakan
perbuatan yang tercela.
2. Q.S. al-Hujurāt/49:10
a. Artinya
“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara
kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu
mendapat rahmat.”
b. Isi Kandungan
Isi kandungan dalam ayat ini antara lain:
 Allah Swt. memerintahkan agar kita mengontrol diri seraya menjaga dan
menciptakan perdamaian.
 Allah Swt. memerintahkan agar kita saling memberikan nasihat kebaikan, 
 Allah Swt. memerintahkan agar kita mendamaikan perselisihan saudara
dengan saudara yang lain.

C. Hadits-hadits tentang Pengendalian Diri, Prasangka Baik, dan Persaudaraan


(ukhuwah)
1. Hadits Tentang Pengendalian Diri
Diriwayatkan dari Abi Hurairah ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Orang yang
perkasa bukanlah orang yang menang dalam perkelahian, tetapi orang yang perkasa
adalah orang yang mengendalikan dirinya ketika marah.” (H.R. Bukhari dan Muslim)
2. Hadis Tentang Prasangka Baik
Rasulullah saw. bersabda: “Jauhkanlah dirimu dari prasangka buruk, karena
sesungguhnya prasangka itu adalah perkataan yang paling dusta.” (H.R. Bukhari)
3. Hadis tentang Persaudaraan
Diriwayatkan dari Nu’man bin Basyir ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda:
“Perumpamaan orang-orang mukmin dalam saling mencintai, saling mengasihi, dan
saling menyayangi, seperti satu tubuh. Apabila satu organ tubuh merasa sakit, akan
menjalar kepada semua organ tubuh, yaitu tidak dapat tidur dan merasa demam.”
(H.R. Muslim)
D. Perilaku Mulia Tentang Pengendalian Diri

Beberapa perilaku mulia Pengendalian Diri (Mujāhadah an-Nafs) antara lain sebagai
berikut :

1. Bersabar dengan tidak membalas terhadap ejekan atau cemoohan teman yang
tidak suka terhadap kamu.
2. Memaafkan kesalahan teman dan orang lain yang berbuat “aniaya” kepada kita.
3. Ikhlas terhadap segala bentuk cobaan dan musibah yang menimpa, dengan terus
berupaya memperbaiki diri dan lingkungan.
4. Menjauhi sifat dengki atau iri hati kepada orang lain dengan tidak membalas
kedengkian mereka kepada kita.
5. Mensyukuri segala nikmat yang telah diberikan Allah Swt. kepada kita, dan tidak
merusak nikmat tersebut; seperti menjaga lingkungan agar selalu bersih, menjaga
tubuh dengan merawatnya, berolahraga, mengonsumsi makanan dan minuman
yang halal, dan sebagainya.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Manusia adalah mahluk yang tidak akan pernah luput dari salah dan dosa. tetapi
manusia bisa menghindari dosa dengan selalu mendekat kepada Allah SWT.
dengan mendekat pada Allah seseorang cenderung akan meniti dijalan kebaikan
atau kemuliaan agar mendapat kebahagiaan hidup didunia dan syurga di akhirat
seperti menjauhi segala larangannya dan menjalankan semua perintahnya
DAFTAR PUSTAKA

https://www.mikirbae.com/2019/02/meniti-hidup-dengan-kemuliaan.html
https://brainly.co.id/tugas/6771734

Anda mungkin juga menyukai