Makalah ini disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Qira’atil Qur’an
KELOMPOK 5:
Kelas A
I
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul “Hukum min sukun dan Ghunnah
musyadadah” dapat kami selesaikan dengan baik dan tepat waktu.
Pada kesempatan kali ini, tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Bapak
Ahmad Bustomi,M.Pd. Selaku dosen pengampu pada Mata Kuliah Qira’atul Qur’an yang
telah membimbing kami dalam pengerjaan tugas makalah. Kami juga berterima kasih
kepada semua pihak yang turut berkontribusi dan membantu dalam proses penyusunan
makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, baik dari segi
sistematika maupun isinya. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca guna menyempurnakan makalah ini kedepannya. Penulis berharap
agar makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.Aamiin.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
COVER.........................................................................................................i
KATA PENGANTAR..................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................1
B. Rumusan Maasalah......................................................................1
C. Tujuan Rumusan Masalah............................................................1
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................2
A. Kesimpulan..................................................................................9
B. Saran.............................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................10
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Allah Swt. berfirman di dalam Al-Qur’an :
ورتل القران ترتيال (المزمل: ....
...Dan bacalah Al-Qur’an dengan tartiil. (Q.S. Al-Muzzammil: 4)
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan bacaan mim sukun?
2. Berapa pembagian hukum bacaan mim sukun?
3. Apa yang di maksud dengan ghunnah musyadadah?
1
BAB II
PEMBAHASAN
1. Ikhfa’ Syafawi
Arti Ikhfa’ adalah samar. Sedangkan arti syafawi adalah bibir. Ikhfa’ Syafawi
hanya terjadi jika memenuhi syarat sebagai berikut ini:
وخود الغنة. ان يكون من كلمتين. ان تقع الباء بعد الميم السا كنة.
Pertama: apabila huruf ba’ ( )بberada setelah mim ( )مyang bersukun. Kedua:
terjadi apabila diantara dua kata. Dan ketiga: terjadinya proses ghunnah.
Berdasarkan penjelasan tersebut, bahwasanya kita dapat mengetahui huruf
ikhfa’ syafawi hanya ada satu huruf yaitu, ba’( )ب.
Dinamakan Syafawi, karena hukum ikhfa’ terjadi pada huruf yang keluar dari
Asy-Syafatain (dua bibir), sehingga pengucapannya pun lebih mengutamakan
bibir.
Cara membaca Ikhfa’ Syafawi yaitu dengan cara suara yang samar diantara
mim dan ba’ pada bibir, kemudian ditahan kira-kira dua ketukan seraya dengan
mengeluarkan suara Ikhfa’ dari pangkal hidung, bukan dari mulut.
1
Kitab kaifa taqra-ul Qur’an, t.t., 14.
2
Perhatikan contoh berikut:
2. Idgham Mimi
بحيث يصير ان ميما وا حدة مشددة تشد يدا نا قصا لو جو د: د مج الميم اال ولى فى الميم الثا نية
الغنة
Huruf Idgham Mimi, hanya terdiri dari satu huruf yaitu, mim ()م.
Cara membaca Idgham Mimi yaitu dengan cara memasukkan suara mim
yang bersangkutan kepada mim berharakat yang ada di hadapannya. Selanjutnya,
2
ACEP LIM ABDUROHIM, pedoman ilmu tajwid lengkap, 2003, 15.
3
suara di-ghunnah-kan secara sempurna tiga harakat dengan suara ghunnah yang
keluar dari pangkal hidung.
Yang kedua (dalam hukum mim bersukun ) adalah idgham mimi, yaitu dengan
memasukkan (menyatukan) dua huruf yang semisal. Yang demikian itu
dinamakan juga Idgham Shaghir, wahai para pemuda.
3. Izh-Zhar Syafawi
Izh-zhar adiartikan jelas atau terang. Syafawi artinya bibir. Terjadinya Izh-
Zhar Syafawi, yaitu:
يسمى اظهارا شفويا..... اليم السا كنة اذا وقع بعد ها حرف من حرف الهجاء عدا الباء واليم
Apabila mim bersukum bertemu dengan huruf hijaiyyah selain ba’ ()بdan
mim ( )م, maka dinamakan izh-har syafawi.
Dengan demikian, huruf izh-har syafawi adalah seluruh huruf hijaiyyah selain
ba’ ( )بdan mim ()م.
4
Dijelaskan dalm Nazham:
من احر ف وسمها شفو ية. والسا لث اال ظها ر فى البقية
Yang ketiga (dalam hukum mim bersukun) adalah hukum izh-ar
Syafawi, yaitu ketika (huruf mim yang bersukun) menghadap huruf-huruf sisa
Ikhfa’ Syafawi dan idgham Mimi).
Cara membaca Izh-har syafawi harus jelas dan terang, yakni pada saat
mengucapkan huruf mim dengan cara merapatkan bibir. Kejelasan pengucapannya
cukup satu ketukan, tidak boleh lebih. Karena jika lebih, dikhawatirkan akan
berubah menjadi Ikhfa’ atau ghunnah.
5
د لكم دينكم Lakum dinukum 109:6
ص كنتم صا دقين Kuntum shadiqin 56:87
ذ خلفهم ذ ر ية Khalifihim 4:9
dzurriyyatan
س فوقكم سبع Fauqakum sab’a 23:17
ث بكم ثم Bikum tsumma 32:11
ز قولو بهم زيغ Qulubihim 3:7
zaighun
ظ وانهم ظنوا Wa annahum 72:7
zhannu
وف
3
H. Abdul Chaer, Al-Qur’an dan Ilmu Tajwid (Jakarta: Rineka Cipta, t.t.), 50.
6
Perhatikan contoh-contoh berikut ini:
B. Ghunnah Musyadadah
Ghunnah Musyaddadah adalah hukum tajwid yang berlaku apabila huruf Mim
ّ ) ّم. Ghunnah artinya dengung; suara yang
dan Nun dalam keadaan bertasydiid (ن/
terdengar jelas dan nyaring yang keluar dari pangkal hidung (khaisyum).
Musyaddadah artinya bertasydid. Tasydid yang ada di dalam Ghunnah Musyaddadah
adalah Tasydid Ashli, bukan Tasydid . Hukum sebagaimana yang ada di dalam
Hukum Idgham Bighunnabatau Bilaghunnah.
Suara yang jelas (dan nyaring) yang keluar dari al-Khaisyum (pangakal
hidung) dengan tidak menggunakan ;idah pada waktu mengucapkannya4.
4
Syaikh sulaiman bin hasan bin muhammad al jamzuriy, Kitab Tukhfatul-Atfali (Mesir, 1381), 17.
7
Dijelaskan dalam Nazham:
Dan hendaklah, mim dan nun dibaca sengau atau dengung saat keduannya
bertasydid. Ynag demikian itu dinamakan ghunnah selamanya5.
Ghunnah Musyaddadah juga dapat terjadi di ujung ayat atau di tengah ayat
yang letaknya berada disamping tanda Wakof. Cara mengunci bacaan ketika huruf
terakhirnya mengandung Hukum Ghunnah Musyaddadah adalah tetap didengungkan,
karena jika langsung dikunci maka Tanda Tasydid dari huruf tersebut akan hilang.6.
6
fasikha m, “tahsin -ghunnah musyadadah,” t.t., 1.
8
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Hukum Mim sukun terdiri dari tiga, yaitu: 1.) Ikhfa Syafawi 2.) Idgham Mimi
3.) Idzhar Syafawi yang menjelaskan hukum bacaan mim sukun ketika bertemu huruf-
huruf hijaiyah .
B. SARAN
Ada banyak sekali hukum tajwid dalam Al-Qur'an, seperti hukum mim sukun
dan Ghunnah musyadadah . Sebagai umat Islam sudah seharusnya kita mempelajari
hukum bacaan mim dan nun bertasydid agar bacaan Al-Qur'an kita sesuai dengan
yang telah Allah SWT perintahkan.
9
DAFTAR PUSTAKA
10