Anda di halaman 1dari 33

MANAJEMEN TBC RESISTEN OBAT

DINAS KESEHATAN PROVINSI DKI JAKARTA


TAHUN 2023
Standar Pelayanan TBC RO
Tim TB RO Rumah Sakit

Tim ahli klinis

Dokter pelaksana harian

Perawat TB RO

Rawat inap (Fasilitas penanganan efek samping obat) : Minimal : ventilasi terbuka, ada mesin exhaust. jika
memungkinkan ruangan bertekanan negatif.

Rawat jalan : area minum obat.

Lab penunjang /radiologi/farmasi

Pemeriksaan EKG

Tenaga administrasi / data officer untuk pencatatan dan pelaporan


Peran & Tanggung Jawab Fasyankes TB RO
Menetapkan diagnosis

Menetapkan pengobatan

Menetapkan paduan dan dosis OAT yang digunakan.

Melakukan tatalaksana kasus TB RO termasuk TB pre-XDR, TB XDR, dan kasus dengan penyulit
Bekerjasama dengan dokter ahli lain yang terkait, terutama untuk penanganan efek samping berat serta
masalah yang memerlukan masukan dari dokter ahli
Melakukan pencatatan pelaporan sesuai ketentuan program

Menetapkan hasil akhir pengobatan

Melakukan koordinasi melalui jejaring internal dan eksternal

Memastikan keberlangsungan pengobatan di fasyankes yang bersangkutan

Memberikan bimbingan pada fasyankes satelit yang masuk dalam jejaringnya


Dukungan Program Tuberkulosis dalam Layanan TBC RO

Logistik(Prov – Diagnosis/ Pengobatan


Kegiatan TB RO
Kab/Kota/RS) Laboratorium Pasien TB RO
• Distribusi Obat • Pemeriksaan • Paket • Mini Kohort
• Perbekalan TCM pengobatan • MICA
Laboratorium • Pengepakan pasien TB RO : • Audit Klinis
(Cartridge, dan Pengiriman Baseline,
• Update
Reagen, dll) Contoh Uji Pemeriksaan
tatalaksana TBC
• Pemeriksaan Penunjang,
RO
LPA dan cDST Rawat Inap, ESO
• Desentralisasi
pasien ke
fasyankes satelit
• Transport
pasien TB
RO/Enabler
NO Prinsip Pengobatan TB RO
1 Paduan Jangka pendek (9-11 bln) dan Paduan Individual (20-24 bln)
Ambulatory
2 Rawat inap jika berat,ada efek samping obat

3 Fase intensif dan Fase lanjutan: Obat oral diberikan setiap hari

Inisiasi di RS TB RO (penetapan paduan OAT oleh TAK terlatih),


4 Desentralisasi ke layanan terdekat dengan pasien
5 PMO adalah petugas kesehatan dan kader kesehatan terlatih

Pemeriksaan baseline dan Monitoring kemajuan pengobatan dengan pemeriksaan


6 BTA, biakan, pemeriksaan laboratorium tertentu yang dibutuhkan

7 Monitoring dan Manajemen efek samping obat


8 Dukungan Psikososial
UPAYA KEBERLANGSUNGAN
PENGOBATAN TB RO –
Desentralisasi
Rujukan Pasien TB RO
1. Rujukan medis dari fasyankes satelit ke fasyankes TB RO
2. Rujukan lanjutan pengobatan ke fasyankes satelit (desentralisasi)
3. Rujukan pindah pengobatan ke fasyankes rujukan/fasyankes TB
RO lain
4. Rujukan laboratorium TB RO
Rujukan lanjutan pengobatan ke fasyankes
satelit TB RO (Desentralisasi)

Tujuan : Untuk mendekatkan layanan ke tempat tinggal pasien, mengurangi


Lost to Follow up.
Pasien yang memenuhi syarat untuk lanjutan pengobatan di fasyankes satelit :
§ Pasien tidak mengalami efek samping yang berat atau yang belum
terkontrol
§ Kondisi pasien memungkinkan untuk dilakukan rujukan balik ke satelit TB
RO – tidak memiliki penyakit penyerta berat
§ Lokasi tempat tinggal pasien lebih dekat ke fasyankes TB RO
§ Persetujuan dari Tim Ahli Klinis
§ Tim Fasyankes Satelit telah menerima pelatihan dari Dinas Kesehatan
setempat
Proses Desentralisasi
• Fasyankes TB RO mengidentifikasi Fasyankes satelit terdekat tempat
tinggal pasien
• Fasyankes TB RO melaporkan ke Dinkes Kab/Kota untuk mempersiapkan
fasyankes satelit
Persiapan
• Melakukan OJT/pelatihan jika fasyankes satelit belum pernah menjadi
satelit

• Pada waktu yang disepakati; Dokter/perawat TB, dan Petugas Farmasi


datang ke fasyankes TB RO untuk menjemput pasien dan menerima
pasien dari TAK, perawat dan petugas farmasi
• Serah terima :
Proses/Serah • Foto Kopi Buku pengobatan pasien (TB 01 RO)
Terima Pasien • Kejadian/kondisi khusus yang pernah dialami pasien
• Jadwal monitoring dahak dan klinis selanjutnya
• Stok obat TB RO 1-3 bulan sesuai jadwal desentralisasi
LOGISTIK YANG DISIAPKAN
1. Formulir Pengantar Lanjutan Pengobatan TB RO, lampirkan : resume
kondisi klinis & tatalaksana pengobatan
2. TB 01 RO (foto kopi buku pengobatan)
3. TB 02 RO (buku identitas)
4. Kebutuhan OAT TB RO dan Masker N95 untuk petugas
5. Lembar serah terima OAT RO (2 rangkap)
6. Formulir pelaporan Kejadian Tidak Diinginkan (KTD) serius
Peran dan Tanggung Jawab Tim TB RO di Fasyankes
Satelit
Melanjutkan pengobatan pasien TB RO yang telah didesentralisasi dari
fasyankes pelaksana layanan TB RO.

Berkonsultasi dengan tim TB RO di fasyankes pelaksana layanan TB RO untuk


tata laksana efek samping serta kondisi komorbid yang tidak bisa ditangani di
fasyankes satelit.

Melakukan pemantauan kemajuan pengobatan dan merujuk untuk


pemeriksaan rutin ke fasyankes pelaksana layanan TB RO sesuai jadwal.

Melakukan pemantauan dan pencatatan efek samping obat (ESO),


memberikan tata laksana ESO sesuai kemampuan, serta merujuk pasien bila
diperlukan.
Peran dan Tanggung Jawab Tim TB RO di Fasyankes
Satelit

Melakukan pencatatan pelaporan sesuai ketentuan program.

Melakukan koordinasi melalui jejaring internal dan eksternal.

Memastikan keberlangsungan pengobatan.

Melakukan investigasi kontak dan pemberian terapi pencegahan


TB untuk kontak erat
UPAYA KEBERLANGSUNGAN
PENGOBATAN TB RO –
Pemantauan Pengobatan
Pemeriksaan awal dan Jenis Pemeriksaan Awal Setiap Bulan
Akhir
Pengobatan
Setiap 6 bulan
pasca pengobatanh
monitoring
Pemeriksaan Klinis
pengobatan TB RO
Pemeriksaan fisik V V V V
jangka pendek
Konseling dan evaluasi kondisi
V V V V
Tes penglihatan: tes buta psikososial
warna & lapang pandang Berat badan (IMT) V V V V
sederhana
Skrining neuropati perifer V V V

Skrining fungsi penglihatan a V V V

Skrining psikiatri: sesuai Skrining psikiatri b V


dengan fasilitas yang tersedia
(MINI ICD-10, SCID 2, dsb). Pemantauan efek samping obat V V

Konsultasi hasil pengobatan V V

Pemeriksaan Mikrobiologi
BTA sputum c V V V V

Biakan sputum c V V V V

LPA lini kedua V Diulang bila BTA/kultur positif pada bulan ke-4f

Uji kepekaan obat fenotipik V Diulang bila BTA/kultur positif pada bulan ke-4f
22
Pemeriksaan awal
dan monitoring
pengobatan TB RO Pemeriksaan Laboratorium, Radiologi dan EKG

jangka pendek Rontgen dada d V V V

EKG e V V V

Darah perifer lengkap (DPL) V V V


Fungsi hati:
V V V
SGOT, SGPT, Bilirubin total
Elektrolit: Na, K, Ca, Mg V V
Fungsi ginjal:
V V
Ureum, kreatinin serum
Pemeriksaan asam urat V V

Gula darah puasa dan 2 jam PPg V


Jika fasilitas pemeriksaan tidak
tersedia, maka pengobatan TSH/TSHsg V
dapat dilakukan sambil
memonitor efek samping Tes kehamilang V

Tes HIVg V
Jika ada keluhan atau kelainan pada hasil pemeriksaan, dokter dapat melakukan rujukan untuk
pemeriksaan lebih lanjut ke dokter spesialis terkait. 23
Keterangan

§ Pemeriksaan BTA & biakan setiap bulan, 1 (satu) dahak pagi.


§ Pada bulan ke-4, ke-5, ke-6 & AP dilakukan pemeriksaan BTA dari dua (2) dahak
pagi berurutan.
§ Pemeriksaan BTA dan biakan dapat dilakukan di lab biakan.
§ Pemeriksaan LPA & uji kepekaan mengumpulkan 2 dahak.

§ Bila BTA/ biakan masih positif pada bulan ke-4, lakukan pemeriksaan LPA
lini kedua/ uji kepekaan ulang untuk mengetahui jika terdapat tambahan
resistansi obat (acquired resistance)

16
Keterangan
§ Pemeriksaan rontgen dada diulang pada akhir tahap awal & di akhir
pengobatan.
§ Pemeriksaan EKG: di awal, minggu ke-2, bulan ke-1, lalu rutin setiap
bulan&/ bila terdapat keluhan jantung.

§ Pemantauan pasca pengobatan dilakukan setiap 6 bulan selama 2


tahun, dan dapat dilakukan kapan saja bila muncul gejala TB.

Memastikan data pasien terisi dengan benar & terekam dalam sistem
pencatatan yang digunakan, baik pada formulir pencatatan manual
maupun SITB.
17
Pemeriksaan Awal dan Monitoring TB RO
Individual/Jangka Panjang

• Pemeriksaan awal dan pemantauan pengobatan TB RO jangka


panjang pada umumnya sama dengan paduan jangka pendek, dengan
penambahan:
• pemeriksaan albumin, untuk pasien yang mendapatkan Dlm
• pemeriksaan audiometri, pasien yang mendapatkan obat injeksi Am/S
Akhir Pasca
Jenis Pemeriksaan Awal Setiap Bulan Pengobatan Pengobatang

Pemeriksaan Klinis
Pemeriksaan fisik V V V V
Konseling dan evaluasi
V V V V
Pemeriksaan awal kondisi psikososial
Berat badan (IMT) V V V V
dan monitoring Skrining neuropati perifer V V V
pengobatan TB RO Skrining fungsi penglihatan a V V V
jangka panjang Skrining psikiatri V
Pemantauan efek samping V V
obat
Konsultasi hasil pengobatan V V
Pemeriksaan Bakteriologis
BTA sputum b V V V V
Kultur sputum V V V V
LPA lini kedua V Diulang bila BTA/kultur bulan ke-6h positif
Uji kepekaan fenotipik V Diulang bila BTA/kultur bulan ke-6h positif
Akhir Pasca
Jenis Pemeriksaan Awal Setiap Bulan Pengobatan Pengobatang

Pemeriksaan Laboratorium, Radiologi dan EKG


Rontgen dada c V V V
EKG d V V V
Darah perifer lengkap (DPL) e V V V
Pemeriksaan awal Audiometri f V
dan monitoring Fungsi hati:
V V V
pengobatan TB RO SGOT, SGPT, Bilirubin total
Elektrolit: Na, K, Ca, Mg V V
jangka panjang Ureum, kreatinin serum V V
Albumin i V V
Asam urat V V
Gula darah puasa dan 2 jam
V
PP
TSH/TSHs V
Tes kehamilan V
Tes HIV V
Keterangan tabel:
a) Tes penglihatan yang dilakukan meliputi tes buta warna dan lapang
pandang sederhana
b) Pemeriksaan BTA dilakukan setiap bulan dengan mengumpulkan 1 (satu)
dahak pagi. Pada bulan ke-6, ke-7, ke-8 dan akhir pengobatan dilakukan
pemeriksaan BTA dari dua (2) dahak pagi berurutan.
c) Pemeriksaan rontgen dada diulang pada bulan ke-6 pengobatan
d) Pemeriksaan EKG dilakukan di awal, minggu ke-2 pengobatan, bulan ke-1
pengobatan, lalu rutin setiap bulan dan atau bila terdapat keluhan terkait
jantung
e) Pemeriksaan DPL harus dipantau secara ketat untuk pasien yang
mendapatkan obat linezolid
f) Pemeriksaan audiometri harus dilakukan pada pasien yang mendapatkan
obat injeksi amikasin ataupun streptomisin
g) Pemantauan pasca pengobatan dilakukan setiap 6 bulan selama 2 tahun
h) Bila hasil pemeriksaan BTA/biakan masih positif pada bulan ke-6, lakukan
pemeriksaan LPA lini kedua/uji kepekaan ulang untuk mengetahui jika
terdapat tambahan resistansi obat (acquired resistance).
ü Jika lab biakan = lab LPA/uji kepekaan, pemeriksaan dilakukan dengan
menggunakan isolat yang tumbuh.
ü Jika lab biakan BUKAN merupakan lab LPA/uji kepekaan, dilakukan
pengambilan dahak baru atau pengiriman isolat ke laboratorium
LPA/uji kepekaan.
g) Hanya dilakukan untuk pasien yang mendapatkan obat delamanid
PELACAKAN PASIEN
TB RESISTAN OBAT MANGKIR
JENIS PASIEN TB RO MANGKIR
SAAT DIAGNOSA DALAM PENGOBATAN
Ø Ketidaktahuan pasien/keluarga : Ø Efek samping obat (ESO)
a. Tentang penyakit TB RO Ø Transportasi, akses
b. Risiko jika tidak menjalani
Ø Waktu tunggu di fasyankes
pengobatan
Ø Hambatan lain sehingga tidak bisa Ø Dukungan, komitmen kurang
datang ke fasyankes : pekerjaan, Ø Informasi, pemahaman kurang
social ekonomi, jauh, transportasi
Ø Sikap, perilaku petugas, PMO
Ø Sikap, perilaku masyarakat
Ø Beban psikososial pasien
LANGKAH - LANGKAH PELACAKAN
PASIEN TB RO MANGKIR
A. Pelacakan pasien mangkir diagnosis
hari
3

Petugas Dinkes Petugas


kesehatan
Kab/Kota puskesmas
fasyankes yang wilayah pasien
mendiagnosis

Petugas Petugas
Petugas
menanyakan puskesmas
melaporkan hasil
alasan mangkir kunjungan rumah
kunjungan
dan edukasi
B. Pelacakan pasien mangkir PENGOBATAN
jam
24

Petugas Dinkes Petugas


kesehatan
Kab/Kota fasyankes
fasyankes yang wilayah pasien
mendiagnosis

Petugas Petugas fasyankes


Petugas
menanyakan kunjungan rumah
melaporkan hasil
alasan mangkir
kunjungan
dan edukasi
PENCATATAN PASIEN TB RO MANGKIR

1. Lembar absensi kedatangan harian pasien TB


RO
2. Formulir pelacakan pasien TB RO :
a. Diisi setiap kali petugas menghubungi pasien

b. Lampirkan pada TB 01 RO pasien


INVESTIGASI KONTAK PADA PASIEN TB RO
Apa itu Investigasi Kontak?

Investigasi Kontak (IK) adalah kegiatan yang dilakukan untuk


meningkatkan penemuan kasus TB dengan cara mendeteksi
secara dini dan sistematis terhadap orang yang kontak dengan
sumber infeksi TB
Alur Kerja Kader dan Petugas Kesehatan dalam Pelaksanaan IK
Terapi Pencegahan Tuberkulosis (TPT) pada Kontak TBC RO
● Jika setelah dilakukan IK pasien RO dan ditemukan ada balita yang dapat diberikan
TPT, Puskesmas dapat melaporkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan RS
Rujukan TB RO tempat pengobatan kasus indeks yang dilakukan IK.

● Paduan obat pencegahan yang diberikan adalah levofloksasin 15-20 mg/kgBB/hari


dan etambutol 15-25 mg/kgBB/hari selama 6 bulan. Regimen TPT RO dikonsulkan
kepada Tim Ahli Klinis RS TB RO

● Obat diminum 1-2 jam sebelum makan

● Jika hasil uji kepekaan kasus indeks resisten fluorokuinolon, paduan levofloksasin
dan etambutol sebagai TPT tidak bisa diberikan. Paduan TPT akan ditentukan oleh
TAK sesuai dengan hasil uji kepekaan kasus indeks.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai