Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH SOSIOLOGI DAKWAH

DEFINISI RUANG LINGKUP DAN OBJEK SOSIOLOGI

Oleh :

Hafidz Afrizal Azim (04020122042)

PRODI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM

UIN SUNAN AMPEL SURABAYA

2023
KATA PENGANTAR

Pertama-tama kami panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat
dan hidayah-Nya, karena tanpa rahmat dan hidayah-Nya, kita tidak dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik dan tepat waktu.

Dalam kesempatan kali ini kami ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu kami dalam penyusunan makalah ini, karena penyusunan makalah ini
tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang dengan tulus memberikan do’a, kritik, dan
sarannya sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Namun kami sangat menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna dan masih
terdapat banyak kekurangan baik dari segi isi maupun penyajiannya dikarenakan terbatasnya
pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan
saran dan masukan dari Bapak Drs. H. Suwatah, M.Si. sebagai dosen pengampu mata kuliah
Psikologi Dakwah.

Semoga makalah yang kami buat ini dapat bermanfaat bagi seluruh pihak serta dapat
membentuk kepribadian menjadi lebih baik dan tidak terpaku dalam kehidupan di dunia
melainkan juga di akhirat dan selalu ingat atas kebenaran yang Maha Kuasa.
Surabaya, 9 april 2023

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................4
A. Latar Belakang................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................4
C. Tujuan.............................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................5
A. Ciri-Ciri Perilaku Manusia..............................................................................................5
B. Faktor-Faktor Penggerak Tingkah Laku Manusia..........................................................6
C. Faktor Rohaniah..............................................................................................................6
D. Faktor Agama..................................................................................................................9
BAB III ANALISA..................................................................................................................12
A. Kritik..........................................................................................................................12
B. Saran..........................................................................................................................12
C. Pendapat....................................................................................................................12
BAB IV KESIMPULAN..........................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................14
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Al-insan hayawan al-nathiq merupakan definisi manusia yang paling populer,


definisi ini memiliki arti bahwasanya manusia adalah hewan yang memiliki kemampuan
untuk berpikir. Kemampuan berpikir tersebut yang tentunya membedakan manusia
dengan hewan yang ada di muka bumi ini, hal tersebut menunjukkan bahwa manusia
merupakan makhluk yang paling sempurna, karena dia dikaruniai akal yang dapat
digunakan untuk berpikir. Maka dari itu manusia memiliki ciri-ciri umum pada tingkah
lakunya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dapat dirumuskan suatu pokok masalah dalam
bentuk pertanyaan sebagai berikut :

1. Apa saja ciri-ciri perilaku manusia?

2. Apa saja faktor-faktor penggerak tingkah laku manusia?

3. Bagaimanakah faktor rohaniah dapat mempengaruhi tingkah laku manusia?

4. Bagaimanakah faktor agama dapat mempengaruhi tingkah laku manusia?

C. Tujuan

`Tujuan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tingkah laku manusia


adalah untuk mempelajari, memahami, dan menjelaskan apa, bagaimana, dan
mengapa seseorang berperilaku tertentu agar manusia dapat mengendalikan tingkah
lakunya sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam kehidupan.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Ciri-Ciri Perilaku Manusia

Ciri ciri perilaku manusia yang membedakanya dari makhluk lainya dibagi menjadi
lima :

1. Kepekaan Sosial

Kepekaan sosial artinya kemampuan untuk menyesuaikan tingkah laku


dengan harapan dan pandangan orang lain, karna manusia adalah mahkluk sosial
dan selalu membutuhkan kerja sama dengan orang lain.

2. Kelangsungan Tingkah Laku

Apa yang di lakukan manusia setiap harinya bukanlah perbuatan yang


sporadis (timbul dan hilang disaat saat tertentu ),tetapi selalu ada kelangsungan
atau kontinuitas. Apa yang dilakukukan hari ini merupakan lanjutan dari hari
kemarin ,atau awal dari suatu rencana jangka panjang.

3. Orientasi Pada Tugas

Setiap hari manusia pasti tidur. Bagi mahasiswa yang rajin atau pekerja
professional, tidur bukan semata mata karena mengantuk tetapi di orientasikan
pada tugas besok. Ketika mahasiswa akan ujian semester besok pagi misalnya,
maka meskipun acara televisi sepanjang malam itu bagus,maka mahasiswa itu
secara sadar mematikan pesawat televisinya dan kemudian pergi tidur karena ingat
besok akan ujian.

4. Usaha Dan Perjuangan

Seekor cicak di dinding kelihatan sedang berusaha untuk menangkap nyamuk


yang mendekat. Apa yang dilakukan oleh cicak tersebut merupakan usaha juga,
tetapi terbatas usaha untuk memperoleh apa yang disediakan oleh alam.
Sedangkan manusia memiliki perilaku yang menggambarkan usaha yang di
pilihnya atau aspirasi dan nilai nilai yang di perjuangkanya ,tidak sekedar
menangkap.

5. Keunikan
Perilaku manusia bersifat unik, artinya hanya dia sendiri, berbeda dengan
yang lain. Karena pengalaman manusia berbeda beda maka aspirasi,selera dan
kecenderunganya juga berbeda beda. Hal ini berakibat pada perbedaan perilaku
yang berbeda pula.

B. Faktor-Faktor Penggerak Tingkah Laku Manusia

Perilaku orang dalam kehidupan sehari-hari terkadang sulit dipahami,


misalnya ada seorang atasan yang begitu tegas, disiplin dan keras terhadap
bawahannya sehingga ia disegani dan juga ditakuti di lingkungan kerjanya, tetapi di
depan istrinya ternyata penurut dan hanya menuruti apa yang diinginkan istrinya.

Psikologi lebih menekankan pada faktor personal ketika menganalisis


fenomena ini, namun psikologi sosial tentunya lebih menekankan pada faktor
pengaruh yang datang dari luar individu, yaitu faktor situasional dan faktor sosial.
Ada banyak teori tentang ini, tetapi buku ini memberikan ikhtisar tentang perspektif
yang berpusat pada orang dan situasi. Perilaku manusia yang sebenarnya dengan
demikian dipengaruhi oleh berbagai faktor, faktor pribadi dan faktor situasional,
faktor biologis dan faktor sosio-psikologis.

C. Faktor Rohaniah

Secara psikologis, jika manusia ingin memenuhi kebutuhan hidupnya ia akan


merasakan sesuatu yang bisa menimbulkan gangguan jiwa dan kesukaran-kesukaran
emosi dalam dirinya, situasi tersebut dapat dilihat ketika kebutuhan tersebut tidah
terpenuhi maka orang tersebut akan merasa gelisah dan kecewa. Kebutuhan manusia
sendiri dibagi menjadi dua :

1. Kebutuhan Primer
Setiap makhluk hidup pasti memiliki kebutuhan primer, seperti halnya
manusia dan hewan. Kebutuhan primer sendiri meliputi makan, minum, dan
sebagainya. Namun dalam memenuhi kebutuhan primernya manusia dan hewan
memiliki cara yang berbeda yakni dalam memenuhi kebutuhan primernya
manusia akan berpikir dan mempertimbangkannya terlebih dahulu sebelum
memenuhi kebutuhan tersebut, sedangkan hewan tidak memerlukan sebuah
pertimbangan. Sebagai contoh kecilnya kita dapat melihat seekor kambing yang
kelaparan, maka ia akan segera mencari rumput dan memakannya, sedangkan
manusia yang beragama ketika ia merasa lapar ia akan mempertimbangkan
dimana ia akan makan, apakah makanan tersebut halal atau haram, apakah
makanan tersebut layak atau tidak untuk dikonsumsi.
2. Kebutuhan Rohaniah
Kebutuhan rohaniah sendiri tiap manusia memiliki tingkat kebutuhan yang
berbeda-beda, hal tersebut terjadi karena dipengaruhi oleh tiga perkara :
a. Pendidikan
b. Pengalaman
c. Lingkungan sekitar

Kebutuhan rohaniah sendiri meliputi :

a. Kebutuhan Rasa Kasih Sayang


Setiap manusia pasti membutuhkan rasa kasih sayang dari orang lain,
terutama oleh orang-orang yang berada disekelilingnya. Manusia yang
terpenuhi rasa kasih sayangnya jelas akan merasa bahagia di dunia ini,
meskipun bisa jadi kebutuhan primernya belum terpenuhi secara memadai.
Seseorang yang terpenuhi rasa kasih sayangnya akan selalu berpikiran positif
dan berperilaku konstruktif, terutama jika hal tersebut berkaitan dengan orang
yang disayanginya.
Keterkaitan antara kebutuhan rohaniah dengan kebutuhan rasa kasih
sayang dapat kita lihat melalui seorang hamba yang selalu merasa disayangi
oleh Tuhannya, maka hamba tersebut pasti akan senantiasa bersyukur dengan
apa yang telah dimilikinya serta akan beribadah dengan khusyu’ dan
bergembira ketika beramal. Sebaliknya, jika seorang hamba merasa tidak
disayangi oleh Tuhannya maka ia cenderung merasa resah, mudah
terseinggung, mudah salah faham, bahkan frustasi.
b. Kebutuhan Rasa Aman
Takut atau merasa tidak aman akan membuat seseorang merasa tidak akan
bisa berpikir besar, seseorang yang dihantui rasa takut biasanya juga tidak bisa
menyusun sebuah rencana yang besar karena titik perhatian mereka hanya
tertuju pada bagaimana cara mereka selamat dari sesuatu yang menakutinya.
Sedangkan seseorang yang merasa aman dia akan dapat berpikir jernih dan
berkreasi secara optimal sehingga dapat melahirkan sebuah karya yang besar
dan luar biasa dalam bidangnya.
c. Kebutuhan Akan Harga Diri
Bagi seseorang yang memiliki wawasan sempit, dia akan melakukan hal-
hal yang cenderung negatif dan nekat ketika merasa harga dirinya
direndahkan, lain halnya dengan seseorang yang bijak, dia cenderung akan
melakukan interopeksi dan evaluasi terhadap dirinya sendiri ketika merasa
harga dirinya direndahkan oleh orang lain, hal tersebut malah mendorongnya
untuk berubah dan menjadikan dirinya lebih baik lagi kedepannya, pemikiran
positifnya membawa dia agar dapat menunjukkan kepada orang lain bahwa
mereka masih memiliki harga diri.
d. Kebutuhan Akan Rasa Bebas
Semua manusia pasti menginginkan sebuah kebebasan, kebebasan untuk
melakukan apa saja yang diam au. Seperti halnya anak balita yang baru
mencapai usia 3 tahun yang akan protes ketika sewaktu-waktu dia dilarang
ibunya untuk melakukan suatu hal. Namun kebebasan manusia jelas ada
batasannya, jika kebebasan tersebut tidak dibatasi maka perbuatan tersebut
akan membuat hidup manusia lain menjadi terusik, tidak bebas, serta
menimbulkan rasa tidak nyaman. Maka dari itu masyarakat membuat sebuah
rumusan perihal kebebasan, yakni kebebasan berorganisasi, kebebasan dalam
mengutarakan pendapat, serta kebebasan dalam beragama.
e. Kebutuhan Akan Rasa Sukses
Seseorang yang berjuang akan mencapai kebahagiaannya ketika dia telah
mencapai keberhasilannya. Sebuah keberhasilan dapat mendorong seseorang
untuk meningkatkan usahanya. Seperti halnya seorang pengusaha atau pekerja,
ketika mereka merasa sukses, mereka tidak akan pernah merasa puas dengan
hal yang telah diperolehnya. Lain halnya dengan seseorang yang merasa gagal,
mereka cenderung akan mudah berputus asa bahkan sampai merasa tidak
berguna. Selain itu orang-orang bijak biasanya menganggap kegagalan adalah
sebuah keberhasilan yang tertunda.
f. Kebutuhan Akan Rasa Mengenal
Manusia memang diciptakan dengan sifat rasa ingin tahu yang besar, jika
mereka mencari tahu maka mereka akan mengenal tentang hal baru, maka dari
itu mereka tidak akan pernah berhenti untuk mencari tahu. Seperti halnya
mencari tahu tentang berita-berita terbaru yang sedang terjadi melalui televisi,
radio, koran, maupun media sosial.
D. Faktor Agama

Faktor yang terakhir adalah faktor agama, dapat kita lihat disekitar kita
bahwasanya keyakinan seseorang terhadap agama dapat mempengaruhi perilaku
seseorang tersebut, tidak hanya secara individual, tetapi juga secara sosial.
A. Kebutuhan Manusia Terhadap Agama
Kebutuhan manusia terhadap agama dan rohaniah sebenarnya saling
berkaitan, namun terkadang juga tidak, dikarenakan seseorang yang belum
memiliki keyakinan tentu saja memiliki kebutuhan rohaniah, hanya saja
kebutuhan mereka berbeda dengan kebutuhan seseorang yang beragama.
Keyakinan beragama dapat mempengaruhi perilaku kepribadian seseorang.
Dapat dilihat, secara empirik atau sosial agama merupakan kebutuhan bagi
tiap individu ataupun komunitas, tetapi tidak selamanya agama dapat menjadi
factor dominan penggerak tingkah laku manusia, karena hal tersebut dapat
dikembalikan dari tiap-tiap kebutuhan individu.
B. Keyakinan-Keyakinan Agama
a. Keyakinan Terhadap Tuhan YME.
Keyakinan terhadap Tuhan biasanya tergantung pada persepsi tiap individu
terhadap Tuhannya, tergantung dengan bagaimana cara mereka memandang
Tuhannya. Jika seseorang tersebut memiliki persepsi bahwa Tuhan itu galak
dan suka menghukum maka dia cenderung memiliki sifat penakut, kemanapun
dia pergi dia akan dihantui oleh rasa takut dan bersalah ketika melakukan
suatu hal yang dirasa menyalahi aturan, dan ketika dia dihadapkan dengan
orang yang bersalah maka dia cenderung bersifat keras dan mudah
menghukum dengan menimpakan hukuman yang seberat-beratnya kepada
orang yang bersalah. Sedangkan jika seseorang memiliki persepsi bahwa
Tuhan memiliki sifat Maha Pengasih, Maha Penyayang, Maha Pemberi, serta
Maha Pengampun, maka kemanapun dia pergi, dia akan cenderung bersifat
optimis. Ketika dia dihadapkan dengan orang yang bersalah maka orang
tersebut akan mengajaknya untuk mengintropeksi dan mengevaluasi
perbuatannya, serta akan memberikan nasihat agar dapat mengembalikannya
ke jalan yang benar.
Keyakinan terhadap Tuhan sendiri dibagi menjadi dua :
1. Keyakinan Jabbariah (Fatalisme)
Orang yang memiliki keyakinan seperti ini cenderung pasrah
terhadap nasib mereka, dikarenakan mereka memiliki keyakinan atau
Aqidah bahwa kuasa Tuhan itu bersifat mutlak. Orang yang berkeyakinan
seperti ini tidak akan pernah mencari tahu sebab-akibat terjadinya sesuatu,
mereka juga cepat menerima sesuatu ketika dilanda kesulitan.
2. Keyakinan Qadariyah (Free Will)
Berbeda dengan keyakinan Jabbariah, disini seseorang yang
memiliki keyakinan Qadariyah memiliki sebuah kemerdekaan dalam
menentukan tingkah laku atau perbuatannya, mereka cenderung memiliki
sifat pantang menyerah ketika dipertemukan dengan kesulitan,
dikarenakan mereka memiliki persepsi bahwa Tuhan memiliki sifat
keadilan yang mutlak.
b. Keyakinan Terhadap Hari Akhir
Keyakinan terhadap adanya hari akhir juga mempengaruhi tingkah laku
manusia. Orang yang mempercayai hari akhir berkeyakinan bahwa setelah
kehidupan di dunia pasti ada kehidupan di akhirat, yang mana kehidupan
tersebut merupakan tahap dimana seseorang akan dimintai sebuah
pertanggungjawaban atas apa yang telah dilakukannya di dunia dan
menentukan apakah dia akan masuk ke dalam surga atau neraka. Orang yang
memiliki keyakinan terhadap hari akhir cenderung berhati-hati dalam
bertindak, karena takut perbuatannya tersebut akan menimbulkan dosa,
biasanya mereka cenderung melakukan kebaikan agar mendapatkan pahala
agar dapat dijadikan bekal hidup di akhirat kelak.
c. Keyakinan Terhadap Takdir
Qadara merupakan arti lughowi dari kata takdir, qadara memiliki arti
ukuran atau kadar. Qadarullah atau takdir Allah merupakan ukuran sesuatu
yang telah diberikan Allah kepada makhluk-Nya, seperti halnya jodoh, rizki,
dan nasib, semua sudahdiatur oleh Allah sesuai dengan porsinya masing-
masing. Keyakinan terhadap takdir sendiri juga dikembalikan lagi pada
persepsi masing-masing individu. Seperti yang kita ketahui bahwa seseorang
yang memiliki faham Jabbariah maka dia akan cenderung pasrah dan
menerima takdirnya dengan apa adanya, namun sebaliknya jika seseorang
memiliki faham Qadariyah maka dia akan berusaha dalam memperoleh
takdirnya, contoh kecilnya adalah ketika sebuah kampung dilanda banjir,
maka mereka akan berusaha membangun tanggul pengaman agar suatu saat
tidak terjadi banjir lagi dikampungnya.
d. Keyakinan Terhapad Kesakralan
Konsep suci pasti sudah tidak asing lagi dalam suatu agama. Dalam suatu
agama sesuatu yang dianggap suci (sakral) pasti memiliki perlakuan dan
pantangan yang berbeda. Sebuah pantangan yang dilanggar biasanya akan
menimbulkan rasa takut kepada pelakunya, karena bisa saja mereka
mendapatkan kesialan atau kutukan dari hal tersebut. Hal seperti ini bisa
dijadikan sesuatu yang positif bagi para da’i yang arif, mereka bisa
memanfaatkan situasi seperti ini untuk menunjang kehidupan manusia agar
lebih bermoral dan bermartabat, seperti halnya sebuah pohon yang diyakini
memiliki kekuatan sakral dapat menunjang sebuah program penghijauan.
e. Keyakinan Terhadap Makhluk Gaib
Sesuatu yang gaib sudah tidak lagi asing ditelinga kita. Semua agama pasti
memiliki kepercayaan terhadap sesuatu yang gaib, namun semua itu kembali
lagi kepada persepsi masing-masing individu. Dapat kita lihat seseorang yang
memeluk agama animistis, mereka cenderung meminta tolong kepada
makhluk gaib untuk mendapatkan sesuatu yang mereka inginkan melalui
perantara dukun atau bisa saja langsung ketika mereka memiliki ilmu tersebut,
hal tersebut seringkali dinilai tidak rasional (tidak masuk akal).
Hal-hal yang gaib juga pasti sudah tidak asing lagi bagi pemeluk agama
Islam, namun dalam ajarannya Islam sudah sangat transparan dalam
memperkenalkan hal-hal yang gaib, seperti malaikat, jin, dan setan, serta
hubungannya dengan manusia, maka dari itu pemikiran mereka terhadap hal-
hal yang gaib dapat diterima oleh akal sehat (rasional).
BAB III
ANALISA

E. Kritik

Banyak manusia diluar sana yang kurang memahami tentang faktor-faktor


yang mempengaruhi perilaku manusia sehingga sering kali kita menemui perilaku
manusia yang tidak rasional, melanggar aturan, bahkan menyimpang dari norma-
norma kehidupan.

F. Saran

Sebagai manusia yang bijak dan dikaruniai akal sehat sudah sepatutnya kita
mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan, contohnya adalah dengan
mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku manusia agar terciptanya
kehidupan yang damai, tentram, dan tidak menyimpang dari jalannya.

G. Pendapat

Mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi tingkah laku manusia


sangatlah penting karena hal tersebut sangatlah berpengaruh pada roda kehidupan
manusia, sifat-sifat manusia sendirilah yang menentukan tingkat kesuksesan dalam
sebuah kehidupan. Jika tingkah laku manusia tidak diatur maka manusia bisa
bertindak semena-mena sesuai dengan kehendaknya sendiri.
BAB IV
KESIMPULAN

Dari makalah diatas dapat ditarik garis kesimpulan bahwasanya mempelajari


faktor-faktor yang mempengaruhi tingkah laku manusia merupakan hal yang penting,
mustahil manusia berperilaku dengan tanpa adanya sebab, dari sebab-sebab tersebut
kita dapat mengetahui watak dan sifat seseorang, selain itu kita juga dapat menambah
ilmu serta wawasan agar dapat mengontrol diri kita agar tingkah laku kita sesuai
dengan norma-norma yang ada dalam kehidupan bermasyarakat. Karena pada
dasarnya manusia merupakan hewan yang memiliki akal, maka dari itu dengan
mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi tingkah laku manusia akal kita akan
lebih mencerna tentang kehidupan bermayarakat.
DAFTAR PUSTAKA

DR. Achmad Mubarok, M. (1999). Psikologi Dakwah. Jakarta: Pustaka Firdaus.

Anda mungkin juga menyukai