Anda di halaman 1dari 24

PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

1. Pengkajian
A. Data Umum
1) Nama Kepala Keluarga : Bapak S (KK)
2) Usia : 76 tahun
3) Alamat : Gang Sawo Nomor 20 RT 06 RW 02
4) Pekerjaan : Sebelum sakit Bapak S bekerja swasta (service ac)
5) Komposisi keluarga :

Hubungan Status
Jenis
No Nama dengan Usia Pendidikan Pekerjaan Imunisasi dan
Kelamin
Bapak S Vaksin Co19
1. Ibu Jamiatun Perempuan Istri 60 tahun SMP IRT Vaksin 1
(24 Okt 2021)
Vaksin 2
(belum)
2. Rica Tri Vilatasari Perempuan Anak 26 tahun SMA IRT Belum vaksin
3. M. Ridwan (KK) Laki – laki Menantu 28 tahun Diploma Pegawai Vaksin 1
Swasta (24 Okt 2021)
Vaksin 2
(belum)
4. Khanza Medina R Perempuan Cucu 3 tahun Belum - Imunisasi
sekolah dasar lengkap
5. Ghendis Sheza A Perempuan Cucu 1 bln 2 Belum - Imunisasai
mgg sekolah Hepatitis B
dan BCG
Genogram :

Bpk S

Keterangan
: Laki-laki

: Perempuan

: Meninggal

: Serumah

: Menikah

6) Tipe keluarga

Struktur keluarga Bapak S adalah patrilineal, yakni garis keturunan mengikuti dari pihak
kepala keluarga. Semua keputusan diambil oleh Bapak S sebagai kepala keluarga dengan
meminta pendapat kepada ketiga anaknya. Saat mahasiswa ingin melakukan pengkajian, Ibu
J meminta izin terlebih dahulu kepada Bapak S. Keluarga bentuk Extended Family, yang
tinggal satu rumah hanya Bapak S, Ibu J, Ibu R (anak Bapak S), Bapak R (menantu napak S)
dan 2 orang anak Bapak R (cucu Bapak S).

7) Suku

Baik S maupun istri sama-sama bersuku Jawa. Bapak S dan Ibu J merantau ke Depok sejak
setelah menikah pada Tahun 1997, tepatnya setelah anak pertama lahir.
8) Agama

Semua anggota keluarga menganut agama Islam. Dalam hubungannya dengan keadaan sehat
dan sakit, menurut keluarga, kondisi sehat dan sakit yang menimpa anggota keluarga
merupakan sesuatu yang telah ditakdirkan. Namun, sebagai manusia, perlu menjaga
kesehatan. Bapak S dan Ibu J mengatakan belum disiplin melaksakan sholat 5 waktu.
Anggota keluarga sudah melaksanakan sholat 5 waktu akan tetapi belum tepat waktu. Hal
tersebut terjadi dikarenakan kesibukan Ibu J mengurus rumah, merawat Bapak J dan
menjaga cucu. Ibu J mengatakan rutin mengikuti pengajian yang ada di RT maupun RW.
Kegiatan tersebut dilakukan 2 kali dalam 1 minggu. Bapak S mengatakan, sudah tidak pernah
sholat ke masjid.

9) Status sosial dan ekonomi keluarga

Dalam pemenuhan kebutuhan sehari – hari, Bapak S mencukupinya dari tabungan dan
dibantu oleh anak dan menantunya. Ibu J mengatakan bahwa Bapak S sudah tidak bisa
bekerja pada terdiagnosa stroke yang kedua kali pada tahun 2018. Menurut Ibu R (anak
Bapak S), gaji suaminya yang bekerja pada salah satu perusahaan retail di Bekasi sebagai
marketing sebesar Rp 5.000.000,00 sebulan. Ibu S mengatakan bersyukur meski tidak rutin
dibantu anak pertama dan kedua nya yang sudah bekerja dan menikah walupun sudah tidak
tinggal di rumah. Pengeluaran tiap hari meliputi bensin untuk transportasi bekerja Rp
10.000,00 kebutuhan dapur Rp. 50.000 – 100.000, dan jajan An. K Rp.5.000-10.000.
Pengeluaran keluarga untuk membayar listrik sebesar Rp 500.000,00 – Rp 700.000,00,
untuk air Rp 80.000,00 – Rp 120.000,00 dan belanja bulanan sebesar Rp 300.000 – Rp
500.000,00.

Jika ditotalkan, pengeluaran dalam satu bulan adalah Rp 2.830.000 – Rp 4.920.000,00.


Keluarga mengatakan anggota keluarga memiliki KIS (Kartu Indonesia Sehat) akan tetapi
Bapak S tidak menggunakannya untuk kontrol kesehatan. Pengecekan kesehatan pada Bapak
S dilakukan di klinik dengan biaya pribadi. Biaya yang digunakan merupakan biaya yang
dikeluarkan dari tabungan dan dibantu oleh anak – anaknya.

10) Aktivitas rekreasi keluarga

Menurut Ibu J, keluarga sudah jarang melakukan aktivitas jalan-jalan bareng ke tempat
wisata karena kondisi pandemic ditambah kondisi Bapak S yang mudah lelah. Keluarga lebih
sering menghabiskan waktu untuk duduk menonton TV bersama, mengobrol di ruang
keluarga. Bapak S sering duduk di warung dekat rumah dan mengobrol dengan tetangga
untuk menghabiskan waktu dan mengurangi rasa bosan di rumah. Selain duduk dan
mengobrol dengan tetangga, Bapak S juga menghabiskan waktu dengan bermain dengan
cucunya. Sedangkan Ibu J, menghabiskan waktu dengan mengerjakan pekerjaan rumah yang
dibantu oleh anak perempuannya Ibu R yang tinggal di rumah. Ibu J juga sering ngobrol
dengan tetangga pada sore hari.

B. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga

11) Tahap perkembangan keluarga aat ini

Saat ini tahap perkembangan keluarga Bapak S adalah keluarga lansia. Tugas
perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain mempertahankan suasana rumah yang
menyenangkan, mempertahankan penataan kehidupan yang memuaskan, menyesuaikan
penghasilan yang berkurang, adaptasi dengan perubahan status kesehatan, teman, kekuatan
fisik, mempertahankan hubungan pernikahan dan hubungan dengan anak (ikatan keluarga
antar generasi) serta sosial masyarakat, melakukan file review dan menerima kematian,
teman dan mempersiapkan kematian.

Pada saat pengkajian, Bapak S mengatakan bahwa Bapak S lebih senang tinggal di
rumahnya. Bapak S dan Ibu J bersyukur bahwa anak, menantu dan cucu nya mau tinggal
dan hidup bersama mereka di Gang Sawo, Kota Depok. Ibu J memikirkan biaya
pengobatan Bapak S karena Bapak S sudah tidak dapat bekerja lagi. Ibu J dan Bapak S
mengatakan bahwa mereka sudah mulai bisa beradaptasi dengan penyakit stroke yang
diderita Bapak S. Mereka mengatakan bahwa sakit yang diderita Bapak S merupakan
pemberian Allah yang juga harus disyukuri. Bapak S mengatakan kadang – kadang merasa
sedih karena sudah tidak dapat beribadah di masjid.

Hubungan Bapak S dan Ibu J dengan anak – anaknya dirasakan tidak ada hambatan yang
berarti. Ibu J mengatakan dapat berkomunikas secara baik dengan semua anaknya. Misalnya
ketika Bapak S mengeluh sakit, Ibu J dapat dengan mudah melakukan komunikasi
mengenai apa yang akan dilakukan keluarga dengan anak – anaknya melaui telepon.
12) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi yakni beradaptasi dengan perubahan
fisik. Bapak S mengeluhkan susah tidur pada malam hari, nafas terasa sesak, tekanan darah
tinggi 150/100 mmHg. Bapak S tidak pernah memeriksakan kesehatan sejak pandemi
Covid-19 (awal tahun 2020).

13) Riwayat keluarga inti

Bapak S dan Ibu J sama-sama berasal dari Jawa Tengah. Menikah pada tahun 1943.
Kehidupan di Jawa terasa sulit karena lapangan pekerjaan yang sulit. Pada tahun 1983,
Bapak S dan Ibu J bersepakat untuk merantau ke Depok.

Bapak S mengalami serangan stroke non hemoragik 3 tahun yang lalu. Setelah menikah,
anak bungsu Bapak S (Ibu R) memutuskan untuk merawat Bapak S tinggal bersama Bapak
S dan Ibu J. Suami Ibu R (Bapak R) tidak berkeberatan tinggal di rumah mertuanya
walaupun mereka sudah mempunyai rumah di bekasi. Anak dan menantu Bapak S menikah
sekitar 3 tahun yang lalu.

14) Riwayat keluarga sebelumnya

Ibu J mengatakan, Bapak S pertama kali mengalami stroke pada tahun 2013 dan sembuh.
Ibu J mengatakan, stroke yang dialami Bapak S tersebut dikarekan tekanan darah tinggi
yang di diderita Bapak S. Ibu J juga mengatakan jarang memeriksakan kesehatan ke
pelayanan kesehatan (puskesmas, klinik atau rumah sakit). Bapak S hanya dibawa ke
pelayanan kesehatan jika ada keluhan. Bapak S tidak memiliki riwayat diabetes militus dan
penyakit jantung.

Bapak S juga pernah mengalami penyakit PPOK dan sudah berobat ke dokter penyakit
dalam. Ibu J juga mengatakan bahwa penyakit PPOK tersebut menurut dokter sudah
sembuh. Bapak S sudah dibawa kebeberapa dokter penyakit dalam terkait penyakit tersebut.
Bapak S tidak pernah memiliki riwayat penyakit jantung sebelumnya. Ibu J tidak memiliki
riwayat penyakit apapun. Kakak kedua dan keempat dari Bapak S meninggal dikarenakan
sakit darah tinggi dan jantung.
C. Lingkungan Keluarga

15) Karakteristik Rumah

Rumah Bapak S merupakan rumah pribadi jenis bangunan permanen 1 lantai dengan lantai
keramik. Rumah tersebut memiliki 2 kamar yang digunakan oleh Bapak S dan Ibu R serta
kamar lain yang digunakan oleh Bapak R dan Ibu R serta kedua anaknya. Di luar rumah,
kondisi rapi, jarak antar tetangga berdekatan (belakang, kanan dan kiri rumah menempel
serta jarak 1,2 meter dengan rumah depan). Rumah tidak memiliki pagar. Di dalam rumah :
sedikit perabotan, ruang tamu memiliki TV yang jarang digunakan. Dapur terdiri dari lemari
pendinginb dan kompor dengan keadaan rapi dan pencahayaan baik. Rumah memiliki 1
kamar mandi dengan lantai keramik yang cukup bersih. Handuk digunakan bersama. 1
handuk digunakan oleh Bapak S dan Ibu J, 1 handuk digunakan Bapak R dan Ibu R. Jumlah
lampu yang cukup dan jendela yg adekuat dan selalu terbuka pada siang hari memberikan
sirkulasi dan pencahayaan di dalam rumah menjadi adekuat. Keluarga tidak memiliki hewan
peliharaan dan unggas.

Tempat
Tempat Tidur
Tidur
Kompor
Meja

TV

16) Karakteristik tetangga dan komunitas


Lingkungan RW 02 merupakan lingkungan dengan beragam suku (jawa, banjar, bugis dan
lain-lain). Keluarga subjek mengatakan memiliki tetangga yang ramah, sesekali mereka
berkumpul di waktu sore untuk sedikit berbincang – bincang. Bahkan Bapak S sering duduk
di warung dekat rumah untuk ngobrol dengan tetangga. Bapak S berjalan sendiri ke warung
tersebut, terkadang ditemani oleh ibu J.

17) Mobilitas geografis keluarga

Anggota keluarga sudah tinggal di RW 02 sejak tahun 1983. Keluarga Bapak S tidak pernah
pindah. Hanya sesekali pergi dan menginap di rumah anaknya yang lain. Keluarga memiliki
2 unit motor yang digunakan menantu untuk bekerja. Sedangkan Ibu J, membeli kebutuhan
rumah dan makan di warung – warung sekitar rumah. Sedangkan An. K belum bersekolah,
kegiatan yang dilakukan adalah bemain dengan anak – anak sekitar dan mengaji di dekat
rumah.

18) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

Keluarga Bapak S sesekali sore hari berkumpul dengan tetangga di waktu sore hari dan di
waktu pagi hari saat Bapak S sedang berjemur. Keluarga sering berbincang-bincang dengan
tetangga lain diwaktu sore hari dan cucu Bapak S juga sering bermain dengan teman-teman
di dalam gang selain itu keluarga juga memiliki kegiatan rutin yaitu pengajian rutin setiap
hari kamis dan sabtu malam. Bapak S dan Ibu J selama pendemi tidak pernah mengikuti
kegiatan senam lansia.

19) Sistem pendukung keluarga

Sistem pendukung yang dimiliki keluarga Bapak S yaitu ketiga anaknya sudah mandiri.
Akan tetapi Bapak S dan Ibu J memikirkan anaknya yang kedua belum memiliki rumah
sendiri. Kedekatan dengan saudara dijalin dengan diadakannya dengan berkunjung secara
bergiliran. Keluarga juga mendapat bantuan kartu berobat (Kartu KIS).

Ibu J dan Bapak S sering meminta nasihat kepada anak – anak nya serta tetangga mengenai
kondisi Bapak S. Keluarga Bapak S tidak pernah menceritakan masalah yang dihadapin
keluarga dengan tetangga.

D. Struktur Keluarga

20) Pola komunikasi


Bapak S sehari – sehari berada di rumah. Ibu J dan anaknya bisa kapan saya berkomunikasi
dengan Bapak S. Menantu Bapak S (Bapak R) bekerja dari pukul 08.00 sampai dengan
pukul 17.00 sehingga komunikasi dilakukan pada malam hari, setelah makan dan menjelang
tidur. Jika ada hal yang mendesak untuk disampaikan, Ibu R akan menelpon Bapak R. Ibu J
mengatakan selalu berdiskusi dengan Bapak S dan anak – anaknya. Contohnya pada saat
Bapak S mengeluh sakit kepala dan mengajak ke dokter, Ibu J mengikuti perintah Bapak S
dengan terlebih dahulu menelpon untuk memberitahu anak – anak nya.

21) Struktur kekuatan keluarga

Pada keluarga ini, kekuasaan dan keputusan dipegang oleh Bapak S. Ibu J mengatakan
mengikuti apapun yang diputuskan Bapak S. Akan tetapi Bapak S dan Ibu J juga meminta
pendapat dari ketiga anaknya, walaupun keputusan tetap dilakukan oleh Bapak S. Kekuatan
keluarga ketiga anak nya sudah menikah dan bekerja. Pekerjaan rumah tangga banyak
dibantu oleh Ibu R. Ibu J ditugaskan untuk mengurus rumah dan mengatur keuangan sesuai
kebutuhan rumah. Anak Bapak S (Ibu R) dan menantu Bapak S (Bapak R) bertugas
mengatur pembayaran tagihan untuk pembayaran listrik. Untuk pengeluaran keluarga sehari
– hari, didiskusikan secara bersama – sama Ibu J dan Ibu R. Selama ini, tidak ada hambatan
mengenai pengeluaran sehari – hari.

Bapak S melakukan pengobatan sesuai dengan kesepakatan yang dibuat oleh Ibu J dan anak
– anaknya. Ibu R bertanggung jawab untuk menghubungi dokter atau klinik untuk membuat
janji jadwal pemeriksanaan. Selama pandemi, Bapak S tidak pernah memeriksakan
kesehatan. Bapak S menyerahkan semua perawatan kesehatannya kepada keluarga.

Proses pembuatan keputusan dilakukan secara bersama – sama. Sebagai contoh, ketika
perawat akan memberikan asuhan keperawatan kepada keluarga, keluarga berdiskusi
terlebih dahulu, termasuk dengan anaknya yang tidak tinggal di rumah Bapak S. Bapak S
dan Ibu J menyetujui untuk bersama perawat melakukan asuhan keperawatan keluarga
terutama pada Bapak S dengan masalah kesehatan stroke.

Bapak S tidak bersikap otoritas dalam pengambilan keputusan dalam keluarga. Ibu J
memiliki kekuasaan referen (posisi ibu dihargai). Posisi Ibu J sebagai perantara dalam
komunikasi pada keluarga, sebaiknya ada keyakinan dalam diri. Effikasi diri dalam keluarga
terhadap kesehatan Bapak S tidak terlihat dalam wawancara. Keluarga mengatakkan tidak
yakin Bapak S akan sembuh seperti sebelumnya. Keluarga hanya berharap sakit Bapak S
tidak bertambah parah. Ketakutan dan keragu – raguan Ibu J sering terlihat dalam
komunikasi. Hal ini dibuktikan ketika perawat berkomunikasi dengan Ibu J, Ibu J sering
beralih pandangan ke Bapak S atau Ibu R. Ibu J mengatakan sudah pasrah terhadap penyakit
yang diderita Bapak S. Pasrah yang dimaksud oleh Ibu J adalah stroke yang dialami oleh
Bapak S sudah menjadi takdir. Menurut Ibu J, Bapak S juga sudah dapat melakukan semua
kebutuhan harian secara mandiri walaupun terbatas. Ibu J juga biasa meninggalkan Bapak S
sendiri di rumah ketika Ibu J ada kebutuhan di luar rumah,

22) Struktur peran

Bapak S berperan sebagai ayah dan suami di dalam keluarga. Selama sakit, Bapak S tidak
lagi sebagai pencari nafkah. Akan tetapi, keluarga tetap menghargai Bapak S sebagai kepala
keluarga. Pembagian peran keluarga meliputi Bapak R berperan dalam memenuhi
kebutuhan pokok anggota keluarga dibantu dengan pemberian kedua anak Bapak S dan Ibu
J yang tidak tinggal serumah. Sedangkan pekerjaan rumah dilakukan secara bersama.
Menurut Ibu J, tidak ada pembagian peran khusus pada kedua cucunya. Peran Bapak S
sebagai seorang kakek berfungsi dalam pengasuhan cucunya. Ada peran pertemanan dalam
komunikasi di dalam keluarga.

Peran sebagai pasangan dalam perkawinan dirasa keluarga masih cukup harmonis. Bapak S
dan Ibu J tidur dalam 1 kamar. Bapak S dan Ibu J tidak ikut terlibat dalam keluarga Ibu R
dan Bapak R. Masalah yang terjadi pada keluarga R tidak semua diceritakan kepada Bapak
R dan Ibu R.

23) Nilai dan norma budaya

Nilai dan norma keluarga dilatarbelakangi oleh suku jawa. Bapak S beserta keluarganya
menganut agama islam yang berlaku di masyarakat dan adat istiadat jawa. Dalam keluarga
Bapak S mengajarkan pentingnya bersikap sopan santun dengan orang lain. Selain sopan
dan santun sejak dini cucu-cucu Bapak S telah di ajarkan pendidikan agama sejak kecil.
Keluarga Bapak S mempercayai bahwa bila ada keluarga yang sakit merupakan cobaan dari
Allah SWT, agar keluarga dapat lebih kuat.
E. Fungsi Keluarga

24) Fungsi Afektif

Fungsi afektif adalah fungsi kasih sayang dalam keluarga. Saling asuh, kedekatan dan
identifikasi adekuat diantara Bapak S, Ibu J, Ibu R, Bapak R, An. K dan An. G. Ibu J sering
merasa kasihan kepada Bapak S karena sakitnya. Ibu J juga sering terbangun pada malam
hari karena mengkhawatirkan keadaan Bapak S. Bapak S sulit tidur di malam hari karena
sesak dan merasa kedinginan. Hubungan antara Bapak S dan Ibu J sangat erat. Hal ini
terlihat ketika ketika perawat melakukan pengkajian, Bapak S selalu meminta penguatan
kepada Ibu J. Begitu juga sebaliknya yang dilakukan oleh Ibu J.

Bapak S selalu memenuhi kebutuhan sehari – harinya sendiri. Ibu J menyiapkan makanan di
meja makan, Bapak S mengambilnya sendiri di meja makan dan membersihkannya sendiri.
Bapak S juga melakukan kegiatan toileting sendiri.

Ibu J mengatakan kasih sayang diberikan kepada Bapak J dan anak dengan memenuhi
kebutuhan pokok sehari-hari, baik makanan, tempat tinggal dan pakaian. Jika ada anggota
keluarga yang mengalami sakit, saling merawat, membeli obat warung/apotik atau berobat
ke Puskesmas. Jika ada masalah setiap aggota keluarga membantu sesuai kemampuan.
Bapak S mengatakan perhatian antar anggota mulai mengalami penurunan karena kesibukan
masing-masing anggota keluarga akan tetapi Bapak S mengatakan hal tersebut biasa terjadi.

Keterkaitan antar anggota keluarga kurang dirasakan, hal tersebut terlihat ketika perawat
bertanya kepada anak Bapak S (Ibu R) mengenai perawatan kesehatan yang dilakukan
kepada Bapak S. Ibu R menjawab, Bapak S sudah agak baikan dan perawatan Bapak S lebih
banyak dilakukan oleh Ibu J sehingga Ibu R melakukan tindakan ketika diminta Ibu J.

Ibu J kurang memperhatikan kebutuhan terkait kesehatan Bapak S. Ibu J hanya memenuhi
kebutuhan ketika diminta. Sebagai contoh, Bapak S sulit tidur pada malam hari karena
merasa kedinginan dan batuk. Bapak S menyiapkan sendiri botol berisi air hangat untuk
kompres di badan Bapak S. Ibu J mengetahui aktivitas yang dilakukan oleh Bapak S, tetapi
Ibu J membiarkan Bapak S melakukannya sendiri.

Ibu R, selaku anak Bapak S yang tinggal dalam satu rumah, membiarkan Ibu J merawat
Bapak S. Ibu R, membantu Bapak S ketika diminta bantuan saja karena Ibu R sibuk
mengurus kedua anaknya yang masih kecil. Anak Ibu R yang masih berusia bayi dan balita
membutuhkan perhatian extra dalam pemenuhan kebutuhan sehari – hari, terutama An. K
yang berusia 3 tahun.

Berdasarkan hasil pengkajian tersebut, dapat disimpulkan bahwa fungsi afektif pada
keluarga Bapak S belum optimal dilakukan.

25) Fungsi Sosialisasi

Interaksi yang keluarga bentuk terjalin dengan baik dan saling mendukung serta saling
membantu sesama anggota keluarga. Selain itu interaksi keluarga dengan tetangga lain juga
terjain akrab dan baik.

Praktik keluarga dalam membesarkan anak dengan observasi terbatas perawat didapatkan
bahwa Bapak S dan Ibu J ikut berperan dalam mendidik An. K sehari – hari. Bapak S dan
Ibu J mengajarkan kepada Ibu R dalam mendidik anaknya, terutama An. K. Pola pengajaran
yang diberikan berupa nilai rasa hormat dan kepatuhan serta hukuman yang diyakini masih
bisa membantuk perilaku naik pada anak. Ibu R terlihat memberikan keleluasaan kepada Ibu
J dalam keikutsertaan merawat dan mendidik An. K. Pada saat pengkajian, Bapak S terlihat
sesekali melarang aktivitas An. K yang dirasa tidak baik. Kemampuan beradaptasi dalam
praktek membesarkan anak terlihat adaptif, anggota keluarga dibesarkan dalam lingkungan
yang hangat.

26) Fungsi perawatan keluarga

Keyakinan, nilai dan perilaku kesehatan : perawatan preventif untuk anak – anak sudah
dapat dilakukan. An. K mendapatkan imunisasi lengkap sesuai dengan usianya. An. G yang
berusia 1 bulan 2 minggu sudah mendapatkan imunisasi BCG dan Hepatitis B. Ibu R juga
mendapatkan kunjungan untuk memantau bayi baru lahir di RW 2, pengecekan tali pusar
dan pengukuran lingkar kepala. Kunjungan didampingi oleh Ibu RW.
Ibu J juga selalu ikut dalam kegiatan posbindu di RW 2 untuk memeriksa tekanan darah.
Bapak S tidak ikut Ibu J ke Posbindu dikarenakan Bapak S tidak bisa berjalan terlalu jauh,
Bapak S mengatakan mudah capek jika berjalan lebih dari 200 meter.

Selama pandemi Covid-19, Bapak S tidak pernah memeriksakan kesehatannya, termasuk


memeriksa tekanan darah, gula darah dan kolesterol. Ibu J mengatakan, alasan tidak
membawa Bapak S untuk kontrol adalah Bapak S tidak mengeluh sakit dan Bapak S juga
sudah mengalam Stroke selama 14 tahun. Stroke yang dialami oleh Bapak adalah serangan
stroke yang kedua kalinya.

Ibu J mengatakan bahwa sakit adalah keadaan dimana tubuh memiliki keluhan – keluhan
kesehatan tertentu, misalnya, Bapak S dikatakan sakit dan membutuhkan pertolongan dari
tenaga kesehatan ketika mengeluh sesak nafas. Menurut keluarga, Bapak S tidak perlu
mengikuti fisioterapi dan pemeriksaan kesehatan secara rutin. Keluarga mengatakan bahwa,
selain untuk menjaga penularan selama pandemi Covid-19, Bapak S juga sudah merasa
sehat. Keluarga membelikan obat yang dikonsumsi Bapak S di apotik. Bapak S tidak pernah
melakukan aktifitas fisik untuk melatih otot dan pergerakan ekstremitas. Keluarga
menganggap dengan aktivitas berjalan Bapak S sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan
aktivitas fisik dari Bapak S.

Keluarga tidak mengetahui apa yang menyebabkan berulangnya serangan stroke pada Bapak
S. Keluarga mengatakan sudah mengatur asupan makanan yang dikonsumsi oleh Ibu J dan
Bapak S. Ibu J merasa bingung apa yang menyebabkan berulangnya serangan stroke pada
Bapak S.

Menurut keluarga asupan kalori yang dikonsumsi oleh keluarga khususnya Ibu J dan Bapak
R dalam batas cukup. Data yang didapat pada saat pengkajian melalui inspeksi dan
pengukuran berat badan, tidak ada ada tanda kurang gizi dan obesitas pada anggota keluarga
terutama Bapak S. Bapak S dan Ibu J sudah membatasi konsumsi gula. Bapak S hanya
sesekali minum teh manis pada pagi hari. Sedangan kan Ibu J tidak pernah lagi
mengkonsumsi teh manis pada pagi hari sejak 3 bulan yang lalu. Bapak S dan Ibu J juga
tidak pernah mengkonsumsi kopi. Menurut Ibu J, tidak ada anggota keluarga yang
mengkonsumsi alkohol.
Keluarga biasanya makan 3 kali sehari, pagi, siang dan malam. Ibu J yang menyiapkan
makanan untuk Bapak S. Sedangkan makanan untuk An. K sesekali disiapkan oleh ibunya,
Ibu R. Aktivitas makan pada keluarga Bapak S tidak dilakukan bersama – sama. Anggota
keluarga makan sendiri – sendiri. Makanan yang sering dikonsumsi oleh keluarga adalah
ikan, tempe dan tahu. Ibu R sesekali masak daging sapi, ayam dan seafood untuk suami dan
anaknya. Menurut Ibu R, ketika memasak makanan tersebut, Bapak S dan Ibu J tidak ikut
mengkonsumsinya. Ibu J mengatakan, Bapak S sudah jarang sekali mengkonsumsi
gorengan. Ibu J dan Bapak S setiap hari mengkonsumsi sayuran – sayuran. Keluarga tidak
setiap hari menyediakan buah – buahan. Buah – buahan tersedia di rumah 3 – 4 hari dalam 1
minggu. Tidak ada anggota keluarga yang memiliki alergi pada satu makanan tertentu.
Pekerjaan rumah seperti menyapu, mengepel, menyetrika dilakukan oleh Ibu J dan Ibu R.

Bapak S mengatakan sulit tidur pada malam hari karena nafas terasa sesak dan badan
khususnya sekitar pinggang dan punggung Bapak S sering merasa kedinginan. Untuk
mengatasinya, Bapak S mengompres hangat badannya dengan botol berisi air hangat. Ketika
perawat melakukan pengkajian pada siang hari, terlihat Bapak S sedang tidur. Menurut Ibu J
membiarkan Bapak S tidur di siang hari karena pada malam hari Bapak S susah tidur. Ibu K
selalu melakukan apa yang diminta Bapak S. Ibu J mengatakan, membiarkan Bapak S
melakukan kegiatannya sendiri. Ibu J berpendapat aktivitas yang dilakukan oleh Bapak S
merupakan upaya memandirikan Bapak S. Kelemahan pada ekstremitas dextra pada bapak S
menyebabkan Bapak S lambat dalam melakukan aktivitas.

Bapak S dan Ibu J tidak memiliki program latihan/olahraga yang teratur bagi mereka.
Mereka meyakini bahwa hal itu bukan suatu keharusan untuk menjaga kesehatan. Keadaan
sakit yang dialami oleh Ibu J dan Bapak S dikarenakan usia.

Bapak S mengkonsumsi obat darah tinggi dan pengencer darah 1 kali dalam 1 hari dan
diminum oleh Bapak S pada malam hari. Penyimpanan dan pemberian obat dilakukan
sendiri oleh Bapak S. Bapak S mengatakan pernah beberapa kali lupa konsumsi obat.
Keluarga Bapak S memiliki jaminan kesehatan berupa Kartu Indonesia Sehat (KIS) tetapi
tidak pernah digunakan. Keluarga ke dokter dan klinik dengan biaya sendiri. Keluarga tidak
memanfaatkan fasilitas kesehatan KIS tersebut dikarenakan Puskesmas yang ramai pasien
dan harus mengantri untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.
Berdasarkan hasil pengkajian tersebut, dapat disimpulkan ada masalah kesehatan yang
dialami oleh keluarga Bapak S adalah fungsi perawatan kesehatan keluarga belum optimal
dilakukan khususnya pada Bapak S.

F. Stress dan koping keluarga

27) Stressor jangka pendek

Adanya tambahan anggota baru dalam keluarga (An.G) menyebabkan keluarga harus
memikitkan kebutuhan baru. Adanya ketegangan peran pada Ibu R karena kehadiran bayi
yang baru dan tugas rumah tangga lain. Akan tetapi hal tersebut tidak tampak sebagai
stressor yang serius dikarenakan Ibu J dan Bapak S masih dapat membantu dalam
pengasuhan anak.

28) Stressor jangka panjang

Pendapatan marginal pada keluarga Bapak S. Bapak S mengandalkan tabungan untuk


menambah biaya hidup sehari - hari. Ibu J juga mengkhawatirkan kondisi ekonomi karena
perawatan untuk Bapak S. Ibu J memikirkan anaknya yang kedua yang belum memiliki
rumah dan tidak bisa membantu anaknya tersebut.

Keluarga memiliki kekuatan untuk menghadapi stressor adalah Bapak R memiliki pekerjaan
tetap, anak pertama Bapak S sudah memiliki pekerjaan tetap dan masih bisa membantu
kebutuhan sehari – hari Bapak S. Tempat tinggal permanen. Keluarga mengenal lingkungan
dan komunitas, akrab dengan sumber daya seperti ibu RT dan Kader sehingga mudah untuk
meminta pertolongan. Sistem dukungan sosial keluarga cukup adekuat. Keluarga dapat hadir
dan bersedia memberikan bantuan jika diperlukan. Status kesehatan anggota keluarga cukup
adekuat kecuali Bapak S. Ibu J mengalami hipertensi, tetapi tidak memiliki keluhan
kesehatan.

29) Kemampuan keluarga berespon terhadap masalah

Masalah yang dihadapi keluarga selama ini, diakui Ibu J dapat diselesaikan dengan baik.
Ketegangan peran perawatan kesehatan kepada Bapak S tidak terjadi. Selama kunjungan
perawat, Ibu J tidak terlalu menunjukkan kekhawatiran terhadap penyakit Bapak S. Menurut
Ibu J, Bapak S sudah mulai sembuh, dibuktikan dengan aktivitas sehari – hari yang dapat
dilakukan mandiri oleh Bapak S. Keluarga tidak memberikan perawatan maksimal terhadap
kedaan sakit Bapak S. Bapak S sudah hampir 1 tahun tidak dibawa ke fasilitas kesehatan
untuk mengecek kesehatannya. Bapak S juga tidak meminta dicek kesehatan dan
menyerahkan proses perawatan kepada keluarga.

30) Strategi koping fungsional yang digunakan

Strategi koping yang digunakan saat ada masalah adalah membicarakan bersama-sama
dengan anak-anak. Selain itu, jika keluarga memiliki kendala finansial, ketika harus
membawa Bapak S ke pelayanan kesehatan. Ibu J mengatakan jika ada masalah suka curhat
dengan teman dekat yang tinggal masih di lingkungan RW 02. Dengan demikian Ibu J
merasa lega dan diingatkan untuk sabar oleh temannya.

Koping yang digunakan oleh keluarga Bapak S yaitu dengan berusaha untuk mencari dan
menerima pertolongan dan penerimaan secara pasif (Passive appraisal). Keluarga belum
secara aktif mencari informasi mengenai perawatan stoke pada Bapak S. Bapak S dan Ibu J
kadang – kadang menceritakan kesulitan didalam keluarga dengan keluarga terdekat.
Keluarga meminta dorongan dan dukungan dari teman – teman terdekat.

Keluarga selalu mencoba menyelesaikan masalah yang ada secepat mungkin dengan
meminta pendapat kepada anggota keluarga yang lain. Keluarga menganggap semua
kejadian yang terjadi di dalam keluarga adalah suatu kenyataan hidup.

31) Strategi koping disfungsional

Keluarga belum menggunakan strategi koping yang efektif. Keluarga belum maksimal
menggunakan support sosial dan reframing. Anggota keluarga belum menunjukan
kejujuran, keterbukaan, pesan yang jelas perasaan serta afeksi sesama keluarga. Hal ini
dibuktikan dengan Ibu J tidak bercerita mengenai apa yang menjadi pikirannya ketika
sedang kunjungan perawat dihadiri oleh Ibu R. Keluarga belum mampu mendefinisikan
kembali tentang stress atau penyebab stress agar lebih mudah dikelola. Keluarga
mengatakan apa yang terjadi di dalam keluarga biarlah terjadi dan akan selesai dengan
berjalannya waktu. Stroke yang dialami oleh Bapak S sudah terjadi selama 4 tahun.

Strategi spiritual support juga belum optimal dilakukan oleh seluruh anggota keluarga.
Kegiatan ibadah anggota keluarga dilakukan sendiri – sendiri. Hanya Ibu J yang aktif dalam
kegiatan keagamaan di lingkungan RW. Sedangkan Bapak S sehari – hari belum
melaksanakan spiritual support sebagai strategi koping. Bapak S kadang merasa kesal
dengan kondisi ketidakberdayaan yang diakibatkan oleh penyakitnya. Bapak S mengatakan
lebih cepat marah dan tidak mengetahui penyebab mudah marah yang terjadi. Keluarga
belum pernah meminta nasihat dari pemuka agama (islam) mengenai apa yang harus
dilakukan untuk membantu proses penyembuhan penyakitnya.

G. Harapan Keluarga terhadap asuhan keperawatan keluarga

Keluarga mengharapkan dengan asuhan keperawatan keluarga yang akan diberikan dapat membantu
Bapak S tidak mendapat serangan stroke yang ketiga.
H. Pemeriksaan Fisik Keluarga Bapak S

Pemeriksaan Bapak S Ibu J Ibu R Bapak R An. K An. G


Tekanan Darah 140/100 mmHg 140/95 mmHg 110/60 mmhg 130/80 mmHg - -
Nadi 90 detak/menit 72 detak/menit 68 detak/menit 64 detak/menit 115 detak/menit 120 detak/menit
Pernafasan 32 x/menit 20 x/menit 22 x/menit 18 x/menit 24 x/menit 40 x/menit
Suhu 36.50C 36.50C 36.50C 36.50C 36.70C 37,20C
Bb/Tb BB 70 kg TB 64 Kg BB 54 Kg BB : 65Kg BB : 14 kg BB : 3600 gram
TB 168 cm TB 156 cm TB 160cm TB : 169 cm TB : 92 cm PB : 51 cm
Kepala Bentuk Bentuk Bentuk Bentuk Bentuk Bentuk
simetris, simetris, simetris, simetris, simetris, simetris,
distribusi distribusi distribusi distribusi distribusi distribusi
rambut rambut rambut rambut rambut rambut
jarang, merata, merata, merata, merata, ikal, merata dan
lurus tebal, lurus tebal, tebal dan tebal dan kondisi kulit
berwarna berwarna berwarna pendek rapi pendek rapi kepala bersih
hitam, kulit hitam, selalu hitam
kepala diikat,
bersih lembab
Leher Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
pembesara pembesaran pembesaran pembesaran pembesaran pembesaran
n kelenjar kelenjar kelenjar kelenjar kelenjar kelenjar
tiroid tiroid tiroid tiroid tiroid tiroid
Telinga Bentuk Bentuk Bentuk Bentuk Bentuk Bentuk
simetris simetris simetris simetris simetris simetris
antara antara antara antara antara antara
telinga telinga telinga telinga telinga kanan telinga kanan
kanan dan kanan dan kanan dan kanan dan dan kiri, dan kiri,
kiri, sedikit kiri, tidak kiri, tidak kiri, tidak tidak ada tidak ada
berkurang ada ada ada gangguan gangguan
fungsi gangguan gangguan gangguan pendengaran pendengaran
pendengara
Pemeriksaan Bapak S Ibu J Ibu R Bapak R An. K An. G
n pendengaran pendengaran pendengaran
Mata Sklera Sklera putih, Sklera putih Sklera putih Sklera putih Sklera putih
putih, konjungtiva dan dan dan dan
konjungtiv tidak konjungtiva konjungtiva konjungtiva konjungtiva
a tidak anemis, tidak tidak tidak anemis, tidak anemis,
anemis, pembengkak anemis, anemis, respon respon
pembengka an mata(-), respon respon terhadap terhadap
kan pengelihatan terhadap terhadap cahaya (+), cahaya (+),
mata(-), baik cahaya (+), cahaya (+), pengelihatan pengelihatan
penglihata pengelihatan pengelihatan normal normal
n: normal normal
hipermetro
pi
Mulut Dan Bentuk Bentuk bibir Bentuk bibir Bentuk bibir Bentuk bibir Bentuk bibir
Hidung bibir simetris, simetris, simetris, simetris, simetris,
simetris, mukosa mukosa mukosa mukosa mukosa
mukosa lembab, lembab, lembab, lembab, lembab,
kering, tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada
bibir gangguan gangguan gangguan gangguan gangguan
kering, gigi penciuman, penciuman penciuman penciuman penciuman
sudah tidak gigi sudah
lengkap, tidak
fungsi lengkap,
mengunya fungsi
h menurun mengunyah
baik
Dada Dan Paru- Simetris, Simetris, Simetris, Simetris, Simetris, Simetris,
Paru bentuk bentuk bentuk bentuk bentuk bentuk
normal, normal, normal, normal, normal, normal,
penggunaa penggunaan penggunaan penggunaan penggunaan penggunaan
n otot otot bantu otot bantu otot bantu otot bantu otot bantu
Pemeriksaan Bapak S Ibu J Ibu R Bapak R An. K An. G
bantu nafas nafas (-), nafas (-). nafas (-) nafas (-) nafas (-)
(+), Askultasi : Askultasi : Askultasi : Askultasi : Askultasi :
Auskultasi vesikuler di vesikuler di vesikuler di vesikuler di brochovesiku
: ronchi semua semua semua semua ler di semua
lapang paru lapang paru lapang paru lapang paru lapang paru
Abdomen Lingkar Lingkar Lingkar Lingkar BU -
perut 94,6 perut perut 86 cm, perut 80 cm, 12x/menit
cm, BU 80,5cm, BU BU 20x/ BU Tidak ada
18x/menit, 20x/menit, menit, tidak 20x/menit, gangguan
tidak ada tidak ada ada tidak ada pada
gangguan gangguan gangguan gangguan abdomen
pada pada pada pada
abdomen abdomen abdomen abdomen
Eliminasi Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
masalah masalah masalah masalah masalah masalah
BAK/BAB BAK/BAB, BAK/BAB, BAK/BAB, BAK/BAB, BAK/BAB
, BAK 4-5 BAK 4-5 BAK 4-5 BAK 4-5 BAK 4-5
kali/hari, kali/hari, kali/hari, kali/hari, kali/hari,
BAB 1x BAB 1x BAB 1x BAB 1x BAB 1x
sehari sehari sehari sehari sehari
Sistem Turgor Turgor kulit Turgor kulit Turgor kulit Turgor kulit Turgor kulit
Integumen kulit elastis, elastis, kulit elastis, kulit elastis, kulit elastis, kulit
elastis, berwarna berwarna berwarna berwarna berwarna
ujung kuning cokelat cokelat cokelat cokelat
ekstremitas langsat.
teraba
dingin,
terlihat
kering,
berwarna
sawo
Pemeriksaan Bapak S Ibu J Ibu R Bapak R An. K An. G
matang.
CRT < 3
detik
Sistem Sering Sering Kekuatan Kekuatan Kekuatan -
Muskuloskeletal kesemutan kesemutan otot 5 otot 5 otot 5
pada jari pada jari ekstremitas ekstremitas ekstremitas
tangan dan tangan dan atas dan atas dan atas dan
kaki, kaki, bawah. bawah bawah.
sering kekuatan
mengeluh otot 5 baik
dingin, ekstremitas
Kekuatan atas dan
otot : bawah.
Ektremitas atas :
Dextra : 3
Sinistra : 5
Ektremitas bawah :
Dextra : 3
Sinistra : 5
Pemeriksaan Tanggal Tanggal Tanggal Tidak diukur Tidak diukur Tidak diukur
Lain 5/11/2021 5/01/2021 5/01/2021
GDS : 154 GDS : 99 GDS : 115
mg/dL mg/dL mg/dL
Kolesterol : Kolesterol : Kolesterol :
190mg/dL 232 mg/dL 215 mg/dL
AU : 4.3 AU : 6.6 AU : 6.2
mg/dL mg/dL mg/dL
2.1 Pohon Masalah atau Web of Caution (WoC)

Stroke pada Bapak S

Inefektif Pola Nafas pada Bapak S Hambatan Mobilitas Fisik


pada Bapak S

Ketidakefektifan manajemen
kesehatan keluarga Bapak S Defesiensi Pengetahuan
mengenai stroke

Ketidakefektifan Self Efficacy


koping keluarga Caregiver rendah

Meningkatnya beban
Stroke Relapse
keluarga (Burden Family)

2.2 Prioritas Masalah


Penetapan prioritas masalah dilakukan secara bersama dengan keluarga Bapak S pada
hari Selasa, tanggal 19 November 2021 di rumah Bapak S. Anggota keluarga yang hadir
pada saat melakukan prioritas masalah adalah Bapak S, Ibu J dan Ibu R (anak Bapak S).
Prioritas masalah yang dilakukan mendapatkan hasil sebagai berikut :
a. Inefektif Pola Nafas pada anggota keluarga Bapak S khusunya pada Bapak S
(NANDA : Domain 4 Kelas 4 Kode Diagnosis 00032)

Kriteria Bobot Total Pembenaran


Sifat masalah: 1 3/3x1= 1 Bapak S mengeluh susah bernafas
Sejahtera (3) terutama pada malam hari. Respirasi
Defisit kesehatan (3) Rate (RR) 32 kali per menit. Bapak S
Ancaman kesehatan (2) menggunakan otot bantu nafas pada
Faktor risiko (1) saat inspirasi. Auskultasi terdengar
ronchi pada sebagian lapang paru

Kemungkinan diubah: 2 1/2x2= 1 Bapak S merupakan lansia berumur


Mudah (2) lebih dari 60 tahun yang secara teori
Sebagian (1) memiliki penurunan fungsi tubuh.
Tidak dapat (0) Bapak S juga sudah mengalami stroke
Kriteria Bobot Total Pembenaran
sebanyak 2 kali. Istri Bapak S, Ibu J,
merasa kasian melihat kondisi Bapak
S. Keluarga Bapak S kooperatif ketika
perawat memberikan asuhan
keperawatan
Kemungkinan dicegah: 1 2/3x1= 2/3 Bapak S merupakan lansia sehingga
Tinggi (3) kemungkinan pola nafas menjadi
Cukup (2) normal dirasa tidak mudah.
Rendah (1)
Menonjolnya masalah: 1 2/2x1= 1 Bapak S mengeluh terganggu tidur
Membutuhkan perhatian dikarenakan nafas yang dirasa sesak.
segera (2) Hal tersebut berpengarug terhadap
Tidak membutuhkan perhatian emosi dan juga tekanan darah bapak
segera (1) S.
Tidak dirasakan sebagai
masalah atau kondisi yang
membutuhkan perubahan (0)
Total 5 3 2/3

b. Ketidakefektifan perilaku pemeliharaan kesehatan; resiko kekambuhan stroke pada


Bapak S (NANDA : Domain 1 Kelas 2 Kode Diagnosis 00292)

Kriteria Bobot Total Pembenaran


Sifat masalah: 1 3/3x1= 1 Bapak S sudah mengalami stroke
Sejahtera (3) sebanyak 2 kali. Keluarga
Defisit kesehatan (3) mengatakan belum memahami
Ancaman kesehatan (2) kenapa bapak S terserang stroke
Faktor risiko (1) kembali. Keluarga mengatakan
sudah menjaga pola makan keluarga
khususnya bapak S
Kemungkinan diubah: 2 1/2x2= 1 Bapak S merupakan lansia berumur
Mudah (2) lebih dari 60 tahun yang secara teori
Sebagian (1) memiliki penurunan fungsi tubuh.
Tidak dapat (0) Bapak S juga sudah mengalami
stroke sebanyak 2 kali.
Kemungkinan dicegah: 1 3/3x1= 1 Bapak S merupakan lansia yang
Tinggi (3) tinggal dengan istri, anak serta
Cukup (2) menantunya. Keluarga memiliki
Rendah (1) karakteristik komunikasi terbuka
dan mau menerima saran dari orang
lain termasuk anggota keluarga lain
dan petugas kesehatan. Semua
anggota keluarga memiliki
pendidikan walaupun tidak terlalu
tinggi sehingga akses informasi akan
Kriteria Bobot Total Pembenaran
dapat cepat.
Menonjolnya masalah: 1 2/2x1= 1 Bapak S difisioterapi hanya 2 bulan
Membutuhkan perhatian setelah terdiagnosa stroke.
segera (2) Pemberhentian therapy diputuskan
Tidak membutuhkan perhatian keluarga tanpa persetujuan dokter
segera (1) syaraf yang merawat Bapak S.
Tidak dirasakan sebagai masalah
atau kondisi yang membutuhkan
perubahan (0)
Total 5 4

3. Ketidakefektifan Koping Keluarga (NANDA : Domain 9 Kelas 2 Kode Diagnosis


00069)

Kriteria Bobot Total Pembenaran


Sifat masalah: 1 2/3x1= 2/3 Keluarga mengatakan belum
Sejahtera (3) memahami kenapa bapak S
Defisit kesehatan (3) terserang stroke kembali.
Ancaman kesehatan (2) Keluarga merawat Bapak S
Faktor risiko (1) hanya dengan membeli obat di
apotik. Keluarga jarang
membawa Bapak S kontrol
mengenai penyakitnya ke fasilitas
kesehatan.
Kemungkinan diubah: 2 1/2x2= 1 Bapak S merupakan lansia
Mudah (2) berumur lebih dari 60 tahun yang
Sebagian (1) tinggal dengan istri dan anak
Tidak dapat (0) serta menantunya. Anak dan
menantunya secara bersama –
sama saling membantu dalam
merawat Bapak S terutama
mengenai biaya perawatan Bapak
S.
Kemungkinan dicegah: 1 2/3x1= 2/3 Bapak S merupakan lansia yang
Tinggi (3) tinggal dengan istri, anak serta
Cukup (2) menantunya. Keluarga memiliki
Rendah (1) karakteristik komunikasi terbuka
dan mau menerima saran dari
orang lain termasuk anggota
keluarga lain dan petugas
kesehatan. Semua anggota
keluarga memiliki pendidikan
walaupun tidak terlalu tinggi
Kriteria Bobot Total Pembenaran
sehingga akses informasi akan
dapat cepat.
Menonjolnya masalah: 1 0/2x1= 0 Istri Bapak S (Ibu J) tidak merasa
Membutuhkan perhatian perlu membawa Bapak S ke
segera (2) rumah sakit untuk memeriksaan
Tidak membutuhkan perhatian kesehatannya. Keluarga
segera (1) mengatakan bahwa Bapak S
Tidak dirasakan sebagai terlihat sudah lebih sehat. Bapak
masalah atau kondisi yang S sudah 2 tahun tidak menjalani
membutuhkan perubahan pemeriksaan kesehatan.
(0)
Total 5 1 1/3

2.3 Diagnosa Keperawatan


Berdasarkan prioritas masalah yang dilakukan, maka daftar diagnosa keperawatan
keluarga pada keluarga Bapak S adalah :
1. Ketidakefektifan perilaku pemeliharaan kesehatan; resiko kekambuhan stroke pada
Bapak S (NANDA : Domain 1 Kelas 2 Kode Diagnosis 00292)
2. Inefektif Pola Nafas pada anggota keluarga Bapak S khususnya Bapak S (NANDA :
Domain 4 Kelas 4 Kode Diagnosis 00032)
3. Ketidakefektifan Koping Keluarga (NANDA : Domain 9 Kelas 2 Kode Diagnosis
00069)

Anda mungkin juga menyukai