KEPANITERAAN DASAR
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TARAKAN
NIM : 102016238
IDENTITAS PASIEN
Hubungan dengan orang tua : anak kandung/ Tanggal masuk : 29 Agustus 2022
angkat/ tiri/ asuh
Jam Masuk: 02.00 WIB
Anamnesis
I. Riwayat Penyakit
● Keluhan Utama
Pasien kejang beberapa menit SMRS
● Keluhan Tambahan
Demam
3 hari smrs, pasien batuk dan pilek. Batuk tidak berdahak, pilek encer
bening. Anak masih aktif dan nafsu makan masih baik..
2 hari smrs, pasien mengalami demam cukup tinggi. Batuk dan pilek
masih ada. Anak menjadi rewel. Ibu memberikan obat flu sirup yang dibeli di
apotik.
1 hari smrs, pasien demam, batuk menjadi berdahak, pilek masih dialami
oleh pasien.
Hari masuk RS, demam bertambah tinggi kemudian anak mengalami
kejang kelojotan seluruh tubuh selama 3 menit. Karena khawatir, orangtua
membawa pasien ke RS. Ibu pasien mengatakan bahwa suaminya pernah
mengalami kejang disertai demam saat masih kecil. Riwayat lain- lain normal.
Pasien tumbuh sesuai dengan umur, pada umur 3 bulan pasien kepala sudah tegak
dan mampu mengangkatnya hingga 90 derajat. Pada umur 6 bulan pasien mampu duduk
tanpa ditumpu. Pada umur 2 tahun pasien mampu memakai baju sendiri, menyuapi
boneka, dan membuka pakaian sendiri. Sehingga dapat dikatakan riwayat perkembangan
pasien baik atau sesuai dengan umurnya.
(v) BCG, pada waktu lahir (v) DPT,3 kali (pada umur 2,4,6 bulan)
(v) Polio,5 kali (pada lahir, umur 2,4,6,18 bulan) (v) Campak (pada umur 9 bulan)
(v) Hep B, 4 kali (pada umur 2, 4, 6, 18 bulan)
Kesan : Imunisasi anak baik dan lengkap
Pasien tinggal di lingkungan padat penduduk, ventilasi rumah kurang baik dengan
sumber air minum menggunakan air sumur yang dimasak sampai mendidih. Di rumah
terdapat kamar mandi disertai jamban. Rumah pasien berukuran 7x3 meter persegi,
ditempati oleh 5 anggota keluarga. Sampah rumah tangga selalu dikeluarkan atau dibuang
ke pembuangan sampah setiap hari.
Asma v
Tuberkolosis V
Epilepsi V
Silsilah Keluarga
60 58 58 55 Petunjuk:
Laki-laki
5 Tahun 3 Tahun 1 bulan
Orang Sakit
Kulit
( -) Bisul (- ) Rambut (-) Keringat malam
( -) Kuku ( -) Kuning/ikterus ( -) Sianosis
(+) demam
Kepala
(- ) Trauma ( -) Sakit Kepala (- ) Nyeri pada sinus
Mata
( -) Merah ( -) Nyeri (- ) Sekret
(-) Kuning/ikterus (- ) Trauma ( -) Ketajaman penglihatan
( -) Edema palpebra
Telinga
( -) Nyeri (- ) Gangguan pendengaran
(- ) Sekret
Hidung
( -) Rhinnorhea (+) Sekret (encer bening)
(-) Tersumbat (- ) Epistaksis
( -) Nyeri ( -) Trauma
( -) Gangguan penciuman ( -) Benda asing/foreign body
Mulut
( -) Bibir (-) Lidah (coated tongue)
(- ) Gusi (- ) Mukosa
Tenggorokan
( -) Nyeri tenggorokan ( -) Perubahan suara
Leher
( -) Benjolan (- ) Nyeri leher
Thorax (Jantung & Paruparu)
( -) Sesak napas (- ) Mengi
( +) Batuk (- ) Batuk berdarah
( -) Nyeri dada (- ) Berdebardebar
Ektremitas
(-) Bengkak (-) Deformitas
(-) Nyeri (-) Sianosis
Berat Badan
Berat badan ratarata : 13 kg
Berat badan tertinggi : 14 kg
Berat badan sekarang
(V ) Tetap ( ) Naik () Turun 0,5 kg
IX. Pemeriksaan Fisik
● Umum
- Keadaan umum : Tampak sakit sedang
- Kesadaran : compos mentis
- TTV : T : 39oC
RR : 28x/menit
HR : 110x/menit
TD : 105/70 (dilakukan pada anak 3 tahun)
- Antropometri
TB : 88 cm
BB : 13 kg
Lingkar Lengan atas : 15 cm
Gizi : baik
● Sistematis
Kulit : Tampak sedikit pucat, tidak sianosis
Kepala : Normosefalik (UUB sudah menutup)
Mata : tidak ada sklera ikterik, tidak ada konjungtiva anemis, tidak ada udem
palpebra, pupil isokor kiri dan kanan, reflex cahaya langsung dan tidak
langsung positif kiri dan kanan, mata cekung.
Telinga : Normotia, tidak ada fistula pre dan post aurikuler, membran timpani
intak
Hidung : Normosepta, simetris, kanan dan kiri tidak ada deviasi, sekret (+)
Tenggorokan : tonsil T1-T1, faring hiperemis (+)
Leher : Kelenjar tiroid dan kelenjar getah bening tidak teraba membesar
Mulut : mukosa mulut kering, bibir kering, coated tongue (-)
Thorax
Paru
Inspeksi : Simetris pada statis dan dinamis, retraksi dinding dada (-)
Perkusi : Sonor di kedua lapangan paru
Palpasi : Vokal fremitus kanan kiri simetris
Auskultasi : Suara napas vesikuler, tidak ada ronki, tidak ada wheezing di kedua
lapangan paru
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Perkusi : Batas kanan : sela iga V linea sternalis kanan
Batas kiri : sela iga V, 1cm sebelah medial linea midklavikula kiri
Batas atas : sela iga II linea parasternal kiri
Auskultasi : BJ I,II reguler, tidak ada murmur, tidak ada gallop di kedua lapangan
jantung
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
Abdomen
Inspeksi : tampak membuncit
Auskultasi : bising usus normal
Perkusi : timpani
Palpasi : Nyeri tekan epigastrium(-), tidak ada nyeri tekan pada kuadran kanan
bawah (mcburney -) dan tidak ada nyeri lepas pada kuadran kanan bawah.
Hati : Permukaan rata, tepi tajam, tidak ada pembesaran
Limpa : Tidak ada pembesaran
Ginjal : Ballotement (- ),shifting dullness (-)
Sendi
Kekuatan: 5 5 Edema: - -
5 5 - -
Trisep + +
Patela + +
Achilles + +
Patologis - -
● Penunjang
Diagnosis Kerja
Kejang Demam Sederhana
Dasar diagnosis: demam tinggi (39oc) sebelum masuk rumah sakit. Sejak 3 hari
SMRS, pasien batuk dan pilek, tetapi anak masih aktif dan nafsu makan masih
baik. demam mengalami peningkatan dari hari ke hari. Pada 1 hari SMRS, pasien
mengalami kejang kelojotan seluruh tubuh selama 3 menit. Ibu pasien
mengatakan bahwa suaminya pernah mengalami kejang disertai demam saat
masih kecil.
Pada pemeriksaan fisik suhu meningkat (39oC), frekuensi nafas meningkat
(28x/menit), denyut nadi meningkat (110X/menit) ditemukan, batuk (+), secret
(+), kulit demam. Pada pemeriksaan laboratorium terdapat leukositosis dan
neutrofilia.
Diagnosis Banding
o Meningitis Bakterial
o Meningitis Viral
o Epilepsi
Dasar mendukung:
Pasien mengalami kejang, riwayat keluarga kejang.
● Meningitis bacterial akut: pasien gelisah tidak aktif. Pemeriksaan penunjang berupa hasil
laboratorium darah rutin juga tidak mengarahkan adanya infeksi bakteri
● Meningitis viral: pemeriksaan pungsi lumbal tidak normal
● Epilepsi: kejang tidak diseratai demam
Tatalaksana
Medika mentosa:
▪ Diazepam intravena 0.3 – 0.5 mg/kgBB bolus pelan 1 – 2 mg/menit (3 – 5 menit),
dosis maksimal 20 mg.
▪ Bila belum terpasang akses intravena atau dilakukan di Rumah, bisa diberikan
diazepam rektal 0.5 – 0.75 mg/kgBB atau 5 mg untuk BB < 10 kg dan 10 mg
untuk BB > 10 kg
▪ Bila diazepam rektal diberikan oleh orang tua di Rumah, dengan 2 kali pemberian
diazepam rektal berselang 5 menit, kejang masih belum berhenti, anjurkan ke
Rumah Sakit dan diberikan diazepam intravena
▪ Bila kejang belum berhenti setelah tatalaksana awal, berikan Fenitoin intravena
dosis awal 10 – 20 mg/kgBB/pemberian (kecepatan 1 mg/kgBB/menit atau
kurang dari 50 mg/menit)
▪ Bila kejang berhenti, fenitoin diberikan kembali 4 – 8 mg/kgBB/hari 12 jam
setelah dosis awal.
▪ Bila kejang belum berhenti, rawat ruang intensif untuk diberikan obat-obatan
anestesi.
Antipiretik
Pemberian obat anti-piretik secara rutin tidak dianjurkan karena hasilnya tidak
berbeda bermakna dengan pemberiannya hanya pada saat kejadian demam dalam
menurunkan kejadian kejang demam berulang[12]. Obat anti-piretik yang dianjurkan
IDAI adalah:
▪ Paracetamol 10 – 15 mg/kgBB/kali, sampai 4 kali sehari
▪ Ibuprofen 5 – 10 mg/kgBB/kali, 3 – 4 kali sehari
Antikonvulsan Rumatan
Pemberian obat anti-konvulsan yang terus menerus seperti fenobarbital dan asam
valproat serta terapi intermiten dengan diazepam ditemukan efektif untuk
mengurangi kejadian kejang demam. Pertimbangan efek samping dari obat-obatan ini
dianggap lebih berbahaya bila dibandingkan dengan risiko yang terjadi akibat kejang
demam sederhana.
Non Medikamentosa: oksigen dan cairan melalui intravena
Edukasi:
Saat Kejang:
Ad functionam : bonam
Ad sanationam : bonam
NIM : 102017151
Kelompok :9
Nilai :
4 : Sangat Baik
3 : Baik
2 : Kurang
1 : Sangat Kurang