Sri Maya Asih1, Widodo Winarso, M.Pd.I2., and Nurma Izzati, M.Pd3.
1
Tadris Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syekh Nurjati Cirebon
Srimaya.asih@ymail.com
2
Tadris Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syekh Nurjati Cirebon
widodoiain@gmail.com
3
Tadris Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syekh Nurjati Cirebon
Izzah_tiar@yahoo.com
Abstract
This research based on the decreasing mathematic students’ understanding that would be influence learning
outcome in the end. There are no many teachers use media or props in learning. The learning media must be
made the achievement of the learning process, so that mathematic student understanding increased. This
research setting is taken from SMA Negeri 1 Jamblang Kabupaten Cirebon with the research sample is 40
students of XI IPA 5, the research design using Posttest-Only Control Group Design. From the students’
responses to the use of props domino on trigonometry subject through the questioner that the researcher spared,
it was obtained the average 83,37, it is include in the strongest category. While, mathematic students’
understanding after use of props domino, it was obtained the average 85,68 , it is include in the strongest
category. The results indicate the test analysis, thitung > ttabel (9,661 > 2,024) so, it can be conclude that there is
influence in the use of props domino to the mathematic students’ understanding in trigonometry subject.
PENDAHULUAN
Menurut (Daryanto , 2011) Pendidikan merupakan pendewasaan peserta didik agar dapat
mengembangkan bakat, potensi, dan keterampilan yang dimiliki dalam menjalani kehidupan. Oleh karena itu,
sudah seharusnya pendidikan didesain guna memberikan pemahaman peserta didik. Pendidikan ialah pimpinan
yang diberikan oleh orang dewasa kepada anak-anak dalam pertumbuhannya (baik jasmani maupun rohani) agar
berguna bagi diri sendiri dan masyarakat . (Purwanto, 1990).
Jadi pendidikan memberikan pendewasaan peserta didik untuk mengembangkan bakat dan potensi
dirinya sendiri sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki sehingga tumbuh sebagai pribadi yang baik
supaya berguna bagi diri sendiri dan masyarakat. Dalam pendidikan, mata pelajaran matematika tidak asing lagi
didengar karena mata pelajaran matematika merupakan mata pelajaran yang diajarkan mulai dari Sekolah Dasar
(SD) sampai dengan Perguruan Tinggi (PT). Hal ini menunjukkan betapa pentingnya peran matematika dalam
dunia pendidikan.
Matematika sebagai suatu bidang ilmu yang merupakan alat pikir, berkomunikasi, alat untuk
memecahkan berbagai persoalan praktis, yang unsur-unsurnya logika dan intuisi, analisis dan kontruksi,
generalisasi dan individualitas serta mempunyai cabang-cabang antara lain aritmatika, aljabar, geometri dan
analisis (Uno dkk., 2009). Pada umumnya siswa berpikir dari hal-hal yang konkret menuju hal-hal yang abstrak,
maka salah satu jembatan agar siswa mampu berpikir abstrak tentang matematika, adalah menggunakan media
pendidikan atau alat peraga (Sundaya, 25–26).
Sampai saat ini tidak sedikit siswa yang merasa matematika sebagai mata pelajaran yang sulit, tidak
menyenangkan, dan menakutkan. Hal ini dikarenakan masih banyak siswa yang mengalami kesulitan-kesulitan
dalam memahami konsep dan mengerjakan soal-soal matematika terutama materi trigonometri.
Trigonometri dari bahasa Yunani yaitu tri artinya tiga, gonomon artinya sudut dan materi yang artinya
ukuran jadi. Dapat disimpulkan bahwa trigonometri merupakan sebuah cabang matematika yang berhadapan
dengan sudut segi tiga dan fungsi trigonometri seperti sinus, cosinus, dan tangen (Afiefah, 2016 ).
Materi trigonometri yang abstrak dan sulit membuat siswa kurang memahami materi-materi yang
disampaikan oleh guru. Salah satu upaya untuk meningkatkan pemahaman matematika siswa pada materi
trigonometri adalah dengan menerapkan penggunaan alat peraga sebagai penunjang dalam pembelajaran
matematika. Salah satu alat peraga yang bisa digunakan adalah kartu domino. Kartu domino yang dimaksud
adalah sebuah media kartu yang dirancang untuk pembelajaran matematika. Kartu yang berbasis domino itu
berisi tentang materi-materi trigonometri.
Kartu domino membuat siswa lebih senang belajar matematika sehingga timbul minat untuk mengikuti
pelajaran matematika semakin besar, karena kartu domino mengajak siswa untuk belajar sambil bermain. Di
samping membangkitkan motivasi dan minat siswa, media pengajaran juga dapat membantu siswa
meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data, dan
memadatkan informasi (Arsyad, 2003).
Pemahaman konsep sangat diperlukan oleh siswa dalam belajar matematika karena jika siswa paham
konsep matematika maka siswa bisa mengerjakan soal matematika tanpa menghafal rumus-rumus matematika
yang banyak. Untuk itu penggunaan alat peraga seperti kartu domino sangat dibutuhkan dalam proses
pembelajaran.
Tetapi pada kenyataannya, pengunaan alat peraga di sekolah belum maksimal, dalam arti lain, tidak
semua guru metematika menggunakan media atau alat peraga dalam mengajar. Hal ini disebabkan belum timbul
kesadaran akan pentingnya penggunaan alat peraga serta pengaruhnya dalam kegiatan proses belajar mengajar
terutama pada pengajaran trigonometri.
Berkenaan hal tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh
Penggunaan Alat Peraga Kartu Domino terhadap Pemahaman Matematika Siswa pada Materi Trigonometri”.
KAJIAN PUSTAKA
Alat Peraga
Menurut (Asyhar, 2012) alat peraga pengajaran adalah alat atau bahan yang digunakan oleh pebelajar
untuk: (1) membantu pembelajaran dalam meningkatkan keterampilan dan pengetahuan pembelajar; (2)
mengilustrasikan dan memantapkan pesan dan informasi; dan (3) menghilangkan ketegangan dan hambatan dan
rasa malas peserta didik.
Menurut (Ali dalam Sundaya, 2014) alat peraga adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
menyatakan pesan merangsang pikiran, perasaan dan perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong
proses belajar. Sedangkan menurut (Ruseffendi, 2005) menyatakan bahwa alat peraga merupakan alat yang
digunakan dalam mengajar matematika dengan gembira, sehingga dapat meningkatkan minat belajar siswa.
Jadi alat peraga adalah alat atau bahan yang dapat digunakan untuk membantu membangkitkan minat
siswa, meningkatkan keterampilan, menghilangkan ketegangan, merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan
kemauan siswa dalam pembelajaran.
Menurut (Notoadmojo, 2003) berdasarkan fungsinya, yaitu untuk membantu dan meragakan sesuatu dalam
proses pendidikan dan pengajaran, alat peraga dibagi menjadi 3 macam, yaitu: (1) Alat bantu lihat (Visual Aids)
Alat ini berguna di dalam membantu menstimulasi indera mata (penglihatan) pada waktu terjadinya proses
pendidikan. Alat ini ada 2 bentuk, yaitu: (a) Alat yang diproyeksikan, misalnya slide, film, filmstrip, dan
sebagainya. (b) Alat-alat yang tidak diproyeksikan, yaitu: 2 dimensi, misalnya gambar, peta, bagan, dan
sebagainya. 3 dimensi, misalnya bola dunia, boneka, dan sebagainya. (2) Alat bantu dengar (Audio Aids) Alat
bantu dengar (Audio Aids) yaitu alat yang dapat membantu menstimulasi indera pendengar pada waktu proses
penyampaian bahan pengajaran, seperti piringan hitam, radio, dan sebagainya. (3) Alat Bantu lihat-dengar
(Audio Visual Aids) Alat-alat bantu lihat-dengar pendidikan ini lebih dikenal Audio Visual Aids (AVA), misalnya
televisi dan video cassette
Menurut (Sudjana dalam Suminarsari, 2014) alat peraga dibagi menjadi dua, kedua alat peraga itu
dijelaskna sebagai berikut: (1) Alat peraga dua dan tiga dimensi yaitu alat peraga dua dimensi yaitu alat peraga
yang mempunyai ukuran panjang dan lebar. Yang termasuk dalam alat peraga dua dimensi yaitu: Bagan, grafik,
poster dll. Sedangkan alat peraga tiga dimensi adalah alat peraga yang mempunyai ukuran panjang, lebar dan
tinggi. Yang termasuk alat peraga tiga dimensi adalah: peta timbul, globe. (2) Alat peraga yang diproyeksikan,
alat peraga yang diproyeksikan adalah alat peraga yang menggunakan proyektor sehingga gambar nampak pada
layar. Alat peraga yang diproyeksikan antara lain: film, slide.
Pemahaman Matematika
Pemahaman (comprehension) adalah bagaimana seorang mempertahankan, membedakan, menduga
(estimates), menerangkan, memperluas, menyimpulkan, menggeneralisasikan, memberikan contoh, menuliskan
kembali, dan memperkirakan. Dengan pemahaman, siswa diminta untuk membuktikan bahwa ia memahami
hubungan yang sederhana diantara fakta-fakta atau konsep (Arikunto, 2005).
Menurut (Hiebert dan Carpenter dalam Siswono dkk., 2014) mendefinisikan pemahaman sebagai suatu
proses membuat hubungan dan pengetahuan yang ada dan informasi baru. Sehingga pemahaman dalam
pengajuan soal diartikan sebagai kemampuan siswa dalam mengaitkan atau menghubungkan informasi
informasi baru dengan pengetahuan yang telah dimilikinya untuk membuat soal beserta penyelesaian yang
benar.
Menurut (Pollya dalam Sumarmo, 2010) kemampuan pemahaman ada empat tingkat yaitu: pemahaman
mekanikal merupakan kegiatan mengingat, menerapkan rumus, dan menghitung secara sederhana, pemahaman
induktif yaitu mencoba sesuatu dalam kasus sederhana, pemahaman rasional yaitu membuktikan kebenaran
suatu rumus teorema, pemahaman intuitif yaitu memperkirakan kebenaran dengan pasti (tanpa ragu-ragu).
Berbeda dengan (Pollya, Pollatsek dalam Sumarmo, 2010) menggolongkan pemahaman dalam dua tingkat
yaitu: pemahaman komputasional yaitu menerapkan rumus dalam perhitungan sederhana, dan mengerjakan
perhitungan secara algoritmik, pemahaman fungsional yaitu mengaitkan satu konsep/prinsip dengan
konsep/prinsip lainnya, dan menyadari proses yang dikerjakannya.
Serupa dengan (Pollatsek, Skemp dalam Sumarmo, 2010) menggolongkan pemahaman dalam dua tingkat
yaitu: pemahaman instrumental merupakan hafal konsep/prinsip tanpa kaitan dengan yang lainnya, dapat
menerapkan rumus dalam perhitungan sederhana, dan mengerjakan perhitungan secara algoritmik, pemahaman
relasional yaitu mengaitkan satu konsep/prinsip dengan konsep/prinsip lainnya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pemahaman matematika merupakan suatu kegiatan mengenal, mengingat,
menerapkan rumus dalam perhitungan, mengerjakan perhitungan secara algoritmik, membuktikan kebenaran
suatu rumus, mengaitkan atau menghubungkan informasi-informasi baru dengan pengetahuan yang telah
dimilikinya untuk membuat soal beserta penyelesaian yang benar, menyadari proses yang dikerjakannya, dan
memperkirakan kebenanran dengan pasti sebelum menganalisis lebih lanjut.
Pemahaman matematika siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor dominan yang sifatnya relatif dan
situasional (Uno, 2007). Secara garis besar faktor ini dapat digolongkan menjadi 3 (tiga) bagian utama yaitu :
(1) Faktor guru sebagai faktor utama yang dalam keseharian dalam proses belajar mengajar sehingga
kemampuan guru mendesain proses pembelajaran tersebut menjadi lebih bermakna menarik dan
menyenangkan sangat menentukan keberhasilan dalam mengikuti proses pembelajaran itu sendiri. (2) Faktor
kemampuan siswa yang terdiri dari; (a) keragaman tingkat intelektual siswa dalam hal ini materi diajarkan harus
siswa disesuaikan dengan kemampuan intelektual siswa yang beragam. (b) Minat terhadap mata pelajaran
tersebut yang menyebabkan menurunnya antusias siswa untuk belajar sehingga kemampuan untuk memahami
serta menguasai konsep-konsep diberikan menjadi kecil. (3) Faktor lingkungan siswa baik itu lingkungan
keluarga sekolah ataupun masyarakat sekeliliingnya yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan mental
spritualnya.
Adapun menurut pendapat (Slamet dalam Rosmiati, 2010) faktor-faktor yang yang mempengaruhi
pemahaman siswa diantaranya: (1) Faktor Intern; faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, yaitu:
(a) Faktor jasmaniah; faktor kesehatan, dan cacat tubuh. (b) Faktor psikologis; intelegensi, perhatian, minat,
bakat, motif, kematangan, dan kesiapan. (c) Faktor kelelahan. (2) Faktor Ekstern; faktor yang ada di luar
individu. (a) Faktor keluarga; cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, perhatian orang tua, latar
belakang kebudayaan. (b) Faktor sekolah; kurikulum, kemampuan guru dalam merancang proses pelaksanaan
pembelajaran, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan sisiwa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu
sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, tugas rumah. (c) Faktor masyarakat; keadaan siswa
dalam masyarakat, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat.
Jadi faktor yang mempengaruhi pemahaman matematika siswa ada dua faktor utama yakni faktor diri
sendiri seperti minat, motivasi belajar, motivasi perhatian sikap dan kebiasaan belajar, fisik dan psikis, dan
faktor yang datang dari luar atau faktor lingkungan seperti keluarga, teman, maupun guru.
METODOLOGI
a. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Jamblang yang
berjumlah 1167 siswa. Dalam penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel yaitu purposive
sampling. Berdasarkan teknik pengambilan sampel diperoleh kelas XI IPA 5 sebagai kelas eksperimen, dan
kelas XI IPA 4 sebagai kelas kontrol. Dengan jumlah siswa masing-masing kelas adalah 40 siswa.
b. Desain Penelitian
Desain yang digunakan adalah The Nonequivalent Posttest-Only Control Group Design Karunia dan
Ridwan dalam Khasanah (2016). Paradigma dalam desain penelitian Posttest-Only Control Group Design
diilustrasikan sebagai berikut :
X O
O
Jika disajikan dalam bentuk diagram lingkaran, maka akan terlihat seperti pada
Gambar 4.1 sebagai berikut:
Gambar 4.1
Hasil Angket Penggunaan Alat Peraga Kartu Domino
Hasil Angket Penggunaan Alat
Peraga Kartu Domino
Indikator Indikator
8 1
13% 13%
Indikator 7 Indikator 2
12% 13%
Indikator 6 Indikator 3
12% 13%
Indikator 5 Indikator 4
12% 12%
Berdasarkan rekapitulasi dari Gambar 4.1 dari setiap indikator respon siswa terhadap penggunaan
alat peraga kartu domino kelas XI IPA 5 SMA Negeri 1 Jamblang menunjukan persentase indikator 1
bertanya ketika pembelajaran matematika, indikator 2 saling membantu antara anggota kelompok, indikator
3 meningkatkan potensi siswa dibidang matematika, indikator 4 meningkatkan daya ingat siswa dalam
pembelajaran matematika sebesar 13%, indikator 5 menyampaikan pendapat tanpa ragu-ragu, indikator 6
menyelesaikan masalah sendiri tanpa bantuan orang lain, indikator 7 komunikasi antara satu kelompok
dengan kelompok lain, dan indikator 8 saling mendukung antar kelompok sebesar 12%.
Data Hasil Tes Siswa untuk Mengetahui Pemahaman Matematika Siswa pada Materi Trigonometri
Berdasarkan rekapitulasi dari setiap indikator pemahaman matematika siswa XI IPA 5 SMA Negeri
1 Jamblang menunjukan rata-rata total persentase sebesar 91% termasuk dalam kategori sangat kuat. Hal ini
menunjukan bahwa respon siswa terhadap pemahaman matematika siswa sangat kuat, sebagian besar siswa
mampu menghitung sudut yang ditentukan dengan rumus jumlah dan selisih dua sudut, menerapkan rumus
sudut rangkap, mengingat rumus perkalian sinus dan kosinus, mengingat rumus perkalian sinus dan kosinus,
mencoba mengerjakan dengan rumus jumlah dan selisih dua sudut, membuktikan suatu rumus atau teorema,
memperkirakan kebenaran dengan pasti. Adapun rinciannya sebagai berikut:
No. Indikator Persentase
1 Menghitung sudut yang ditentukan dengan rumus jumlah dan selisih dua sudut 97%
2 Menerapkan rumus sudut rangkap 98%
3 Mengingat rumus perkalian sinus dan kosinus 94%
4 Mencoba mengerjakan dengan rumus jumlah dan selisih dua sudut 94%
5 Membuktikan suatu rumus atau teorema 76%
6 Memperkirakan kebenaran dengan pasti 84%
Rata-rata total persentase 91%
Jika disajkan dalam bentuk diagram lingkaran, maka akan terlihat seperti pada Gambar 4.2 sebagai
berikut:
Gambar 4.2
Hasil Tes Pemahaman Matematika Siswa Materi Trigonometri
Indikator 5 Indikator 2
16% 17%
Indikator Indikator
4 3
16% 17%
Berdasarkan rekapitulasi dari Gambar 4.2 dari setiap indikator respon siswa terhadap pemahaman
matematika kelas XI IPA 5 SMA Negeri 1 Jamblang menunjukan persentase indikator 1 menghitung sudut
yang ditentukan dengan rumus jumlah dan selisih dua sudut, indikator 2 menerapkan rumus sudut rangkap,
indikator 3 mengingat rumus perkalian sinus dan kosinus, dan indikator 6 memperkirakan kebenaran dengan
pasti sebesar 17%, sedangkan indikator 4 mencoba mengerjakan dengan rumus jumlah dan selisih dua sudut,
dan indikator 5 membuktikan suatu rumus atau teorema sebesar 16%.
b. Analisis Data
Uji normalitas menggunakan uji Shapiro-Wilk diperoleh signifikansi sebesar 0,697, karena nilai
signifikansi lebih besar dari α yang ditentukan yaitu 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data
sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
Uji homogenitas diperoleh bahwa nilai signifikansi yang diperoleh yaitu 0,084. Hal ini menunjukkan
nilai signifikansi lebih besar dari α yang ditentukan yaitu 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa data sampel
tersebut mempunyai varian yang sama atau homogen.
Uji koefisien korelasi menunjukkan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05, maka dapat disimpulkan
bahwa terdapat hubungan antara penggunaan alat peraga kartu domino terhadap pemahaman matematika
siswa.
Dari hasil perhitungan koefisien determinasi tersebut diperoleh 16,2 yang artinya penggunaan alat
peraga kartu domino memberikan kontribusi dalam meningkatkan pemahaman matematika siswa sebesar
16,2% sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti.
Setelah diketahui bahwa data yang diperoleh normal dan homogen maka dilakukan uji hipotesis.
Berdasarkan hasil uji hipotesis yang menggunakan perhitungan uji t diperoleh t hitung = 9,661 sedangkan ttabel =
2,024, ini berarti nilai t tabel < thitung maka H0 ditolak, artinya terdapat perbedaan pemahaman matematika siswa
antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol.
Berdasarkan pengujian tersebut, adanya perbedaan yang signifikan antara pemahaman matematika
siswa kelas eksperimen dengan kelas kontrol, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang
signifikan dari penggunaan alat peraga kartu domino terhadap pemahaman matematika siswa pada materi
trigonometri.