Organisasi Publik
Budaya Organisasi
Manajemen Perubahan
Capaian pembelajaran
Mahasiswa memahami dan
mampu menjelaskan:
✓ Organisasi publik
✓ Budaya organisasi
✓ Manajemen perubahan
1. Karakteristrik
Organisasi
Tujuan
Publik
POKOK BAHASAN Organisasi publik berdasarkan sifatnya
Organisasi publik berdasarkan output dan outcome-nya
2. Budaya Pengertian budaya organisasi
Organisasi
Budaya kuat vs. Budaya lemah
Pengelolaan perubahan
Organisasi Publik
Siapa yang dilayani, sifat layanannya,
jenis organisasinya
Kembali harus diingat
PERBEDAAN ORGANISASI PUBLIK VS PRIVAT
Organisasi Publik Organisasi Privat
Tujuan Non Laba Laba / Keuntungan ekonomi
Produk yang dihasilkan Barang dan Jasa Umum (Public Goods) Private good
Cara Pengambilan Demokratis dan/atau birokratis, Proses strategi bisnis, sesuai hukum
keputusan pertimbangan dasar kebutuhan akan pasar, terbatas/tertutup pada
sumber-sumber, terbuka. kepentingan pemilik
Ukuran kinerja Pencapaian nilai sosial kesejahteraan Esifiensi berdasarkan nilai cost-benefit
umum
Kekuasaan Di tangan warga negara Konsumen, mekanisme pasar
Oleh sebab itu negara akan berupaya semaksimal mungkin menangangi masalah yang dihadapi dalam ukuran
skala nasional dengan segala cara sesuai amanat dari UU Dasar. Dalam realitanya kebutuhan yang harus
diselesaikan jauh melebih kemampuan sumber daya tersedia, adanya skala prioritas dan tata kelola yang
berkelanjutan sangat diperlukan.
Mengapa perlu dibentuk Organisasi Publik?
1. Terbentuk karena interaksi hak dan kewajiban politik
antara institusi pemerintah & warga negara
2. Terbentuk karena ada tindakan pemerintah untuk
menyelesaikan kepentingan masyarakat (kolektif/umum)
3. Jiwa urusannya (domain) adalah untuk meraih tujuan atau
nilai-nilai kolektif
4. Nilai-nilai kolektif yang diraih tidak mungkin diselesaikan
oleh organisasi privat akibat “market-failure”
Ada banyak sekali nilai yang menjadi tujuan dan tergantung tugas
dan fungsi utama organisasi tersebut. Seperti: democratic,
representative, responsibility, responsiveness, effective, efficient,
social equity (fairness), social equality, collectivity, safety,
comfortability
”Melayani” Siapa Organisasi Publik,
konsumen, pelanggan atau warga negara?
Ayo kita coba kaji di bawah ini
Namun pada kenyataannya kadang sifat layanan beririsan satu sama lain berkombinasi. Misal: Pelayanan di DJBC dan
DJP tidak murni melayani karena ada unsur untuk mengubah perilaku disertai penegakan.
Sifat layanannya, sasaran penerimanya, misi organisasi, leadership, tata kelolanya dan masih banyak faktor lainnya
juga akan memengaruhi motivasi, perilaku anggotanya yang masuk dalam ranah budaya organisasi.
Empat Jenis Organisasi Publik Versi James Q. Wilson
Wilson (1989) membagi organisasi publik
menjadi empat jenis ditinjau dari output
(produk) dan outcome (dampak)
keberadaan organisasinya. Observable OUTPUT
diartikan dapat diamati oleh masyarakat
luas, yang tentu ada kaitannya dengan
OBSERVABLE UNOBSERVABLE
praktik manajemen risiko.
PRODUCTION CRAFT
OBSERVABLE ORGANIZATIONS ORGANIZATIONS
OUTCOME
UNOBSERVABLE PROCEDURAL COPING
ORGANIZATIONS ORGANIZATIONS
PRODUCTION ORGANIZATIONS
(output & outcome dapat diamati)
Berciri skema produk layanan, kegiatan dan dampak dari instansi pemerintah tersebut dengan mudah
diamati oleh masyarakat.
Ketiga organisasi tersebut paling mudah diamati dari mulai kebijakan para pimpinannya sampai dengan
tingkat lini operator yang berhubungan dengan masyarakat pengguna layanan Kontribusi karyawan
secara individual dan kolektif mudah dihubungkan dengan keluaran organisasi.
Setiap manajer dapat mudah merancang sistem kepatuhan yang mempromosikan lingkungan kerja yang
efisien berdasarkan kinerja mikro dari perilaku tingkat individu, tim hingga satu unit besar organisasi di
tiap wilayah kerjanya.
Model organisasi seperti ini sangat mudah menerima masukan dan merespons dinamika lingkungan
eksternalnya termasuk menerima kritik terbuka.
CRAFT ORGANIZATIONS
(output tidak teramati namun outcome dapat diamati)
Berciri skema produk layanan, kegiatan tidak teramati namun dampak dari instansi pemerintah
tersebut dapat diamati oleh masyarakat.
Wilson meneliti di tingkat instansi pusat (federal) fungsi Federal Bureau of Investigation (FBI).
Menurutnya organisasi dengan pola ini tidak diketahui dengan pasti apa yang dikerjakannya,
bagaimana cara kerjanya, namun kerap melakukan konferensi pers serta penyebaran informasi atas
dampak operasi yang telah/sedang dilakukannya.
Dapat dikatakan bersifat tertutup dalam operasinya, namun masih memiliki hubungan/kontak
layanan keluhan untuk masyarakat. Pola kerjanya serba rahasia tetapi tingkatan karir para
pejabatnya dapat diketahui oleh publik
Risiko kegagalan tidak diketahui karena sifat operasinya, masyarakat tetap dapat terbuka
menyampaikan pendapat/kritik.
PROSEDURAL ORGANIZATIONS
(output teramati namun outcome sulit diamati)
Berciri skema produk layanan, kegiatan teramati namun dampak dari instansi pemerintah tersebut sulit/tidak dapat
diamati/diukur oleh masyarakat.
Wilson meneliti di tingkat fungsi Higher Education Institution. Banyak sekali kegiatan yang dipromosikan oleh masing-
masing lembaga pendidikan, data jumlah lulusan, jumlah ijazah/sertifikasi dan penelitiannya yang kerap dilakukannya.
Banyak faktor yang perlu dimasukkan dalam mereleasikan manfaat organisasi jenis ini.
Namun menurutnya manfaat nyata antara produk dengan dampak seperti keberhasilan hidup (well being) kualitas
moral sosial ekonomi tidak memiliki korelasi kuat. Dampak langsung berguna bagi masyarakat masih jauh dari
harapan. Bila pun perkembangan teknologi lebih terjadi dari sektor privat non perguruan tinggi.
Dapat dikatakan bersifat terbuka dalam operasinya, terbuka dalam kontak layanan keluhan untuk masyarakat, tetapi
tidak menyelesaikan masalah sebenarnya.
Risiko kegagalan sudah jelas diketahui karena sifat operasinya selalu terlambat (kurikulum tidak mengikuti tren
industri), masyarakat tetap dapat terbuka menyampaikan pendapat/kritik walaupun tidak ada perubahan dan tetap
mahal biaya pendidikan.
COPING ORGANIZATIONS
(output & outcome paling sulit diamati)
Berciri skema produk layanan, kegiatan dan dampak dari instansi pemerintah tersebut paling sulit
diamati oleh masyarakat.
Wilson meneliti di tingkat instansi pusat (federal) fungsi Diplomacy or Ministry of Foreign, Military
and Defence.
Menurutnya organisasi dengan pola ini tidak diketahui dengan pasti apa yang dikerjakannya,
bagaimana cara kerjanya, apa manfaatnya secara nyata sulit diukur.
Dapat dikatakan bersifat tertutup, sulit menerima atau bahkan mungkin tidak ada kontak layanan
keluhan untuk masyarakat. Pola kerjanya serba rahasia dan sangat politis.
Risiko kegagalan hanya diketahui kelompok elite tertentu.
Referensi
• Chandler, Ralph C., dan Plano, Jack C. (1988). The Public Administration Dictionary. John Wiley &
Sons.
• John Clarke (2006) Consumers, Clients Or Citizens? Politics, Policy And Practice In The Reform Of
Social Care, European Societies, 8:3, 423-442.
• Wilson, J. Q. (1989). Bureaucracy: What government agencies do and why they do it. New York:
Basic Books.
• Webb, A. (1971), Social Service Administration: A Typology for Research. Public Administration,
49: 321-339.
BUDAYA ORGANISASI
Menurut Edgar H. Schein
Budaya organisasi adalah
suatu pola dari asumsi dasar
dimana kelompok telah
mengetahui bahwa asumsi itu
dapat memecahkan masalah
dalam melakukan adaptasi
eksternal dan integrasi
internal, dan telah berjalan
Budaya organisasi dengan baik serta dinyatakan
sesungguhnya merupakan sebagai hal yang benar.
landasan terwujudnya
organisasi yang efektif.
Asumsi dasar tersebut berupa kebersamaan yang
meliputi:
a. kebersamaan atas sesuatu (shared-things)
misalnya pakaian seragam;
b. kebersamaan perkataan (shared-saying)
misalnya ungkapan, semboyan;
c. kebersamaan dalam perbuatan (shared-doing)
misalnya kerja bakti, gotong royong;
d. kebersamaan dalam perasaan (shared-feeling)
misalnya ucapan ulang tahun, belasungkawa.
Menurut Edgar Schein
the shared values, principles, traditions, and
ways of doing things that influence the way
organizational members act and that
distinguish the organization from other
organizations Menurut Robbins
Faktor-Faktor yang Menentukan • Kebersamaan
KEKUATAN • Intensitas
Budaya Organisasi
Ciri-Ciri Budaya Organisasi Kuat
1. Anggota-anggota organisasi loyal kepada organisasi.
2. Pedoman bertingkah laku bagi orang-orang di dalam
perusahaan digariskan dengan jelas, dimengerti,
dipatuhi dan dilaksanakan oleh orang-orang di dalam
organisasi sehingga orang-orang yang bekerja
menjadi sangat kohesif (erat/keterpaduan).
3. Nilai-nilai yang dianut organisasi tidak hanya Ciri-Ciri Budaya Organisasi Lemah
berhenti pada slogan, tetapi dihayati dan dinyatakan
dalam tingkah laku sehari-hari secara konsisten oleh 1. Mudah terbentuk kelompok-
orang-orang yang bekerja dalam perusahaan. kelompok yang bertentangan satu
4. Organisasi memberikan tempat khusus kepada sama lain.
pahlawan-pahlawan organisasi dan secara sistematis 2. Kesetiaan kepada kelompok
menciptakan bermacam-macam tingkat pahlawan. melebihi kesetiaan kepada
5. Dijumpai banyak ritual, mulai dari ritual sederhana organisasi.
hingga yang mewah. 3. Anggota organisasi tidak segan-
6. Memiliki jaringan kulturan yang menampung cerita- segan mengorbankan kepentingan
cerita kehebatan para pahlawannya organisasi untuk kepentingan
(alumni/pendahulu). kelompok atau kepentingan diri
sendiri.
Langkah-Langkah Kegiatan Untuk
Memperkuat Budaya Organisasi
1. Memantapkan nilai-nilai dasar budaya organisasi.
2. Melakukan pembinaan terhadap anggota organisasi.
3. Memberikan contoh atau teladan.
4. Membuat acara-acara rutinitas.
5. Memberikan penilaian dan penghargaan.
6. Tanggap terhadap masalah eksternal dan internal.
7. Koordinasi dan kontrol.
Pendiri/pimpinan organisasi
memiliki pengaruh besar terhadap
budaya awal organisasi
Proses terciptanya budaya organisasi terjadi dalam 3
cara:
1. Pendiri/pimpinan hanya merekrut dan
mempertahankan karyawan yang sepemikiran
dan seperasaan dengan mereka.
2. Pendiri/pimpinan melakukan indoktrinisasi dan
mensosialisasikan cara berpikir dan
berperilakunya kepada karyawan.
3. Perilaku pendiri/pimpinan sendiri bertindak
sebagai panutan atau role model yang
mendorong karyawan untuk mengidentifikasi
diri dan dengan demikian menginternalisasi
keyakinan, nilai, dan asumsi pendiri/pimpinan
organisasi tersebut.
Menurut Robbins
“Budaya organisasi dapat
disampaikan/diajarkan kepada
seluruh karyawan/pekerja dalam
sejumlah bentuk, seperti cerita,
ritual, lambang-lambang yang
bersifat kebendaan, dan bahasa”.
PENGUATAN BUDAYA
KEMENTERIAN KEUANGAN
Sumber materi: Central Transformation Office (CTO) Kementerian Keuangan
CENTRAL
TRANSFORMATION
OFFICE
Komitmen pimpinan dan tone of the top (AP II, Garuda Indonesia)
1 - pimpinan sebagai change leader,
- penguatan peran leader dalam internalisasi core values
Terobosan Outcomes
Milestones
2019 2020
1. Grand Design piloting 6. Kajian flexible working 1. Implementasi flexible
open space; hour & flexible working working hour dan flexible
2. Strategi Komunikasi Duta space; working space (sesuai
Transformasi; 7. Internalisasi Budaya kajian)
3. Penetapan panduan open Organisasi; 2. Evaluasi penerapan open
space; 8. Pelaksanaan Culture re- space dan green office
4. Penyempurnaan Integrity Assesment; 3. Implementasi open
Framework v.1; 9. Review atas efisiensi space / co-working
birokrasi; space di seluruh UE 1
5. Piloting Open Space dan
secara bertahap sesuai
Green Office pada UEI; 10.Pelatihan dan
tata kelola yang tepat
sertifikasi Penyuluh
Anti Korupsi;
CENTRAL
TRANSFORMATION
OFFICE
Work-life Balance
Pemanfaatan jam kerja secara efektif
dan meminimalisir jam lembur, dengan
tetap memperhatikan tanggung jawab
Percepatan dan penyelesaian pelaksanaan tugas
pelaksanaan tugas
Percepatan pelaksanaan tugas
antara lain melalui percepatan
proses untuk berkas masuk/keluar Pembahasan
pada level unit eselon I, II, III, dan IV
Kebijakan yg efektif
Pengelolaan rapat pembahasan yang
tepat waktu dan terstandardisasi (antara
lain kejelasan durasi rapat, tujuan rapat,
dan penetapan peserta rapat yang
berkompeten)
CENTRAL
TRANSFORMATION
OFFICE
▪ mencegah pelanggaran disiplin pegawai 1. Sebagai arah dan pedoman dalam 1. Sarana kontrol sosial
bersikap, bertingkah laku dan berbuat bagi masyarakat atas profesi PN dan sebagai
Kemenkeu baik early warning system
dalam melaksanakan tugas maupun
▪ menjaga martabat dan kehormatan PNS 2. Menjangkau wilayah abu-abu dalam
pergaulan hidup sehari-hari
kaitannya dengan moral PNS
Kemenkeu sesuai nilai-nilai Kemenkeu 2. Mengajak PNS bersikap kritis dan
dan UU 5/2014 tentang ASN 3. Memperbaiki iklim organisasi sehingga
rasional PNS dapat berperilaku secara etis
dalam mengambil keputusan secara otonom,
mengarahkan perkembangan masyarakat menuju
suasana yang tertib, teratur, damai dan sejahtera
CENTRAL
TRANSFORMATION
OFFICE
Tidak menemui
pihak yang tidak
berpotensi menyebarkan
menimbulkan Menyelesaikan informasi yang menunjukkan
konflik tugas atau tidak dapat kepedulian,
kepentingan, pekerjaan secara dibuktikan ramah, dan santun
kecuali karena bertanggungjawab kebenarannya, dalam terbuka terhadap
penugasan hingga tuntas menimbulkan rasa memberikan usulan perbaikan
kebencian pelayanan
values Profesionalisme Kesempurnaan
Integritas Sinergi Pelayanan
menemui Wajib tidak mencatat mengarahkan rekan dengan sengaja menolak inovasi
contoh tanda terima di whatsApp group
Pajak tanpa tidak melayani/ pihak lain secara
pelanggaran penyerahan berkas. untuk melihat
adanya surat tugas mengabaikan agresif terkait
terkait pekerjaan informasi rekayasa pertanyaan Wajib aplikasi laporan
di suatu restoran yang melanggar Pajak yang hendak kekayaan
kesusilaan berkonsultasi ke
kantor
CONTOH PELANGGARAN DISIPLIN PNS & KODE ETIK PNS
CENTRAL
TRANSFORMATION
OFFICE
Terobosan
CultuAral shifting
a. Budaya Kemenkeu mendorong
• trust building
penguatan nilai – nilai Kemenkeu;
• work-life balance
• collaboratives b. Menetapkan collaborative working
• clean desk space sebagai alternatif bentuk ruang
• no dedicated kerja yang lebih nyaman bagi pegawai
seat
dan menghilangkan silo baik secara
vertical maupun horizontal
c. Menetapkan kebijakan terkait flexible
working hour dan flexible working
Collaborative & Digital space termasuk remote working untuk
Activity Based Environments, mendorong work life balance dan
Workplace Office AutomAAAAAAAAation
produktivitas kerja
(ABW)
d. Membangun green office yang
mendukung efisiensi dan environment
friendly (paperless & energy saving)
CENTRAL
TRANSFORMATION
CENTRAL
OFFICE
TRANSFORMATION
OFFICE
41
Mengelola Mendesain ulang proses sosialisasi agar selaras dengan nilai-nilai baru.