Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

HUKUM MIM SUKUN DAN GHUNNAH MUSYADDADAH

Makalah ini disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Qira’atil Qur’an

Dosen Pengampu : Ahmad Bustomi, M.Pd.

KELOMPOK 5:

1. INTAN SABILA (2201010048)


2. SILVI ANGGRAINI (2201010110)

Kelas A

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO

TAHUN PELAJARAN 2022/2023

I
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul “Hukum min sukun dan Ghunnah
musyadadah” dapat kami selesaikan dengan baik dan tepat waktu.
Pada kesempatan kali ini, tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Bapak
Ahmad Bustomi,M.Pd. Selaku dosen pengampu pada Mata Kuliah Qira’atul Qur’an yang
telah membimbing kami dalam pengerjaan tugas makalah. Kami juga berterima kasih
kepada semua pihak yang turut berkontribusi dan membantu dalam proses penyusunan
makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, baik dari segi
sistematika maupun isinya. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca guna menyempurnakan makalah ini kedepannya. Penulis berharap
agar makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.Aamiin.

Metro, 13 Februari 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

COVER.........................................................................................................i
KATA PENGANTAR..................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1

A. Latar Belakang.............................................................................1
B. Rumusan Maasalah......................................................................1
C. Tujuan Rumusan Masalah............................................................1

BAB II PEMBAHASAN..............................................................................2

A. Hukum Mim Sukun......................................................................2


B. Ghunnah Musyaddadah................................................................7

BAB III PENUTUP......................................................................................9

A. Kesimpulan..................................................................................9
B. Saran.............................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................10

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Allah Swt. berfirman di dalam Al-Qur’an :
‫ ورتل القران ترتيال (المزمل‬: ....
...Dan bacalah Al-Qur’an dengan tartiil. (Q.S. Al-Muzzammil: 4)

Ayat diatas menjelaskan bahwa kita membaca Al-Qur’an dengan cara


perlahan-lahan sehingga dapat membantu pemahaman dan perenungan terhadap Al-
Qur’an. Demikianlah, Nabi Muhammad SAW, membaca Al-Qur’an sebagaimana
dijelaskan ‘Aisyah r.a bahwa Raasulullah SAW, membaca Al-Qur’an dengan cara
tartil sehingga bacaan yang seharusnya dibaca panjang memang dibaca panjang. Ilmu
yang dimaksud tidak lain adalah Tajwid.
Tajwid secara bahasa berasal dari kata jawwada, yujawwidu, tajwidan yang
artinya membaguskan atau membuat jadi bagus. Hukum Ilmu Tajwid sebagai disiplin
ilmu adalah fardu kifayah atau dengan kewajiban kolektif.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan bacaan mim sukun?
2. Berapa pembagian hukum bacaan mim sukun?
3. Apa yang di maksud dengan ghunnah musyadadah?

C. Tujuan Rumusan Masalah


1. Untuk mengetahui pengertian bacaan mim sukun.
2. Untuk mengetahui pembagian hukum bacaan mim sukun.
3. Untuk mengetahui pengertian Ghunnah musyadadah.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. HUKUM MIM SUKUN


Hukum mim bersukun merupakan tiga hukum yang muncul tatkala mim bersukun
menghadapi huruf hija-iyyah. Tiga hukum tersebut, yaitu:
1. Ikhfa’ Syafawi (‫)االخفاء الشفو ي‬
2. Idham Mimi (‫)االدغام الميمي‬
3. Idzhar Syafaw (‫)االظهار الشفوي‬
Telah dijelakan di dalam Nazham:
‫ اخفا ء اد غا م واظها ر فقط‬: ‫احكا مها شال ثة لمن ضبط‬
Hukum (mim bersukun) menurut para ulama hanya terbagi atas tiga :
ikhfa’(syafawi), idgham (mimi), dan izh-har (Syafawi)1.

1. Ikhfa’ Syafawi
Arti Ikhfa’ adalah samar. Sedangkan arti syafawi adalah bibir. Ikhfa’ Syafawi
hanya terjadi jika memenuhi syarat sebagai berikut ini:
‫ وخود الغنة‬. ‫ ان يكون من كلمتين‬. ‫ان تقع الباء بعد الميم السا كنة‬.
Pertama: apabila huruf ba’ (‫ )ب‬berada setelah mim (‫ )م‬yang bersukun. Kedua:
terjadi apabila diantara dua kata. Dan ketiga: terjadinya proses ghunnah.
Berdasarkan penjelasan tersebut, bahwasanya kita dapat mengetahui huruf
ikhfa’ syafawi hanya ada satu huruf yaitu, ba’(‫ )ب‬.
Dinamakan Syafawi, karena hukum ikhfa’ terjadi pada huruf yang keluar dari
Asy-Syafatain (dua bibir), sehingga pengucapannya pun lebih mengutamakan
bibir.
Cara membaca Ikhfa’ Syafawi yaitu dengan cara suara yang samar diantara
mim dan ba’ pada bibir, kemudian ditahan kira-kira dua ketukan seraya dengan
mengeluarkan suara Ikhfa’ dari pangkal hidung, bukan dari mulut.

1
Kitab kaifa taqra-ul Qur’an, t.t., 14.
2
Perhatikan contoh berikut:

Huruf Contoh Dibaca Q.S


Ikhfa’Syafawi
‫هم بمؤ منين‬ Humm bi mu’minin, 2:8
‫تر ميهم بحجا رة‬ Tarmihimm bi 105:4
‫ب‬ hijaratin
‫فا حكم بينهم‬ Fahkumm bainahum 5:42

Dalam Nazham dijelaskan :


‫ وسمه الشفو ئ للقراء‬. ‫فا الول اال خفاء قبل الباء‬
Yang pertama (dalam hukum mim (bersukun) menurut para ahli qiraat adalah
Ikhfa’ Syafawi, yakni apabila (huruf mim yang bersukun) berada sebelum huruf
ba’2.

2. Idgham Mimi

Idgham Mimi bisa disebut juga dengan idgham mutamasilain. Dinamakan


dengan idgham mimi karena dalam proses idgham-nya huruf mim dimasukkan
kepada huruf mim pula. Dan disebut Mutamasilain karena huruf yang berhadapan
sama, baik makhraj maupun sifatnya.

Adapun pengertian Idgham Mimi, yaitu:

‫ بحيث يصير ان ميما وا حدة مشددة تشد يدا نا قصا لو جو د‬: ‫د مج الميم اال ولى فى الميم الثا نية‬
‫الغنة‬

Memasukkan mim pertama ke mim kedua, sehingga kedua mim tersebut


menjadi satu mim yang bertasyjid, dengan tasyjid yang agak lemah untuk
mewujudkan ghunnah.

Huruf Idgham Mimi, hanya terdiri dari satu huruf yaitu, mim (‫)م‬.

Cara membaca Idgham Mimi yaitu dengan cara memasukkan suara mim
yang bersangkutan kepada mim berharakat yang ada di hadapannya. Selanjutnya,

2
ACEP LIM ABDUROHIM, pedoman ilmu tajwid lengkap, 2003, 15.

3
suara di-ghunnah-kan secara sempurna tiga harakat dengan suara ghunnah yang
keluar dari pangkal hidung.

Perhatikan contoh berikut:

Huruf Idgham Mimi Contoh Dibaca Q.S


‫لهم مثال‬ Lahumm matsala 18:32
‫م‬ ‫لكم ما فى االرض‬ Lakumm ma fil ardhi 2:92
‫عليهم مؤ صده‬ ‘alaihmm mu’shadah 106:8

Dalam Nazham dijelaskan bahwa:

‫ وسم اد غا ما صغيرا يا فتى‬. ‫واثا ن ادغا م بمثلمها اتى‬

Yang kedua (dalam hukum mim bersukun ) adalah idgham mimi, yaitu dengan
memasukkan (menyatukan) dua huruf yang semisal. Yang demikian itu
dinamakan juga Idgham Shaghir, wahai para pemuda.

3. Izh-Zhar Syafawi
Izh-zhar adiartikan jelas atau terang. Syafawi artinya bibir. Terjadinya Izh-
Zhar Syafawi, yaitu:

‫يسمى اظهارا شفويا‬..... ‫اليم السا كنة اذا وقع بعد ها حرف من حرف الهجاء عدا الباء واليم‬

Apabila mim bersukum bertemu dengan huruf hijaiyyah selain ba’ (‫)ب‬dan
mim (‫ )م‬, maka dinamakan izh-har syafawi.
Dengan demikian, huruf izh-har syafawi adalah seluruh huruf hijaiyyah selain
ba’ (‫ )ب‬dan mim (‫)م‬.

4
Dijelaskan dalm Nazham:
‫ من احر ف وسمها شفو ية‬. ‫والسا لث اال ظها ر فى البقية‬
Yang ketiga (dalam hukum mim bersukun) adalah hukum izh-ar
Syafawi, yaitu ketika (huruf mim yang bersukun) menghadap huruf-huruf sisa
Ikhfa’ Syafawi dan idgham Mimi).
Cara membaca Izh-har syafawi harus jelas dan terang, yakni pada saat
mengucapkan huruf mim dengan cara merapatkan bibir. Kejelasan pengucapannya
cukup satu ketukan, tidak boleh lebih. Karena jika lebih, dikhawatirkan akan
berubah menjadi Ikhfa’ atau ghunnah.

Perhatikan contoh berikut:

Huruf Izh-har Contoh Dibaca Q.S


Syafawi
‫ء‬ ‫اانتم اشد‬ a-antum asyaddu 79:27
‫ح‬ ‫عليهم حا‬ ‘alaihim hafizhin 83:33
‫خ‬ ‫هم خير البرية‬ Hum khairul 98:7
bariyyah
‫ع‬ ‫اجر هم عند‬ Aj-rahum ‘inda 2:62
‫غ‬ ‫عليهم غير‬ Alaihim ghairi 1:7
‫ها‬ ‫امهاهم‬ Amhilhum 86:17
‫ق‬ ‫وجو هكم قبل‬ Wujuhakum 2:177
qibala
‫ك‬ ‫انهم كا نوا‬ Annahum kanu 6:130
‫ش‬ ‫هم شر‬ Hum syarru 98:6
‫ج‬ ‫ربهم جنا ت‬ Rabbihim jannat 98:8
‫ي‬ ‫رزقنهم ينفقون‬ Razaqnahum 2:3
yunfiqun
‫ض‬ ‫هم ضلوا‬ Hum dlallu 25:17
‫ل‬ ‫فما اهم ال‬ Fa ma lahum la 86:20
‫ن‬ ‫الم نشرح‬ A lam nasyrah 94:1
‫ر‬ ‫الفهم رحلت‬ Ilafihim rihlata 106:2
‫ت‬ ‫الم تر‬ Alam tara 105:1
‫ط‬ ‫منكم طوال‬ Mingkum thaula 4:25

5
‫د‬ ‫لكم دينكم‬ Lakum dinukum 109:6
‫ص‬ ‫كنتم صا دقين‬ Kuntum shadiqin 56:87
‫ذ‬ ‫خلفهم ذ ر ية‬ Khalifihim 4:9
dzurriyyatan
‫س‬ ‫فوقكم سبع‬ Fauqakum sab’a 23:17
‫ث‬ ‫بكم ثم‬ Bikum tsumma 32:11
‫ز‬ ‫قولو بهم زيغ‬ Qulubihim 3:7
zaighun
‫ظ‬ ‫وانهم ظنوا‬ Wa annahum 72:7
zhannu

Hal yang harus diperhatikan ketika dalam pengucapan melantukan Izh-har


Syafawi harus lebih diperhatikan lagi atau diperjelas sejelas-jelasnya pada saat mim
bersukun menghadapi salah satu dari dua huruf dibawah ini:

‫وف‬

Kedua huruf tersebut, makhrajnya berasal dari bibir (asy-syafatain), sehingga


pengucapnnya harus lebih berhati-hati agar tidak tertukar dengan huruuf mim itu
sendiri, yang makhrajnya juga berasal dari bibir. Singkat kata, pengucapan mim
bersukun harus lebih jelas lagi tatkala menghadapi huruf wau dan fa’.

Dalam Nazham dijelaskan:

‫ لقر بها واالتحاد فا عرف‬. ‫واحزر لدى ىواو وفا ان تختفى‬

Hendaklah berhati-hati ketika (mim bersukun) menghadapi wau dan fa’,


janganlah sampai di-ikhfa’kan karena adanya kedekatan dan kesatuan (makhraj)3.
Maka, ketahuilah!

3
H. Abdul Chaer, Al-Qur’an dan Ilmu Tajwid (Jakarta: Rineka Cipta, t.t.), 50.

6
Perhatikan contoh-contoh berikut ini:

Huruf Izh-har Contoh Dibaca Tidak Boleh Q.S


Syafawi Dibaca
‫انشا كم وجعل‬ Ansya-akum Ansya-akumm 67:23
wa ja’ala wa ja’ala
‫و‬ ‫عليهم وال الضا لين‬ ‘alaihim wa ‘alaihimm wa 1:7
ladl dlallin ladl dlallin
‫ربكم ور حمة‬ Rabbikum wa Rabbikumm wa 2:178
rahmatun rahmatun
‫هم فيها‬ Hum fiha Humm fiha 2:257
‫ف‬ ‫ولهم فى اال خرة‬ Wa lahum fil Wa lahumm fil 2:114
akhirati akhirati
‫بذ نبهم فسحقا‬ Bi dzambihim Bi 67:11
fa suhqa dzambihimm fa
suhqa

B. Ghunnah Musyadadah

Ghunnah Musyaddadah adalah hukum tajwid yang berlaku apabila huruf Mim
ّ ‫) ّم‬. Ghunnah artinya dengung; suara yang
dan Nun dalam keadaan bertasydiid (‫ن‬/
terdengar jelas dan nyaring yang keluar dari pangkal hidung (khaisyum).
Musyaddadah artinya bertasydid. Tasydid yang ada di dalam Ghunnah Musyaddadah
adalah Tasydid Ashli, bukan Tasydid . Hukum sebagaimana yang ada di dalam
Hukum Idgham Bighunnabatau Bilaghunnah.

Ghunnah menurut pengertian istilah, yaitu:

‫صوت جهر ي يخر ج من الخيشو م ال عمل اللسا ن فيه‬

Suara yang jelas (dan nyaring) yang keluar dari al-Khaisyum (pangakal
hidung) dengan tidak menggunakan ;idah pada waktu mengucapkannya4.

4
Syaikh sulaiman bin hasan bin muhammad al jamzuriy, Kitab Tukhfatul-Atfali (Mesir, 1381), 17.

7
Dijelaskan dalam Nazham:

‫ وسم كل حر ف غنة بدا‬. ‫وعن ميما ثم نو نا شد دا‬

Dan hendaklah, mim dan nun dibaca sengau atau dengung saat keduannya
bertasydid. Ynag demikian itu dinamakan ghunnah selamanya5.

Cara membaca Ghunnah Musyaddadah adalah membaca terlebih dahulu


HURUF sebelum MIM/NUN bertasydid , kemudian HURUF tersebut masuk ke tanda
tasydid (‫ ّن‬/‫) ّم‬- lalu huruf langsung didengungkan secara jelas ke pangkal hidung
(khaisyum), sekitar 1 1/2 Alif atau sekitar 2-3 harakat.

Ghunnah Musyaddadah di Samping Tanda Waqof atau di Ujung Ayat.

Ghunnah Musyaddadah juga dapat terjadi di ujung ayat atau di tengah ayat
yang letaknya berada disamping tanda Wakof. Cara mengunci bacaan ketika huruf
terakhirnya mengandung Hukum Ghunnah Musyaddadah adalah tetap didengungkan,
karena jika langsung dikunci maka Tanda Tasydid dari huruf tersebut akan hilang.6.

Contoh bacaan ghunnah :

Huruf Ghunnah Contoh Dibaca Q.S


Musyaddadah
‫فلما‬ Fa lamma 2:17
‫م‬ ‫ثم‬ Tsumma 95:5
‫امتكم‬ Ummatukum 21:92
‫جنة‬ Jannatun 17:91
‫ن‬ ‫انك‬ Innaka 3:8
‫لتركبن‬ La tarkabunna 86:19

6
fasikha m, “tahsin -ghunnah musyadadah,” t.t., 1.

8
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Hukum Mim sukun terdiri dari tiga, yaitu: 1.) Ikhfa Syafawi 2.) Idgham Mimi
3.) Idzhar Syafawi yang menjelaskan hukum bacaan mim sukun ketika bertemu huruf-
huruf hijaiyah .

Ghunnah artinya dengung, musyadadah artinya bertasydid. Tasydid yang ada


di dalam Ghunnah Musyaddadah adalah Tasydid Ashli, bukan Tasydid Hukum
sebagaimana yang ada di dalam Hukum Idgham Bighunnah atau Bilaghunnah.

Cara membaca mim musyaddadah adalah dengan menutup kedua bibir


bersamaan dengan didengungkan secara nyata ke pangkal hidung selama dua sampai
tiga harakat. Sedangkan cara membaca nun musyaddadah adalah dengan membuka
kedua bibir yang bersamaan ujung lidah menekan lahmatul asnan dan bersamaan
dengan didengungkan secaranyata ke pangkal hidung selama dua sampai tiga harakat.

B. SARAN

Ada banyak sekali hukum tajwid dalam Al-Qur'an, seperti hukum mim sukun
dan Ghunnah musyadadah . Sebagai umat Islam sudah seharusnya kita mempelajari
hukum bacaan mim dan nun bertasydid agar bacaan Al-Qur'an kita sesuai dengan
yang telah Allah SWT perintahkan.

9
DAFTAR PUSTAKA

ACEP LIM ABDUROHIM. pedoman ilmu tajwid lengkap, 2003.


fasikha m. “tahsin -ghunnah musyadadah,” t.t.
H. Abdul Chaer. Al-Qur’an dan Ilmu Tajwid. Jakarta: Rineka Cipta, t.t.
Kitab kaifa taqra-ul Qur’an, t.t.
Syaikh sulaiman bin hasan bin muhammad al jamzuriy. Kitab Tukhfatul-Atfali. Mesir,
1381.

10

Anda mungkin juga menyukai