KELOMPOK IV:
ADRAFIN DURA
FERDIAN
HUSNUN KOTIMAH
SERLIANI
AMINAH
JURUSAN TARBIYAH
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BUTON
PASARWAJO
2019
KATA PENGANTAR
Alhamdulilah puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala,
karena atas limpahan berkah, rahmat, dan hidayah-Nya kami dapat menyusun dan
menyelesaikan makalah yang berjudul “Hadast” ini.
Makalah ini di tulis untuk memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah Semester Empat
Pendidikan Agama Islam di Universitas Muhammaadiyah Buton (UMB). Dengan segala
keterbatasan, kami sepenuhnya menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
terdapat kekurangan, baik dalam pembahasan maupun tata bahasa atau cara penulisannya.
Untuk itu, dengan segala kerendahan hati kiranya koreksi dan saran yang sifatnya
membangun dari semua pihak khususnya para pembaca sangat kami harapkan demi
kesempurnaan penulisan makalah ini ke depannya.
Akhir kata kami mengharapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami
sebagai penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya, Wassalamualaikum
Warahmatullahi Wabarakatuh.
Penyusun
DAFTAR ISI
SAMPUL ....................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang.............................................................................................................. 1
A. Rumusan Masalah............................................................................................... 1
B. Metode Penilitian................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Agama.............................................................................................. 2
B. Pengertia Modernisasi......................................................................................... 3
BAB II PENUTUP
A. Kesimpulan......................................................................................................... 12
B. Saran................................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah Perbincangan tentang modernisasi telah menyita konsentrasi para sarjana baik
Muslim maupun non-Muslim di buktikan dengan telah lahirnya beragam karya dan pemikiran
di bidang ini menunjukkan modernisasi telah mendapat tempat yang cukup proporsional
dalam kajian global, bahkan di tambah lagi dengan intensnya upaya-upaya pembaruan
tersebut di lakukan secara serentak dan kompak baik dunia Islam sendiri maupun di luar
dunianya merupakan suatu arus deras yang tidak dapat di hentikan demi menciptakan
perbaikan dalam segala bidang kemanusiaanya.
Pengalaman demi pengalaman telah di lalui yang pada akhirnya manusia telah sampai
kepada puncak kemajuan melalui pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK),
di mana IPTEK mendominasi segala aspek kehidupan. Kemoderenan selalu identik dengan
kehidupan keserbaadaan, sedangkan modernisasi itu sendiri merupakan salah satu ciri umum
peradaban maju yang dalam sosiologi berkonotasi perubahan sosial masyarakat yang kurang
maju atau primitive untuk mencapai tahap yang telah di alami oleh masyarakat maju atau
berperadaban.
Jadi memang harus di pahami bahwa zaman modern harus di pandang sebagai suatu
kelanjutan yang wajar dan logis, dalam perkembangan kehidupan manusia, yang di tandai
oleh kreatifitas manusia dalam mencari jalan mengatasi kesulitan hidupnya di dunia ini, dan
harus di pahami pula bahwa betapapun kreatifnya manusia di zaman modern, namun
kretifitas itu, dalam perspektif sejarah dunia dan umat manusia secara keseluruhan, masih
merupakan kelanjutan hasil usaha (achievement) umat manusia sebelumnya.
Karena itulah modernitas sesuatu yang tidak dapat di hindarkan, lambat ataupun cepat
modernitas tentu pasti muncul di kalangan umat manusia, entah kapan dan di bagian mana di
muka bumi ini. Jika kebetulan momentum zaman modern di mulai oleh Eropa Barat laut
sekitar 2 abad yang lalu, maka sebetulnya telah terjadi pula kebetulan serupa sebelumnya,
yaitu di mulainya momentum zaman agrarian dari lembah Mesopotamia sekitar lima ribu
tahun yang lalu, yang di sebut juga sebagai zaman permulaan sejarah, dan zaman sebelumnya
di sebut zaman prasejarah yang tanpa peradaban, karena itu lembah Mesopotamia di anggap
sebagai tempat buaian peradaban manusia. Bagaimana peran agama di tengah Era Modern
(dampak yang di timbulkan, juga pengaruh yang drastis bagi kehidupan manusia), kami
mencoba untuk mengungkap dalam tulisan ini.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
PEMBAHASAN
A. Pengertian Hadist
Secara Terminologi, ahli hadits dan ahli ushul berbeda pendapat dalam memberikan
pengertian hadits. Di kalangan ulama hadits sendiri ada juga beberapa definisi yang antara
satu sama lain agak berbeda.
Ada yang mendefinisikan hadits, adalah :
"Segala perkataan Nabi SAW, perbuatan, dan hal ihwalnya".
Ulama hadits menerangkan bahwa yang termasuk "hal ihwal", ialah segala pemberitaan
tentang Nabi SAW, seperti yang berkaitan dengan himmah, karakteristik, sejarah kelahiran,
dan kebiasaan-kebiasaanya.
Ulama ahli hadits yang lain merumuskan pengertian hadits dengan :
"Segala sesuatu yang bersumber dari Nabi, baik berupa perkataan, perbuatan, taqrir, maupun
sifatnya".
Ulama hadits yang lain juga mendefiniskan hadits sebagai berikut :
"Sesuatu yang didasarkan kepada Nabi SAW. baik berupa perkataan, perbuatan, taqrir,
maupun sifatnya".
Dari ketiga pengertian tersebut, ada kesamaan dan perbedaan para ahli hadits dalam
mendefinisikan hadits. Kasamaan dalam mendefinisikan hadits ialah hadits dengan segala
sesuatu yang disandarkan kepada Nabi SAW, baik perkataan maupun perbuatan. Sedangkan
perbedaan mereka terletak pada penyebutan terakhir dari perumusan definisi hadits. Ada ahli
hadits yang menyebut hal ihwal atau sifat Nabi sebagai komponen hadits, ada yang tidak
menyebut. Kemudian ada ahli hadits yang menyebut taqrir Nabi secara eksplisit sebagai
komponen dari bentuk-bentuk hadits.
Tetapi ada juga yang memasukkannya secara implisit ke dalam aqwal (perkataan nabi)
atau afal ( perbuatan nabi).
Sedangkan ulama Ushul, mendefinisikan hadits sebagai berikut :
"Segala perkataan Nabi SAW. yang dapat dijadikan dalil untuk penetapan hukum syara'".
Berdasarkan rumusan definisi hadits baik dari ahli hadits maupun ahli ushul, terdapat
persamaan yaitu ;
"memberikan definisi yang terbatas pada sesuatu yang disandarkan kepada Rasul SAW,
tanpa menyinggung-nyinggung perilaku dan ucapan sahabat atau tabi'in. Perbedaan mereka
terletak pada cakupan definisinya. Definisi dari ahli hadits mencakup segala sesuatu yang
disandarkan atau bersumber dari Nabi SAW, baik berupa perkataan, perbuatan, dan taqrir
(ketetapan nabi muhammad).
Sedangkan cakupan definisi hadits ahli ushul hanya menyangkut aspek perkataan Nabi
saja yang bisa dijadikan dalil untuk menetapkan hukum syara'.
Hadis atau al- hadits menurut bahasa adalah al- jadid yang artinya (sesuatu yang baru)
artinya yang berarti menunjukkan kepada waktu yang dekat atau waktu yang singkat seperti
ْث ال َع ْه ِد فِى ْأِإل ْساَل ِم
ُ ح ِدي (orang
َ yang baru masuk/ memeluk islam).
Hadis juga sering disebut dengan al- khabar, yang berarti berita, yaitu sesuatu yang
dipercakapkan dan dipindahkan dari seseorang kepada orang lain, sama maknanya dengan
hadis.
2551. Hannad menceritakan kepada kami, Waki’ menceritakan kepada kami dari Ismail bin
Abu Khalid, dari Qais bin Abu Hazim, dari Jarir bin Abdullah Al Bajali, ia berkata: Kami
sedang duduk-duduk bersama Rasulullah SAW, beliau memperhatikan bulan di malam
purhama, kemudian beliau bersabda, "Sesungguhnya kalian akan dihadapkan kepada Tuhan
kalian. Kalian akan melihat-Nya seperti ketika kalian melihat bulan purnama ini. Kalian
tidak akan berdesak – desakkan (berebutan) dalam melihat - Nya, jika kalian mampu untuk
tidak meninggalkan shalat sebelum terbit matahari dan sebelum terbenamnya, maka
Iaksanakanlah. " Beliau lalu membaca firman Allah, "Dan bertasbihlah sambil memuji
Tuhanmu sebelum terbit matahari dan sebelum terbenam(nya). " (Qs. Thaahaa [20]: 39).
2552. Muhammad bin Basyar menceritakan kepada kami, Abdurrahman bin Mahdi
menceritakan kepada kami, Hammad bm Salamah menceritakan kepada kami dari Tsabit Al
Bunani, dari Abdunahman bin Abu Laila, dari Shuhaib, dari Nabi SAW dalam menafsirkan
firman Allah, "Bagi orang-orang yang melakukan kebaikan memperoleh pahala terbaik
(surga) dan tambahan. " (Qs. Yuunus (10): 26) Beliau bersabda, “Jika ahli surga masuk ke
dalam surga, maka ada yang ;nenyeru. 'Sungguh bagi ókalian ada janji (tambahan) '. ”
Mereka bertanya, “Bukankah wajah-wajah kami telah diputihkan (disucikan), kami telah
diselamatkan dari api neraka dan dimasukkan ke dalam surga? " Mereka (yang lain)
berkata, "Benar." Beliau bersabda, “Lalu, hijab pun dibuka. " Beliau melanjutkan, “Demi
Allah! Tidak ada sesuatu yang Allah berikan, yang lebih mereka senangi daripada -
kesempatan untuk dapat smelihat kepada dzat-Nya.
2555. Suwaid bin Nashr menceritakan kepada kami, Abdullah bin Al Mubarak mengabarkan
kepada kami, Malik bin Anas mengabarkan kepada kami dan' Zaid bin Aslam, dari Atha' bin
Yasar, dari Abu Sa’id Al Khudri, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya
Allah berfirman kepada ahli surga, 'Wahai ahli surga! ' Mereka menjawab, “Kami memenuhi
panggilan-Mu, wahai Rabb kami, dengan senang hati kami penuhi seruanmu." Allah
bertanya, 'Apakah kalian ridha (dengan apa yang kalian terima)?' Mereka menjawab, 'Apa
alasan kami untuk tidak ridha? Engkau telah mengaruniakan kepada kami sesuatu yang tidak
pernah diberikan kepada siapapun dari makhluk-Mu '. Allah kembali berfirman, 'Aku akan
memberikan yang lebih baik dari itu semua '. Mereka bertanya, 'Apa yang lebih baik dari
itu? ' Allah menjawab, 'Aku akan halalkan keridhaan-Ku kepada kalian. Aku tidak akan
pernah murka kepada kalian selamanya '. " ,
2556. Suwaid bin Nashr menceritakan kepada kami, Abdullah bin Al Mubarak mengabarkan
kepada kami, Fulaih bin Sulaiman mengabarkan kepada kami dari Hilal bin Ali, dari Atha'
bin Yasar, dari Abu Hurairah, dari Nabi SAW, beliau bersabda, “Sesungguhnya ahli surga
bisa saling melihat istana mereka masing - masng sebagaimana mereka dapat melihat
bintang di timur atau bintang di bara! yang tenggelam dan terbit di ufuk sebagai tanda tinggi
rendahnya derajat. " Mereka bertanya, “Wahai Rasulullah! Apakah mereka dari golongan
para nabi?” Rasulullah menjawab, “Ya, demi Dzat yang jiwaku berada dalam genggaman-
Nya, selain itu ada pula (di dalamnya) kaum yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, dan
membenarkan (mempercayaz) para rasul.
" Shahib: Ar-Raudh An-Nadhir (2/360-361) dan At-Ta 'liq Ar-Raghib (4/251);
Muttafaq alaih. Abu Isa berkata,
menjawab, 'Cukup, cukup '. Setelah Allah memasukkan ahli surga ke dalam surga dan ahli
neraka ke dalam neraka, dikatakan kepada mereka, 'Wahai ahli surga!' Ahli surga lalu
terlihat takut. Lalu. dikatakan kepada ahli neraka, 'Wahai ahli neraka! ' Mereka terlihat
gembira dan senang, karena mereka mengharapkan syafaat. Lalu. dikatakan kepada ahli
surga dan ahli neraka, 'Apakah kalian mengetahui apa ini? ' Mereka menjawab, 'Kami telah
mengetahuinya, itu adalah kematian yang ditugaskan menjemput kami '. Lalu, kematian itu
dibaringkan, dan setelah itu disembelih di atas pagar pembatas antara surga dan neraka.
Lalu dikatakan, 'Wahai ah]. surga, kalian kekal abadi dan tidak akan ada kematian! Wahai
ahl neraka, kalian kekal abadi di neraka dan tidak ada kematian! '"
2558. Sufyan bin Waki' menceritakan kepada kami, ayahku menceritakan kepada kami dari
Fudhail bin Marzuq, dari Athiyah, dari Abu Sa'id, ia me-marff-kanya, Rasulullah bersabda,
“Jika hari Kiamat datang, maka kematian didatangkan seperti kambing kibas yang lebih
banyak bulu putihnya dari pada hitamnya. Kematian itu diletakkan di antara surga dan
neraka, lalu disembelih. Mereka melihat itu semua. Seandainya seseorang meninggal dunia
dalam keadaan gembira, maka ahli surga berarti ada yang meninggal dunia (orang itu
adalah ahli surga). Seandainya ada seseorang meninggal dunia dalam keadaan sedih, maka
ahli neraka berarti ada yang meninggal dunia (orang itu adalah ahli neraka). " Shahih:
Tanpa kalimat “Jika salah seorang”,
Rasulullah SAW bersabda, “-Jalan menujusurga itu dipenuhi dengan hal-hal yang tidak
disukai, sedangkan -jalan menujuneraka dipenuhi dengan berbagai kenikmatan syahwani. "
Shahih: Muslim (8/142-143).
Abu lsa berkata, “Hadits ini hasan gharib, namun dari jalu periwayatan seperti ini adalah
shahih.”
2560. Abu Kuraib menceritakan kepada kami, Abdah bin Sulaiman mcnceritakaq kepada
kami dari Muhammad bin Amr, Abu Salamah menceritakan kepada kami dan' Abu Hurairah,
dari Rasulullah SAW, beliau bersabda, “Ketika Allah menciptakan surga dan neraka, Dia
mengutus Jibnl ke surga. Allah berfirman kepadanya. “Lihatlah surga dan lihatlah apa yang
telah dipersiapkan bagi para penghuninya!"' Beliau melanjutkan, "Jibril pun mendatangi
surga dan melihatnya, dan melihat apa yang telah Allah persiapkan bagi para penghuninya
” Beliau melanjutkan, "Jibril lalu kembali kepadaNya, Ia berkata, 'Demi keagungan-Mu,
tidaklah seseorang mendengar tentang surga melainkan ia sangat ingin memasukinya '. Allah
lalu memerintahkan kepada surga untuk memenuhi jalan menuju kepadanya dengan hal-hal
yang tidak disukai (dibenci). Allah bezfirman, 'Kembalilah ke surga, lihatlah apa yang telah
Aku persiapkan bagi para penghuninya! Beliau melanjutkan, "Jibrilpun kembali ke surga,
ternyata surga sudah dipenuhi dengan hal-hal yang tidak disukai untuk dapat sampai
kepadanya (ke surga). Jibril lalu kembali kepada Allah. Jibril berkata, 'Demi keagungan-Mu,
aku khawatir tidak seorang pun dapat memasuki surga '. Allah bedirman, 'Pergilah kamu ke
neraka! Perhatikanlah neraka dan apa-apa yang telah aku persiapkan bagi para
penghuninya '. Ternyata sebagian mereka (ahli neraka) menaiki sebagian yang lain. Jibril
lalu kembali kepada Allah, ia berkata, ”Demi keagungan-Mu, tidak ada seorang pun yang
mendengar tentang neraka lalu ia ingin memasukinya'. Allah lalu memerintahkan kepada
neraka untuk memenuhi jalan menuju kepadanya (ke neraka) dengan kenikmatan-kenikmatan
syahwani. Allah lalu beijirman kepada Jibril, 'Kembalilah ke neraka! ' Jibril pun kembali ke
neraka. Ia lalu berkata, 'Demt' keagungan-Mu, aku khawatir tidak ada seorang pun yang
dapat selamat dari neraka, melainkan mereka semua akan masuk ke dalamnya '.
A. Kesimpulan
Sesungguhnya di surga ada seratus tingkat, seandainya seluruh alam berkumpul di salah
satunya pasti memuat mereka. Berkata Abu Isa: Hadits ini gharib. [HR. Tirmidzi No.2455].
Sesungguhnya golongan pertama yg masuk surga pada hari kiamat (adalah yang)
mukanya bersinar seperti sinar bulan di malam purnama & golongan kedua seperti bintang
bersinar terang terindah dilangit, setiap lelaki di antara mereka mendapatkan dua istri, setiap
istri mengenakan tujuhpuluh perhiasan, sungsumnya terlihat dari belakang. Berkata Abu Isa:
Hadits ini hasan shahih.[HR. Tirmidzi No.2457].
Orang beriman kelak di syurga diberi kekuatan bersetubuh seperti ini & seperti ini, ada
yg bertanya: Wahai Rasulullah apakah mampu seperti itu? beliau menjawab: Mereka diberi
kekuatan jima' sampai seratus kali lipat. Dan dalam bab ini ada hadits dari Zaid bin Arqam, Abu
Isa berkata: Hadits ini shahih gharib, kami tak mengetahuinya dari hadits Qotadah dari Anas
kecuali dari hadits Imran Al Qattan. [HR. Tirmidzi No.2459].
B. Saran
Dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dan kekeliruan, oleh karena itu
sangat di perlukan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak, demi
perbaikan penyusunan makalah selanjutnya
DAFTAR PUSTAKA
http://anekamakalahkita.blogspot.com/2013/01/makalah-kuliah-pengertian-hadis.html
https://www.mutiarahadits.com/85/40/75/sifat-hubungan-seksual-penghuni-surga.htm
https://www.mutiarahadits.com/84/40/75/wanita-penghuni-surga.htm
https://www.mutiarahadits.com/83/40/75/sifat-tingkatan-surga.htm