Anda di halaman 1dari 2

Pemohon dan Termohon

a. Pemohon.
Pasal 68 ayat ( 1 ) Undang – Undang Nomor 24 Tahun 2003, menentukan
bahwa pemohon dalam perkara pembubaran partai politik adalah pemerintah, yaitu
pemerintah pusat. Namun tidak ditentukan instansi mana yang mewakili pemerintah
pusat tersebut. Menurut hakim konsitusi Maruarar Siahaan, mengingat pemerintahan
pusat di pimpin oleh presiden, maka departemen pemerintahan yang akan mewakili
pemerintah untuk mengajukan pemohonan pembubaran partai politik harus dengan
penunjukkan atau didasarkan oleh surat kuasa presiden. Sebagai pemohon, sebaiknya
adalah instansi yang disatu sisi memiliki data dan memahami persoalan kepartaian
sehingga dapat menentukan saat suatu partai politik telah melakukan pelanggaran
yang diancam dengan sanksi pembubaran.
Disisi lain, pemohon juga harus menguasai persoalan hukum dan mekanisme
beracara di peradilan. Kemudian, pasal 3 ayat ( 1 ) PMK Nomor 12 Tahun 2008
menyatakan bahwa Pemohon adalah Pemerintah yang dapat diwakili oleh Jaksa
Agung dan/atau Menteri yang ditugasi oleh Presiden. Pemberian hak mengajukan
permohonan pembubaran partai politik hanya kepada pemerintah adalah untuk
mencegah terjadinya saling menuntut pembubaran di antara partai politik yang ada.
Namun demikian, permasalahan yang muncul adalah jika yang melakukan
pelanggaran adalah partai yang sedang memerintah. Untuk itu di masa yang akan
dating perlu dipertimbangkan hak mengajukan permihonan pembubaran partai politik
juka diberikan kepada anggota DPR dan /atau anggota DPD. Namun harus pula
dibatasi dengan menyaratkan jumlah tertentu sehingga mewakili pendapat banyak
kelompok serta berdasarkan bukti – bukti awal yang kuat.
b. Termohon
Dalam Pasal 3 ayat ke ( 2 ) dan ( 3 ) PMK Nomor 12 Tahun 2008 dijelaskan
bahwa termohon adalah partai politik yang diwakilkan oleh pimpinan partai politik
yang dimohonkan untuk dibubarkan dan termohon yang sebagaimana dimaksud pada
ayat ( 2 ) dapat didampingi atau diwakili oleh kuasa hukumnya.

Isi surat permohonan

Berdasarkan Pasal 4 PMK Nomor 12 Tahun 2008, Permohonan harus ditandatangani oleh
Pemohon atau Kuasanya, Permohonan sekurang – kurangnya memuat, sebagai berikut :
a. Identitas lengkap pemohon dan kuasanya jika ada, yang dilengkapi dengan surat
kuasa khusus.
b. Uraian yang jelas tentang ideologi, asas, tujuan, program dan kegiatan partai politik
yang dimohonkan pembubaran yang dianggap bertentangan dengan UUD 1945.
c. Alat – alat bukti yang mendukung permohonan. Permohonan perkara pembubaran
partai politik yang diterima Mahkamah Konstitusi dicatat dalam Buku Registrasi
Perkara konstitusi. Mahkamah konstitusi menyampaikan permohonan yang sudah
dicatat tersebut kepada partai politik yang bersangkutan dalam waktu paling lambat 7
hari sejak pencatatan dilakukan. Karena tidak diatur secara khusus. Proses
pemeriksaan persidangan selanjutnya mengikuti hukum acara mahkamah konstitusi
yang meliputi pemeriksaan pendahuluan, pemeriksaan persidangan, dan putusan.

Anda mungkin juga menyukai