Anda di halaman 1dari 3

KEMAMPUAN BELAJAR SESEORANG BERBEDA-BEDA

Seperti yang kita ketahui pada umum nya bahwa psikologi merupakan hasil analisis yang
diperoleh berdasarkan perilaku atau mental seseorang berdasarkan ilmiah yang dilakukan
oleh ahlinya, disebut psikolog. Begitupun untuk mengukur suatu kemampuan belajar
seseorang, seorang ahli psikologi pasti nya melakukan analisis terlebih dahulu untuk
mengetahui hasil atau kemampuan belajar orang tersebut.

Sebenarnya tidak seorang pun yang memilki kemampuan belajar yang persis dengan orang
lain. Kemampuan belajar setiap individu pasti memiliki perbedaan, walaupun perbedaan
tersebut kecil, tetap saja berbeda.

Tentu kemampuan seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti faktor
fisik,biologi,psikologis seperti :

1. Bakat,
2. Minat,
3. Tingkat kecerdasan,
4. Umur,
5. Pengalaman,
6. Tingkat Pendidikan,
7. Keadaan Fisik,
8. Keadaan Psikis.

Seseorang yang belajar sesuatu sesuai dengan bakatnya akan memiliki kemampuan belajar
yang lebih besar bila di bandingkan dengan seseorang yang belajar sesuatu yang tidak sesuai
dengan bakatnya. Demikian pula halnya dengan minat, seseorang yang belajar sesuatu sesuai
dengan minatnya akan memiliki kemampuan belajar yang lebih besar bila di bandingkan
dengan seseorang yang belajar sesuatu yang tidak sesuai dengan minatnya.

Lalu, apakah kemampuan seseorang bisa dilihat dari kecerdasan nya?

Jawabanya ya, karena umumnya yang kita tahu bahwa kecerdasan seseorang di
kuantifikasikan dengan IQ (Intelegensia Quetient). IQ adalah angka perbandingan yang
umumnya di gunakan untuk mengukur sebuah kecerdasan seseorang.

Proses perhitungannya pun cukup unik yaitu dengan cara membandingkan umur mental
seseorang dengan umur kronologisnya lalu dikalikan dengan 100. Apabila seseorang
memperoleh angka 100 dari perbandingan tersebut maka orang tersebut memiliki tingkat
kecerdasan normal. Apabila seseorang memperoleh angka dibawah 100, misal 50, maka
tingkat kecerdasan orang tersebut setengah dari rata-rata orang yang normal. Tetapi apabila
angka orang tersebut diatas 100, misal 150, maka tingkat kecerdasan orang tersebut satu
setengah kali dari rata-rata orang yang normal alias memiliki kercerdasan yang tinggi. Jadi,
besar kecilnya kemampuan belajar seseorang dipengaruhi oleh tinggi nya IQ.

Ada kecendrungan bahwa orang yang IQ-nya tinggi akan memiliki IA yang tinggi juga, IA
adalah Intelectual Ability (Kemampuan Intelektual). Ibarat pisau yang terbuat dari baja akan
memiliki kecendrungan lebih tajam dibanding pisau yang terbuat dari besi biasa. Sebaliknya
orang yang IQ- nya rendah akan memiliki IA yang rendah pula. Tapi ada juga seseorang yang
memliki IQ rendah bisa saja memiliki IA yang lebih tinggi, ini biasanya dimiliki oleh orang

Author : Amay Suryadi


yang senantiasa terus menerus melakukan kebiasaan tersebut sehingga timbul istilah "bisa itu
karena terbiasa". Ibarat sebuah pisau yang terbuat dari besi biasa yang ia asah terus
sehingga hasilnya menjadi tajam.

Nah, dalam hal IQ yang mengasahnya adalah proses belajar. Jadi manusia yang tidak pernah
melakukan proses belajar, artinya otaknya tidak pernah dipakai berpikir, atau tidak pernah
diasah, sehingga akan menjadi tumpul. Sebaliknya orang yang belajar terus, yang berarti
otaknya dipakai berpikir terus, justru akan menjadi tajam. Berlainan dengan baju, apabila
baju kita pakai terus akan menjadi usang, tetapi kalau otak kita yang tidak pernah dipakai
berpikir, justru akan menjadi usang.

Selain itu, umur juga akan mempengaruhi kemampuan belajar seseorang. Secara garis besar
kemampuan belajar seseorang akan terus bertambah sejalan dengan bertambahnya umur. Hal
ini disebabkan semakin bertambah sempurnanya fungsi otot dan indra, terutama indra
penglihatan dan pendengaran. Melalui kedua indra inilah rangsangan belajar yang paling
banyak masuk ke tubuh seseorang. Kemampuan belajar seseorang akan mencapai maksimal
umumnya pada usia 25 tahun. Kemudian akan menurun secara gradual karena semakin
menurunnya fungsi otot dan indra, dan akan terjadi penurunan yang mencolok pada umur 60
tahun.

Kemampuan belajar seseorang juga dipengaruhi oleh pengalamannya. Semakin banyak


pengalaman yang dimiliki seseorang akan semakin besar kemampuan belajar yang
dimilikinya. Dengan pengalaman yang dimilikinya seseorang akan lebih mudah
menghubung-hubungkan materi yang dipelajari dengan pengalaman yang sudah dimiliki.
Proses menghubung-hubungkan ini, dalam kaitannya dengan belajar disebut proses asosiasi.

Dengan proses asosiasi ini orang akan lebih mudah mempelajari sesuatu. Sebaliknya orang
akan sulit mempelajari sesuatu yang sama sekali asing baginya, misalnya petani akan mudah
belajar menggunakan pupuk urea untuk padi sawahnya karena sebelumnya dia sudah pernah
menggunakan pupuk ZA dan hasilnya baik. Tetapi petani tersebut akan merasa kesulitan
untuk belajar menggunakan pupuk urea kalau sebelumnya dia tidak pernah menggunakan
pupuk apa pun untuk padi sawahnya. Contoh lainnya adalah: Murid-murid lulusan Sekolah
Pertanian Menengah Atas akan lebih mudah mempelajari Ilmu Hayat atau Botani di
universitas ketimbang murid-murid lulusan dari Sekolah Menengah Umum, karena murid-
murid lulusan Sekolah Pertanian Menengah Atas sudah memiliki pengalaman tentang botani.
Semakin banyak pengalaman yang dimiliki oleh seseorang akan semakin besar peluang orang
tersebut untuk belajar. Orang yang banyak pengalamannya itu ibarat permata yang belum
digosok. Digosoknya adalah melalui proses belajar.

Lalu, Tingkat pendidikan juga mempengaruhi kemampuan belajar seseorang Semakin tinggi
tingkat pendidikan seseorang akan semakin besar kemampuan belajarnya. Hal ini disebabkan
orang tersebut semakin terlatih untuk belajar, dan semakin banyak "trick" belajar yang sudah
mereka miliki.

Keadaan fisik juga mempengaruhi kemampuan belajar seseorang. Orang yang sudah letih
atau capek, dirinya sudah tidak siap untuk belajar, sehingga kemampuan belajarnya pun akan
menurun. Demikian pula orang yang sedang sakit kemampuan belajarnya akan menurun
karena dirinya tidak siap untuk belajar.

Author : Amay Suryadi


Keadaan psikis juga mempengaruhi kemampuan belajar seseorang. Orang yang sudah bosan,
dirinya tidak siap untuk belajar, sehingga kemampuan belajarnya pun akan menurun.
Demikian pula orang yang sudah jenuh kemampuan belajarnya akan menurun karena dirinya
tidak siap untuk belajar.

Dengan penjelasan tersebut jelas bagi kita bahwa kemampuan belajar setiap individu itu
berbeda. Ada individu yang dapat belajar secara cepat, tetapi ada pula yang proses belajarnya
lambat. Ada pula individu yang dapat belajar banyak, tetapi ada juga yang baru belajar sedikit
saja sudah capek, sudah letih, sudah mengantuk atau sudah bosan. Seorang pengajar harus
dapat menyadari hal-hal seperti ini. Implikasi yang harus dilakukannya dalam mengajar
adalah menerapkan prinsip individualisasi yaitu harus dapat menghormati adanya perbedaan
individu, sehingga tidak ada satupun individu pelajar yang merasa dirugikan dalam
melaksanakan kegiatan pembelajarannya, misalnya bagi pelajar-pelajar yang cepat, pengajar
sudah menyiapkan bahan pengayaan (enrichment), dan bagi pelajar-pelajar yang lambat
sudah disiapkan pula bahan penyembuhan (remedial). Dengan perlakuan ini tidak ada satu
pun pelajar yang akan merasa dirugikan, semuanya akan merasa dibantu proses belajarnya
dengan baik. Sehingga mereka akan dapat mencapai tujuan pembelajaran yang sama.

UPAYA PENGAJAR DALAM MENGATASI KEMAMPUAN BELAJAR YANG


BERAGAM

Untuk mengatasi kemampuan belajar yang beragam ini, pengajar dapat melakukan
pengelompokan pelajar berdasarkan kemampuan belajarnya, misalnya pelajar yang cepat
dikelompokkan dengan yang cepat, sedangkan pelajar yang lambat dikelompokkan dengan
yang lambat. Lalu untuk setiap kelompok diberikan perlakuan yang berbeda, yaitu kelompok
pelajar yang cepat cukup belajar hanya pada pagi hari saja, sedangkan kelompok pelajar yang
lambat harus belajar pagi dan sore hari.

Di samping itu, menyadari adanya kemampuan belajar setiap individu yang berbeda ini maka
dalam membantu proses belajar seluruh pelajarnya. pengajar sebaiknya menggunakan
gabungan berbagai metode pembelajaran, jangan hanya menggunakan satu metode
pembelajaran saja, sehingga setiap pelajar akan mendapatkan rangsangan belajar yang
memadai sesuai dengan kemampuan belajarnya masing-masing. Kalau hanya menggunakan
satu metode pembelajaran saja kemungkinan yang dilayani hanya sebagian kecil pelajar.

Catatan : Semoga ada manfa'at dan kebaikan untuk kita semua.

Author : Amay Suryadi

Anda mungkin juga menyukai