Anda di halaman 1dari 9

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI

BERMAIN ORIGAMI PADA KELOMPOK A DI TK JEMBER PERMAI 1


KECAMATAN SUMBERSARI KABUPATEN JEMBER TAHUN PELAJARAN 2015-
2016

Oleh:
Ulfa Lailatul Roidah
Program Studi Pendidikan Anak Usia Dini
Email: ulfalailatul10@gmail.com

ABSTRAK

Roidah, Ulfa Lailatul. 2016. Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Melalui
Bermain Origami Pada Kelompok A Di TK Jember Permai 1 Kecamatan
Sumbersari Kabupaten Jember Tahun Pelajaran 2015-2016. Skripsi, Program Studi
Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Muhammadiyah Jember. Pembimbing: (1) Dra. Tri Endang Jatmikowati, M.Si. (2)
Dra. Ernawati, M.Pd

Kata kunci : bermain origami. kemampuan motorik halus.

Motorik halus adalah pengorganisasian penggunaan sekelompok otot-otot kecil


seperti jari jemari dan tangan yang sering membutuhkan kecermatan dan koordinasi dengan
tangan, keterampilan yang mencakup pemanfaatan menggunakan alat-alat untuk mengerjakan
suatu objek
Origami atau melipat pada hakikatnya merupakan kegiatan keterampilan tangan untuk
menciptakan bentuk-bentuk tertentu tanpa menggunakan bahan perekat. Keterampilan ini
membutuhkan keterampilan koordinasi tangan, ketelitian dan keterampilan serta kreativitas.
Kegiatan melipat jika disajikan sesuai dengan minat anak, akan memberikan kesaksian dan
kegembiraan serta kepuasan bagi anak.
Masalah penelitian yang ingin dipecahkan adalah bagaimana meningkatkan
kemampuan motorik halus anak melalui bermain origami pada kelompok A di TK Jember
Permai 1 Tahun Pelajaran 2015-2016.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui cara meningkatkan kemampuan motorik
halus anak melalui bermain origami pada Kelompok A di TK Jember Permai 1 Tahun
Pelajaran 2015/2016.
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan kelas, pada anak kelompok
A yang berjumlah 16 anak, di TK Jember Permai 1Tahun Pelajaran 2015-2016, metode
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman observasi dan
dokumentasi. Data yang dikumpulkan berupa hasil dari lembar observasi dan hasil
dokumentasi aktivitas anak selama bermain balok.
Berdasarkan hasil observasi dapat diketahui bahwa bermain origami dapat
meningkatkan kemampuan motorik halus anak secara klasikal dari 16 anak terdapat 13 anak
yang meningkat kemampuan motorik halusnya, dari perhitungan tersebut dapat diketahui
peningkatan secara klasikal mencapai 81,25% yang berarti kemampuan motorik halus anak
telah mencapai kriteria kesuksesan. Hal ini dapat disimpulkan bahwa bermain origami dapat
meningkatkan kemampuan motorik halus anak kelompok A di TK Jember Permai 1
Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember Tahun Pelajaran 2015-2016.

ABSTRACT

Roidah, Ulfa Lailatul. 2006. Increasing the Smooth Motoric Children Ability Through
Playing Origami in Group A TK Jember Permai 1 Sumbersari Jember 2015-2016
Academic Year. Thesis. Teacher Education Early Childood Education Program,
Faculty of Teacher Training and Education, Muhammadiyah University of Jember.
Advisor: (1) Misyana, M.Pd. (2) Eriqa Pratiwi, M.Pd
Key words: Playing Origami, Smooth Motoric Ability
Smooth Motoric is organizing the use of a group of small muscles like the fingers and
hands that often requires precision and coordination by hand, which covers the use of the
skills to use the tools to work on an object
Origami or folding is a kind of handing art to create certain shape without using glue.
This art need coordination of hand’s art, curiosity, and creativity. This activity of folding if it
is given according to their interest, will give the happiness and satisfied for children.
The problem of the research that want to be solved is how to increase the smooth
motoric ability through playing origami in group A TK Jember Permai 1 Sumbersari Jember
2015-2016 academic year.
The purpose of the research is to know the through playing origami can increase the
children’s smooth motoric ability Group A TK Jember Permai 1 Sumbersari Jember in 2015-
2016 academic year.
The design of the research is Classroom Action Research in Group B which consist of
16 children in group A TK Jember Permai 1 Sumbersari Jember 2015-2016 academic year.
The method of collecting data is Observation and Documentation. The data which is collected
is the result from the observation and the result of documentation of children’s activity during
playing origami.
According to the result of observation can be known that playing origami can the
smooth motoric ability classically from 16 children, there are 13 children increase smooth
motoric ability. From that result can be known that there is increasing classically up to
81,25%. It means that the children’s smooth motoric ability have been achieved the success
criteria It can be concluded that playing origami can increase the children’s smooth motoric
ability Group A TK Jember Permai 1 Sumbersari Jember in 2015-2016 academic year.

PENDAHULUAN serta keterampilan yang diperlukan


dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara
Berdasarkan UU Nomor 20 (Depdiknas 2007:2). Pendidikan anak usia
Tahun 2003 Pasal 1 Ayat 6 bahwa dini diselenggarakan melalui pendidikan
pendidikan adalah usaha sadar dan non formal dan pendidikan formal.
terencana untuk mewujudkan suasana Pendidikan non formal dapat diperoleh
belajar dan proses pembelajaran agar melalui kelurga dan lingkungan
peserta didik secara aktif mengembangkan masyarakat, sedangkan pendidikan formal
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan dapat diperoleh dilembaga pendidikan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, seperti Taman kanak-kanak dan Raudatul
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, Atfal. Pendidikan anak usia dini
merupakan salah satu bentuk masih sangat rendah. Kemapuan motorik
penyelenggaraan pendidikan yang menitik halus anak yang berkembang hanya 50% .
beratkan pada peletakan dasar kearah Oleh sebab itu pihak sekolah hendaknya
pertumbuhan dan perkembangan fisik mengembangkan kegiatan belajar yang
(koordinasi motorik halus dan kasar), sesuai dengan perkembangan anak untuk
kecerdasan (daya pikir, daya cipta meningkatkan kemampuan motorik halus
kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), anak. Kemampuan motorik halus tersebut
sosio emosional ( sikap dan perilaku serta diduga dapat dikembangkan dengan seni
beragama), bahasa dan komunikasi. melipat kertas.
Perkembangan motorik merupakan salah Kegiatan origami yaitu kegiatan yang
satu faktor yang sangat penting karena melibatkan unsur otot jari-jari tangan,
berhubungan dengan pengendalian otak, dan koordinasi mata. Dengan
gerakan jasmani melaui kegiatan pusat menekan kertas menggunakan ujung-
syaraf, urat syaraf, dan otot yang ujung jari sangat efektif melatih otot-otot
terkoordinasi. jari anak. Origami juga dapat merangsang
Kemampuan motorik halus yang kreativitas anak dan perkembangan
dimiliki setiap anak berbeda antara satu motorik halusnya sehingga anak akan
dengan yang lainnya. Namun sebaiknya tumbuh menjadi lebih cerdas. Lewat
selaku orang tua dan pendidik harus origami, anak mudah memahami konsep
mengetahui dan memberikan solusi dan istilah matematik, dan dapat
bagaimana cara meningkatkan kemampuan memahami pentingnya akurasi. Origami
motorik halus pada anak. Kemampuan juga telah diakui memiliki faktor nilai
motorik anak dikatakan terlambat apabila yang hebat dalam dunia pendidikan.
pada usianya seharusnya anak bisa Origami telah diterapkan menjadi satu
melakukan keterampilan baru namun anak bagian program pembelajaran di Jepang
tersebut tidak dapat mengembangkan dan dibeberapa negara lain.
keterampilan baru yang menunjukkan Menurut dunia kedokteran
kemajuan. Anak anak yang mengalami origami juga dapat dipakai sebagai sarana
permasalahan motorik halus mengalami terapi yang bagus untuk melatih gerakan
kesulitan dalam mengkoordinasikan mata jari (NOA: Tanpa Tahun). Origami juga
dan gerakan jari jarinya, lambat dalam dapat melatih kesabaran dan ketelitian,
mengerakkan jari-jari tangan serta belum melatih konsentrasi, menumbuhkan minat
mengenal fungsi jari-jari tangan. Adapun seni sekaligus mengoptimalkan
beberapa faktor yang mempengaruhi kemampuan motorik halus. Selain
keterlambatan motorik halus diantaranya: memiliki kelebihan origami juga memiliki
kurangnya guru dalam melakukan beberapa kekurangan diantaranya: 1).
eksplorasi dengan berbagai ragam Kertas yang terlalu tipis akan mudah robek
permainan, guru kurang kreatif dalam dan kertas yang terlalu tebal sulit untuk
mempergunakan media. Setelah dilipat; 2). Hasil origami mudah kusut jika
mengetahui permasalahan secara umum, tidak disimpan dengan rapi; 3). Tehnik
dan melihat kenyataan dilapangan melipat yang salah akan mempengaruhi
perkembangan motorik anak kurang hasil origami. Berdasarkan uraian tersebut
optimal. Kurangnya sarana dan prasarana maka diambil sebuah inisiatif untuk
belajar yang dimiliki oleh lembaga juga melaksanakan penelitian tindakan kelas
menjadi faktor kurang terasahnya dengan judul “Meningkatkan kemampuan
kemampuan motorik halus anak. motorik halus anak melalui bermain
Melihat permasalahan yang origami pada kelompok A TK Jember
terjadi dikelompok A TK Jember Permai 1 Permai 1 Kecamatan Sumbersari
berdasarkan hasil tanya jawab dengan guru Kabupaten Jember tahun pelajaran
kelas kemampuan motorik halus anak 2015/2016”.
Berdasarkan latar belakang diatas diguanakan dalam penelitian ini adalah
maka rumusan masalah dalam penelitian Penelitian Tindakan Kelas model Arikunto
ini adalah: Bagaimana meningkatkan (2015:42). Para ahli mengemukakan model
kemampuan motorik halus anak melalui penelitian tindakan pada garis besarnya
bermain origami pada kelompok A di TK terdapat empat tahapan yang lazim dilalui,
Jember Permai 1 tahun 2015/2016. yaitu: 1). Perencanaan; 2). Pelaksanaan; 3).
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk Pengamatan; 4). Refleksi. Dalam
mengetahui cara meningkatkan penelitian ini subjek penelitian adalah anak
kemampuan motorik halus anak melalui kelompok A TK Jember Permai 1 Tahun
bermain origami pada kelompok A di TK Pelajaran 2015-2016 Penetapan anak
Jember Permai 1 Tahun Pelajaran 2015- kelompok A TK sebagai subyek penelitian
2016. Motorik halus adalah gerakan yang didasarkan bahwa ada beberapa anak
menggunakan otot-otot halus yang berupa: masih belum berkembang kemampuan
kemampuan mengkoordinasi mata dan motorik halusnya, sehingga perlu diadakan
tangan untuk melakukan gerakan yang upaya yang dapat meningkatkan
rumit, mengontrol gerakan tangan yang kemampuan motorik halus anak. Adapun
menggunakan otot halus, melakukan jumlah anak yang diteliti sejumlah 16
gerakan manipulatif untuk menghasilkan anak, terdiri dari 4 anak laki-laki dan 12
suatu bentuk dengan menggunakan anak perempuan.
berbagai media. Origami adalah seni Studi pendahuluan adalah
melipat yang berasal dari Negara Jepang. kegiatan awal yang dilakukan oleh peneliti
Kegiatan melipat kertas dapat dilakukan sebelum melakukan penelitian yang
dengan macam-macam lipatan dasar, sebenarnya. Tujuan dari studi pendahuluan
seperti melipat sederhana 1 samapai 6 adalah untuk mengetahui kemampuan
lipatan. Membentuk berbagai macam motorik halus anak sebelum dilakukan
lipatan menggunakan kertas dengan model penelitian. Sebelum melakukan penelitian
pesawat. terlebih dahulu peneliti melakukan
perencanaan mengenai segala sesuatu yang
METODOLOGI PENELITIAN akan dilakukan dalam penelitian.
Jenis penelitian yang digunakan Perencana tindakan artinya peneliti
oleh penulis adalah (PTK) Penelitian membuat seperangkat pembelajaran sesuai
Tindakan Kelas atau disebut juga dengan kurikulum yang berlaku di TK
Classroom action research . Penelitian Jember Permai 1. Pelaksanaan adalah
tindakan kelas adalah penelitian yang implementasi penerapan isi rancangan. Hal
memaparkan terjadinya sebab-akibat dari yang dilakukan peneliti dalam pelaksanaan
perlakuan, sekaligus memaparkan apa saja tindakan ini adalah berperan sebagai guru
yang terjadi ketika perlakuan diberikan, yang mengawali kegiatan belajar sehingga
dan memaparkan seluruh proses sejak awal siswa siap untuk menerima materi
pemberian perlakuan sampai dengan pembelajaran. Sebagai langkah awal dalam
dampak dari perlakuan tersebut (Arikunto, proses pembelajaran guru terlebih dahulu
2015:1). Maksutnya penelitian tindakan mengemukakan garis besar materi
kelas ini merupakan kegiatan yang pembelajaran. Pengamatan merupakan
dilakukan pada suatu kelompok yang kegiatan yang dilakukan oleh peneliti atau
mendapatkan pembelajaran yang sama, rekan guru ketika pelaksanaan tindakan
dengan metode yang sama, dengan aturan berlangsung. Pada tahap ini peneliti
yang sama, dan oleh guru yang sama untuk bertindak sebagai pengamat dan mencatat
mendapatkan data atau informasi yang semua hal yang diperlukan dan terjadi
bermanfaat dalam meningkatkan aspek selama pelaksanaan tindakan berlangsung,
perkembangan tertentu yang menjadi dengan maksud mendapatkan data-data
tujuan penelitian. Desain penelitian yang yang valid mengenai perubahan-perubahan
tingkah laku yang terjadi berkaitan dengan 2016, sebelum penelitian dilakukan,
partisipasi siswa dalam bermain origami peneliti melakukan kegiatan awal yaitu
diantaranya: keaktifan dalam bermain, observasi pada hari Senin, tanggal 02 Mei
respon saat bermain. 2016. Observasi yang dilakukan oleh
Dari hasil observasi diperoleh peneliti bertujuan untuk mengetahui
data dan informasi berupa catatan-catatan kegiatan belajar mengajar yang digunakan
yang kemudian akan diolah dan dianalisis oleh guru dan melihat proses kegiatan
secara deskriptif kuantitatif yaitu dengan belajar mengajar langsung dikelas. Dalam
cara memaparkan hasil pengamatan yang observasi awal diketahui bahwa
bertujuan untuk mengetahui prosentasi kemampuan motorik halus anak yang
kualitas siswa, nilai rata-rata kemampuan berkembang 50%. Maka dari itu peneliti
siswa dan kriteria nilai siswa kelompok A ingin meningkatkan kemampuan motorik
TK Jember Permai 1, selanjutnya halus anak melalui bermain origami.
memaparkan temuan peneliti apakah Berdasarkan hasil observasi pada
penelitian tindakan kelas tersebut sudah siklus I diketahui bahwa bermain origami
cukup atau belum. Apabila belum tercapai belum mencapai kriteria kesuksesan yang
ketuntasan belajar pada siklus pertama, diharapkan yaitu 75%, hasil persentase
maka dilanjutkan dengan siklus kedua kesuksesan pada siklus I hanya sebesar
sampai mencapai tingkat keberhasilan 62,5% atau 10 anak masih tuntas, hal ini
yang sudah ditentukan oleh peneliti. Jika diakibatkan karena: 1). Ada 6 anak yang
pada siklus dua sudah mencapai tingkat belum bisa melipat sesuai pola, sehingga
keberhasilan sesuai dengan harapan anak hanya memegang kertas dan tidak
peneliti maka penelitian dapat dihentikan. melipatnya, lipatan yang dihasilkan tidak
Dalam penelitian ini, peneliti berurutan, masih terbolak-balik, dan belum
menggunakan kriteria kesuksesan menurut melipat dibidang datar; 2). Ada 5 anak
kurikulum tahun 2010 untuk mengetahui yang masih berbicara sendiri dengan
tingkat kemampuan atau keberhasilan anak temannya, sehingga membuat suasana
didalam proses belajar mengajar kelas menjadi ramai; 3). Ada 7 anak yang
khususnya dibidang kemampuan motorik belum terbiasa melipat dengan kertas
halus anak melalui kegiatan origami. bufallo karena kertas bufallo lebih tebal
Penelitian tindakan kelas yang dilakukan daripada kertas lipat, sehingga lipatan yang
oleh peneliti dikatakan sudah memenuhi dihasilkan belum berbentuk; 4). Ada 6
kriteria kesuksesan jika dari 16 anak ada anak yang menggunakan kertas bekas
75% atau 12 anak ditiap-tiap aspek lipatan yang salah, hal tersebut
kemampuan motorik halusnya mempengaruhi bentuk dari lipatan.
mendapatkan bintang tiga. Dengan kriteria Penyebab dari kegagalan pada
bintang tiga mengkoordinasikan mata dan siklus I adalah: 1). Peneliti dalam
tangan untuk melakukan gerakan yang menjelaskan kurang rinci, peneliti ketika
rumit. Instrumen penelitian adalah alat menjelaskan dan mencontohkan cara
atau fasilitas yang digunakan peneliti melipat terlalu cepat sehingga anak-anak
dalam pengumpulan data. Instrumen kebingungan ketika melipat; 2). Anak
penelitian yang dipakai dalam penelitian masih belum beradaptasi dengan peneliti;
ini adalah pedoman observasi dan 3). Anak belum terbiasa melipat dengan
pedoman dokumentasi. kertas bufallo; 4). Tidak ada pemberian
aturan diawal oleh peneliti bahwa ketika
HASIL PENELITIAN melipat kertas bufallo seharusnya anak-
Penelitian dilaksanakan di anak lebih menekan lipatan dan disetrika
kelompok A TK Jember Permai I agar lipatan yang dihasilkan tidak terbuka;
Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember. 5). Kertas yang disediakan kurang banyak.
Penelitian ini dimulai tanggal 09 -18 Mei Sehubungan dengan kemampuan anak
belum sesuai dengan harapan, maka perubahan yang terjadi setelah bermain
pelaksanaan tindakan kelas dilanjutkan origami diaplikasikan dalam kegiatan
pada siklus II. Peneliti berusaha belajar mengajar khususnya perubahan
memperbaiki perencanaan pada siklus II kemampuan motorik halus anak meningkat
yang sesuai dengan peneyebab yang telah pada kelompok A di TK Jember Permai I
diketahui pada siklus I. Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember
Berdasarkan hasil observasi pada siklus II, Tahun Pelajaran 2015-2016. Dengan
dapat disimpulkan bahwa pembelajarn meningkatnya hasil persentase kesuksesan
dalam meningkatkan kemampuan motorik belajar anak membuktikan bahwa dengan
halus anak melalui bermain origami sudah bermain origami kemampuan motorik
bisa dikatakan tuntas dari hasil belajar halus anak dapat meningkat.
anak secara klasikal. Hal ini diketahui dari
adanya peningkatan terhadap hasil belajar PEMBAHASAN
dalam motorik halus. Sudah 13 anak atau Berdasakan observasi pada siklus I
81,25% yang bisa melipat 1-6 lipatan, yang telah dilakukan dapat diketahui
melipat sesuai dengan pola, melipat satu bahwa peningkatan kemampuan motorik
buah pesawat dengan kertas origami dan halus anak melalui kegiatan origami
kertas bufallo, sudah bisa melipat dengan mengalami peningkatan menjadi 62,5%
urut dan melipat dibidang datar. dari kemampuan semula di studi
Peningkatan tersebut disebabkan pendahuluan yang hanya 50%. Hal ini
karena: 1). Peneliti menjelaskan dengan ditunjukkan dengan adanya kemampuan
rinci langkah-langkah dan cara melipat; 2). motorik halus anak yang meningkat dari 8
Peneliti lebih dekat dengan anak, sehingga anak menjadi 10 anak yang kemampuan
anak-anak lebih akrab dan anak-anak motorik halusnya berkembang dengan
sudah tidak malu untuk bertanya ketika baik. Namun persentase pada siklus I
mengalami kesulitan saat melipat; 3). belum mencapai kriteria kesuksesan yang
Penerapan aturan bermain diawal sehingga telah ditentukan yaitu 75%, hal tersebut
proses bermain berjalan dengan lancar diakibatkan; 1) Ada 6 anak yang belum
lancar, tidaka ada anak-anak yang bisa melipat sesuai dengan pola, lipatan
berbicara sendiri dengan temannya; 4). yang dihasilkan tidak berurutan dan belum
Kertas yang disediakan mencukupi, melipat dibidang datar ; 2). Ada 5 anak
terutama kertas bufallo sehingga anak masih berbicara sendiri dengan temannya;
sudah terbiasa melipat dengan kertas 3). Ada 7 anak yang belum terbiasa
bufallo, dan anak-anak tidak berebut melipat dengan kertas bufallo karena
kertas, anak-anak bisa leluasa mengambil kertas bufallo lebih tebal daripada kertas
kertas ketika bermain origami, peneliti lipat; 4). Ada 6 anak yang menggunakan
juga menjelaskan ketika melipat kertas kertas bekas lipatan yang salah, hal
bufallo lebih ditekan dan disetrika agar tersebut akan mempengaruhi bentuk dari
lipatan yang dihasilkan tidak terbuka; 5). lipatan. Ketidak berhasilan tersebut di
Guru menjelaskan apabila kertas telah sebabkan oleh guru ketika menjelaskan
kusut akibat salah melipat, maka anak- kurang detail, karena anak masih belum
anak mengambil kertas yang baru. beradaptasi dengan peneliti, tidak ada
Persentase kesuksesan pada siklus pemberian aturan diawal permainan, serta
II meningkat dibandingkan dengan siklus I media kertas yang terbatas.
yang hanya 62,5% atau 10 anak yang Meningkatkan kemampuan
mendapatkan bintang tiga. Kegiatan motorik halus anak melalui bermain
belajar anak dikatan tuntas Pada siklus II origami mengalami peningkatan secara
dikarenakan telah mencapai standar yang keseluruhan pada siklus II dengan
ditentukan yaitu 75%. Dari pelaksanaan persentase 81,25%. Peneliti benar-benar
diatas dapat diketahui bahwa ada mengoptimalkan perbaikan dan
memperhatikan kekurangan pada siklus I anak melalui bermain origami pada
sehingga tidak terjadi kesalahan yang sama kelompok A di TK Jember Permai I tahun
pada siklus II. Kekuranagn pada siklus pelajaran 2015-2016” dapat meningkatkan
satu diperbaiki dengan 1). Menyediakan hasil belajar dan prestasi kelompok A.
media kertas yang mencukupi sehingga Dapat dilihat dari hasil persentase
anak-anak bisa leluasa dalam bermain ketuntasan anak secara klasikal yang terus
origami; 2). Peneliti lebih mendekatkan naik mulai dari studi pendahuluan 50%,
diri kepada anak-anak sehingga anak-anak kemudian pada siklus I sebesar 62,5 % dan
mudah beradaptasi; 3). Guru ketika pada siklus II 81,25%, hal ini dapat
menjelaskan lebih rinci, tidak terlalu cepat dikategorikan anak dalam bermain origami
saat menjelaskan dan mencontohkan cara menunjukkan hasil yang baik dan
melipat; 4). Membuat aturan diawal mencapai ketuntasan. Berdasarkan uraian
permainan agar ketika bermain origami diatas bahwa peningkatan kemampuan
berjalan lancar, peneliti juga menjelaskan motorik halus anak melalui bermain
ketika melipat kertas bufallo seharusnya origami berdampak positif dalam kegiatan
anak-anak lebih menekan lipatan dan belajar mengajar. Anak juga dapat
disetrika agar lipatan yang dihasilkan tidak menguasai dan mengerti cara melipat
terbuka; 5). Menjelaskan apabila kertas sehingga hasilnya memuaskan mencapai
telah kusut akibat salah melipat, maka persentase 81,25% bahkan melebihi
anak-anak mengambil kertas yang baru. kriteria kesuksesan yang telah ditentukan
Bermain origami sangat positif oleh peneliti yaitu 75% .
bagi perkembangan anak, terutama
perkembangan motorik halus anak, dengan KESIMPULAN DAN SARAN
bermain origami anak-anak dapat melatih Berdasarkan hasil penelitian dapat
otot-otot jari, melatih daya ingat anak disimpulkan bahwa kegiatan origami dapat
untuk menghafal macam-macam lipatan, meningkatkan kemampuan motorik halus
selain itu juga dapat melatih kesabaran anak pada kelompok A di TK Jember
anak. Menurut Ichigo, (2011:24) Origami Permai I Kecamatan Sumbersari
sangatlah positif dan berguna bagi Kabupaten Jember Tahun Pelajaran 2015-
perkembangan anak. Melalui origami 2016. Keberhasilan tersebut meliputi
dapat merangsang kreatifitas anak dan mampu melipat kertas 1-6 lipatan, mampu
meningkatkan motorik anak. Dan anakpun melipat sesuai dengan pola, mampu
akan tumbuh menjadi lebih cerdas. membuat satu buah pesawat dengan
Kegiatan origami juga dapat digunakan menggunakan berbagai media kertas
sebagai sarana yang aman, murah serta (kertas lipat dan bufallo). Ketuntasan
bermanfaat untuk perkembangan motorik belajar secara klasikal diperoleh karena
halus anak. Dengan bermain origami anak- ada perbaikan pada siklus II dengan cara
anak bisa membuat permainan sendiri menyediakan media kertas yang
sesuai dengan keinginan mereka seperti mencukupi sehingga anak-anak bisa
membuat pesawat terbang, membuat leluasa dalam bermain origami, peneliti
bunga dll. lebih mendekatkan diri kepada anak-anak
Menurut Jatmika (dalam Sulastri sehingga anak-anak mudah beradaptasi,
2014:21) Kegiatan origami dapat guru ketika menjelaskan lebih rinci,
meningkatkan motorik halus pada anak membuat aturan diawal permainan agar
sekaligus sarana bermain yang aman, ketika bermain origami berjalan lancar.
murah, menyenangkan, dan kaya manfaat. Menjelaskan apabila kertas telah kusut
Hasil penelitian pada Kelompok A di TK akibat salah melipat, maka anak-anak
Jember Permai I Kecamatan sumbersari mengambil kertas yang baru.
Kabupaten Jeber dengan judul “ SARAN.
Meningkatkan kemampuan motorik halus
Agar proses pembelajaran dapat Barker, Linda. 1996. Origami. Bogor: PT
mencapai tujuan dengan baik, maka Hobby Books.
disarankan:
1. Guru harus kreatif dan inofatif Decaprio,Richard. 2013. Aplikasi
dalam pemilihan kegiatan maupun Pembelajaran Motorik Disekolah.
metode yang akan digunakan agar Jogjakarta: Diva Perss.
tercipta pembelajaran yang
menyenangkan dan anak-anak Fikriyati, Mirroh. 2013. Perkembangan
tidak merasa bosan. Anak Usia Emas (Golden Age).
2. Guru lebih aktif memberikan Yogyakarta : Laras Media Prima.
motivasi atau penghargaan
sehingga dapat meningkatkan Hanafi, Dkk. 2015. Pedoman Penulisan
minat anak terhadap aktivitas Skripsi. Jember: Penerbit Fakultas
belajar. Keguruan dan Ilmu Pendidikan
3. Guru dapat menggunakan berbagai Universitas Muhammadiyah
kertas untuk bermain origami, Jember
asalkan kertas yang digunakan
teksturnya tidak terlalu tebal dan Hurlock, Elizabeth B. 1978.
terlalu tipis. Perkembangan Anak (Edisi
4. Guru harus mengevaluasi keenam). Jakarta : Erlangga.
pembelajaran pada setiap anak,
sehingga dapat mengetahui tingkat Ichigo. 2011. Paling UnikPintar Origami.
capaian yang diperoleh anak. Bagi Bekasi: Dunia Anak
anak yang masih kurang
berkembang, sehingga guru dapat Jatmika,Yusep Nur. 2012. Ragam Aktivitas
memberi perhatian khusus agar Harian Untuk TK. Jogjakarta:
anak dapat berkembang sesuai Diva Perss.
capaian perkembangannya.
5. Guru harus memahami kemampuan Kementrian Pendidikan Nasional. 2010.
anaka-anak didiknya, karena setiap Pedoman Pembelajaran Seni di
anak kemampuannya berbeda- Taman Kanak-Kanak. Jakarta:
beda. Direktorat Pembinaan TK dan SD
Lembaga harus memberikan sarana
dan prasarana yang memadahi untuk NOA. Tanpa Tahun. Origami. Jakarta
menambah wawasan dan pengetahuan Selatan: C.P.I Japan and PPKIJ.
guru tentang kemampuan belajar mengajar
seperti: media pembelajaran yang lengkap, Permendiknas Nomor 137 Tahun 2014
ruang belajar yang memadahi sesuai yang tentang Kurikulum 13. 2014.
dibutuhkan oleh peserta didik. Jakarta: Mentri Pendidikan
Nasional
DAFTAR PUSTAKA
Anisah, Nur. 2009. Mahir Membuat Saputra, Yuda M, Rudyanto. 2005.
Origami Bentuk Binatang. Pembelajaran Kooperatif Untuk
Tanggerang: PT Agro Media Meningkatkan Keterampilan Anak
Pustaka. TK. Jakarta: Departemen
Pendidikan.
Arikunto, Suharsimi Suhardjono S. 2015.
Penelitian Tindakan Kelas. Sujiono, Yuliani Nurani. 2012. Konsep
Jakarta: PT Bumi Aksara. Dasar Pendidikan Anak Usia
Dini. Jakarta: PT Indeks Permata Suyanto, Slamet. 2005. Konsep Dasar
Puri Media. Pendidikan Anak Usia Dini.
Jakarta: Departemen Pendidikan.
Sumantri. 2005. ModelKeterampilan
Motorik Anak Usia Dini. Jakarta: Wahyuti, Sri. 2015. Cara Gampang
Departemen Pendidikan. Melipat Origami. Jakarta: Dunia
Cerdas.
Sulastri, Sri. 2014. Meningkatkan
Kemampuan motorik Halus Anak Yusuf, Syamsu. 2011. Psikologi
Melalui Kegiatan Origami di Perkembangan Anak dan Remaja.
Kelompok B Paud Harapan Bandung: PT Remaja
Bunda Bondowoso (Skripsi). Rosdakarya.
Jember: Universitas
Muhammadiyah Jember

Anda mungkin juga menyukai