Anda di halaman 1dari 7

Asuhan 

Gizi pada GERD

Implikasi gizi

Sebagian besar pasien dapat mengidentifikasi makanan yang mereka rasakan


memperparah gelaja dan kemudian menurunkan asupan makanan tersebut. Pada kondisi
ini, pembetasan kelompok makanan tersebut dapat menyebabkan penurunan berat badan
atau defisiensi gizi. Terapi gizi tidak hanya fokus pada masalah-masalah gizi tersebut,
tetapi juga mengurangi gejala–gejala yang dialami pasien. Penggunaan obat-obatan GERD
dalam jangka waktu lama dapat mengganggu penyerapan kalsium dan status zat besi
serta vitamin B12.

Asesmen Gizi

Bagi GERD, survei konsumsi yang dilakukan (recall 24 jam, diet history, atau food diary)
harus fokus pada makanan yang menyebabkan penurunan tekanan LES, meningkatkan
asam lambung, atau makanan yang tidak dapat ditoleransi oleh pasien. Faktor gaya hidup
seperti merokok dan pola aktifitas fisik juga perlu ditanyakan.

Diagnosa Gizi

Diagnosa gizi yang umum berhubungan dengan GERD meliputi asupan oral


makanan/minuman inadekuat; kelebihan asupan lemak; kesulitan menelan; interaksi obat-
makanan;kelebihan berat badan/obesitas; asupan zat besi dan kalsium inadekuat;
kurang pengetahuan terkait gizi dan makanan; dan pilihan makanan tidak disukai.

Intervensi Gizi

Tujuan terapi gizi pada penyakit GERD konsisten dengan tujuan asuhan medis. Tujuan


terapi gizi meliputi menurunkan asam lambung dan pembatasan makanan yang
menurunkan tekanan LES. Untuk menurunkan asam lambung hindari merica, kopi
(baik caffeinated dan decaffeinated ), dan alkohol, karena makanan tersebut dapat
menstimulasi produksi asam lambung. Makanan dengan porsi besar cenderung
meningkatkan produksi asam lambung, memperlambat pengosongan lambung, dan
meningkatkan risiko refluks. karena itu sebaiknya diberikan makanan porsi kecil dengan
pemberian sering. Makanan yang terindikasi secara potensial menurunkan tekanan LES
juga dihindari. Awali dengan menghindari cokalt. Mint, dan makanan yang tinggi lemak.
Hindari juga makanan yang terindikasi oleh pasien mengiritasi. Jika pasien obesitas,
penurunan berat badan merupakan komponen kritis dari rencana terapi gizi. Kemungkinan
diperlukan suplemen kalsium, zat besi dan zat gizi mikro lainnya.

Makanan yang Dihindari untuk Pasien GERD

1. Makanan yang dapat menurunkan LES Peppermint

 Coklat
 Makanan digoreng atau makanan yang ditambahkan banyak lemak Alkohol
 Kopi ( caffeinated atau decaffenaited )

2. Makanan yang dapat meningkatkan sekresi asam lambung Kopi ( caffeinated atau


decaffenaited )

 Alkohol
 Merica

Monitoring dan Evaluasi Gizi

Intervensi dievaluasi dengan mengukur outcome spesifik, yang meliputi toleransi terhadap
makanan, jumlah formula yang dikonsumsi dan kenaikan berat badan.

Asuhan Gizi untuk Disfagia
Implikasi dan Asesmen Gizi

Implikasi gizi utama adalah penurunan berat badan dan defisiensi gizi yang dapat terjadi
karena asupan makan yang inadekuat. Oleh karena itu sangat penting untuk
mengukur antropometri secara akurat dan memperoleh informasi sebanyak mungkin terkait
asupan gizi dan pola makan pasien. Setelah mereview hasil tes menelan,
tim kesehatan dapat menentukan bagaimana pasien dapat mengatasi berbagai tekstur
makanan dan cairan.

Diagnosa Gizi

Diagnosa gizi yang umum sehubungan disfagia meliputi asupan makanan/minuman secara


oral inadekuat, asupan cairan inadekuat, malnutrisi, asupan energi-protein inadekuat, dan
kesulitan menelan.

Intervensi Gizi

Tujuan intervensi gizi pada pasien dengan disfagia adalah: 1) menurunkan risiko aspirasi


akibat masuknya makanan ke dalam saluran pernafasan dan 2) mencegah dan mengoreksi
defisiensi zat gizi dan cairan. Untuk mencapai tujuan tersebut dapat dilakukan dengan
memberikan makanan yang:

 Cukup energi, protein dan zat gizi lainnya.


 Mudah dicerna dengan porsi makanan kecil dan diberikan dengan frekuensi sering.
 Cukup cairan.
 Bentuk makanan bergantung kemampuan menelan dan diberikan secara bertahap,
mulai dari makanan cair penuh atau cair kental, makanan saring,

kemudian makanan lunak.

Catatan : Makanan Cair Jernih tidak diberikan karena sering menyebabkan tersedak atau


aspirasi dengan makanan dapat secara oral atau melalui pipa.

Monitoring dan Evaluasi Gizi

Tim kesehatan akan mengevaluasi ulang kemampuan pasien untuk menelan makanan


yang diberikan sesuai preskripsi dietnya. Jika kesulitan menelan meningkat maka
pembatasan diet lebih lanjut dilakukan atau tekstur atau konsistensi makanan diubah. Berat
badan pasien, parameter gizi, dan status hidrasi perlu lebih dimonitor untuk memastikan
kecukupan gizi pasien.
Asuhan Gizi pada Nausea dan Muntah

Implikasi Gizi

Implikasi gizi pada nausea dan muntah dapat menyebabkan asupan gizi yang


inadekuat, dehidrasi, dan ketidakseimbangan asam basa, dalam jangka panjang dapat
menyebabkan penolakan terhadap makanan. Hal inilah yang dapat menyebabkan
seseorang memilih untuk menghindari makanan tertentu.

Diagnosa Gizi

Beberapa diagnosa gizi pada nausea dan muntah termasuk perubahan fungsi


saluran cerna, penurunan berat badan yang tidak diharapkan, asupan cairan inadekuat,
dan asupan oral inadekuat.

Intervensi Gizi

Terapi gizi tidak menangani nausea dan muntah tetapi meminimalkan gejala dan


ketidaknyamanan karena nausea dan muntah. Terapi gizi dapat membantu dalam menjaga
status gizi selama nausea dan muntah terjadi. Jika pasien dapat mengatur asupan oral,
makanan yang dingin dan tidak beraroma keras biasanya dapat ditoleransi dengan baik.
Beberapa minuman dan makanan dapat mengurangi nausea dan muntah. Minuman yang
dapat diberikan setelah muntah berhenti adalah : air, jus apel, sport drinks, teh hangat atau
dingin, dan lemonade. Pemberian minuman sebaiknya diawali dengan menghisap es batu
(jika usia di atas 3 tahun). Jika dapat ditoleransi mulai dengan memberikan 1 sdt setiap 10
menit. Lalu tingkatkan menjadi 1 sdm setiap 20 menit. Jika dapat ditoleransi tingkatkan
volume pemberian menjadi 2 kali lipatnya setiap 1 jam. Dapat diberikan jenis minuman
lainnya jika air dapat ditoleransi. Jika terdapat diare, berikan minuman rehidrasi, seperti
oralit.

Untuk makanan padat, setelah muntah tidak muncul lagi dalam 8 jam, berikan bertahap
dengan porsi kecil. Hindari makanan yang tinggi lemak atau serat, termasuk makanan yang
berbau tajam dan yang menghasilkan gas. Jahe dapat digunakan untuk mengatasi nausea
dan muntah. Jika pasien mengonsumsi obat, sebaiknya diminum setelah makan. Makanan
yang dapat diberikan segera setelah muntah hilang adalah yang kering seperti krekers, roti
bakar.

Monitoring dan Evaluasi Gizi


Status hidrasi dan lamanya pasien tanpa asupan oral yang adekuat merupakan hal yang
sangat penting untuk dimonitor. Dengan mengetahui hal-hal tersebut, akan dapat diprediksi
masalah gizi yang mungkin terjadi pada pasien tersebut. Dukungan gizi akan diperlukan
bagi pasien yang tidak dapat memenuhi kebutuhan gizinya secara oral.

Asuhan Gizi pada Gastritis dan Ulkus Peptikum

Implikasi Gizi

Pada pasien gastritis dan Ulkus Peptikum, gejala nyeri abdomen dapat mengganggu


asupan oral dan menyebabkan kehilangan berat badan dan atau ketidakseimbangan
zat gizi. Oleh karena itu penting untuk mendapatkan informasi sebanyak mungkin terkait
berat badan dan perubahan asupan diet dan untuk mengevaluasi hubungan data tersebut
dengan riwayat medis nyeri abdomen dan gejala-gejala lain.

Diagnosa Gizi

Diagnosa gizi yang berhubungan dengan gastritis dan ulkus peptikum termasuk asupan


oral inadekuat, asupan makanan/minuman inadekuat, perubahan fungsi gastrointestinal,
penurunan berat badan yang tidak diharapkan, dan kurang pengetahuan terkait makanan
dan gizi.
Komponen lain pada terapi gizi pada gastritis dan ulkus peptikum adalah mengatur jadwal
makan dan ukuran porsi makan. Berikan makanan yang mudah cerna, porsi kecil, dengan
frekuensi pemberian sering. Jumlah energi dan protein cukup dan disesuaikan kemampuan
pasien untuk menerimanya. Lemak diberikan rendah, yaitu 10-15% dari kebutuhan energi
total yang ditingkatkan secara bertahap hingga sesuai kebutuhan sehari-hari pasien. Untuk
serat diberikan rendah, terutama serat larut air yang ditingkatkan secara bertahap jika
gejala sudah berkurang. Kebutuhan cairan cukup, terutama bila ada muntah. Berikan
makanan yang tidak mengandung bahan makanan atau bumbu yang tajam, baik secara
termis, mekanis, maupun kimia yang disesuaikan dengan daya terima pasien secara
individu. Bila ada gejala intoleransi laktosa, berikan susu rendah laktosa, namun pada
umumnya tidak dianjurkan minum susu terlalu banyak. Anjurkan pasien makan secara
perlahan dengan lingkungan yang tenang. Beberapa hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut
pada pasien penyakit lambung adalah sebagai berikut :

 Pada fase akut dapat diberikan makanan parenteral saja selama 24-48 jam untuk
memberi istirahat pada lambung
 Toleransi pasien terhadap makanan sangat individual, sehingga perlu dilakukan
penyesuaian
 Frekuensi makan yang sering, pada pasien tertentu dapat merangsang pengeluaran
asam lambung secara berlebih
 Perilaku makan tertentu dapat menimbulkan dispepsia, misalnya porsi makan terlalu
besar, makan terlalu cepat, atau berbaring/tidur segera setelah makan
Monitoring dan Evaluasi Gizi

Kecukupan asupan gizi dan toleransi terhadap makanan merupakan fokus pada monitoring


dan evalusai gizi pasien dengan gastritis dan ulkus peptikum. Dan untuk mempertahankan
status gizi pasien pada status gizi baik, perlu dimonitor antropometri dan data fisik klinisnya
pasien.

Anda mungkin juga menyukai