Anda di halaman 1dari 20

TATA CARA

PELAKSANAAN
PENCEGAHAN DAN
PENYANDERAAN

Disusun Oleh :

Denkhur Ayya Gunadama / 205030400111048


Ignatius Rajendra Wijaya / 205030400111055
Mochammad Ridho Abdillah / 205030401111042
Sub Topik
Dasar hukum dan pengertian pencegahan dan
penyanderaan
keputusan, pelaksanaan dan jangka waktu
pencegahan
Tata cara permintaan
Kriteria penanggung pajak yang disandera
Tempat, jangka waktu, perpanjangan, dan
penghentian penyanderaan
Prosedur pelaksanaan dan tata tertib
penyanderaan
Hak dan kewajiban penanggung pajak yang
disandera
Rehabilitasi dan pemberian ganti rugi
Contoh kasus pencegahan dan penyanderaan
DASAR HUKUM DAN DASAR PELAKSANAAN
PENCEGAHAN DAN PENYANDERAAN

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 189/PMK.03/2020


TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PENAGIHAN PAJAK ATAS JUMLAH PAJAK YANG
MASIH HARUS DIBAYAR

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO 19 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN


ATAS UNDANG-UNDANG NO 19 TAHUN 1997 TENTANG PENAGIHAN PAJAK DENGAN
SURAT PAKSA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NO 137 TAHUN 2000 TENTANG


TEMPAT DAN TATA CARA PENTANDERAAN, REHABILITASI NAMA BAIK PENANGGUNG
PAJAK, DAN PEMBERIAN GANTI RUGI DALAM RANGKA PENAGIHAN PAJAK DENGAN
SURAT PAKSA
PENCEGAHAN
Pencegahan adalah larangan yang bersifat
sementara terhadap Penanggung Pajak tertentu
untuk keluar dari wilayah Negara Republik
Indonesia berdasarkan alasan tertentu untuk keluar
dari wilayah Negara Republik Indonesia

Pengertian berdasarkan alasan tertentu sesuai dengan


ketentuan peraturan perundang-undangan
Pencegahan dan
Penyanderaan PENYANDERAAN
Pengekangan sementara waktu kebebasan
Penanggung Pajak dengan menempatkannya di
tempat tertentu.
Keputusan Pencegahan
Pasal 29 UU PPSP menjelaskan jika pencegahan hanya yang dapat dilakukan terhadap
penanggung pajak yang mempunyai jumlah utang pajak sekurang-kurangnya sebesar Rp100
juta dan diragukan itikad baiknya dalam melunasi utang pajak.

Merujuk Pasal 30 ayat (1) UU PPSP pencegahn hanya dapat dilakukan berdasarkan keputusan
pencegahan yang diterbitkan oleh Menteri keuangan atas permintaan pejabat atau atasan
pejabat yang bersangkutan.

Berdasarkan Surat Edaran Dirjen Pajak No. SE-09/PJ/2020, usulan pencegahan tersebut harus di
dahului dengan pelaksanaan gelar perkara. Gelar perkara itu dilakukan untuk memberikan
keyakinan bahwa suatu utang pajak valid.
Pelaksanaan dan Jangka Waktu
Pencegahan
Pelaksanaan pencegahan diberikan tertentu yaitu syarat kuantitatif dan kualitatif. Syarat
kuantitatif yaitu memnuhi utang pajak dalam jumlah tertentu. Sementara itu, syarat kualitatif
yaitu diragukan itikad baiknya dalam melunasi utang pajak.

Terdapat 2 kriteria penanggung pajak yang diragukan itikad baiknya sesuai dengan Pasal 49 ayat
(2) PMK 189.2020.
Pertama, tidak melunasi utang pajak sekaligus angsuran maupun telah diberitahukan surat
paksa
Kedua, menyembunyikan atau memindahtangankan barang yang dimiliki atau yang dikuasai,
termasuk akan membubarkan badan, setelah timbulnya utang pajak.

Adapun jangka waktu pencegahan paling lama 6 bulan, dan dapat diperpanjang paling lama 6
bulan pula.
Tata cara permintaan
pencegahan

Proses dimulai dengan pengajuan permintaan pencegahan oleh pejabat kepada Menteri, di mana
Menteri dapat menetapkan keputusan terkait pencegahan tersebut yang juga dapat ditetapkan oleh
Direktur Jenderal Pajak atas nama Menteri. Keputusan Menteri tersebut harus memuat identitas
Penanggung Pajak yang dikenakan pencegahan, alasan untuk melakukan pencegahan, dan jangka
waktu pencegahan yang diberikan paling lama 6 bulan. Permintaan pencegahan dapat dilakukan
secara elektronik atau tertulis, tergantung pada ketersediaan sistem informasi dan kondisi jaringan
yang ada.
Tata cara permintaan
perpanjangan
pejabat dapat mengajukan permintaan perpanjangan masa Pencegahan kepada Menteri jika jangka
waktu Pencegahan akan berakhir dan Penanggung Pajak belum melunasi Utang Pajak dan Biaya
Penagihan Pajak yang menjadi dasar dilakukan Pencegahan serta diragukan iktikad baiknya.
Keputusan mengenai perpanjangan masa Pencegahan akan ditetapkan oleh Menteri atau Direktur
Jenderal Pajak atas nama Menteri, dan paling sedikit memuat identitas Penanggung Pajak yang
dikenakan perpanjangan masa Pencegahan, alasan untuk melakukan perpanjangan masa
Pencegahan, dan jangka waktu perpanjangan masa Pencegahan yang diberikan paling lama 6
bulan.

Keputusan Menteri mengenai perpanjangan masa Pencegahan yang telah ditetapkan harus
disampaikan kepada menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang hukum dan
hak asasi manusia paling lambat 3 hari sebelum masa Pencegahan berakhir.
Tata cara permintaan
pencabutan pencegahan
Penanggung pajak dapat mengajukan permohonan pencabutan pencegahan dalam hal
Penanggung Pajak telah melunasi seluruh Utang Pajak dan Biaya Penagihan Pajak yang menjadi
dasar dilakukan pencegahan. Permohonan pencabutan pencegahan diajukan secara tertulis kepada
Pejabat dan disampaikan kepada Kantor Pelayanan Pajak tempat Penanggung Pajak terdaftar.

Pejabat wajib memberikan keputusan pencabutan pencegahan dalam waktu paling lama 3 (tiga)
hari kerja sejak diterimanya permohonan pencabutan pencegahan. Keputusan tersebut harus
disampaikan secara tertulis kepada Penanggung Pajak, dan salinannya disampaikan kepada Menteri
dan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang hukum dan hak asasi
manusia.
Kriteria penanggung pajak
yang disandera
Penyanderaan dapat dilakukan terhadap penanggung pajak dalam hal:
1. Mempunyai Utang Pajak paling sedikit Rpl00.000.000,00 (seratus juta rupiah);
2. Diragukan itikad baiknya dalam melunasi Utang Pajak dalam hal tidak melunasi
Utang Pajak baik sekaligus maupun angsuran walaupun telah diberitahukan Surat
Paksa; dan/atau menyembunyikan atau memindahtangankan Barang yang dimiliki
atau yang dikuasai, termasuk akan membubarkan Badan, setelah timbulnya Utang
Pajak.
Tempat dan jangka waktu
penyanderaan
Penanggung pajak yang disandera ditempatkan ditempat tertentu sebagai tempat
penyanderaan dengan syarat:
1. Tertutup dan terasing dari masyarakat
2. Mempunyai fasilitas terbatas
3. Mempunyai sistem pengamanan dan pengawasan yang memadai

Sebelum tempat penyanderaan dibentuk, penanggung pajak yang disandera


dititipkan di rumah tahanan negara dan terpisah dari tahanan lain.

Jangka waktu penyanderaan selama-lamanya 6 bulan terhitung sejak penanggung


pajak ditempatkan dalam tempat penyanderaan dan dapat diperpanjang paling
lama 6 bulan.
Perpanjangan penyanderaan

1. Pejabat dapat mengajukan permohonan izin perpanjangan Penyanderaan kepada Menteri


dalam hal Penyanderaan akan berakhir dan Penanggung Pajak belum melunasi Utang
Pajak dan Biaya Penagihan Pajak yang menjadi dasar dilakukan Penyanderaan.
2. Berdasarkan permohonan izin perpanjangan Penyanderaan, Menteri menerbitkan izin
perpanjangan Penyanderaan.
3. Izin perpanjangan Penyanderaan paling sedikit memuat: identitas Penanggung Pajak;
alasan perpanjangan Penyanderaan; dan lamanya perpanjangan Penyanderaan.
4. Perpanjangan Penyanderaan diberikan paling lama 6 (enam) bulan dan terhitung sejak
Penyanderaan sebelumnya berakhir.
5. Berdasarkan izin perpanjangan Penyanderaan dari Menteri, Pejabat menerbitkan kembali
surat perintah Penyanderaan
6. Mekanisme pengajuan permohonan izin Penyanderaan dan pelaksanaan Penyanderaan
berlaku secara mutatis mutandis terhadap perpanjangan Penyanderaan.
Prosedur pelaksanaan dan tata tertib
penyanderaan

Penanggung Pajak Berita acara


Penyampaian surat Saksi penyampaian
yang akan disandera penyampaian surat
perintah surat perintah
tidak dapat perintah
penyanderaan penyanderaan
ditemukan Penyanderaan

Berita acara
Penanggung Pajak yang pelaksanaan
Surat perintah
disandera menolak Tugas jurusita Penyanderaan dan
Penyanderaan yang
penyampaian surat pajak berita acara
perintah Penyanderaan ditolak penempatan atau
penitipan sandera
HAK
Hak dan Melakukan ibadah di tempat penyanderaan sesuai dengan agama
dan kepercayaan masing-masing
Kewajiban Memperoleh pelayanan kesehatan yang layak sesuai dengan

Penanggung
ketentuan peraturan perundang-undangan

Mendapat makanan yang layak termasuk menerima kiriman


Pajak yang dari keluarga

Disandera Menyampaikan keluhan tentang perlakuan petugas

Memperoleh bahan bacaan dan informasi lainnya atas biaya


sendiri; dan/atau
Menerima kunjungan dari:
1. Keluarga, pengacara, dan sahabat paling banyak 3 (tiga) kali
dalam seminggu selama 30 (tiga puluh) menit untuk setiap
kali kunjungan, setelah mendapat izin dari Pejabat; dan/atau
2. Dokter pribadi dan/atau rohaniawan atas biaya sendiri, setelah
mendapat izin dari kepala tempat penyanderaan

KEWAJIBAN
Penanggung pajak yang disandera selama dalam tempat penyanderaan
wajib mematuhi tata tertib dan disiplin di tempat penyanderaan.
Penghentian Penyanderaan
Penanggung pajak yang dilakukan penyanderaan dapat dilepas dalam hal
memenuhi persyaratan dalam memenuhi persyaratan sebagai berikut:

Lamanya Berdasarkan
Utang pajak dan penyanderaan yang putusan pengadilan
Berdasarkan
biaya penagihan ditetapkan dalam yang telah
pertimbangan
pajak telah dibayar surat perintah mempunyai
tertentu dari Menteri
lunas penyanderaan telah kekuatan hukum
berakhir tetap
Rehabilitasi dan Pemberian
Ganti Rugi

Penanggung pajak yang disandera


dapat mengajukan gugatan terhadap
pelaksanaan penyanderaan hanya kepada
pengadilan negeri dan apabila dikabulkan dan
putusan pengadilan telah mempunyai kekuatan
hukum tetap, penanggung pajak dapat melakukan
rehabilitasi nama baik dan ganti rugi atas penyanderaan
yang telah dijalaninya. Namun gugatan terhadap pelaksanaan
penyanderaan tidak dapat diajukan setelah penyanderaan berakhir.
Rehabilitasi dan Pemberian Ganti Rugi
Permohonan rehabilitasi nama baik dan ganti rugi atas masa penyanderaan diajukan
secara tertulis dalam bahasa Indonesia kepada pejabat yang menerbitkan surat
perintah penyanderaan.

Permohonan rehabilitasi nama baik Dengan melampirkan:


dan ganti rugi atas masa
penyanderaan paling sedikit Putusan pengadilan
memuat: Surat perintah penyanderaan
Nama wajib pajak dan/atau Surat pemberitahuan pelepasan
penanggung pajak penanggung pajak yang
NPWP disandera
Nomor putusan pengadilan

Berdasarkan permohonan tersebut, pejabat yang menerbitkan surat perintah


penyanderaan melaksanakan rehabilitasi nama baik penanggung pajak dalam bentuk
1x pengumuman pada media cetak harian berkskala nasional dengan ukuran yang
memadai dan pemberian ganti rugi kepada penanggung pajak sebesar Rp 100.000,00
setiap hari selama masa penyanderaan dengan menerbitkan surat keputusan.
Studi Kasus
Pencegahan dan Penyanderaan

KPP Pratama Pematang Siantar pada tanggal 15 Desember 2020 melakukan penyanderaan
terhadap penanggung pajak berinisial “H” yang merupakan seorang pengusaha di bidang
perdagangan besar makanan dan minuman.. Penanggung pajak “H” diketahui memiliki
utang pajak sebesar Rp 4,5M yang tertuang dalam Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
(SKPKB) Nomor 00004/207/11/117/14 tanggal 16 Juli 2014 dan Surat Tagihan Pajak (STP) PPN
Nomor 00018/107/11/117/14 tanggal 16 Juli 2014. Tindakan penagihan secara pasif telah
dilakukan dengan mengeluarkan Surat Teguran dan karena setelah jatuh tempo tidak ada
iktikad baik untuk melunasi utang pajak maka dilakukan tindakan penagihan secara aktif
oleh Tim Jurusita Pajak KPP dengan menyampaikan Surat Paksa. Namum penanggung
pajak tetap belum melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak, maka jurusita pajak
melakukan penyitaan.
Studi Kasus
Pencegahan dan Penyanderaan
Setelah barang disita, dan penanggung pajak belum melunasi utang pajaknya maka
dilakukan pelelangan oleh jurusita pajak. Sebelumnya telah dilakukan pencegahan kepada
Penanggung Pajak “H” oleh KPP Pratama Pematang Siantar agar Penanggung Pajak tidak
bepergian ke luar negeri melalui Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1284/KMK.03/2015
tanggal 29 Desember 2015 tentang Penetapan Pencegahan Penanggung Pajak Bepergian
ke Luar Negeri atas nama Penanggung Pajak “H”. Hingga akhirnya harus dilakukan
penyanderaan kepada Penanggung Pajak “H” karena tidak memiliki iktikad baik dan
mempunyai utang pajak lebih dari 100 Juta. Penanggung Pajak berada di Lapas mulai
tanggal 15 Desember 2020 hingga 1 Maret 2021. Pada tanggal 1 Maret 2021 Penanggung
Pajak “H” melunasi seluruh utang pajak dan biaya penagihan pajaknya. Pelepasan sandera
dilaksanakan karena telah memenuhi syarat yaitu dengan melunasi seluruh utang pajak
dan biaya penagihan pajaknya sesuai dengan ketentuan Pasal 34 ayat (1) Undang-Undang
PPSP. Penanggung Pajak “H” melakukan pelunasan dengan melakukan penyetoran atas
kewajiban utang pajak beserta biaya penagihan pajak.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai