Anda di halaman 1dari 51

Pertemuan 2

Organisasi dan Tata Kerja


2022

Organisasi Publik
Budaya Organisasi
Manajemen Perubahan
Capaian pembelajaran
Mahasiswa memahami dan
mampu menjelaskan:
✓ Organisasi publik
✓ Budaya organisasi
✓ Manajemen perubahan
1. Karakteristrik
Organisasi
Tujuan
Publik
POKOK BAHASAN Organisasi publik berdasarkan sifatnya
Organisasi publik berdasarkan output dan outcome-nya
2. Budaya Pengertian budaya organisasi
Organisasi
Budaya kuat vs. Budaya lemah

Penguatan budaya organisasi

3. Faktor pendorong perubahan


Manajemen
Perubahan Proses & area perubahan

Pengelolaan perubahan
Organisasi Publik
Siapa yang dilayani, sifat layanannya,
jenis organisasinya
Kembali harus diingat
PERBEDAAN ORGANISASI PUBLIK VS PRIVAT
Organisasi Publik Organisasi Privat
Tujuan Non Laba Laba / Keuntungan ekonomi
Produk yang dihasilkan Barang dan Jasa Umum (Public Goods) Private good
Cara Pengambilan Demokratis dan/atau birokratis, Proses strategi bisnis, sesuai hukum
keputusan pertimbangan dasar kebutuhan akan pasar, terbatas/tertutup pada
sumber-sumber, terbuka. kepentingan pemilik
Ukuran kinerja Pencapaian nilai sosial kesejahteraan Esifiensi berdasarkan nilai cost-benefit
umum
Kekuasaan Di tangan warga negara Konsumen, mekanisme pasar

Oleh sebab itu negara akan berupaya semaksimal mungkin menangangi masalah yang dihadapi dalam ukuran
skala nasional dengan segala cara sesuai amanat dari UU Dasar. Dalam realitanya kebutuhan yang harus
diselesaikan jauh melebih kemampuan sumber daya tersedia, adanya skala prioritas dan tata kelola yang
berkelanjutan sangat diperlukan.
Mengapa perlu dibentuk Organisasi Publik?
1. Terbentuk karena interaksi hak dan kewajiban politik
antara institusi pemerintah & warga negara
2. Terbentuk karena ada tindakan pemerintah untuk
menyelesaikan kepentingan masyarakat (kolektif/umum)
3. Jiwa urusannya (domain) adalah untuk meraih tujuan atau
nilai-nilai kolektif
4. Nilai-nilai kolektif yang diraih tidak mungkin diselesaikan
oleh organisasi privat akibat “market-failure”

Ada banyak sekali nilai yang menjadi tujuan dan tergantung tugas
dan fungsi utama organisasi tersebut. Seperti: democratic,
representative, responsibility, responsiveness, effective, efficient,
social equity (fairness), social equality, collectivity, safety,
comfortability
”Melayani” Siapa Organisasi Publik,
konsumen, pelanggan atau warga negara?
Ayo kita coba kaji di bawah ini

Konsumen (Costumer), Pelanggan (Client), Warga negara (Citizen),


Bisa datang dan pergi menawar Merujuk pada loyalitas pada Mereka adalah siapa saja baik
barang/jasa dari penjual. Demikian merek tertentu. Dalam hal ini pemilih maupun belum memilih,
penjual dapat meninggalkan seperti kesetiaan orang pada miskin/kaya, sepanjang menemui
mereka bila tidak ada uang atau sebuah partai politik atau menjadi kita dalam urusan yang menjadi
logika ekonomi perusahaan tidak konstituen aktif & fanatik. “Maaf tugas kita atau sekedar kita
bersepakat dengan kebutuhan anda bukan pemilih dari organisasi mengarahkan ke unit lain di
konsumen. ”Anda jangan kami, maaf ini bantuan bencana pemerintahan yg tepat merekalah
langganan listrik kalau tidak bisa sesuai poskonya!” sasaran “layanan negara”
membayar!”, “Jangan sakit kalau
tidak punya uang!” Apakah seperti itu ketika kamu Apakah kamu masih menolak
datang ke instansi pemerintah melayani mereka?
Apakah seperti itu ketika kamu ditanya “kamu milih siapa/apa?”
datang ke instansi pemerintah, Baru dilayani.
misalnya mengurus surat
kehilangan SIM atau STNK?
Apakah mungkin dilakukan
Segmentasi dalam Organisasi Publik?
Ayo kita coba kaji di bawah ini

Direktorat Jenderal Pajak melakukan segmentasi wajib pajak,


1. Besar ( +/- 70%) penentu penerimaan
2. Menengah ( 15 – 25%) penerimaan
3. Kecil/Pratama ( 1 – 5 %) penerimaan.

Model administrasi yang mengkombinasikan nilai “market” bukan


berarti membedakan wajib pajak dalam layanannya atau stratifikasi
(kastanisasi), namun lebih kepada untuk tujuan “efisiensi” sumber daya
operasi pengawasannya. (output dan outcome sangat jelas)
Hal ini mengingat jumlah SDM yang masih sangat terbatas. Seleksi ketat bagi SDM yang akan
ditempatkan di LTO/Menengah menjadi pilihan rasional. The best and highest rank should be
applied to making optimum result.
Organisasi Publik Berdasarkan
Sifat Layanannya
Adrian Webb ( 1971) mengemukakan klasifikasi organisasi publik berdasarkan sifat layanan pokok yang disediakan:
1. PELAYANAN REGULATIF.
Yang biasa ditunjukkan pada fungsi mengendalikan keamanan dan ketertiban masyarakat. Seperti: Kemenham,
Kepolisian (Pempus) sampai dengan Satpol PP (Pemda)
2. PELAYANAN ADAPTIF.
Yang biasa berfungsi menangani masalah lebih ke arah sosial kemanusiaan. Seperti Badan Penanggulangan
Bencana, Kemensos hingga dinas di kab/kota terkait.
3. PELAYANAN BIASA.
Yang berfungsi memberikan pelayanan yang dibutuhkan masyarakat dan bernilai ekonomis, di luar dua
sebelumnya. Seperti: Kemenkes, Kemenkeu, Kemendikbud, Rumah Sakit, hingga BPJS.

Namun pada kenyataannya kadang sifat layanan beririsan satu sama lain berkombinasi. Misal: Pelayanan di DJBC dan
DJP tidak murni melayani karena ada unsur untuk mengubah perilaku disertai penegakan.
Sifat layanannya, sasaran penerimanya, misi organisasi, leadership, tata kelolanya dan masih banyak faktor lainnya
juga akan memengaruhi motivasi, perilaku anggotanya yang masuk dalam ranah budaya organisasi.
Empat Jenis Organisasi Publik Versi James Q. Wilson
Wilson (1989) membagi organisasi publik
menjadi empat jenis ditinjau dari output
(produk) dan outcome (dampak)
keberadaan organisasinya. Observable OUTPUT
diartikan dapat diamati oleh masyarakat
luas, yang tentu ada kaitannya dengan
OBSERVABLE UNOBSERVABLE
praktik manajemen risiko.

PRODUCTION CRAFT
OBSERVABLE ORGANIZATIONS ORGANIZATIONS
OUTCOME
UNOBSERVABLE PROCEDURAL COPING
ORGANIZATIONS ORGANIZATIONS
PRODUCTION ORGANIZATIONS
(output & outcome dapat diamati)
Berciri skema produk layanan, kegiatan dan dampak dari instansi pemerintah tersebut dengan mudah
diamati oleh masyarakat.

Wilson meneliti di tingkat instansi pusat (federal):


1. Administrasi Jaminan Sosial (SSA), (BPJS kalau di Indonesia)
2. Internal Revenue Service (IRS), (DJP kalau di Indonesia)
3. US Postal Service (USPS), (PT. POS kalau di Indonesia)

Ketiga organisasi tersebut paling mudah diamati dari mulai kebijakan para pimpinannya sampai dengan
tingkat lini operator yang berhubungan dengan masyarakat pengguna layanan Kontribusi karyawan
secara individual dan kolektif mudah dihubungkan dengan keluaran organisasi.
Setiap manajer dapat mudah merancang sistem kepatuhan yang mempromosikan lingkungan kerja yang
efisien berdasarkan kinerja mikro dari perilaku tingkat individu, tim hingga satu unit besar organisasi di
tiap wilayah kerjanya.
Model organisasi seperti ini sangat mudah menerima masukan dan merespons dinamika lingkungan
eksternalnya termasuk menerima kritik terbuka.
CRAFT ORGANIZATIONS
(output tidak teramati namun outcome dapat diamati)
Berciri skema produk layanan, kegiatan tidak teramati namun dampak dari instansi pemerintah
tersebut dapat diamati oleh masyarakat.

Wilson meneliti di tingkat instansi pusat (federal) fungsi Federal Bureau of Investigation (FBI).
Menurutnya organisasi dengan pola ini tidak diketahui dengan pasti apa yang dikerjakannya,
bagaimana cara kerjanya, namun kerap melakukan konferensi pers serta penyebaran informasi atas
dampak operasi yang telah/sedang dilakukannya.
Dapat dikatakan bersifat tertutup dalam operasinya, namun masih memiliki hubungan/kontak
layanan keluhan untuk masyarakat. Pola kerjanya serba rahasia tetapi tingkatan karir para
pejabatnya dapat diketahui oleh publik
Risiko kegagalan tidak diketahui karena sifat operasinya, masyarakat tetap dapat terbuka
menyampaikan pendapat/kritik.
PROSEDURAL ORGANIZATIONS
(output teramati namun outcome sulit diamati)
Berciri skema produk layanan, kegiatan teramati namun dampak dari instansi pemerintah tersebut sulit/tidak dapat
diamati/diukur oleh masyarakat.

Wilson meneliti di tingkat fungsi Higher Education Institution. Banyak sekali kegiatan yang dipromosikan oleh masing-
masing lembaga pendidikan, data jumlah lulusan, jumlah ijazah/sertifikasi dan penelitiannya yang kerap dilakukannya.
Banyak faktor yang perlu dimasukkan dalam mereleasikan manfaat organisasi jenis ini.

Namun menurutnya manfaat nyata antara produk dengan dampak seperti keberhasilan hidup (well being) kualitas
moral sosial ekonomi tidak memiliki korelasi kuat. Dampak langsung berguna bagi masyarakat masih jauh dari
harapan. Bila pun perkembangan teknologi lebih terjadi dari sektor privat non perguruan tinggi.

Dapat dikatakan bersifat terbuka dalam operasinya, terbuka dalam kontak layanan keluhan untuk masyarakat, tetapi
tidak menyelesaikan masalah sebenarnya.
Risiko kegagalan sudah jelas diketahui karena sifat operasinya selalu terlambat (kurikulum tidak mengikuti tren
industri), masyarakat tetap dapat terbuka menyampaikan pendapat/kritik walaupun tidak ada perubahan dan tetap
mahal biaya pendidikan.
COPING ORGANIZATIONS
(output & outcome paling sulit diamati)
Berciri skema produk layanan, kegiatan dan dampak dari instansi pemerintah tersebut paling sulit
diamati oleh masyarakat.

Wilson meneliti di tingkat instansi pusat (federal) fungsi Diplomacy or Ministry of Foreign, Military
and Defence.
Menurutnya organisasi dengan pola ini tidak diketahui dengan pasti apa yang dikerjakannya,
bagaimana cara kerjanya, apa manfaatnya secara nyata sulit diukur.
Dapat dikatakan bersifat tertutup, sulit menerima atau bahkan mungkin tidak ada kontak layanan
keluhan untuk masyarakat. Pola kerjanya serba rahasia dan sangat politis.
Risiko kegagalan hanya diketahui kelompok elite tertentu.
Referensi
• Chandler, Ralph C., dan Plano, Jack C. (1988). The Public Administration Dictionary. John Wiley &
Sons.
• John Clarke (2006) Consumers, Clients Or Citizens? Politics, Policy And Practice In The Reform Of
Social Care, European Societies, 8:3, 423-442.
• Wilson, J. Q. (1989). Bureaucracy: What government agencies do and why they do it. New York:
Basic Books.
• Webb, A. (1971), Social Service Administration: A Typology for Research. Public Administration,
49: 321-339.
BUDAYA ORGANISASI
Menurut Edgar H. Schein
Budaya organisasi adalah
suatu pola dari asumsi dasar
dimana kelompok telah
mengetahui bahwa asumsi itu
dapat memecahkan masalah
dalam melakukan adaptasi
eksternal dan integrasi
internal, dan telah berjalan
Budaya organisasi dengan baik serta dinyatakan
sesungguhnya merupakan sebagai hal yang benar.
landasan terwujudnya
organisasi yang efektif.
Asumsi dasar tersebut berupa kebersamaan yang
meliputi:
a. kebersamaan atas sesuatu (shared-things)
misalnya pakaian seragam;
b. kebersamaan perkataan (shared-saying)
misalnya ungkapan, semboyan;
c. kebersamaan dalam perbuatan (shared-doing)
misalnya kerja bakti, gotong royong;
d. kebersamaan dalam perasaan (shared-feeling)
misalnya ucapan ulang tahun, belasungkawa.
Menurut Edgar Schein
the shared values, principles, traditions, and
ways of doing things that influence the way
organizational members act and that
distinguish the organization from other
organizations Menurut Robbins
Faktor-Faktor yang Menentukan • Kebersamaan
KEKUATAN • Intensitas
Budaya Organisasi
Ciri-Ciri Budaya Organisasi Kuat
1. Anggota-anggota organisasi loyal kepada organisasi.
2. Pedoman bertingkah laku bagi orang-orang di dalam
perusahaan digariskan dengan jelas, dimengerti,
dipatuhi dan dilaksanakan oleh orang-orang di dalam
organisasi sehingga orang-orang yang bekerja
menjadi sangat kohesif (erat/keterpaduan).
3. Nilai-nilai yang dianut organisasi tidak hanya Ciri-Ciri Budaya Organisasi Lemah
berhenti pada slogan, tetapi dihayati dan dinyatakan
dalam tingkah laku sehari-hari secara konsisten oleh 1. Mudah terbentuk kelompok-
orang-orang yang bekerja dalam perusahaan. kelompok yang bertentangan satu
4. Organisasi memberikan tempat khusus kepada sama lain.
pahlawan-pahlawan organisasi dan secara sistematis 2. Kesetiaan kepada kelompok
menciptakan bermacam-macam tingkat pahlawan. melebihi kesetiaan kepada
5. Dijumpai banyak ritual, mulai dari ritual sederhana organisasi.
hingga yang mewah. 3. Anggota organisasi tidak segan-
6. Memiliki jaringan kulturan yang menampung cerita- segan mengorbankan kepentingan
cerita kehebatan para pahlawannya organisasi untuk kepentingan
(alumni/pendahulu). kelompok atau kepentingan diri
sendiri.
Langkah-Langkah Kegiatan Untuk
Memperkuat Budaya Organisasi
1. Memantapkan nilai-nilai dasar budaya organisasi.
2. Melakukan pembinaan terhadap anggota organisasi.
3. Memberikan contoh atau teladan.
4. Membuat acara-acara rutinitas.
5. Memberikan penilaian dan penghargaan.
6. Tanggap terhadap masalah eksternal dan internal.
7. Koordinasi dan kontrol.
Pendiri/pimpinan organisasi
memiliki pengaruh besar terhadap
budaya awal organisasi
Proses terciptanya budaya organisasi terjadi dalam 3
cara:
1. Pendiri/pimpinan hanya merekrut dan
mempertahankan karyawan yang sepemikiran
dan seperasaan dengan mereka.
2. Pendiri/pimpinan melakukan indoktrinisasi dan
mensosialisasikan cara berpikir dan
berperilakunya kepada karyawan.
3. Perilaku pendiri/pimpinan sendiri bertindak
sebagai panutan atau role model yang
mendorong karyawan untuk mengidentifikasi
diri dan dengan demikian menginternalisasi
keyakinan, nilai, dan asumsi pendiri/pimpinan
organisasi tersebut.
Menurut Robbins
“Budaya organisasi dapat
disampaikan/diajarkan kepada
seluruh karyawan/pekerja dalam
sejumlah bentuk, seperti cerita,
ritual, lambang-lambang yang
bersifat kebendaan, dan bahasa”.
PENGUATAN BUDAYA
KEMENTERIAN KEUANGAN
Sumber materi: Central Transformation Office (CTO) Kementerian Keuangan
CENTRAL
TRANSFORMATION
OFFICE

Benchmark Transformasi Budaya

Lessons Learned implementasi budaya pada beberapa organisasi di Indonesia, 2017

1 Penguatan budaya organisasi menjadi dasar dan


spirit transformasi di berbagai K/L maupun
BUMN (LPS, OJK, Bank Indonesia, Garuda
Indonesia, Angkasa Pura II, Bank Mandiri)

Beberapa organisasi melakukan perubahan values (Garuda


Indonesia, LPS), sementara organisasi yang lain (OJK, Bank
2 Mandiri) mempertahankan nilai yang telah ada, namun
melakukan penajaman nilai budaya melalui redefinisi perilaku,
meningkatkan engagement pegawai dan penyelarasan budaya
dengan sistem yang berjalan di organisasi

Budaya organisasi telah menjadi bagian


3 dari sistem penilaian kinerja
CENTRAL
TRANSFORMATION
OFFICE

Benchmark Transformasi Budaya

Benchmark program penguatan budaya pada K/L maupun BUMN, 2017

Komitmen pimpinan dan tone of the top (AP II, Garuda Indonesia)
1 - pimpinan sebagai change leader,
- penguatan peran leader dalam internalisasi core values

Streamlining struktur organisasi dan efisiensi probis (KKP)


- Pengurangan struktur Es I dari 14 menjadi 12
- memperingkas aplikasi dari 429 menjadi 17,
2 - Penyederhanaan nomenklatur unit kerja dan anggaran)

Engagement pegawai, terutama untuk Gen Y (Bank Mandiri)


- Happy hour - casual Friday
- toastmaster - implementasi budaya melalui gamification
3
Integrasi budaya ke dalam performance management system (Garuda
Indonesia)
– integrasi program budaya ke dalam Performance management systems dan
HR system)
4
Lomba/ kompetisi bertema budaya (LPS, Garuda Indonesia,
Angkasa Pura II
5
CENTRAL
TRANSFORMATION
OFFICE

Penguatan Budaya Kemenkeu

Charter Inisiatif Strategis RBTK (2017-2018): 2017-2018


Penguatan Budaya Organisasi Kementerian Keuangan

TUJUAN LATAR BELAKANG


Mewujudkan perbaikan budaya a.Program budaya saat ini:
organisasi Kementerian Keuangan –Program budaya Kemenkeu (KMK 127/2013) belum dilaksanakan
secara terstruktur dan berkelanjutan;
guna mendorong reformasi birokrasi –Nilai-nilai Kemenkeu dan Perilaku Utama (KMK 312/2011) belum
dan menjadi branding Kemenkeu terinternalisasi dan terimplementasikan dengan baik dan masih
secara nasional menghadapi tantangan;
b.Adanya aturan yang mendukung perilaku inefisiensi keuangan negara

MILESTONES (TARGET CAPAIAN) TARGET OUTCOMES


2017: Revitalisasi Program Budaya Kemenkeu a. Meningkatnya Indeks Efisiensi Birokrasi
1. Penetapan kebijakan efisiensi birokrasi Kemenkeu. b. Meningkatnya Nilai Pembangunan Integritas
2. Diagnostik Budaya: Assessment current culture (Indeks Persepsi Korupsi)
3. Penetapan program budaya baru Kemenkeu c. Terwujudnya inspirasi program budaya
4. Review oleh UKI atas pelaksanaan efisiensi birokrasi Kemenkeu untuk instansi pemerintah lainnya
5. Integrity Framework
d. Meningkatnya Indeks Persepsi Kesehatan
2018: Living the values melalui: Organisasi (MOFIN/ SFO)
1.Implementasi culture quality management e. Meningkatnya Indeks Persepsi Publik
2.Penyusunan Kode Etik Kemenkeu
3.Penyusunan Indeks Efisiensi Birokrasi
4.Sinergi dengan program reformasi birokrasi nasional
Penguatan Budaya Organisasi
Kemenkeu: 2019-2020
The New Thinking of Working

Tujuan mewujudkan budaya kerja yang adaptif, berbasis digital dan


berintegritas guna meningkatkan produktivitas dan kinerja
Kementerian Keuangan

Terobosan Outcomes

a. mendorong penguatan nilai – nilai Kemenkeu; 1. Meningkatnya Indeks Persepsi


b. collaborative working space sebagai alternatif Kesehatan Organisasi
bentuk ruang kerja yang lebih nyaman dan 2. Meningkatnya produktivitas dan
menghilangkan silo; kinerja pegawai
c. flexible working hour dan flexible working space 3. masing masing UE I melakukan
termasuk remote working untuk mendorong work piloting open space
life balance dan produktivitas kerja
d. Membangun green office yang mendukung
efisiensi dan environment friendly (paperless &
energy saving)
Penguatan Budaya Organisasi
Kemenkeu:
The New Thinking of Working

Milestones

2019 2020
1. Grand Design piloting 6. Kajian flexible working 1. Implementasi flexible
open space; hour & flexible working working hour dan flexible
2. Strategi Komunikasi Duta space; working space (sesuai
Transformasi; 7. Internalisasi Budaya kajian)
3. Penetapan panduan open Organisasi; 2. Evaluasi penerapan open
space; 8. Pelaksanaan Culture re- space dan green office
4. Penyempurnaan Integrity Assesment; 3. Implementasi open
Framework v.1; 9. Review atas efisiensi space / co-working
birokrasi; space di seluruh UE 1
5. Piloting Open Space dan
secara bertahap sesuai
Green Office pada UEI; 10.Pelatihan dan
tata kelola yang tepat
sertifikasi Penyuluh
Anti Korupsi;
CENTRAL
TRANSFORMATION
OFFICE

Penguatan Budaya Kemenkeu

IMPLEMENTASI PENGUATAN BUDAYA


1. Instruksi Menkeu IMK-346/2017, Gerakan Efisiensi
THE NEW THINKING OF WORKING sebagai Penguatan Budaya Kementerian Keuangan
2. PMK Kode Etik dan Kode Perilaku Pegawai PMK no.
190/2018 tentang Kode Etik dan Kode Perilaku PNS
Kemenkeu
3. Surat Edaran SE-12/2018, Penerapan Nilai – Nilai
Kemenkeu dan Kode Etik sebagai Early Warning System
di Lingkungan Kemenkeu
4. Penyuluhan Anti Korupsi
5. Reviu pelaksanaan IMK efisiensi yang dikoordinasikan
oleh Itjen
6. Survei aspirasi pegawai dan survei penilaian kondisi
budaya Kemenkeu tahun 2018 dengan hasil 8,4 (naik
dari 7.7 pada tahun 2017)

DIAGNOSTIK BUDAYA: PENGUATAN BUDAYA


Assessment current culture a. Diagnostik Budaya yang diikuti oleh 97% Pegawai
Masih ditemuinya kekurangkonsistenan penerapan nilai-nilai Kemenkeu
Kemenkeu. Misalnya, masih ditemukan OTT (integritas), b. Konsep Rebranding Nilai-Nilai Kemenkeu
inefisiensi anggaran (profesionalisme), silo antar unit (sinergi), c. Rekomendasi Program Penguatan Budaya
layanan kepada pengguna jasa yang belum satu atap
(pelayanan), potensi akselerasi reformasi K/L lain yang lebih
cepat dari Kemenkeu (Kesempurnaan)
CENTRAL
TRANSFORMATION
OFFICE

Penguatan Budaya Kemenkeu

Instruksi Menteri Keuangan


(IMK-346/IMK.01/2017)

Work-life Balance
Pemanfaatan jam kerja secara efektif
dan meminimalisir jam lembur, dengan
tetap memperhatikan tanggung jawab
Percepatan dan penyelesaian pelaksanaan tugas
pelaksanaan tugas
Percepatan pelaksanaan tugas
antara lain melalui percepatan
proses untuk berkas masuk/keluar Pembahasan
pada level unit eselon I, II, III, dan IV
Kebijakan yg efektif
Pengelolaan rapat pembahasan yang
tepat waktu dan terstandardisasi (antara
lain kejelasan durasi rapat, tujuan rapat,
dan penetapan peserta rapat yang
berkompeten)
CENTRAL
TRANSFORMATION
OFFICE

Penguatan Budaya Kemenkeu

Instruksi Menteri Keuangan


(IMK-346/IMK.01/2017)

EFISIENSI ANGGARAN BIROKRASI

Ef i s i e n s i Pe m b a t a s a n Pe n g u r a n g a n Honor Tim & Go Green Ef i s i e n s i


Pe m b a t a s a n
Pe r j a d i n RDK Snack Rapat Narasumber Pe n g a d a a n
M a ka n S i a n g
yang Rasional Barang /Jasa
Pembatasan frekuensi Pembatasan Pembatasan Pembatasan Pembatasan Penggunaan Baik dalam hal
dan jumlah peserta frekuensi dan pemberian pemberian pemberian Air, Listrik, Alat teknis pelaksanaan
perjalanan dinas jumlah peserta kudapan makan siang honorarium tim kerja Tulis Kantor tahapan proses
• Perjalanan Dinas Rapat Dalam (makanan dalam acara dan narasumber bagi (ATK), dan pengadaan,
hanya dilakukan Kantor di Luar kecil/snacks) rapat yang Pegawai Negeri internet yang maupun efisiensi
untuk kegiatan yang Jam Kerja (RDK) dengan alternatif hanya Sipil/Aparatur Sipil efisien atas realisasi
tidak terhindarkan; dan kudapan/buah melibatkan Negara di lingkungan penggunaan
• Untuk kegiatan- menginisiasi lokal yang tidak Pegawai Negeri Kementerian anggaran
kegiatan monitoring kemungkinan disajikan per Sipil/Aparatur Keuangan khususnya
dan evaluasi sedapat penghapusan individu (self Sipil Negara tim kerja dan
mungkin RDK service) narasumber yang
menggunakan berkaitan dengan
sarana teknologi pelaksanaan tugas
informasi untuk dan fungsi yang
berkomunikasi antar bersangkutan
wilayah
CENTRAL
TRANSFORMATION
OFFICE

Penguatan Budaya Kemenkeu

PMK No. 190/PMK.01/2018


Kode Etik dan Kode Perilaku Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Kementerian Keuangan

Manfaat Kode Etik PNS


Tujuan Kode Etik PNS
BAG I P EG AWA I BAGI ORGANISASI

▪ mencegah pelanggaran disiplin pegawai 1. Sebagai arah dan pedoman dalam 1. Sarana kontrol sosial
bersikap, bertingkah laku dan berbuat bagi masyarakat atas profesi PN dan sebagai
Kemenkeu baik early warning system
dalam melaksanakan tugas maupun
▪ menjaga martabat dan kehormatan PNS 2. Menjangkau wilayah abu-abu dalam
pergaulan hidup sehari-hari
kaitannya dengan moral PNS
Kemenkeu sesuai nilai-nilai Kemenkeu 2. Mengajak PNS bersikap kritis dan
dan UU 5/2014 tentang ASN 3. Memperbaiki iklim organisasi sehingga
rasional PNS dapat berperilaku secara etis
dalam mengambil keputusan secara otonom,
mengarahkan perkembangan masyarakat menuju
suasana yang tertib, teratur, damai dan sejahtera
CENTRAL
TRANSFORMATION
OFFICE

Penguatan Budaya Kemenkeu

PMK No. 190/PMK.01/2018


Kode Etik dan Kode Perilaku Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Kementerian Keuangan

PMK Kode Etik


▪ Pelanggaran Kode Etik &
dan Kode Perilaku
Kode Perilaku
PNS di lingkungan ▪ Integritas
▪ Penegakan oleh Atasan
Kemenkeu ▪ Profesionalisme Langsung
▪ Sinergi Kode Etik dan
▪ Pembentukan Majelis
▪ Pelayanan
Kode Perilaku
▪ Mekanisme Penegakan oleh
Bagi
▪ Kesempurnaan Majelis
Pejabat
▪ Sanksi Moral
Ketentuan Kode Etik, Fungsional dan Ketentuan
Umum Kode Perilaku Penegakan UE1 Penutup

I II III IV V VI VII VIII IX

Landasan Pencegahan Pemantauan Ketentuan


dan Peralihan
▪ Nilai-nilai ASN ▪ Oleh Pimpinan Unit Evaluasi
▪ Nilai-nilai Kerja
Kemenkeu ▪ Oleh Atasan Langsung
CENTRAL
TRANSFORMATION
OFFICE

Penguatan Budaya Kemenkeu

PMK No. 190/PMK.01/2018


Kode Etik dan Kode Perilaku Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Kementerian Keuangan

Tidak menemui
pihak yang tidak
berpotensi menyebarkan
menimbulkan Menyelesaikan informasi yang menunjukkan
konflik tugas atau tidak dapat kepedulian,
kepentingan, pekerjaan secara dibuktikan ramah, dan santun
kecuali karena bertanggungjawab kebenarannya, dalam terbuka terhadap
penugasan hingga tuntas menimbulkan rasa memberikan usulan perbaikan
kebencian pelayanan
values Profesionalisme Kesempurnaan
Integritas Sinergi Pelayanan

menemui Wajib tidak mencatat mengarahkan rekan dengan sengaja menolak inovasi
contoh tanda terima di whatsApp group
Pajak tanpa tidak melayani/ pihak lain secara
pelanggaran penyerahan berkas. untuk melihat
adanya surat tugas mengabaikan agresif terkait
terkait pekerjaan informasi rekayasa pertanyaan Wajib aplikasi laporan
di suatu restoran yang melanggar Pajak yang hendak kekayaan
kesusilaan berkonsultasi ke
kantor
CONTOH PELANGGARAN DISIPLIN PNS & KODE ETIK PNS
CENTRAL
TRANSFORMATION
OFFICE

Penguatan Budaya Kemenkeu

Penyuluh Antikorupsi Kementerian Keuangan

Penyuluh Antikorupsi Kemenkeu


adalah agen perubahan yang turut 1. Melakukan penyuluhan/ Campaign
serta bersama KPK memberantas Antikorupsi, Budaya, dan Kode Etik
korupsi melalui kegiatan penyuluhan 2. Menjadi Change Agent dan Role Model
antikorupsi di lingkungan 3. Menyusun rencana kerja
Kementerian Keuangan. penyuluhan/campaign
CENTRAL
TRANSFORMATION
OFFICE

The New Thinking of Working

New Thinking of Working bertujuan


untuk membangun trust, work-life
balance, menciptakan lingkungan kerja
yang lebih nyaman, cair dan kolaboratif
dengan tetap berorientasi pada
peningkatan kualitas kerja, serta mampu
mengakomodasi aspirasi millennials
Kemenkeu yang hampir mencapai 70%.

New Thinking of Working mencakup


penerapan collaborative environment,
co-working/open space, green office,
tech-based office, dan digital
environment.
CENTRAL
TRANSFORMATION
OFFICE

The New Thinking of Working

Terobosan
CultuAral shifting
a. Budaya Kemenkeu mendorong
• trust building
penguatan nilai – nilai Kemenkeu;
• work-life balance
• collaboratives b. Menetapkan collaborative working
• clean desk space sebagai alternatif bentuk ruang
• no dedicated kerja yang lebih nyaman bagi pegawai
seat
dan menghilangkan silo baik secara
vertical maupun horizontal
c. Menetapkan kebijakan terkait flexible
working hour dan flexible working
Collaborative & Digital space termasuk remote working untuk
Activity Based Environments, mendorong work life balance dan
Workplace Office AutomAAAAAAAAation
produktivitas kerja
(ABW)
d. Membangun green office yang
mendukung efisiensi dan environment
friendly (paperless & energy saving)
CENTRAL
TRANSFORMATION
CENTRAL
OFFICE
TRANSFORMATION
OFFICE

Implementasi ABW di CTO

41

Implementasi ABW di CTO


2. MANAJEMEN PERUBAHAN
Perubahan organisasi
yaitu perubahan yang subtantif dari
bagian-bagian dalam organisasi.
Hal yang mendorong terjadinya perubahan organisasi

Dorongan Eksternal Dorongan Internal

Berasal dari lingkungan luar Berasal dari dalam organisasi


organisasi misalnya:
misalnya: • Perubahan strategi
• Perubahan kebutuhan dan keinginan • Perubahan komposisi pekerja
masyarakat • Perubahan sikap dan Perilaku dalam
• Perubahan teknologi bekerja
• Perubahan ekonomi • Peralatan baru
• Perubahan sosial-kultural
• Aturan baru pemerintah
Planned Versus Reactive Change
Perubahan Terencana Perubahan Reaktif
Perubahan yang didesain dan Respons yang timbul atas
diimplementasikan secara peristiwa ketika peristiwa itu
berurutan dan teratur untuk terjadi
mengantisipasi kejadian di masa
yang akan datang
Langkah-langkah dalam proses
perubahan
• Mengenali perlunya perubahan
• Menyusun tujuan perubahan
• Mendiagnosa variabel yang relevan.
• Menyeleksi teknik yang tepat.
• Merencanakan implementasi.
• Melakukan implementasi.
• Evaluasi dan tindak lanjut.
Area perubahan
dalam organisasi
Mengelola
Memahami perubahan
resistensi/penolakan terhadap
perubahan
• Ketidakpastian: pegawai menjadi takut/cemas.
• Mengancam kepentingan pribadi: perubahan
dapat menghilangkan kekuasaan manajerial.
• Perbedaan persepsi: pegawai tidak menyetujui
keinginan pimpinan untuk berubah; pegawai
merasa perubahan tidak sesuai dengan tujuan
organisasi.
• Perasaan kehilangan: kehilangan jaringan sosial
yang sudah ada.
Mengatasi penolakan dalam perubahan
Partisipasi:
Mengajak pegawai ikut andil dalam perencanaan implementasi.
Edukasi dan komunikasi:
Edukasi pegawai tentang kebutuhan untuk perubahan.
Fasilitasi:
Lakukan perubahan yang diperlukan, beritahukan sedini mungkin, dan
biarkan pegawai menyesuaikan diri dengan perubahan.
Negosiasi
Pertukaran sesuatu yang bernilai atas kehilangan untuk mencapai
kesepakatan.
Manipulasi dan kooptasi
mengacu pada upaya rahasia untuk memengaruhi orang lain tentang
perubahan tersebut.
Koersi/pemaksaan
penggunaan ancaman langsung atau kekerasan terhadap penentang.
Set the tone through management behavior; pimpinan perlu menjadi
panutan yang positif.

Ciptakan cerita, simbol, dan ritual baru untuk menggantikan yang


sedang digunakan.

Strategi Pilih, promosikan, dan dukung karyawan yang mengadopsi nilai-nilai


baru.

Mengelola Mendesain ulang proses sosialisasi agar selaras dengan nilai-nilai baru.

Perubahan Untuk mendorong penerimaan nilai-nilai baru, ubah sistem


penghargaan.
Budaya Ganti norma tidak tertulis dengan ekspektasi yang ditentukan dengan
Organisasi jelas.

Ganti subkultur saat ini melalui transfer pekerjaan, rotasi pekerjaan,


dan / atau penghentian.

Bekerja untuk mendapatkan konsensus melalui partisipasi karyawan


dan menciptakan iklim dengan tingkat kepercayaan yang tinggi.
• Central Transformation Office Kementerian
Keuangan. (2019). Inisiatif Strategis Reformasi
Birokrasi Transformasi Kelembagaan (RBTK)
Kementerian Keuangan [PowerPoint Slides]
• Robbins, S. P. dan Coulter, M. (2018).
Referensi Management. Pearson
• Ubed, R.S., Raharjo, T., dan Yudanto, A. A.
(2020). Manajemen. Politeknik Keuangan
Negara STAN

Anda mungkin juga menyukai