Tenaga Pengajar pada Program Studi PGSD FKIP Universitas Muhammadiyah Palangkaraya
ABSTRAK
Pembelajaran sastra di sekolah seharusnya diarahkan pada penumbuhan apresiasi sastra para
siswa sesuai dengan tingkat kematangan emosionalnya. Pengembangan pembelajaran sastra secara
kreatif dan inovatif mencoba membelajarkan peserta didik untuk mau dan mampu menulis karya sastra.
Proses kreatif para sastrawan dalam menciptakan karya sastra dapat digunakan sebagai acuan dalam
mengembangkan metode pembelajaran sastra yang kreatif dan inovatif.
Salah satu metode yang digunakan dalam rangka pembelajaran menulis sastra, khususnya cerpen,
adalah metode karyawisata. Tujuannya adalah agar peserta didik dapat mengamati secara langsung dan
menghayati fenomena yang ada di sekelilingnya, sehingga merangsang pemunculan ide dan kreativitas
dalam belajar menulis cerpen.
Metode karyawisata yang dilaksanakan secara bersama-sama dalam suasana menyenangkan
menjadikan siswa dapat mengembangkan karakter dalam pergaulan sekaligus memperoleh rasa puas
dalam belajar.
43
Anterior Jurnal, Volume 13 Nomor 1, Desember 2013, Hal 43 - 51
melatih peserta didiknya untuk berproses kreatif. memerlukan keterampilan semata. Karya sastra
Tidak heran bila tidak banyak sastrawan muda memerlukan bakat, intelektualitas, wawasan
yang lahir dari proses pembelajaran di lembaga kesastraan, sikap terbuka, jujur dan syarat
pendidikan. lainnya.
Dalam pandangan kritikus sastra, kian Kegiatan yang dilakukan oleh sastrawan
merananya pembelajaran sastra di sekolah lebih sebelum menulis pada umumnya adalah: (i)
banyak disebabkan oleh dua faktor yang berjalan-jalan, bepergian ke kota atau tempat
bermuara pada guru. Pertama, guru sebagai yang menarik, (ii) membaca, membaca apa saja
sosok pengajar dianggap kurang memiliki terutama karya sastra atau hal-hal yang berkaitan
kompetensi dan basis pengetahuan sastra yang dengan karya sastra, (iii) mendengarkan,
mumpuni. Kedua, guru dinilai tidak kreatif dalam mendengar dongeng, hikayat, cerita, atau
proses pembelajaran (pengajaran) sastra di tontonan wayang, dan lain-lain, dan (iv)
sekolah sehingga cenderung membosankan. Hal memperoleh pengalaman. Kalau kita mau
ini terjadi karena guru dinilai tidak memiliki strategi mencermati, sebelum menjadi sastrawan, para
jitu. Dalam proses pembelajaran seorang guru sastrawan yang sekarang sudah mapan ternyata
dituntut untuk aktif, kreatif, inovatif, dan juga melalui proses berlatih terlebih dahulu.
menciptakan strategi jitu. Guru juga dituntut Hanya saja, pelatihan yang mereka lakukan pada
mengembangkan kompetensinya sehingga umumnya belum terstruktur dan belum ada
mampu menciptakan pembelajaran yang kurikulumnya.
berkualitas dari segi isi (materi) maupun Kreatif berarti menggunakan hasil
kemasannya. ciptaan/kreasi baru atau yang berbeda dengan
sebelumnya. Pembelajaran yang kreatif
METODOLOGI mengandung makna tidak sekedar melaksanakan
Analisis masalah dalam tulisan ini dan menerapkan kurikulum. Kurikulum memang
menggunakan metode deskriptif, yaitu berusaha merupakan dokumen atau rencana baku, namun
menggambarkan atau menjelaskan peristiwa dan tetap perlu dikritisi dan dikembangkan secara
kejadian yang ada pada masa sekarang (Sudjana, kreatif. Dengan demikian, ada kreativitas
1999:52). pengembangan kompetensi dan kreativitas dalam
pelaksanaan pembelajaran di kelas termasuk
PEMBAHASAN pemanfaatan lingkungan sebagai sumber bahan
Pembelajaran Sastra yang Kreatif dan Inovatif dan sarana untuk belajar. Pembelajaran kreatif
Apabila dilihat dari prosesnya, karya juga dimaksudkan agar guru menciptakan
sastra merupakan hasil proses kreatif yang kegiatan belajar yang beragam sehingga
memerlukan perenungan, pengendapan ide, memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa
pematangan, langkah-langkah tertentu yang dan tipe serta gaya belajar siswa. Di satu sisi,
berbeda antara sastrawan satu dengan yang lain. guru bertindak kreatif dalam arti: (i)
Karya sastra bukanlah pekerjaan yang mengembangkan kegiatan pembelajaran yang
44
Dian Lufia Rahmawati, Penerapan Metode Karyawisata Dalam Pembelajaran Menulis Karya Sastra
beragam, dan (ii) membuat alat bantu belajar sekolah dan lingkungan. Di sisi lain, siswa pun
yang berguna meskipun sederhana. Di sisi lain, bertindak inovatif dalam arti: (i) mengikuti
siswa kreatif dalam hal: (i) merancang/membuat pembelajaran inovatif dengan aturan yang
sesuatu, dan (ii) menulis/mengarang. berlaku, (ii) berupaya mencari bahan/materi
Mc. Leod dalam Jauhar (2011) sendiri dari sumber-sumber yang relevan, dan (iii)
mengartikan inovasi sebagai: “something newly menggunakan perangkat teknologi maju dalam
introduced such as method or device”. Berkaitan proses belajar.
dengan hal tersebut, segala aspek (metode, Terkait dengan pembelajaran yang kreatif
bahan, perangkat dan sebagainya) dipandang dan inovatif, Peraturan Menteri Pendidikan
baru atau bersifat inovatif apabila metode dan Nasional Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar
sebagainya itu berbeda atau belum dilaksanakan Proses mengamanatkan bahwa dalam kegiatan
oleh seorang guru meskipun semua itu bukan inti pembelajaran harus dilakukan secara
barang baru bagi guru lain. Pembelajaran inovatif interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
dapat menyeimbangkan fungsi otak kiri dan otak memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi
kanan apabila dilakukan dengan cara aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi
mengintegrasikan media/alat bantu terutama yang prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai
berbasis teknologi baru/maju ke dalam proses bakat, minat, dan perkembangan fisik dan
pembelajaran tersebut. Sehingga, terjadi proses psikologis peserta didik. Metode pembelajaran
renovasi mental, di antaranya membangun rasa sastra di sekolah perlu dikembangkan dengan
percaya diri siswa. mengacu pada prinsip-prinsip Pembelajaran Aktif,
Membangun sebuah pembelajaran Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan
inovatif bisa dilakukan dengan cara-cara yang (PAIKEM). Salah satu metode yang dapat
diantaranya menampung setiap karakteristik dikembangkan dalam rangka meningkatkan
siswa dan mengukur kemampuan/daya serap keterampilan menulis sastra, khususnya cerpen
setiap siswa. Sebagian siswa ada yang dan puisi, adalah Metode Karyawisata. Metode ini
berkemampuan dalam menyerap ilmu dan dilaksanakan di luar kelas secara bersama-sama
keterampilan dengan menggunakan daya visual (berkelompok) dengan situasi yang
(penglihatan) dan auditory (pendengaran), sedang menyenangkan.
sebagian lainnya menyerap secara kinestetik Metode Karyawisata
(rangsangan/ gerakan otot dan raga). Di satu sisi, Secara etimologi, karyawisata berasal
guru bertindak inovatif dalam hal: (i) dari kata “karya” yang berarti pekerjaan, hasil
menggunakan bahan/materi baru yang perbuatan, buatan, ciptaan (terutama hasil
bermanfaat dan bermartabat, (ii) menerapkan karangan) dan “wisata” yang berarti bepergian
pelbagai pendekatan pembelajaran dengan gaya bersama-sama (untuk memperluas pengetahuan,
baru, dan (iii) memodifikasi pendekatan bersenang-senang, dan sebagainya), bertamasya
pembelajaran konvensional menjadi pendekatan atau piknik. Dalam Kamus Besar Bahasa
inovatif yang sesuai dengan keadaan siswa, Indonesia, karyawisata diartikan sebagai
45
Anterior Jurnal, Volume 13 Nomor 1, Desember 2013, Hal 43 - 51
46
Dian Lufia Rahmawati, Penerapan Metode Karyawisata Dalam Pembelajaran Menulis Karya Sastra
47
Anterior Jurnal, Volume 13 Nomor 1, Desember 2013, Hal 43 - 51
48
Dian Lufia Rahmawati, Penerapan Metode Karyawisata Dalam Pembelajaran Menulis Karya Sastra
Pesan dalam cerpen adalah nilai-nilai berkaitan dengan tokoh cerita. Pertanyaan
kehidupan yang disampaikan penulis, seperti tersebut yaitu siapa mereka dan apa yang
nilai moral, nilai agama, dan sebagainya. Ada terjadi pada mereka? Jawaban pertanyaan ini
beberapa catatan yang harus diperhatikan akan membantu proses pengembangan cerita
dalam menyisipkan pesan moral. (Bird, 2001: 91).
f. Menentukan judul.
Secara umum, langkah-langkah menulis cerpen
Judul cerpen biasanya ditulis secara singkat
adalah sebagai berikut.
(tidak lebih dari lima kata). Judul yang baik
a. Menentukan Tema.
adalah yang bisa menarik perhatian pembaca,
Ide untuk pengembangan tema cerpen yang
unik, membuat pembaca penasaran (terkesan
akan ditulis bisa digali dari fakta/realita sehari-
bombastis).
hari (seperti pengalaman pribadi, cerita teman,
dan buku harian), imajinasi (seperti khayalan Metode Karya Wisata pada Pembelajaran
dan mimpi), atau perpaduan antara fakta dan Menulis Cerpen
imajinasi (seperti buku fiksi dan film). Modal dasar untuk menulis fiksi, termasuk
b. Menentukan tokoh dan penokohannya. cerpen, adalah kepekaan, kreativitas, dan daya
Dalam proses ini, penulis menentukan siapa imajinasi (Bird, 2001: 39). Kepekaan melihat
tokoh protagonis dan antagonisnya, lalu fenomena atau realitas akan memunculkan ide
mendeskripsikan seperti apa ciri fisik dan yang tak terduga. Dengan menghayati
watak khasnya. pengalaman, seseorang akan lebih mudah
c. Menyusun kerangka karangan (outline). menuangkap ide untuk menulis. Metode
Menyusun outline bisa dimulai dengan karyawisata diharapkan akan memberikan
membuat peta pikiran (mind mapping), lalu rangsangan kepada peserta didik untuk menggali
mengembangkannya menjadi kerangka utuh. ide dan berproses kreatif dalam menulis cerpen
Outline sangat berguna untuk mengingatkan dan puisi melalui ketertarikannya pada alam
apa yang ingin ditulis dan memudahkan sekitar.
penulis untuk mengedit hasil tulisan. Pelaksanaan metode karyawisata dalam
d. Menulis ringkasan cerita/sinopsis/garis besar kaitannya dengan pembelajaran menulis cerpen
cerita. mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
Garis besar cerita berisi poin-poin peristiwa a. Siswa diajak ke lokasi yang menarik, misalnya
penting yang akan terjadi dalam cerita. taman kota.
e. Menjabarkan sinopsis menjadi cerita yang b. Siswa dibagi dalam kelompok kecil dengan
lengkap. jumlah anggota kurang lebih 5 orang.
Proses ini adalah proses utama yang akan c. Guru menjelaskan pengertian cerpen, unsur-
menentukan keberhasilan sebuah cerpen. Ada unsur cerpen dan langkah-langkah menulis
dua pertanyaan penting yang akan membantu cerpen.
penulis cerpen untuk mengembangkan d. Masing-masing kelompok diberi tugas untuk
sinopsis yang telah dibuat. Pertanyaan ini mengamati fenomena alam atau peristiwa
49
Anterior Jurnal, Volume 13 Nomor 1, Desember 2013, Hal 43 - 51
50
Dian Lufia Rahmawati, Penerapan Metode Karyawisata Dalam Pembelajaran Menulis Karya Sastra
51